Anda di halaman 1dari 26

Manajemen Keuangan Publik

Oleh:
Yusmariani
1963201077
KEUANGAN PUBLIK
(Suparmoko, 2000)
 Studi mengenai pengaruh-pengaruh dari anggaran
penerimaan dan belanja negara terhadap perekonomian,
terutama terhadap pencapaian tujuan-tujuan ekonomi
seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, distribusi
penghasilan yang lebih merata dan juga peningkatan
efisiensi serta penciptaan kesempatan kerja.
Pengertian
 Manajemen keuangan publik dapat didefinisikan sebagai
sistem untuk menghasilkan dan mengendalikan sumber
daya keuangan publik untuk pelayanan publik yang
efektif dan efisien
 Manajemen keuangan publik meliputi perencanaan dan
penganggaran, akuntansi dan pelaporan, pengendalian
internal, audit dan pengawasan eksternal,
Empat tujuan utama manajemen keuangan publik yang
efektif harus mencakup:
1. manajemen agregasi keuangan - kesinambungan fiskal,
mobilisasi sumber daya dan alokasi.
2. manajemen operasional - kinerja, nilai uang dan
perencanaan, serta manajemen keuangan strategis.
3. tata kelola atau governance - transparansi dan
akuntabilitas.
4. manajemen risiko fidusia (pendelegasian wewenang
pengolahan uang dari pemilik uang kepada pihak yang
didelegasi) - kontrol, kepatuhan dan pengawasan
PERUBAHAN PARADIGMA
Administration of Public, Negara sebagai agen tunggal implementasi
negara;
Administration for Public, negara/ pemerintah sebagai public service;
Admistration by Public, negara/ pemerintah sebagai fasilitator

Warsito Utomo, 2006


CIVIL SOCIETY

PEMERINTAH

KEUANGAN

SWASTA MASYARAKAT
MASYARAKAT

 Konstituent, kelompok masyarakat yang


menjadi pendukung ataupun simpatisan
politik dalam suatu pemilu (old public
administration);
 Konsumen, kelompok masyarakat yang
menjadi pengguna ataupun pemanfaat
produk layanan pemerintah (New public
management);
 Citizen, seluruh anggota masyarakat yang
wajib dilayani pemerintah (New public
service)
(Denhardt, 2004)
KONSEP DEMOKRASI

 Kedaulatan rakyat (popular sovereignity);


 Kesetaraan politik (political equality);
 Konsultasi rakyat (popular consultation)
(Ranny dalamThoha, 2008)
SIFAT LEMBAGA
PEMERINTAH
 Keinginan mengejar laba tidak inklusif
dalam usaha dan kegiatannya;
 Dimiliki secara kolektif dan tidak
dibuktikan dalam bentuk pemilikan
saham yang dapat diperjualbelikan;
 Sumbangan masyarakat terhadap
pemerintah tidak ada hubungannya
secara langsung dengan jasa yang
diterima masyarakat;
(Edward S. Lyn, 1984)
LATAR BELAKANG
 Lahir dari wilayah politik (eksekutif-
legislatif);
 Secara empirik pengeluaran negara
tidak pernah turun;
 Pajak sendiri bukan semata-mata alat
pemerintah untuk pemenuhan
kebutuhan dana tetap juga
memengaruhi perilaku masyarakat;
 Anggaran negara secara empirik
berkaitan dengan perekonomian
masyarakat
PENGELUARAN PEMERINTAH
SELALU MENINGKAT

 Adanya perang;
 Kenaikan tingkat penghasilan dalam
masyarakat;
 Adanya urbanisasi seiring dengan
perkembangan ekonomi;
 Perkembangan demokrasi;
 Pemborosan birokrasi;
 Negara berkembang, pemerintah sebagai
pelopor dan penggerak pembangunan;
 Timbulnya program kesejahteraan rakyat.
ALASAN CAMPUR TANGAN PEMERINTAH

 Adanya barang kolektif;


 Perbedaan biaya privat dan biaya Kolektif;
 Adanya resiko yang besar;
 Sifat monopoli;
 Adanya inflasi dan deflasi;
 Perkembangan perusahaan dan pabrik;
 Distribusi pendapatan yang tidak merata.
KARAKTERISTIK GOOD
GOVERNANCE-UNDP
 Participation,keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan
langsung/tidak melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya;
 Rule of law yang berkeadilan;
 Tranparency berdasarkan kebebasan memperoleh informasi;
 Responsiveness, ketanggapan lembaga melayani stakeholder;
 Consensus orientation kepada kepentingan masyarakat yang lebih luas;
 Equity untuk memperoleh kesempatan sejahtera dan keadilan;
 Efficieny and effectiveness dalam pengelolaan sumber daya;
 Accountability kepada publik atas setiap ativitas yang dilakukan;
 Strategic vision, penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus
memiliki visi jauh kedepan.
Keuangan public/ Negara

adalah semua hak dan kewajiban yang dapat


dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu (baik uang maupun barang) yang
menjadi kekayaan negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
KEBIJAKAN SUBSIDI

