0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
55 tayangan3 halaman
1. Model pengembangan kompetensi kewirausahaan berbasis skill di SMK bertujuan mengurangi pengangguran lulusan SMK dengan melatih sikap kewirausahaan dan keterampilan (hard dan soft skill) sejak di sekolah agar siap bersaing di dunia kerja.
2. Model pengembangan kewirausahaan di sekolah melalui koperasi sekolah dapat melatih jiwa kewirausaha siswa dan menambah penghasilan sekolah.
1. Model pengembangan kompetensi kewirausahaan berbasis skill di SMK bertujuan mengurangi pengangguran lulusan SMK dengan melatih sikap kewirausahaan dan keterampilan (hard dan soft skill) sejak di sekolah agar siap bersaing di dunia kerja.
2. Model pengembangan kewirausahaan di sekolah melalui koperasi sekolah dapat melatih jiwa kewirausaha siswa dan menambah penghasilan sekolah.
1. Model pengembangan kompetensi kewirausahaan berbasis skill di SMK bertujuan mengurangi pengangguran lulusan SMK dengan melatih sikap kewirausahaan dan keterampilan (hard dan soft skill) sejak di sekolah agar siap bersaing di dunia kerja.
2. Model pengembangan kewirausahaan di sekolah melalui koperasi sekolah dapat melatih jiwa kewirausaha siswa dan menambah penghasilan sekolah.
Model Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan Berbasis Skill Dalam Sikap
Enterpreunership SMK Angka pengangguran di tingkat pendidikan sangat tinggi terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan, walaupun nota bene pendidikan ini yang mencetak lulusan yang siap kerja dan terampil, kompeten. Namun di data real masih kalah dengan tingkat sekolah menengah atas ataupun diploma dan universitas. Penyebab lulusan SMK yang masih menganggur tersebut karena kesulitan ekonomi. Kondisi itu membuat mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi (PT) atau tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Lulusan SMK dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Jadi, bagi lulusan SMK yang tidak mampu melanjutkan ke dunia kerja karena lulusan SMK yang tidak memenuhi standar skill yang dibutuhkan dunia kerja. Masalah klasik yang disampaikan bagi lulusan SMK yang tidak mampu melanjutkan PT atau masuk dunia kerja untuk mendapatkan kerja karena belum memiliki pengalaman kerja. “Padahal, saat ini hampir seluruh lowongan kerja mensyaratkan pengalaman kerja,”. Solusi yang kontinu untuk masalah ini adalah melimpahnya lapangan kerja baru yang dapat menampung satu orang lulusan SMK atau beberapa lulusan SMK baru yang semakin bertambah semakin tahun. Jadi wujud cara ini adalah dengan semakin merebak kewirausahaan baru bagi lulusan SMK walaupun sederhana. Wujud kewirausahaan ini harus dilatih dan dibimbing selama proses berdirinya agar tetap tegak berdiri dan stabil. Perlu adanya pembekalan tentang kewirausahaan bagi siswa SMK sebelum lulus dan dihubungkan dengan kompetensi praktikum (Skill) yang dilakukan siswa di sekolah. Hard Skill dan soft skill sebagai komponen agar siswa siap menghadapi dunia kerja sebelum lulus. Kemampuan dan keberanian siswa dalam berwirausaha sangat perlu diberikan sedini mungkin. Proses kewirausahaan yang jatuh dan bangun sebagai proses yang nyata bagi orang wiraswasta perlu diajarkan dan dilatih kepada siswa. Perlu adanya latihan nyata keselarasan hard skill, soft skill dan kewirausahaan yang terintegrated dalam bentuk produk sederhana yang dihasilkan oleh siswa untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam berwirausaha. Contoh : Siswa membuat produk safety valve yang dikerjakan di mesin bubut, kemudian dikemas dengan kemasan yang baik, dapat menghitung spesifikasi dan maksimal tekanan yang dijinkan yang tertera di produk, kualitas produk yang sama atau lebih baik di pasaran dengan harga yang sama atau lebih murah dilengkapi kemampuan menjual produk siswa maka akan banyak produk yang terjual dan laku. Awal langkah ini yang lambat laun kualitas hard skill, soft skill dan kewirausahaan siswa terasah selanjutnya muncul hubungan kerjasama – kerjasama dengan pihak luar sekolah dalam bentuk pemesanan komponen – komponen mesin yang dikerjakan siswa. Praktik ini membutuhkan waktu dan evaluasi secara berkesinambungan agar sebelum lulus siswa sudah mempunyai karakter wirausaha yang baik dan mampu bersaing dan siap berkompetisi dalam dunia kerja. Hasil yang tercapai munculnya wiraswasta baru akan mengurangi angka pengangguran kerja, visi dan misi SMK selaku lembaga pendidikan vokasi (kejuruan) dapat terwujud yang merupakan keberhasilan proses pendidikan.
