Anda di halaman 1dari 4

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN

SMK MASA DEPAN
        Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan kejuruan
dalam hal ini adalah SMK merupakan pendidikan formal yang mengutamakan
pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu,
beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan mengembangkan karirnya
di masa yang akan datang.

         Industri saat ini dalam perjalanannya selalu dihadapkan dengan tantangan untuk
bisa menjawab permintaan pasar dan konsumennya yang semakin hari semakin
beragam, sehingga menuntut dunia industri untuk menghasilkan produk-produk yang
inovatif, kreatif dan berbeda dengan produk lain yang sejenis. Untuk menjawab
tantangan ini dibutuhkan tenaga kerja yang terampil, berkompetensi handal, dan
berjiwa kreatif dan inovatif.

         SMK sebagai lembaga yang menyiapkan tenaga-tenaga terampil tersebut harus
bisa menjawab tantangan ini dengan kurikulum yang fleksibel dan relevan dengan yang
dibutuhkan industri ditambah dengan program-program pendamping yang menyiapkan
bekal soft skill bagi para peserta didiknya sehingga bisa bersaing di pasar global.

         Kurikulum sebagai garis-garis besar haluan pendidikan di sekolah sudah


selayaknya disusun dan ditata sedemikian rupa bersama dengan industri dan
masyarakat pengguna lulusan sehingga apa yang akan diajarkan kepada peserta didik
adalah yang benar-benar nyata atau miniatur yang sesungguhnya di industri tersebut.

         Pendekatan-pendekatan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang cocok


dengan pendidikan berbasis kompetensi adalah pendekatan saintifik (5 M: Mengamati,
Menanya, Mengumpulkan Data/Informasi, Menalar dan Mengkomunikasikan) dengan
model pembelajaran Inquiry Learning, Discovery Learning, Problem Based Learning,
Project Based Learning.

Keterampilan-keterampilan yang disiapkan menggunakan pendekatan berbasis


kompetensi, sehingga terukur kompetensi-kompetensi yang akan dicapai peserta didik
dengan job-job dan praktek-praktek yang sesuai kebutuhan dunia industri. Sehingga
keterampilan yang diperoleh mengarah pada SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) yang telah ditetapkan pemerintah melalui Kementerian
Ketenagakerjaan.

         Pendekatan dan model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk
mengkonstruksi pengetahuan dan pemikiran yang didapat sebelumnya (pendekatan
konstruktifisme) diharapkan dapat mengubah proses pembelajaran yang semula
peserta didik diberi tahu menjadi mencari tahu sendiri, sumber belajar yang bersumber
dari guru menjadi dari berbagai sumber belajar, diharapkan dapat memicu kreatifitas
peserta didik.
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang telah disepakati oleh pemimpin bangsa kita
mulai tahun 2016 sudah di depan mata, yang suka ataupun tidak suka harus kita
hadapi, pasar bebas dalam ekonomi, pasar bebas tenaga kerja maupun produk-produk
industri seyogyanya perlu disikapi dengan percepatan peningkatan kompetensi tenaga-
tenaga kerja kita sehingga bisa bersaing denga tenaga kerja asing.

         Untuk menghadapi itu diperlukan rangkaian kompetensi abad 21 dengan soft


skill yaitu: kompetensi berkomunikasi yang efektif, kemampuan kerjasama dalam tim,
jujur, inisiatif, kreatif dan inovatif, kemampuan TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi),
kemampuan bahasa asing yang mumpuni. Hal ini dapat membantu dalam kelancaran
pekerjaan.

         Lulusan SMK tidak bisa dipungkiri selalu dibutuhkan di industri untuk mengisi
jabatan-jabatan awal (entry level) seperti juru-juru, teknisi, operator mesin, junior
engineer dan lain-lain. SMK harus menyiapkan keterampilan teknis itu di sekolah dan
memberikan pengalaman kerja langsung di industri melalui program diklat atau
pemagangan seperti prakerin. Akan tetapi bekerja di industri penuh dengan
ketidakpastian, suatu saat akan putus kontrak kerja atau PHK.

