Anda di halaman 1dari 14

MODUL

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Disajikan pada Minggu ke-12

Materi ke-11

AKHLAK
Dosen Pengampu:

DR. AHMAD KOSASIH, M.A

Learning Outcomes
Mengenal, memahami, mendiskusikan menganalisis dan membuat kesimpulan
materi tentang pengertian dan konsep akhlak; perbedaan antara akhlak dan
moral, etika/susila serta adat; ruang lingkup akhlak dan; Ukhuwah Islamiyah.

Pokok-pokok Materi

A. Konsep Akhlak dalam Islam

Akhlak menurut bahasa berarti perangai, adat istiadat, tabiat, atau sistem perilaku
yang dibuat. Akhlak menurut istilah adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan ke dalam
perbuatan dan tingkah laku. Dalam mewujudkan sikap yang baik ke dalam perbuatan dan
tingkah laku perlu adanya kesadaran akhlak. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia
tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai
berhadapan dengan baik dan buruk, halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan. Manusia harus memilih yang baik, yang halal, yang hak, atau yang boleh
dilakukan, meskipun ia dapat melakukan yang buruk, yang haram, yang bathil atau yang tidak
boleh dilakukan.
Akhlak merupakan tingkahlaku yang lahir dari manusia dengan sengaja tanpa dibuat-
buat dan telah menjadi kebiasaan. Setiap manusia mempunyai potensi untuk condong kepada
yang baik/berkembang terus untuk lebih baik. Namun potensi kepada yang baik itu bisa
terhenti dan berubah kepada yang tidak baik karena pengaruh yang datang kemudian. Untuk
menangkal yang tidak baik itu, Allah mengutus nabi Muhammad dan mencontohkan akhlak
yang mulia. Allah berfirman:
(1) Dan Sesungguhnya engkau (hai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung (S. Al-Qalam [68]:4).
(2) Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (S. Al-Ahzab
[33]:4)
Menurut etimologi Akhlak berasal dari kata khuluq yang berarti perilaku, kata khuluq
juga berhubungan dengan kata khaliq dan makhluq. Dapat dipahami bahwa Akhlak merupakan
perwujudan perilaku yang menghubungkan makhluk dengan khaliq-Nya dan tata nilai dari
khaliq terhadap makhluq. Akhlak secara terminologis menurut Imam Ghazali, “adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa seseorang yang merupakan sumber lahirnya perbuatan dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Abd Karim Zaidan
juga merumusakan pengertian akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam
jiwa yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau
buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya. Dari pengertian diatas
dapat ditarik karakteristik pengertian Akhlak yaitu:
(1) Sifat yang muncul dari jiwa/diri yang dalam

(2) Muncul perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan pemikiran

(3) Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan oleh si pelakunya

B. Perbedaan akhlak, moral dan etika

Akhlak berbeda dengan moral, etika dan adat istiadat. Moral adalah ide-ide umum
yang diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Etika memiliki ukuran baik
dan buruk berdasarkan akal fkiran. Adat adalah kebiasaan-kebiasaaan yang terpelihara
dan diwariskan ditengah-tengah masyarakat, susila dipahami sebagai prinsip-prinsip
tingkah laku dalam kehidupan. Sedangkan akhlak memiliki timbangan baik dan buruk
sebuah perbuatan berdasarkan kehendak pencipta (Khaliq) yakni Allah SWT dan
mengacu kepada Al-Quran dan Sunnah.

Berikut ini penjelasan tentang perbedaan antara akhlak dengan moral, etika adat
istiadat dan susila:

Akhlak Moral, Etika, Adat dan Susila

1. Batas baik dan buruk menurut 1. Batas baik dan buruk menurut
Allah SWT (QS.5:50) manusia
2. Sifatnya abadi dan universal 2. Sifatnya sementara dan lokal
(QS.34:28) (temporal)
3. Pasti dan tidak dipengaruhi oleh 3. Relatif menurut waktu (situasional)
situasi (QS. 24:30-31)
4. Sumbernya Al-Quran dan
4. Sumbernya akal pikiran manusia
Sunnah (QS. 54:17)
5. Standar serta figurnyanya Nabi
Muhammad SAW (QS. 68:4) 5. Tidak ada standar serta figurnyanya

Selanjutnya Akhlak juga memiliki keutamaan-keutamaan antara lain:

(1) Menjadi misi utama Rasulullah SAW

(2) Salah satu komponen pokok yang merupakan etalasenya Agama Islam

(3) Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan diakhirat


nanti

(4) Kualitas iman seseorang terletak pada bagusnya akhlak

(5) Buah dari ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji adalah terealisasinya
Akhlak mahmudah (akhlak yang terpuji).

C. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang telah


diteladankan oleh Rasulullah SAW (QS. 33:21). Adapun ruang lingkup akhlak antara lain:

1. Akhlak terhadap Allah, yaitu sifat yang tertanam dalam diri seseorang yang
diwujudkan dalam kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Secara umum
aktivitas yang dilakukan manusia harus mengacu kepada akhlak terhadap Allah
karena segala sesuatu adalah fasilitas-Nya, beberapa perilaku yang harus dimiliki
seseorang sebagai akhlak terhadap Allah antara lain:
o Cinta (Q.S.2:165)
o Takwa (Q.S.3:102)
o Tawakkal (Q.S.3:159)
o Tunduk dan patuh (Q.S.22:34)
o Mentauhidkan Allah (Q.S.4:36)
Maksudnya adalah mengesakan Allah dengan menghindari segala kesyirikan,
baik syirik besar maupun syirik kecil, baik secara terang-terangan maupun
secara terselubung. (Q.S.29:41)

o Berzikir (Q.S. 2:152)


o Berdo`a (Q.S. 2:186 )
o Bersyukur (Q.S.14:7)
o Rendah Hati (Q.S.7:55; S.25:63-64)

2. Akhlak kepada diri sendiri, yaitu Sikap yang muncul dari jiwa yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan kebaikan diri sendiri secara pribadi, antara lain:
o Sabar (Q.S. 2 :153)
o Shiddiq (Q.S.9 :119)
o Tawadhu' (Q.S.25:63-64)
o Amanah (Q.S.23:8)
o Qana’ah merasa cukup dengan apa yang ada
o Mujahadah (Q.S.61:10-11).

3. Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu perilaku yang muncul tatkala berinteraksi
dengan orang lain, akhlak ini meliputi:
o Akhlak terhadap keluarga
Sikap anak kepada Ibu Bapak (QS.31:14),

Sikap Ibu Bapak terhadap anak (Q.S. 66:6),

Sikap seseorang terhadap saudara/kerabat (Q.S.16 :90),

Sikap suami terhadap isteri dan sebaliknya (Q.S.2 : 223; Q.S.4:34).

o Akhlak terhadap tetangga (Q.S.4:36)


o Akhlak terhadap yang berlainan agama (Q.S.60:8-9).
4. Akhlak kepada lingkungan , yaitu: Perilaku seorang muslim dalam memandang
alam ini sebagai milik Allah SWT yang wajib disyukuri dengan cara
menggunakan dan mengelolanya supaya memberi manfaat bagi kehidupan
manusia dan makhlik lainnya. Diantaranya larangan berbuat kerusakan baik
didarat, dilaut, sebagimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum [30]:41.
Kemudian manusia juga diperintahkan untuk menjaga keseimbangan dan
kelestarian alam semesta ini. Kepada hewan sekalipun seorang muslim juga
dituntut untuk bersikap baik terhadap hewan yakni dengan tidak menganiaya
meskipun harus membunuhnya dan melestarikan lingkungan serta habitatnya.
D. Rasulullah Uswatun Hasanah

Rasulullah adalah sosok teladan kepemimpinan yang patut untuk ditiru karena ia
adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. Holistic karena beliau adalah pemimpin
yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk di antaranya: self
development, bisnis, dan entrepeneurship, kehidupan rumah tangga yang harmonis, tatanan
masyarakat yang akur, sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan
mencerahkan, sistem hukum yang berkeadilan, dan strategi pertahanan yang jitu serta
memastikan keamanan dan perlindungan warga negara. Kepemimpinannya accepted karena
diakui lebih dari 1,3 milyar manusia. Kepemimpinannya yang sudah terbukti sejak lebih 14
abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan.