2. Model pengembangan kewirausahaan dengan media koperasi di sekolah
Pengembangan kewirausahaan di sekolah berbasis kreativitas dan inovasi dapat memberikan bekal bagi semua warga sekolah dalam pengelolaan pendidikan, khususnya dalam mempersiapkan “sekolah mandiri” yang menjadi roh dari otonomi sekolah. Oleh sebab itu, desain pembelajaran kewirausahaan di sekolah perlu ditinjau ulang, mulai dari kurikulum, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan guru yang mengajar mata pelajaran kewirausahaan dan ekonomi dapat memberi ajar dan mengembangkan minat siswa terhadap kewirausahaan. Pemanfaatan Koperasi sekolah dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran praktik langsung para siswa dalam menerapkan keterampilan dan keahliannya dalam pembelajaran kewirausahaan. Dengan adanya pemanfaatan koperasi siswa sejak dini dapat melatih jiwa wirausaha di kalangan siswa, membentuk sikap mental yang baik, berdisiplin, jujur, semangat, serta membiasakan siswa akan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang mana itu semua prinsip dari kewirausahaan, dan juga bagi pengurus koperasi memberi pengalaman untuk memimpin dan mengendalikan organisasi dan bisnis. Pengelolaan Koperasi sekolah selain sebagai media pembelajaran, juga dapat memberikan sumbangsih dalam menambah penghasilan sekolah dan membantu membangun perekonomian masyarakat. Hal ini merupakan kegiatan yang sangat positif yang dapat dilakukan saat ini untuk meningkatkan minat dan pengetahuan siswa mengenai kewirausahaan.
3. Pengembangan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara budaya dengan kewirausahaan (Gamage, Cameron dan Woods, 2003; Kreiser, Marino, Weaver, 2003). Aspek budaya dalam penelitian Gamage, Cameron, Woods (2003) dan Kreiser adalah budaya lokal, sedangkan dalam penelitian Kreiser, Marino, Weaver (2003) adalah budaya nasional. Saffu (2003) melakukan penelitian tentang peran budaya terhadap kewirausahaan; dimana budaya memiliki peranan yang penting dalam membentuk kewirausahaan, baik budaya lokal maupun budaya nasional, seperti faktor budaya dimana manusia tinggal sangat mempengaruhi tingkat produktivitas contoh attitude dan cara pandang seseorang sebagai hasil interaksi budaya masyarakat merupakan faktor utama yang menghambat pengembangan kewirausahaan. Untuk mengembangkan kewirausahaan perlu adanya pengetahuan mengenai kearifan yang akan dijadikan nilai ekonomi di daerah setempat dan sebagai peluang dengan mengatasi faktor budaya di daerah karena keseharian yang ada dalam usaha di daerah setempat sangat terpengaruh kepada nilai sosial dan budaya adat. Jika seseorang tidak mampu bersaing dengan pendatang baru maka kita dapat memanfaatkan nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha.