Anda di halaman 1dari 5

MATERI 1

Teaching Factory (TEFA)

Pengertian Teaching Factory


"Teaching factory adalah model pembelajaran yang membawa suasana industri ke
sekolah sehingga sekolah bisa menghasilkan produk berkualitas industri," terang Kasubdit
Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Mochamad Widiaynto.
Pembelajaran Teaching Factory (TEFA) adalah model pembelajaran di SMK
berbasis produksi / jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri
dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan Teaching
Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai
kualitas hasil pendidikan di SMK.
Dengan proses pembelajaran teaching factory, siswa dapat belajar dan menguasai
keahlian atau keterampilan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja
industri sesungguhnya. Bukan hanya itu, produk-produk yang dibuat para siswa sebagai
proses belajar pun bisa dipasarkan ke masyarakat sehingga hasilnya dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah.
Teaching Factory (TEFA) menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan yang
sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang
diberikan sekolah dan kebutuhan dunia industri. TEFA merupakan pengembangan dari unit
produksi yakni penerapan sistem industri mitra pada unit produksi/praktek yang sudah ada
di Sekolah Vokasi. Teaching factory merupakan sebuah konsep pembelajaran yang
berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan dunia
industri saat ini dan nanti.

Tujuan TEFA :
1) Mempersiapkan lulusan Sekolah Vokasi menjadi pekerja dan wirausaha
2) Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya
3) Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing
4) Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja
5) Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan Sekolah Vokasi
6) Membantu siswa Vokasi dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta
membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
7) Memberi kesempatan kepada siswa Vokasi untuk melatih keterampilannya sehingga
dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
MATERI 2

Prinsip TEFA :
1) Perangkat pembelajaran dirancang berbasis produk/jasa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya
2) Siswa terlibat sepenuhnya secara langsung dalam proses pembelajaran berbasis
produksi, sehingga kompetensi siswa terbangun melalui pengalaman pribadi dalam
membuat, mengerjakan dan atau menyelesaikan produk/jasa berdasarkan standar,
aturan dan norma- norma kerja di DUDI
3) Sesuai dengan tingkatannya, perangkat pembelajaran dirancang dengan berorientasi
pada pembuatan produk/jasa sesuai faktor psikologi peserta didiknya, sehingga mampu
meningkatkan kompetensi, meningkatkan kesiapan kerja dan membangung karakter
kerja serta peserta didik sesuai kebutuhan DUDI
4) Sertifikasi kompetensi siswa dapat atau dimungkinkan dirterbitkan disetiap tingkatan
kompetensinya sesuai dengan produk/jasa yang telah diselesaikan
5) Fungsi dan keberadaan semua sumber daya sekolah dari fasilitas, tenaga pengajar, staff,
bahan dan tatakelola dikondisikan/difungsikan untuk membangun lingkungan dan
suasana DUDI atau tempat kerja/usaha yang sebenarnya
6) Pelaksanaan kegiatan produksi atau layanan jasa bersifat nirlaba/non-profit karena
merupakan bagian dari proses pembelajaran TeFa yang dilakukan oleh siswa. 7.
Pemanfaatan produk/jasa pembelajaran berbasis TeFa dilakukan sesuai dengan
ketentuan dan aturan yang berlaku.

Nilai Dasar TEFA


Beberapa nilai dasar yang harus dikembangkan untuk mendukung kesiapan
implementasi teaching factory, diantaranya:
1) Sense of quality (sadar mutu), memberikan keterampilan dasar kepada peserta didik
yang berkaitan dengan standar objektif kualitas
2) Sense of efficiency (sadar mutu, waktu dan biaya), membekali peserta didik dengan
kemampuan untuk bekerja secara efisien guna menciptakan efisiensi kerja yang
optimal dan mengukur tingkat produktivitas seperti praktik yang umumnya dilakukan
oleh industry
3) Sense of creativity and innovation (kreatif dan inovatif), mengajarkan peserta didik
untuk bekerja secara kreatif dan inovatif, melatih kemampuan problem solving
sebagai ukuran kreativitas, dan kemampuan untuk melihat peluang-peluang baru di
industri seperti produk, desain dsb.
MATERI 3
Pelaksanaan Teaching Factory di SMK pada prinsipnya adalah mengadopsi
suasana. budaya, standar, dan Prosedur kerja yang terdapat di industri untuk kemudian
diterapkan dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMK.