Faktor lain yang mereduksi nilai keteladanan leadership dan manajemen Rasulullah
SAW adalah keterbatasan pengetahuan kaum muslim sendiri. Yaitu ketidakmampuannya
dalam melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistik baik dimensi
sosial, politik, militer, edukasi, dan hukum kemudian memformulasikan nilai-nilai
keteladanan tersebut ke dalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.

Rasulullah adalah manusia yang luar biasa, namun bukan tidak mungkin untuk
diteladani dan diikuti jejak-jejak kesuksesannya yang multidimensi. Nabi Muhammad saw
disamping meninggalkan teladan yang bisa kita copy-paste juga meninggalkan banyak
inspirasi dan kebijaksanaan tentang banyak hal. Sebagaimana firman Allah swt dalam Al-
Quran surat al-Ahzab 21 di atas.

E. Ukhuwah Islamiyah

Islam mengajarkan persaudaraan (ukhuwah) dalam arti yang luas yang meliputi; (a)
persaudaraan kemanusiaan/ukhuwah insaniyah (b) persaudaraan kebangsaan/ukhuwah
wathoniyah, dan (c) persaudaraan seiman/ukhuwah imaniyah. Untuk membangun
persaudaraan kemanusiaan dan kebangsaan, Allah berfirman: “Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”
(Q.S.49:13). Untuk membangun persaudaraan seiman, Islam mengajarkan bahwa orang-
orang beriman itu berada dalam satu persaudaraan. Allah berfirman: “orang-orang beriman
itu Sesungguhnya bersaudara, sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S.49:10).

Cara Membangun Ukhuwah Islamiyah adalah dengan melakukan lima langkah


sebagai berikut:

a. Ta'aruf, yaitu saling kenal mengenal (QS.49:13) antar lain mengenal nama, fisik,
tempat tinggal, pekerjaan, hobi dan keluarga.

b. Tafahum, saling memahami, yaitu saling , memahami kondisi mental, sifat,


karakter, watak dan lain-lain.

c. Tasamuh (toleransi). Toleransi dapat dicapai dengan sikap saling mengalah serta
meredam sifat egois.

d. Ta'awun, saling tolong menolong dalam suka dan suka dalam meningkatkan
ketakwaan.

e. Takaful, Saling mendukung program dalam rangka menegakkan tali persaudaraan


yang berlandaskan iman dan takwa.
Sedangkan untuk menjaga atau memelihara persaudaraan, Al-Qur’an mengajarkan
agar kita senantiasa menjauhi hal-hal yang berpotensi merusak hubungan persaudaraan itu
yakni; saling merendahkan satu sama lain, mencela diri dengan mencela orang lain, saling
memanggil dengan panggilan yang buruk, prasangka yang berlebihan, mencari-cari
kelemahan atau aib seseorang, dan menggunjing (ghibah, gosip) (Q.S.49:11-12). Islam
menyuruh umatnya berbuat baik dan adil terhadap non muslim selama ia tidak memerangi
Islam dan umatnya (Q.S.60:8). Tetapi Islam hanya melarang umatnya berhubungan baik
dengan non muslim yang telah memerangi umat Islam serta mengusirnya dari negerinya
(Q.S.60:9). Islam juga tidak mengajarkan kepada umatnya memerangi orang-orang kafir
sebelum mereka memerangi Islam dan umatnya (Q.S.2:189). Perintah untuk memerangi
orang-orang kafir itupun hanyalah dalam rangka mengantisipasi timbulnya fitnah (Q.S.2:193)
dan bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan lima kebutuhan manusia yang amat
mendesak (al-dharuriyyat al-khamsah) yakni: nyawa, akal, harta, keturunan serta
kehormatan, dan agama.

Tugas-tugas:

1. Jelaskan pengertian Akhlaq secara bahasa dan istilah kemudian jelaskan perbedaanya
dengan moral dan etika!
2. Jelaskan Ruang lingkup Akhlaq serta pembagiannya secara rinci!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akhlaq terhadap Rasulullah SAW dan bagaimana
cara merealisasikannya?
4. Jelaskan Pengertian Ukhuwah Islamiyah serta tingkatannya !
5. Jelaskan langkah-langkah untuk membangun dan memelihara ukhuwah islamiyah
itu !

