0 BERBASIS INDUSTRI
Modul B
PEMBELAJARAN MODEL TEFA
PENYUSUN:
1. Dr. Agung Suprihatin, S.Pd, M.Si
2. Hadi Soehartono, S. S., M.Pd
3. Drs. Agus Wahyudi, M.Eng
4. Suwarto Jati Kusumo, S.Pd, M.Eng
A. DESKRIPSI MATERI
Modul Pembelajaran Model Teaching Factory (Tefa) mencakup pemahaman tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan Budaya Industri, PBL/PjBL/Kolaboratif antar mapel dalam pembelajaran,
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tefa (modul ajar dan lembar kerja), Penyusunan jadwal blok
Tefa dan Asesmen dan evaluasi pembelajaran Tefa. Sub modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dan Budaya Industri memberikan gambaran mengenai konsep dan penerapan K3 dan budaya industri
pada SMK. Sub modul PBL/PjBL/Kolaboratif antar mapel dalam pembelajaran meliputi pemahaman
terkait model pembelajaran yang dapat diterapkan pada setiap area tahapan pembelajaran berbasis
Tefa sesuai dengan prinsip dan karakteristik model pembelajaran Tefa serta alur langkahnya. Sub
modul Pengembangan Perangkat pembelajaran Tefa mencakup pemahaman terkait komponen
pembelajaran model Tefa, yakni pengemasan pembelajaran berbasis projek, khususnya projek yang
menghasilkan produk nyata yang dibutuhkan pasar, meliputi produk dan job sheet termasuk
asesmennya. Sub modul Penyusunan Jadwal Blok Tefa yang merupakan bagian dari komponen
pembelajaran model Tefa mencakup pemahaman tentang makna dan jenis penjadwalan, cara
penjadwalan blok dan contohnya. Sub modul Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Tefa mencakup
pemahaman tentang aspek dan prinsip penilaian pembelajaran model Tefa pada aspek asesmen.
Aspek Evaluasi meliputi pemahaman tentang tujuan dan paramater evaluasi pembelajaran model
Tefa.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada satuan
pendidikan yang dipimpin.
2. Menjelaskan konsep dan penerapan budaya industri pada satuan pendidikan yang dipimpin.
3. Menjelaskan ciri model problem based learning (PBL).
4. Menjelaskan ciri model project based learning (PjBL).
5. Menganalisis penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan tahapan aktivitas analisis
kebutuhan, perancangan, penyelesaian produk/jasa dan penyerahan kepada pengguna dalam
Teaching Factory.
6. Membuat matriks produk pembelajaran Teaching Factory sesuai ketersediaan sumberdaya di
satuan pendidikan masing-masing.
7. Menjelaskan alur penyusunan job sheet sesuai hasil matriks produk pembelajaran Teaching Factory
satuan pendidikan masing-masing.
8. Mendesain jadwal blok sesuai dengan produk pembelajaran Teaching Factory yang ditetapkan
satuan pendidikan masing-masing.
9. Menjelaskan aspek penilaian dalam pembelajaran model Teaching Factory beserta contohnya.
10.Menjelaskan parameter evaluasi pembelajaran model Teaching Factory.
C. PEMAHAMAN BERMAKNA
Penerapan pembelajaran berbasis teaching factory akan dapat mengantarkan peserta didik
kepada penguasaan kompetensi sesuai dengan persyaratan kebutuhan iduka. Berbagai model
dan strategi pembelajaran mulai dari problem based learning (PBL), project based learning (PjBL)
hingga kolaborasi antar mata pelajaran perlu diterapkan sesuai dengan ragam aktivitas dalam
pembeajaran berbasis teaching factory agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam
melaksanakan analisis kebutuhan pengguna (produk barang atau jasa), mendesain proses
pemenuhan kebutuhan sesuai hasil analisis, mengimplementasikan desai proses yang dibuat
hingga penyerahan hasil solusi (barang/jasa) kepada pengguna.
D. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Apa yang dimaksud dengan produk?
2. Apa yang perlu diperhatikan dalam menghasilkan sebuah produk yang akan di jual?
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
3. Adakah model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga menghasilkan suatu
produk yang layak jual?
E. MATERI
2. Eksplorasi Konsep
Pengertian teaching factory sesuai dengan Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan
Technopark di SMK (2016), adalah suatu model pembelajaran pada institusi pendidikan kejuruan
yang menggunakan suatu produk (barang/jasa) sebagai media pembelajaran untuk mengantarkan
kompetensi dan diselenggarakan melalui sinergi sekolah dengan industri. Tujuan dari model
pembelajaran tersebut adalah menghasilkan lulusan yang menguasai kompetensi tertentu sesuai
dengan standar industri serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Tefa bertujuan untuk meningkatkan keselarasan proses pengantaran
pengembangan keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude) melalui
penyelarasan tematik pada mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif. Penekanan model
pembelajaran ini terletak pada aktivitas peserta didik dalam memahami standar/kualitas,
kemampuan memecahkan masalah dan melakukan inovasi, dengan pendampingan optimal dari
instruktur/pendidik yang memiliki kompetensi dan pengalaman industri yang relevan.