         Hal ini perlu diantisipasi dengan pemberian bekal pendidikan kewirausahaan yang
cukup untuk dapat membentuk pola pikir yang kreatif, tahan banting untuk
menghasilkan jenis pekerjaan baru sebagai usaha dan pekerjaan mencari nafkahnya.
Sehingga terbentuk wirausahawan baru yang handal dan tahan banting dalam
menghadapi suatu tantangan.

         Kemampuan berwirausaha ini bisa diterapkan dan dipraktekkan langsung dirumah
atau disekolah dengan beraneka ragam jenis usaha sesuai minat dan bakat peserta
didik, sekolah SMK harus mampu menginspirasi dan memfasilitasi kegiatan ini dengan
mengembangkan unit-unit produksi seperti usaha bengkel sepeda motor, las listrik,
gambar bangunan, tata boga, tat arias, jasa instalasi listrik, jasa instalasi dan servis
computer.

         Ini bisa berjalan jika dibina dan dikembangkan oleh guru-guru yang bernaluri dan
berpengalaman wirausaha atau kepala sekolah yang punya visi maju akan
perkembangan sekolah. Mustahil bahwasanya sepakat menggembar-gemborkan
wirausaha kalau guru dan kepala sekolahnya tidak punya pengalaman berwirausaha.
Sekecil apapun jenis usahanya harus diapresiasi dengan baik.

         Lulusan SMK disamping disiapkan untuk bekerja dan berwirausaha juga perlu
disiapkan untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi untuk
pengembangan diri dan keberlajutan masa depannya, hal ini telah disiapkan jalur
pendidikan professional melalui akademi komunitas setara D-2, D-3, D-4 yang setara
S1, S2 (Magister Terapan) bahkan sampai ke S3 (Doktor Terapan).

         Ini semua direncanakan untuk mengubah mainset lulusan SMK menjadi warga


kelas kedua. Bisa dibuktikan bahwa lulusan SMK itu BISA (bisa bekerja dengan
kompetensi handal, bisa berwirausaha dengan kreatif dan inovatif serta Bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga sukses).

         Guru SMK sebagai pendidik harus juga berubah paradigmanya, harus kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dalam hal ini guru harus bisa memperkaya diri dengan kompetensi-kompetensi yang
mendukung bertambahnya keilmuan pendidikan dengan banyak membaca buku
sebagai referensi, jurnal-jurnal ilmiah, mengikuti pendidikan dan pelatihan terbaru serta
magang di industri untuk mendalami teknologi terbaru dan terkini.

         Guru tidak boleh alergi terhadap setiap perubahan yang begitu cepat diluar
kelasnya, bergabung dan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas guru tentang
dunia teknologi informasi & komunikasi, mata pelajaran terkait, atau hoby yang
mendukung inspirasi bertambahnya pengetahuan terkini yang dibutuhkan para peserta
didik.

         Kepala sekolah dalam manajerialnya seyogyanya bersifat out off the box yang
dapat mempercepat proses MOU (Memorandum of Understanding) program kerjasama
dengan mitra kerja industri untuk memicu guru-guru agar semangat dalam mendidik
peserta didik untuk mencapai tujuan sekolah yang ditempatinya menjadi sekolah
unggulan dan rujukan sekolah disekitarnya.

         Peluang kerjasama strategis bersama mitra kerja industri dan masyarakat
pengguna lulusan SMK perlu proaktif dilaksanakan, karena SMK tanpa adanya mitra
kerja industri akan berjalan tidak selaras dengan keinginan pasar kerja, sehingga
llulusannya tidak terserap.

         Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan


SMK di daerah sekitarnya harus memperhatikan analis kebutuhan di daerahnya
(kearifan local) baik seni dan budaya adatnya, jangan sampai mendirikan sekolah yang
jurusannya tidak dibutuhkan sehingga lulusannya tidak dapat terserap secara
maksimal, seperti daerah yang karakteristik daerahnya pertanian akan tetapi jurusan
yang dibuka adalah perhotelan, ini tidak akan sinergi yang menyebabkan timbulnya
pengganguran baru yang banyak.