Buku sumber:

Depag RI, 1998. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang

Tim Dosen PAI UNP. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum,
Padang: UNP Press

Asmaran AS. 1994. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Pers

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, , Jakarta:Gema Insani Pers

Rasyid, Daud, MA. 1998. Islam dalam Berbagai Dimensi, Gema Insani Pers, Jakarta

Quraish Sihab. 1999. Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan


HAND OUT
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Disajikan pada Minggu ke- 13

Materi ke-12

APLIKASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

Dosen Pengampu:

DR. AHMAD KOSASIH, M.A

Learning Outcomes
Mahasiswa memahami cara-cara penerapan akhlak Islam dalam kehidupan
sehari-nya. Mahasiswa bisa mepraktekkan cara-cara berakhlak kepada Allah,
Rasulullah, Orang Tua dan Lingkungannya

1. Akhlak Terhadap Allah SWT


Yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah adalah bersikap dan bertingkah laku yang terpuji
terhadap Allah baik melalui ibadah langsung kepada Allah maupun perilaku tertentu diluar
ibadah.

Sikap-sikap tersebut adalah :

 Mentauhidkan Allah
Maksudnya adalah mengesakan Allah dengan menghindari segala kesyirikan, baik syirik besar
maupun syirik kecil, baik secara terang-terangan maupun secara terselubung.
Mempersekutukan Allah dengan selain-Nya adalah termasuk salah satu bentuk pelecehan
terhadap kemahakuasaan Allah (QS.112:1-4). Mengenai syirik ini sudah kita jelaskan pada
pokok bahasan terdahulu.