Terdapat empat (4) pilar Tefa yang perlu diperhatikan semenjak proses perancangan dan
perencanaan pembelajaran, yakni: keamanan dan keselamatan, lingkungan nyata, produk nyata,
dan tawaran pendidikan.
Menurut Panduan Pelaksanaan Tefa yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK (2017),
pelaksanaan Teaching Factory di SMK meliputi 7 komponen, yakni:
1. Pengkondisian SMK, Pembenahan Ruang Praktik/Bengkel-Laboratorium
2. Penentuan Produk-Jasa Teaching Factory
3. Model Pembelajaran-training
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Manajemen
6. Hubungan Industri
7. Informasi Produk barang dan atau layanan jasa.
Rincian penjelasan masing-masing komponen dapat dieksplorasi pada buku panduan tersebut.
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
B.1 K3 dan Budaya Industri
B.2.2.2 Sintak dan Perilaku Guru dalam Problem Based Learning (PBL)
Sebagai sebuah model pembelajaran, PBL memiliki sintak atau urutan langkah tersendiri. Gambar
berikut menunjukkan urutan langkah PBL.
Proses belajar mengajar dengan menerapkan model PBL, pada dasarnya diawali dengan aktivitas
peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses
penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Perilaku
guru dalam penerapan PBL dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel B.2.1. Tahapan PBL dan perilaku Pendidik
Tahapan PBL Perilaku Pendidik
Tahap 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
masalah diperlukan
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2 Membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
Mengorganisasikan peserta didik
berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3 Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
Membimbing penyelidikan individual
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
maupun kelompok
masalah
Tahap 4 Membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
Mengembangkan dan menyajikan hasil
model dan berbagi tugas dengan teman
karya
Tahap 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari/meminta kelompok presentasi
Menganalisis dan mengevaluasi proses
hasil kerja
pemecahan masalah
Sumber: Sofyan, H., dkk, 2017
Pada pembelajaran berbasis produk (Tefa), PBL sangat cocok diterapkan pada awal aktivitas yaitu
fase analisis kebutuhan pengguna produk pembelajaran Tefa. Pada fase ini peserta didik dapat
memperkuat pembiasaan peka terhadap kondisi dan permasalahan yang ada di lingkungan
sekitarnya, terutama yang terkait dengan bidang keahlian (program keahlian) yang sedang
ditekuninya. Kepekaan ini selanjutnya diarahkan untuk mencari solusi atas permasalahan yang
teridentifikasi dan teranalisis.
Langkah pembelajaran Tefa untuk semua kategori Tefa yang ada dapat mengikuti alur pada
gambar B.2.3. Perbedaan terdapat pada pemanfaatan produk barang dan/atau jasa serta
mekanisme pengelolaan penerimaan pendapatan antara sekolah Negeri dan Swasta.
Secara rinci langkah pembelajaran Tefa dapat dijelaskan seperti berikut ini.
1. ldentifikasi Produk
Tefa dapat dilaksanakan berbasis pada kompetensi/konsentrasi keahlian atau lintas
kompetensi/konsentrasi keahlian, program keahlian dan bidang keahlian sesuai kebutuhan
cakupan kompetensi dalam sebuah produk. Kondisi tersebut terjadi karena proses produksi
dalam hal tertentu memerlukan kolaborasi berbagai bidang keilmuan.
ldentifikasi produk sebagai media belajar pada prinsipnya dilakukan oleh dan di setiap
kompetensi/konsentrasi keahlian dengan melibatkan mitra kerja. Bila produk tersebut
memerlukan lintas konsentrasi keahlian, maka identifikasi dilakukan secara kolaboratif.
2. Analisis Cakupan Kompetensi
Analisis dilakukan untuk mengukur kecukupan dan kesesuaian cakupan kompetensi yang
diperlukan dalam penyelesaian produk. Kompetensi yang dibangun melalui penyelesaian
produk harus mendukung tercapainya kompetensi pada kurikulum yang berlaku. Kegiatan
analisis cakupan kompetensi terdiri dari: analisis uraian pekerjaan dan analisis kesesuaian
kompetensi dasar/capaian pembelajaran dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisis Uraian Pekerjaan
Analisis cakupan kompetensi dimulai dengan analisis uraian pekerjaan yang
menggambarkan kompetensi/unit kompetensi untuk menyelesaikan setiap produk.
Kompetensi yang diperoleh melalui pengerjaan produk dalam pembelajaran Tefa dapat
berasal dari satu atau lintas kompetensi/konsentrasi keahlian. Analisis uraian pekerjaan
dapat dilakukan bersama mitra kerja.
b. Analisis Kesesuaian Kompetensi Dasar/Capaian Pembelajaran
Hasil analisis uraian pekerjaan berupa kompetensi-kompetensi perlu dianalisis
kesesuaiannya dengan Kompetensi Dasar/Capaian Pembelajaran (KD/CP). Langkah ini
dilakukan untuk menjamin agar pelaksanaan Tefa dapat mendukung pencapaian
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
kompetensi dalam kurikulum. Kompetensi yang dimaksud meliputi estetika dan segala
perilaku kerja di dunia kerja.