 Untuk menambah pendapatan riil atau mengurangi


pengeluaran penerima subsidi;
 Berbentuk uang seperti “pembebasan” pajak bagi PNS
ataupun barang seperti beras dan pupuk (innatura);
 Stabilisasi harga pada komponen yang disubsidi.
DESENTRALISASI FISKAL

 Mempercepat kesejahteraan nasional;


 Meringankan beban pusat dalam
mencapai tujuan nasional;
 Dilakukan dengan top down ataupun
bottom up;
 Pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah sesuai potensi dan kebutuhan
daerah.
(Bird, 2000)
ANGGARAN BERBASIS
KINERJA
 PP 58/ 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang
mengenalkan penganggaran berdasarkan prestasi kerja;
 Pasal 36 (2) memperhatikan pendanaan dengan hasil
yang diharapkan.
DAMPAK NEGATIF PABRIK
FUNGSI UTAMA

 Penyediaan barang sosial atau proses


pembagian keseluruhan sumber daya untuk
digunakan sebagai barang pribadi-sosial atau
bauran ditentukan (alokasi);
 Penyesuaian terhadap distribusi pendapatan
dan kekayaan untuk menjamin terpenuhinya
pemerataan yang berkeadilan (distribusi);
 Digunakan sebagai alat untuk
mempertahankan tingkat kesempatan kerja
yang tinggi, tingkat stabilitas sebagaimana
mestinya dan laju pertumbuhan ekonomi yang
tepat dengan memperhitungkan segala akibat
terhadap perdagangan dan neraca
pembayaran (stabilisasi)
BARANG PUBLIK

 Nonrival consumption, setiap orang dapat mengonsumsi


secara simultan, atau tidak mengurangi ketersediaan
bagi orang lain tatkala dikonsumsi seseorang.
 No-exlusion, membayar ataupun tidak, tetap
mendapatkan manfaatnya.
 Contoh jalan, pertahanan nasional;
KLASIFIKASI PENGELUARAN

 Investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan


ekonomi mendatang;
 Langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan
bagi masyarakat;
 Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan
penyebaran daya beli yang lebih luas.
PRINSIP PAJAK

 Kesamaan (equity) yang mempertimbangkan


kesesuaian beban pajak dengan kemampuan
setiap wajib pajak;
 Kepastian (certainty) yang menuntut adanya
ketegasan dan kejelasan agar mudah
dimengerti WP dan pemerintah dalam
menjalankan tugas administrasinya;
 Kecocokan/kelayakan (convenience) yang
menempatkan WP senang membayar pajak
tanpa tekanan;
 Ekonomi yang menuntut agar biaya penarikan
pajak tidak lebih besar dp jumlah penerimaan
pajak.
(Smith’s Cannon, Bharata, 1989:62)
CUKAI

 Pungutan negara terhadap barang-


barang dengan karakteristik tertentu;
 Karakteristiknya meliputi
peredarannya perlu diawasi,
konsumsinya perlu dikendalikan, dan
pemakaiannya perlu pembebanan
negara demi keadilan.
 Contoh alkohol, rokok sigaret, cerutu,
tembakau iris
( UU 39/2007 tentang CUKAI)
Daftar Pustaka
 Bird.R.M. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara-Negara Berkembang.
Jakarta : Gramedia
 Husnan, dkk. 1994.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta :UPP-
AMP;
 Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta : ANDI
 Martin, dkk. 1987.Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Grafindo;
 Musgrave, dkk. 1991.Keuangan Negara (terj). Jakarta : Erlangga.
 Subiyantoro(Ed). 2004. Kebijakan Fiskal. Jakarta :Gramedia.
 Sumarsono. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan. Yogyakarta :
Graha Ilmu
 Suparmoko. 2000. Keuangan Negara. Yogyakarta:BPFE;
DASAR HUKUM

UU 25/2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


15 /2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB
KEUANGAN NEGARA
UU 1/2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
UU 17/2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
UU 32/ 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
UU 33/2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN PEMERINTAHAN DAERAH
PP 105/2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DAERAH
PP 58/2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No. 13/2006 ttg Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Anda mungkin juga menyukai