 Berzikir (Q.S. 2:152) dan Berdoa (Q.S. 2:186) kepada-Nya. Zikir secara bahasa berarti
menyebut dan mengingat. Ada tiga aspek dalam berzikir yakni: 1. Zikir lisan yaitu dengan
menyebut nama-nama (asma`) Allah dan kalimah-kalimah zikir seperti kalaimah-kalimah:
takbir, tahlil, tahmid. Disamping itu ada kalimah-kalimah (ucapan-ucapan) yang dianjurkan
membacanya dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Misalnya dalam rangka
mensyukuri nikmat Allah dan hati terasa gembira dan bahagia, bacalah hamdalah
(alhamdulillah). Jika hati terasa sedih karena ditimpa kesusahan atau musibah, bacalah tarji’
(Inna lillahi). Ketika hati merasa ta’jub bercampur senang dalam menyaksikan ciptaan Allah,
ucapkanlah tasbih (subhanallah). Ketika hati merasa kagum bercapur takut dalam
menyaksikan ciptaan Allah, ucapkanlah Maa sya’ Allah atau hauqalah (La hawla wa laa
quwwata illaa billaah). Ketika dikagetkan oleh sesuatu yang menakutkan seperti bunyi
dentuman, ucapkanlah istighfar (astaghfirullah). 2. Zikir dengan hati yakni dengan
memfokuskan segenap hati dan pikiran kepada Allah semata. 3. Zikir dengan perbuatan dalam
arti mengimplementasikan makna zikir itu ke dalam perilaku hidup sehari-hari. Mislanya, ketika
kita membaca alhamdulillah, maka kita harus menghindari sikap ingin dipuja dalam segala
perbuatan yang kita lakukan sehingga kita terlatih dalam keikhlasan serta terhindar dari sifat
riya.
Adapun do’a secara bahasa berarti menyeru (da’wah) yaitu menyeru Allah. Menyeru dalam arti
berharap kepadanya dengan setulus hati, karena Dialah Yang Mahakuasa, Mahapengasih
dan Mahapenyayang. Doa selain untuk berharap sesuatu pertolongan atau perlindungan
kepada Allah, pada hakikatnya juga merupakan pengakuan terhadap kebesaran Allah serta
kelemahan diri bila berhadapan dengan kekuasaan Allah. Oleh karena itu berdo’a juga
mengandung nilai ibadah bahkan menjadi ruh dari ibadah. Perlu diperhatikankan adab atau
etika dalam berdo’a antara lain: 1. Mulailah dengan memuji Allah dan bershalawat kepada
Rasulullah, 2. Berdoalah dengan hati yang khusyu` dan tawadhu’, 3. Hindari kemusyrikan dan
kemaksiatan baik dari segi ucapan (isi do’a) maupun tatacara berdoa), 4. Hadapkan diri ke
arah kiblat jika tidak ada yang menghalanginya, 5. Yakinkan di dalam hati bahwa hanya Allah
yang dapat mengabulkan doa manusia, dan 6. Berdoalah dengan sabar tanpa “mendikte”
Allah.
 Tawakal (Q.S. 3:159)
Kata tawakal secara bahasa berarti berserah diri kepada Allah. Maknannya adalah
menanamkan ke dalam hati bahwa hanya Allah tempat kita pasrah dan menyerahkan segala
urusan yang berada dalam lingkup kekuasaan-Nya yang tidak bisa diintervensi oleh manusia
atau makhluk apapun. Sungguhpun demikian, tawakal bukan berarti berdiam diri tanpa
berusaha. Berusahalah secara maksimal sesuai dengan hukum dan prosedurnya secara
maksimal, sedangkan mengenai hasilnya serahkanlah kepada Allah.
 Bersyukur (Q.S. 14 : 7.)
Bersyukur berarti menghargai nikmat Allah dan dapat menggunakannya sesuai dengan
keinginan Allah. Sikap dan perilaku syukur akan membawa kepuasan hati dalam menerima
setiap pemberian Allah karena kesyukuran itu akan menghasilkan nilai tambah terhadap
nikmat yang diterima. Sikap syukur juga akan menjauhkan kita dari perilaku mubazir (boros)
dalam menjalani hidup. Salah satu cara mendidik diri agar pandai mensyukuri nikmat Allah
adalah dengan memperhatikan kehidupan seseorang yang masih lebih susah dari pada kita.
Nabi Saw beraabda: “Pandanglah orang yang di bawahmu, jangan kamu memandang orang
yang di atasmu. Itulah yang lebih pantas agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah padamu”.
 Tawadhu’ /rendah hati (Q.S. 31:13).
Tawadhu’ adalah sikap atau perilaku yang jauh dari merasa lebih dari orang lain. Dengan
istilah lain tawadhu’ disebut sikap rendah hati tapi bukan rendah diri. Sikap tawadhu’ akan
menghindarkan rasa angkuh dan sombong baik kepada manusia maupun kepada Allah. Allah
berfirman: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
angkuh lagi membanggakan diri” (Q.S. Luqman:18).
 Ikhlas (Q.S.98:5 ). Makna asal dari kata ikhlas adalah bersih tanpa tercampur oleh noda
sedikitpun atau disebut juga dengan murni. Misalnya, mas murni berarti mas dua puluh empat
karat, tanpa tercampur dengan zat lain sedikitpun. Maka sikap ikhlas adalah sikap dalam
mengerjakan sesuatu tanpa berharap selain keridhaan Allah. Misalnya dalam mengerjakan
sesuatu tugas atau pekerjaan, kerjakanlah sesuai dengan prosedur dan aturan yang benar.
Kalaupun kita mendapat imbalan upah atau gaji, itupun sebenarnya anugerah Allah dan rizki
yang datang dari-Nya karena kita sudah berkerja /berusaha. Allah menghargai setiap usaha
yang dilakukan oleh hamba-Nya yang beriman (Q.S.An-Nahl:97).
 Sabar, (Q.S.2:153),
Sabar adalah kemampuan menahan diri dari hal-hal yang sangat disukai, baik berupa kebaikan
maupun kejahatan. Sabar bukan berarti diam tanpa usaha, justru keuletan dan ketekunan
untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat adalah realisasi dari kesabaran itu sendiri.
Misalnya seorang pelajar atau mahasiswa dengan bekerja keras penuh ketekunan dan
keuletan dalam mengatasi berbagai rintangan menuju cita-cita mulia. Ada tiga bentuk
kesabaran: (1) Sabar dalam ketaatan kepada Allah (as-shabru fi tha’atillah). Contoh
kesabaran para Rasul Allah dalam beribadah dan menegakkan syariat Allah. (2) Sabar untuk
menjahui kemaksiatan dengan menekan segala godaan dan keinginan hawa nafsu (as-shabru
‘an ma’shiyyatillah). Contoh kesabaran N. Yusuf saat digoda dan dirayu oleh Zulaikha
sehingga rela memilih dipenjara dari pada digoda atau difitnah oleh wanita. (3) Sabar di saat
mendapat musibah (as-shabru ‘ndal mushibah). Contoh kesabaran N. Ayub AS ketika diuji
dengan penyakit kusta sampai semua isterinya meninggalkannya. Namun, beliau tak pernah
mengeluh karena masih banyak nikmat Allah pada dirinya dibanding dengan penyakit yang
sedang dideritanya.
2. Akhlak Terhadap Manusia
Akhlak terhadap manusia meliputi :