Penerapan Tefa dapat dilakukan dengan integrasi antar mata pelajaran,
kompetensi/konsentrasi keahlian, program keahlian, bahkan bidang keahlian. lntegrasi
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain:
1) lntegrasi antar mata pelajaran dalam satu kompetensi/konsentrasi keahlian; yaitu
integrasi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, baik pada
kelompok mata pelajaran umum maupun pada kelompok mata pelajaran kejuruan.
2) lntegrasi lintas kompetensi/konsentrasi keahlian; yaitu jika produk yang akan
dikerjakan memerlukan integrasi dari berbagai kompetensi keahlian/konsentrasi
keahlian yang berada di satu sekolah.
3) lntegrasi lintas SMK; yaitu jika produk yang akan dikerjakan memerlukan integrasi
kompetensi dari berbagai SMK, sehingga tidak ada lagi bagian yang harus dikerjakan
oleh pihak eksternal. Jika ada bagian-bagian tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh
peserta didik, misalnya karena tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, dapat dijadikan
peningkatan kompetensi teknis di luar kurikulum dan/atau dikerjakan bersama dengan
pihak eksternal.
4) Penyusunan perangkat ajar
Guru dan/atau instruktur dunia kerja menyusun perangkat ajar dan perangkat
asesmen berdasarkan Analisis Kesesuaian Kompetensi Dasar/Capaian Pembelajaran.
Perangkat ajar terdiri dari capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, alur tujuan
pembelajaran, modul ajar, lembar kerja peserta didik (Job sheet). Perangkat asesmen
disusun/dikembangkan sesuai dengan Tujuan pembelajaran yang disusun.
5) Jadwal Blok
Penyusunan jadwal sistem blok perlu disesuaikan dengan kondisi riil dalam pekerjaan
yang sebenarnya, karena setiap pekerjaan membutuhkan waktu bekerja/belajar yang
berbeda. Misalnya, seorang penari maksimal memerlukan waktu 4 (empat) jam untuk
latihan secara terus menerus, tetapi seorang montir dapat memerlukan waktu bekerja
satu hari penuh. Dengan demikian, penyusunan jadwal blok dapat menggunakan
model hour, day, week, dan/atau month release. Pelaksanaan Tefa SMK dimulai
dengan menata dan menyusun jadwal pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik dapat mengerjakan suatu kegiatan proses produksi/layanan jasa tertentu sampai
selesai/tuntas, misalnya membuat barang, menanam, menari, melukis, mengerjakan
jasa atau melakukan kegiatan lain sesuai rencana produksi/layanan jasa yang telah
ditetapkan.
3. Perancangan Produk
Pengerjaan produk sebagai media belajar diawali dengan pembuatan rancangan produk yang
akan menjadi dasar analisis kecukupan sumber daya sekolah. Rancangan produk antara lain:
gambar kerja, story board/naskah kerja, prototipe/contoh produk, kebutuhan alat dan bahan.
Kegiatan perancangan produk dapat dilakukan bersama dengan mitra kerja.
4. Analisis Kecukupan Sumber Daya
Analisis kecukupan sumber daya untuk dapat melaksanakan Tefa meliputi aspek sumber daya:
manusia (guru dan tenaga ahli), fasilitas, pembiayaan, dan mitra kerja. Analisis kecukupan
dapat dilakukan dengan menggunakan check list ketersediaan dan kecukupan setiap aspek
sumber daya berdasarkan tuntutan produksi;
a. Sumber Daya Manusia
SDM yang diperlukan dalam pelaksanaan Tefa terdiri atas guru, tenaga kependidikan
(antara lain: teknisi, tool man, laboran), dan instruktur (guru dan/atau instruktur dari
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
dunia kerja). Sekolah harus menyiapkan guru dan tenaga kependidikan yang memiliki
pengalaman dan sertifikat dari industri atau portofolio yang relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Sumber Daya Fasilitas dan Bahan
Fasilitas belajar yang ada di sekolah perlu ditata dan dikondisikan semaksimal mungkin
mengadopsi tatanan atau menerapkan aturan-aturan yang ada di dunia kerja, sehingga
terbangun lingkungan dan suasana seperti di dunia kerja. Sekolah menyediakan bahan
produksi yang digunakan dalam pembelajaran Tefa sesuai standar.
c. Pembiayaan
Sumber pembiayaan Tefa dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
penyelenggara pendidikan, mitra kerja, penjualan produk hasil Tefa untuk sekolah swasta
dan sekolah negeri berstatus BLUD, dan dari sumber-sumber lainnya yang relevan dan sah.
d. Mitra Kerja
Analisis mitra kerja lebih diarahkan pada keterlibatan dan dukungan terhadap produk
yang dikerjakan, agar dapat berkontribusi secara maksimal dalam implementasi Tefa.
5. Pengerjaan Produk Tefa
Kegiatan pengerjaan produk Tefa meliputi:
a. Jadwal
Penyelesaian produk berupa barang dan/atau jasa perlu dijadwalkan atau dialokasikan
waktu tertentu sampai produk/layanan jasa itu tuntas dikerjakan.
b. Pengerjaan Produk
Pengerjaan produk berupa barang dan/atau jasa mengacu kepada rancangan dan jadwal
yang telah disusun dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran dan pelaksanaanya dapat
bekerja sama dengan mitra kerja. Pengendalian dan monitoring proses termasuk bagian
dari pelaksanaan proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan pekerjaan diberikan
briefing/coaching peserta didik. Pembekalan tentang kesiapan melaksanakan pekerjaan
meliputi: pemenuhan kompetensi prasyarat, penguasaan tentang SOP, dan budaya kerja.
Pengerjaan produk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Keterlibatan peserta didik disejajarkan
Peserta didik melaksanakan pembuatan produk (barang/jasa) secara langsung,
sampai produk selesai.
2) Refleksi
Refleksi dilakukan melalui diskusi/koordinasi dan komunikasi antara peserta didik
dengan tim terhadap pekerjaan yang sedangdikerjakan sebagai upaya penguatan
pemahaman terhadap pekerjaan yang dilakukan.
3) Asesmen
Asesmen dilakukan oleh guru untuk mengukur kompetensi peserta didik sesuai
dengan Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
4) Supervisi pekerjaan
Guru dan/atau instruktur dari dunia kerja melaksanakan supervisi proses produksi
yang dilaksanakan peserta didik sesuai dengan standar proses dan produk pada
penyelesaian pekerjaan untuk menjamin kualitas proses belajar.
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan proses dan hasil pekerjaan, serta
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
jaminan layanan purna jualnya.
6. Penyerahan Hasil Produk
Peserta didik menyerahkan produk dengan bimbingan guru dan/atau instruktur dari dunia
kerja berdasarkan dokumen produk kepada pemesan yang berasal dari dunia kerja,
masyarakat, dan/atau sekolah serta mengadministrasikannya.
7. Layanan Purna Jual
Peserta didik melaksanakan layanan purna jual (keluhan/error handling dan garansi), untuk
menyelesaikan keluhan dari konsumen (jika ada) atas produk yang dikerjakan/dihasilkan guru
dan/atau instruktur dunia kerja baik secara luring maupun daring.
Semua kegiatan pengerjaan produk tersebut di atas didampingi oleh guru dan/atau instruktur
dunia kerja.
Proses pembelajaran berbasis produksi melalui model pembelajaran Tefa harus dilakukan
berulang-ulang, tidak mungkin sekali belajar membuat satu barang atau melakukan satu layanan
jasa lalu peserta didik dinyatakan kompeten. Proses belajar menjadi kompeten harus dilakukan
secara bertahap; mulai dari mengerjakan hal-hal yang sederhana menuju ke hal-hal yang lebih
kompleks, dari bagian-bagian menuju satu keutuhan produk, dari proses bekerja dengan
bimbingan yang ketat perlahan menuju proses bekerja mandiri. Selanjutnya peserta didik akan
berulang-ulang melakukan pembuatan barang atau melaksanakan pelayanan jasa sesuai dengan
kompetensi keahliann, hingga pada akhirnya benar-benar menjadi mahir. Proses-proses
pengulangan melakukan produksi dalam kondisi dan stuasi lingkungan kerja yang telah ditata
sebagaimana yang ada di dunia kerja (DUDI), diyakini dapat membentuk peserta didik jadi mahir
sesuai keahliannya sekaligus memiliki karakter dan budaya kerja DUDI. Aktivitas transaksi alih
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
pemanfaatan produk TeFa kepada pihak pengguna (pelanggan), diharapkan akan mampu
membantu sekolah dalam mengupayakan kestabilan dan kesinambungan pengulangan proses-
proses produksi tersebut, bahkan untuk melakukan pengembangan inovasi produk sesuai dengan
trend yang berkembang di masyarakat.
2. Produk Industri
Pengertian produk industri yaitu semua produk yang bisa dibeli oleh konsumen supaya dapat
digunakan sebagai bahan baku, nantinya tahap berikutnya dapat diproses menjadi produk yang
baru. Produk industri ini dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut:
a. Bahan Baku dan Suku Cadang
Bahan baku dan suku cadang merupakan produk yang dibutuhkan untuk diolah menjadi produk
baru yang mempunyai manfaat lebih. Biasanya jenis produk satu ini dikategorikan kedalam dua
bagian, yakni bahan mentah dan suku cadang. Contoh produk mentah yaitu kayu dan gandum.
Di mana, kayu ini dapat diproduksi menjadi lemari, kursi, dan lainnya. Sementara itu, gandum
dapat diproduksi menjadi roti. Serta contoh dari produk bahan maupun suku cadang.
b. Barang Modal
Barang modal yaitu suatu produk yang dapat membantu atau memudahkan produsen guna
mengelola maupun mengembangkan suatu produk matang dan mempunyai daya tahan yang
tergolong lama, layaknya pabrik, bangunan kantor, laptop, mobil, mesin produksi, dan lainnya.
c. Perlengkapan dan Layanan Bisnis
Perlengkapan dan layanan bisnis merupakan produk yang dapat membantu pengelolaan
produk matang yang siap dijual dan memiliki daya tahan yang tergolong lama. Contohnya alat
tulis kantor, oli pelumas, bahan bakar mesin, dan lain sebagainya. Sementara itu, contoh dari
produk layanan bisnis ini yaitu perwatawan alat, periklanan produk, konsultasi bantuan hukum,
dan lainnya.