         Pada umumnya pihak industri merasa tidak membutuhkan kehadiran warga
sekolah yang akan menimba ilmu praktis di tempatnya. Karena akan menggangu
proses kegiatan industri yang berdampak pada produktifitas industri. Hal ini perlu di
mediasi oleh pemerintah sebagai regulator kebijakan, dengan harapan timbulnya
kesadaran bersama antara industri dan pihak sekolah untuk memajukan SMK.

         Regulasi yang dibuat pemerintah harus bisa mengakomodir semua kepentingan
industri yang syarat modal dengan efektif dan efisien tentang waktu dan produk serta
pihak sekolah yang berkepentingan untuk menyerap pembelajaran teknologi secara
nyata. Hal ini bisa diberikannya insentif pajak dan kemudahan perijinan dan perluasan
pangsa pasar bagi industri yang bermitra baik dengan sekolah.
         Pendidikan dan pelatihan juga perlu dipercepat dengan bekerjasama
memanfaatkan balai-balai diklat (BLK) yang dimiliki Kementerian Ketenagakerjaan di
berbagai daerah serta milik lembaga swasta yang kredibel untuk mengakomodir
kebutuhan penyegaran dan upgradekompetensi bagi yang baru lulus SMK, bagi
karyawan yang bekerja, bagi karyawan yang berhenti bekerja atau bagi masyarakat
umum yang ingin mendapatkan bekal kompetensi untuk mencari pekerjaan.

         Pendidikan berkelanjutan juga perlu diterapkan untuk menjamin prinsip multi entry
multi exit bagi peserta didik yang bekerja untuk terus mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dengan pilihan waktu belajar yang fleksibel dengan paket-paket kompetensi
yang fleksibel juga sesuai kebutuhan peserta didik dimanapun dan kapanpun.

         Tantangan global yang memungkinkan persaingan yang sengit antar pekerja baru
dan yang sudah bekerja bahkan dengan pekerja asing untuk mengisi lowongan-
lowongan pekerjaan yang tersedia secara bebas maka perlu disikapi dengan program-
program handal dengan menggandeng balai latihan kerja, perguruan tinggi, LPTK, LPS,
BNSP untuk memberikan keterampilan professional dan memberikan sertifikasi profesi.

Sertifikat kompetensi/professional akan diperlukan sebagai sebuah pengakuan dan


penghargaan resmi dari lembaga kredibel yang bisa digunakan pengguna tenaga kerja
untuk melihat sejauh mana kompetensi yang dimilikinya. Dengan sendirinya akan
mendapatkan kompetensi yang mampu bersaing.

Sertifikat kompetensi harus selaras dengan apa yang sudah ditetapkan pemerintah
dalam KKNI (Kerangka Kerja Nasional Indonesia) dan SKKNI (Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia) sehingga kemampuan tersebut terukur secara periodic dan
standarnya sama di seuruh dunia.

         Ini semua dilakukan agar membentuk suatu sinergi yang erat untuk percepatan
indeks pembangunan manusia yang dengan sendirinya meningkatkan daya saing
sumber daya manusia Indonesia di kancah global, ketika semua persiapan dan strategi
sudah diterapkan maka tidak perlu khawatir akan serbuan tenaga kerja asing yang akan
bekerja disini, oleh karena sumber daya manusia Indonesia khususnya lulusan SMK
siap dengan bekal kompetensi yang handal.

         Bahkan apabila lulusan SMK sudah menguasai teknologi, kompetensi abad-21
dan berjiwa entrepreneur semua maka akan dapat mudah mengubah dunia dan
menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri, biarkan tenaga kerja asing masuk Indonesia,
kita yang akan jadi majikannya yang bisa mengelola menjadi keutungan yang besar dan
menguatkan daya saing bangsa.

Anda mungkin juga menyukai