 Terhadap diri sendiri, yaitu membiasakan diri dengan sifat – sifat yang mulia, antara lain :
 sabar, (Q.S.2:153),
 tawadhu’ (Q.S.31:13),
 benar (QS.9:119),
 iffah – menahan diri dari yang terlarang (Q.S.17:32 )
 amanah ( Q.S.23:8). Amanah secara bahasa berarti “dapat dipercaya”. Sikap amanah itu
lahir dari iaman yang teguh dan berujung kepada terciptanya rasa aman. Kata iman,
amanah dan aman berasal dari akar kata (derivasi) yang sama yaitu terdiri dari tiga huruf:
‫ ن‬- ‫ م‬- ‫ ا‬. kemudian terbentuk kata: ‫ = من ا‬mempercayai, ‫ = ا ما نة‬dapat dipercayai,
dan ‫( من ا‬dengan panjang bunyi alif nya) = aman atau rasa aman.
 qana’ah – merasa cukup dengan apa yang diusahakan (Q.S. 2:153). Sikap qana’ah akan
menjauhkan diri kita dari ambisius dan hasad (dengki) serta curang terhadap milik orang
lain.Sikap qana’ah juga akan menghantarkan kita kepada ketenangan hidup
 Terhadap keluarga antara lain :
Sikap anak kepada Ibu Bapak (Q.S. 17 :23-24),

          
            
            
  
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850]. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil".

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi
mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Sikap Ibu Bapak terhadap anak ( Q.S. 66 : 6 )


      
       
       
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Sikap seseorang terhadap saudaranya (Q.S.16 :90),


       
      
   
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Sikap suami terhadap isteri dan sebaliknya (Q.S.2:223 ) – (Q.S.4:34 ).


       
       
   
Aerinya: “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang
beriman”.

         
         
         
            
 
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar”.

[289] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. [290]
Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
[291] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. [292] Maksudnya: untuk memberi pelajaran kepada
isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat
tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga
barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila
cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

 Terhadap masyarakat antara lain :


Ukhuwah (Q.S..49:10)

      


    

Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat”.

1. Ta’awun ( Q.S.5:2 ),
        
          
Artinya: “.... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.

2. Adil ( Q.S. 4: 58 ),
          
           
     
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

3. Penyantun (Q.S. 3:92 ),


           
         
          
 
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,
ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
4. Pemaaf ( Q.S. 3:134),

          
 
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.

Menepati janji ( Q.S. 17:34 )


         
         
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya”.

5. Musyawarah ( Q.S.42:38,
     
     
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.

Berwasiat kepada kebenaran (Q.S.103:1-3).


         
      
Artinya: “Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

4. Akhlak terhadap alam


Secara umum akhlak terhadap alam, antara lain :

 Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam (Q.S.3:190),


 Memanfaatkan dan melestarikan (Q.S.10 :101)
 Menghindarkan merusak alam dan lingkungan, karena perbuatan tersebut sangat tercela (Q.S.
5:64).
 Menyebarkan rahmat kepada seluruh alam ( QS.26 : 183 – QS.38, 28 ).

Tugas-tugas:

1. Apakah yang saudara pahami tentang akhlakul karimah ?


2. Jelaskanlah tata cara berakhlak terhadap Alla, manusia dan alam !
3. Jelaskan bagaimana penerapan akhlak kepada Allah !
4. Cari dan tulislah lima contoh/hadits yang berhubungan dengan akhlak terhadap Allah,
manusia dan alam.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah-istilah berikut: syukur, tawakal, tawadhu’,
qana’ah, dan ‘iffah.

Buku sumber:

Diperta Islam Depag. RI. 2004. Materi instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum

Tim Dosen PAI UNP. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum

Anda mungkin juga menyukai