D. Atribut Produk
Setelah mengetahui dan memahami tentang pengertian produk, berikut ini terdapat pembahasan
mengenai atribut produk. Dimana, sejumlah atribut yang menyertai mencakup atribut produk,
antara lain:
1. Branding dan Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol maupun rancangan atau kombinasi dari
keseluruhan yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu penjual
maupun kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Sementara itu, branding adalah isu sentral dalam strategi produk. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa branding sangatlah mahal dan memakan waktu dan bisa membuat atau
mengajukan suatu produk. Nama merek yang baik bisa menambahkan kesuksesan yang besar
terhadap suatu produk.
2. Pengemasan (Packing)
Packing atau Pengemasan merupakan suatu kegiatan untuk membuat wadah atau pembungkus
suatu produk. Hal tersebut dapat melibatkan perancangan dan pembuatan pembungkus suatu
produk.
3. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk untuk menjalankan fungsinya termasuk
daya tahan, keandalan, akurasi, kemudahan pengoperasian dan perbaikan serta atribut
berharga lainnya. Guna meningkatkan kualitas produk perusahaan anda bisa melakukan
program Total Quality Management (TQM). Serta mengurangi cacat produk, tujuan akhir dari
kualitas total yaitu guna meningkatkan nilai konsumen.
Sementara itu, tingkatan produk kebanyakan dari Anda tentu telah mengetahui bahwa terdapat
banyak sekali jenis produk di sekitar Anda. Akan tetapi, setiap produk itu ternyata mempunyai
tingkatan masing-masing, sehingga kuantitasnya pun berbeda-beda.
E. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang
menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung
1. Project Based Learning
Project Based Learning adalah model pembelajaran yang mendorong para peserta didik untuk
menerapkan cara berpikir yang kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, dan memperoleh
pengetahuan mengenai problem dan isu-isu riil yang dihadapinya.
2. Teaching Factory (Tefa)
TeFa merupakan sebuah konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis
untuk menjawab tantangan perkembangan dunia industri saat ini dan nanti. Tefa merupakan
pengembangan dari unit produksi yakni penerapan sistem industri mitra pada unit
produksi/praktek yang sudah ada di Sekolah Vokasi.
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
F. Implementasi Pembelajaran Teaching Factory (Tefa)
Pada tahap implementasi pembelajaran Teaching Factory (Tefa) memerlukan rambu-rambu yang
berisi Langkah-langkah dalam melaksanakan proses produksi barang atau jasa dimana disusun
dalam suatu kertas kerja yang dikenal dengan istilah jobsheet.
Job sheet dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja yang sesungguhnya
untuk menghasilkan produk (barang/jasa) yang sesuai dengan standar kualitas.
Job sheet disusun dengan mengacu pada jenis produk yang telah ditentukan sebelumnya (pada
tahapan penentuan produk). Produk tersebut merupakan bagian dari proses pembelajaran dan
memiliki linearitas serta mengantarkan sebanyak mungkin kompetensi yang relevan. Tahapan
penyusunan Job sheet sebagai berikut:
1. Pendidik mengidentifikasi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Kompetensi Dasar (KD) yang
dibutuhkan untuk membuat produk tersebut;
2. Pendidik menyusun urutan materi sesuai indikator pencapaian kompetensi dengan kriteria:
Jumlah job sheet ditentukan berdasarkan kedalaman materi kompetensi yang diajarkan;
Alokasi waktu penyelesaian job sheet mengacu pada jadwal blok.
Perlu dipertimbangkan juga bahwa penyusunan jobsheet tetap mengacu pada tahapan pencapaian
ketrampilan dan prinsip deferensiasi antara lain menyangkut aspek sarana prasarana, karakter
program keahlian, karakter peserta didik, sehingga penyusunan jobsheet bisa dikategorikan dalam
beberapa level yaitu:
Tabel B.3.1 Level Job sheet
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
Waktu ¼ waktu guru dalam sehari ⅙ atau 1/7 waktu guru dalam
Perencanaan dialokasikan untuk sehari dialokasikan untuk
Guru perencanaan perencanaan
Metode Jumlah murid dalam kelas bisa Jumlah murid dalam kelas
Instruksional berbeda antar kelas atau biasanya selalu tetap atau sama
semester
Gambar B.4.1. Contoh Jadwal Blok Pembelajaran TEFA di SMKN 9 Bandung pada Kompentensi Keahlian Tata Boga
(Sumber: Best Practice TEFA.Panduan TEFA Direktorat SMK 2023.)
https://bit.ly/BestPracticeTefa_SMKN_9_Bandung
Gambar B.4.2. Contoh Jadwal Siswa pada Pembelajaran TEFA sistem Blok di SMKN 9 Bandung pada Kompentensi
Keahlian Tata Boga
(Sumber : Best Practice TEFA.Panduan TEFA Direktorat SMK 2023.)
https://bit.ly/BestPracticeTefa_SMKN_9_Bandung
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
Gambar B.4.3. Contoh Jadwal Blok Pembelajaran TEFA di SMK St.Mikael Surakarta pada Kompentensi Keahlian Teknik
Permesinan
(Sumber: Best Practice TEFA.Panduan TEFA Direktorat SMK 2023.)
https://s.id/lmplementasiTefa_SMK_Mikael_Surakarta
Gambar B.4.4 Contoh Jadwal Blok Pembelajaran TEFA Kelas XII di SMK St.Mikael Surakarta pada Kompentensi
Keahlian Teknik Permesinan
(Sumber : Best Practice TEFA.Panduan TEFA Direktorat SMK 2023.)
https://s.id/lmplementasiTefa_SMK_Mikael_Surakarta
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
Gambar B.4.5. Contoh Jadwal Blok Pembelajaran TEFA di SMK St.Mikael Surakarta pada Kompentensi Keahlian Teknik
Permesinan
(Sumber : Best Practice TEFA.Panduan TEFA Direktorat SMK 2023.)
https://s.id/lmplementasiTefa_SMK_Mikael_Surakarta
Gambar B.4.5. menunjukkan bahwa Pembelajaran TEFA di Kelas X pada SMK St.Mikael melekat pada Pembelajaran
Projek P5 dan Budaya Kerja.
B.5.1 Asesmen
Sebagaimana dijelaskan pada bagian B.2 bahwa asesmen kompetensi peserta didik dalam
pembelajaran model Tefa dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan tata cara penilaian di
dunia kerja dan prinsip asesmen Kurikulum Merdeka. Asesmen pembelajaran dapat dikemas
sebagai pelengkap Job Sheets berupa lembar penilaian (Evaluation Sheests).
Job sheet dalam model pembelajaran teaching factory merupakan bagian dari RPP dan
disusun dengan mengacu pada produk yang ditentukan. Job sheet tersebut memuat urutan
materi untuk mengantarkan kompetensi peserta didik dengan hasil akhir berupa produk
berkualitas dan bermanfaat. Dalam job sheet diidentifikasi secara jelas kompetensi apa yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Format job sheet terdiri dari soal (pertanyaan), prosedur
pengerjaan, rubrik penilaian dan format penilaian. Ciri utama job sheet teaching factory
adalah pada metode penilaiannya, di mana mengutamakan fungsi, estetika (bentuk) dan
waktu penyelesaian. Metode penilaian dilakukan secara transparan sehingga setiap peserta
didik dapat mengetahui berapa nilai yang diperoleh serta alasannnya.
Aspek penilaian pada job sheet harus mengandung tiga unsur, yaitu:
Aspek kualitas, yaitu penilaian secara teknis, cara pengerjaan dan hasilnya;
Aspek fungsi, yaitu pembobotan penilaian yang mengacu pada fungsi;
Waktu pengerjaan, yaitu berkaitan dengan lama waktu pengerjaan suatu produk.
Tujuan dari penggunaan sistem penilaian adalah untuk mengukur kompetensi peserta didik,
yang meliputi proses dan hasil belajar. Penilaian dilakukan setelah peserta didik
menyelesaikan seluruh proses dalam Job sheet. Ada empat prinsip penilaian dalam konteks
teaching factory yaitu:
1) Obyektivitas
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
Penilaian dilakukan dengan menggunakan cara pengukuran yang valid dan dapat
diandalkan.
2) Transparansi
Penilaian dilakukan secara terbuka, sehingga peserta didik dapat mengetahui kualitas hasil
unjuk kerjanya.
3) Kualitas
Penilaian dilakukan dengan menekankan pada pengukuran hasil unjuk kerja dengan
mengacu pada ketentuan standar (ukuran/kualitas/layanan), fungsi, waktu (kecepatan),
pengetahuan dan sikap.
4) Prosedur penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan form penilaian standar yang ditetapkan oleh
sekolah.
5.4.1 Evaluasi
Evaluasi, bertujuan untuk melihat apakah penerapan model pembelajaran teaching factory
dapat atau telah memberikan dampak perubahan sesuai dengan yang diharapkan, serta untuk
memberikan rekomendasi upaya penguatan dan perbaikan yang perlu dilakukan dalam
penerapan teaching factory pada tahun ajaran berikutnya.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan teaching factory mencapai tujuan
yang diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output).
Evaluasi dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya dalam suatu periode (tahapan),
sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang disusun dalam perencanaan.
Evaluasi teaching factory dilakukan dengan mengukur 7 (tujuh) parameter penerapan
teaching factory, terdiri dari:
Manajemen;
SDM
Komponen Teaching Factory
Sarana
Prasarana
Proses Pembelajaran
Hubungan Industri.
3. Ruang Kolaborasi
Pada ruang kolaborasi ini, secara berkelompok Anda disilakan untuk melakukan
● Analisi kebutuhan pasar dikaitkan dengan program keahlian yang dimiliki sekolah (LK.1)
4. Demonstrasi Kontekstual
Secara berkelompok, Anda diminta untuk menjelaskan konsep berpikir dalam menghasilkan sebuah
produk bersama mitra industri yang dimiliki (LK.2)
5. Elaborasi Pemahaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut masing-masing pada selembar stiky note secara
individu. Tempelkan jawaban Anda pada tempat sesuai instruksi pengajar
a. Bagaimana peran guru dalam memahami model-model pembelajaran?
b. Bagaimana peran model pembelajaran PBL dan PjBL dalam implementasi pembelajaran Teaching
Factory (Tefa)?
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
6. Koneksi Antarmateri
a. Kompetensi Apa yang ingin dicapai dalam Pembelajaran Teaching Factory (Tefa)?
b. Buatlah gambaran secara komperehensif dari perencanaan sampai hasil akhir terkait produk
pembelajaran Teaching Factory (Tefa) hingga dampak yang dihasilkan bagi peserta didik dan
sekolah. Kerjakan aktivitas ini secara berkelompok. (LK.3)
7. Aksi Nyata
Bapak/Ibu secara individu diminta untuk membuat rancangan implementasi model pembelajaran
Teaching Factory (Tefa) mulai dari perencanaan hingga menghasilkan sebuah produk. Dalam
rancangan tersebut siapa saja yang terlibat didalamnya dan apa peran spesifik masing-masing.
Lengkapi rancangan tersebut dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apa saja yang perlu dipelajari?
b. Kapan waktunya?
c. Dari mana sumber belajarnya?
d. Siapa saja pihak yang bisa diajak berdiskusi?
e. Apa saja yang menjadi potensi tantangan Bapak/Ibu dalam implementasi pembelajaran
Teaching Factory (Tefa)?
f. Apa saja alternatif solusi untuk menanggulangi potensi tantangan yang mungkin terjadi
tersebut?
(LK.4 - 4.1)
F. LEMBAR KERJA
LK.1
ANALISIS KEBUTUHAN PASAR
NO PROGRAM KEAHLIAN MITRA INDUSTRI PRODUK YANG DIHASILKAN
(BUTUHKAN PASAR)
1.
2.
dst.
LK.2
ALUR MENGHASILKAN PRODUK
Buatlah peta konsep pada kertas CD Plano yang sudah disediakan!
LK.3
Buatlah peta konsep atau info grafis, dsb…dimulai dari produk yang dihasilkan serta dampak yang
dihasilkan!
LK.4
NO RENCANA KEGIATAN PIHAK YANG TERLIBAT PERAN/TUGAS
1.
2.
dst
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
LK.4.1
NO RENCANA KEGIATAN TANTANGAN ALTERNATIF SOLUSI
1.
2.
dst
G. ASESMEN
Pengamatan dan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan kepada peserta selama
proses pembelajaran dan hasil kerja kelompok dan individual.
H. LATIHAN
Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Manakah dari pernyataan berikut yang merupakan komponen penting dari manajemen K3?
a. Penghematan biaya
b. Identifikasi risiko
c. Peningkatan produktivita
d. Penanganan kecelakaan kerja
2. Menjaga lingkungan tempat kerja tetap terorganisir, bersih, dan efisien merupakan praktik dari
budaya kerja industri ….
a. resik
b. rajin
c. rapi
d. rawat
3. Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun jadwal blok pada pembelajaran
Tefa, yaitu....
a. menyusun mata pelajaran secara independen
b. mengintegrasikan beberapa mata pelajaran menjadi satu unit pembelajaran
c. menghapus beberapa mata pelajaran untuk mempermudah pemahaman siswa
d. menerapkan kurikulum yang sama dengan sistem tradisional/konvensiona
4. Keterampilan apa yang dapat dikembangkan melalui implementasi jadwal blok pada
pembelajaran Tefa?
a. Kemampuan menghafal informasi
b. Keterampilan berpikir kritis dan analitis
c. Keterampilan berkomunikasi secara tertulis
d. Penguasaan satu mata pelajaran saja
5. Bagaimana siswa dapat belajar dari pengalaman pembelajaran berbasis produk nyata?
a. mencatat setiap langkah dalam proses merek
b. menganalisis hasil produk mereka dengan kritis
c. membandingkan produk mereka dengan produk orang lain
d. berpartisipasi dalam diskusi kelompok tentang proses pembuatan produ
6. Pembelajaran berbasis produk nyata dapat membantu siswa menerapkan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam kehidupan nyata dengan ….
a. memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan
b. memungkinkan siswa menunjukkan keterampilan mereka secara nyata
c. memintanya untuk menghubungkan konsep-konsep pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
d. semua jawaban benar
7. Model pembelajaran teaching factory memungkinkan terjadinya beberapa pendekatan integrasi,
yaitu integrasi ….
a. antar mata pelajaran umum/di luar mata pelajaran kejuruan saja, lintas
kompetensi/konsentrasi keahlian, dan lintas SMK
b. antar mata pelajaran dalam satu kompetensi/konsentrasi keahlian, lintas
kompetensi/konsentrasi keahlian, dan lintas jenjang pendidikan
c. antar mata pelajaran dalam satu kompetensi/konsentrasi keahlian, lintas
kompetensi/konsentrasi keahlian, dan lintas SMK
d. antar mata pelajaran kelompok kejuruan saja tanpa mata pelajaran umum, lintas
kompetensi/konsentrasi keahlian, dan lintas SMK
8. Apa yang menjadi tujuan utama dari penerapan model pembelajaran teaching factory?
a. meningkatkan produktivitas peserta didik secara optimal
b. mengembangkan keterampilan praktis dalam konteks dunia nyata
c. meningkatkan kemandirian peserta didik dalam pembelajaran
d. mengembangkan kemampuan akademis peserta didik
9. Pernyataan-pernyataan berikut yang paling tepat terkait evaluasi pada impelementasi model
pembelajaran teaching factory adalah ….
a. bertujuan untuk melihat apakah pembelajaran menyenangkan bagi seluruh peserta didik
atau hanya untuk sebagian kecil peserta didik, serta untuk memberikan rekomendasi
upaya penguatan dan perbaikan yang perlu dilakukan
b. bertujuan untuk melihat apakah penerapan model pembelajaran teaching factory dapat
atau telah memberikan dampak perubahan sesuai dengan yang diharapkan, serta untuk
memberikan rekomendasi upaya penguatan dan perbaikan yang perlu dilakukan
c. dimaksudkan untuk mengetahui apakah penerapan teaching factory mencapai tujuan
yang diharapkan atau tidak dan dilakukan segera setelah pencanangan implementasi
model pembelajaran teaching factory agar dapat segera ditindaklanjuti
d. lebih menekankan pada aspek masukan proses (input), dilakukan jika program itu telah
berjalan setidaknya dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan
dan jenis program yang disusun dalam perencanaan
10. Berikut ini kesemuanya merupakan tiga unsur yang harus ada dalam aspek penilaian dalam
job sheet model pembelajaran teaching factory, yaitu ….
a. aspek kuantitas, aspek fungsi, dan waktu pengerjaan
b. aspek kualitas, aspek kuantitas, dan waktu pengerjaan
c. estetika produk, aspek fungsi, dan waktu pengerjaan
d. aspek kualitas, aspek fungsi, dan waktu pengerjaan
I. DAFTAR PUSTAKA
Achdiani, Y. 2013. Keamanan, kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). (Modul). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Ali, M. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Antorudin,Y. 2022. Pentingnya Pembiasaan K3 dan Budaya Kerja Industri di SMK. Online, diakses 5 Januari
2024. https://www.kompasiana.com/yadi84247/6374b8d34addee4187694894/pentingnya-
pembiasaan-k3-dan-budaya-kerja-industri-di-smk
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
Argianti, T. 2022. Contoh Budaya K3 yang Dapat di Terapkan di Perusahaan. Online, diakses 7 Januari 2024.
https://indonesiasafetycenter.org/contoh-budaya-k3-yang-dapat-di-terapkan-di-perusahaan/
Burton, W. H. 1984. The guidance of Learning Activities. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Daryanto. 2007. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel. Jakarta: Rineka Cipta.
Fitrihana, N. 2018. Rancangan Pembelajaran Teaching Factory di SMK Tata Busana. HEJ (Home Economics
Journal). Vol 2, No. 2. October 2018, 56-64 ISSN 2579 – 4272 (printed), ISSN 2579 – 4280. Online,
diakses tanggal 29 Januari 2024.
GIZ. 2017. Panduan Teknis Teaching Factory. Jakarta: Deutsche Gesellschaft für Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH.
Hadiyanto, B. 2023. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Kelangsungan Usaha. Online,
diakses 6 Januari 2024. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Kelangsungan Usaha
– APKPI
Kubiatko, M. & Vaculova, I. (2011). Project-based learning: Characteristic and the experiences with
application in the science subject. Energy Education Science and Technology Part B: Social and
Educational Studies.
Larmer, J., dkk. 2015. Setting the standard for project based learning: A proven approach to rigorous
classroom instruction. USA: Buck Institute for Education.
Lestari, I dan Juanda, R. 2019. Komparasi Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perangkat Keras Jaringan Internet Kelas IX SMP
Negeri 5 Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Efektor, Volume 6 Issue 2, 2019, Pages 127 - 135.
Online, diakses tanggal 29 Januari 2024
Mayer, A. (2019). Difference between projects and project based learning.
(https://www.teachthought.com/project-based-learning/difference-between-projects-and-
project-based-learning. Online, diakses 29 Januari 2024).
Nugroho, dkk. 2023. Panduan Teaching Factory Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Sekolah
Menengah Kejuruan, Ditjen Vokasi, Kemendikbudristek.
Rais, M. 2010. Model Project Based-learning Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 3, oktober 2010.
SMK Kusuma Bangsa Bogor. (2023). Panduan Wawasan; Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH) dan Budaya Kerja industry. Online, diakses 6 Januari 2024. Panduan Archives - SMK
Kusuma Bangsa Ciomas Bogor (smk-kusumabangsa.sch.id)
Sofyan, H., dkk. 2017. Problem Based Learning dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: UNY Press.
Sutirman. 2013. Media dan Model-Model PembelajaranInovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsidah dan Suryani, H. 2018. Buku Model Problem Based Learning (PBL) Mata Kuliah Pengetahuan
Bahan Makanan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Tim Seaqil. 2019. Modul Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berorientasi HOTS. Jakarta Selatan:
SEAMEO QTEP in Language
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KPS). Jakarta: Bumi Aksara.
Laman internet:
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-produk
http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/28-Erni-Murniarti.pdf
https://p3ut.polinela.ac.id/tefa/#:~:text=TEFA%20merupakan%20sebuah%20konsep%20pembelajaran,su
dah%20ada%20di%20Sekolah%20Vokas
PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI
BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI BIDANG OTOMOTIF DAN
ELEKTRONIKA MALANG