Kegiatan Teaching Factory


Dalam pelaksanaan pembelajaran Teaching Factory, kondisi yang paling penting
adalah semua SDM yang ada di SMK telah memahami dengan baik pengertian, strategi
serta langkah langkah pelaksanaan Teaching Factory dan berkomitmen tinggi untuk
melaksanakannya dengan baik, benar, konsisten dan taat azas.
Selanjutnya perangkat pelaksanaan Teaching Factory telah tersusun dan tersedia
untuk dapat dipergunakan sebagai pendukung pelaksanaan Teaching Factory.
Dalam pelaksanaan Teaching Factory hal yang harus selalu diperhatikan adalah
bentuk pembelajaran yang diselenggarakan harus berbasis produksi/layanan jasa yang
mengacu pada standar dan prosedur kerja baku yang dilaksanakan dalam suasana dan
budaya industri, dan hal ini diwujudkan dalam bentuk:
1) Ruang praktik
Kegiatan praktik dilaksanakan dalam suasana kerja di industri, hal ini tercermin
terutama pada ruang parktik/bengkel-Laboratorium yang telah berada dalam kondisi
bersih, rapih, tenang, nyaman, tertata dengan baih dan tata letak peralatannya telah
disesuaikan dengan prosedur kerja seperti yang terdapat di industri.
2) Produk (barang dan atau jasa) Teaching Factory
Produk yang akan dihasilkan dari kegiatan Teaching Factory merupakan hasil analisis
dan kajian yang mendalam yang telah mempertimbangkan kondisi, potensi, dan
prospek kedepan.
3) Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berbasis produk/jasa diselenggarakan sesuai dngan standar,
prosedur dan budaya kerja industri dengan memperhatikan hasil analisis perencanaan
pembelajaran Teaching Factory. Sesuai dengan hasil dari perencanaan penjadwalan
dan pembagian kelompok praktik, diupayakan agar setiap anak dapat berpraktik
dengan menggunakan peralatan fungsi tunggal secara mandiri, dengan demikian
tersedia waktu yang cukup banyak untuk dapat memperoleh keterampilan dalam
melaksanakan kegiatan produksi.
4) Penilaian hasil
Penilaian hasil kegiatan Teaching Factory berorietasi pada azas kualitas, efisiensi
(waktu pembuatan dan biaya yang dikeluarkan) serta kreativitas dan inovasi
MATERI 4

“Jiwa enterpreneur bisa dibangun dalam pembelajaran


dengan Model Teaching Factory 6 Langkah
(Model TF-6M)”

Model Pembelajaran “TF-6M” adalah Model Pembelajaran Teaching Factory


yang dilakukan dengan 6 (enam) langkah kegiatan, dalam mengembangkan lifeskill siswa
(kemampuan soft skill dan hardskill), dengan cara memberi siswa pengalaman langsung
suasana kehidupan sosial dan industri di sekolah, sekaligus mencapai kompetensi
belajarnya pada satu atau beberapa mata pelajaran produktif suatu kompetensi keahlian
baik yang bersifat memproduksi maupun jasa.
Model Program Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah atau Model TF-6M
dalam satu siklus kerja terdiri dari enam langkah yaitu:
1) Menerima pemberi order
Bentuk kegiatannya berkomunikasi, yang mengandung makna bagaimana siswa yang
berperan sebagai pekerja menerima pemberi order. Bagaimana terjalin nya raport
antara pekerja dengan pemberi order yang berujung saling mempercayai dan saling
menguntungkan
2) Menganalisis order
Bentuk kegiatannya melakukan analisis order dari pemberi order sesuai tuntutan.
Pekerja dihadapkan pada tuntutan: dalam waktu yang singkat harus mampu memberi
jawaban bahwa dia sanggup mengerjakan order dalam waktu tertentu, sehingga
memerlukan keyakinan TF-6M 22 yang tinggi untuk memberi jawaban tersebut. Untuk
itu siswa harus mempunyai pengetahuan yang memadai dalam menganalisis
order,sehingga memperkuat keyakinannya. Siswa harus melakukan konsultasi dengan
guru yang berperan sebagai konsultan.
3) Menyatakan kesiapan
Bentuk kegiatannya berkomunikasi, makna pernyataan kesiapan untuk mengerjakan
order sesuai spesifikasi, hal itu tidak mungkin terjadi bila siswa tidak yakin bahwa dia
bisa melakukan sesuai permintaan. Begitu siswa menyatakan kesiapannya berarti dia
membuat janji yang harus ditepati, karena itu dibutuhkan komitmen, dan kompetensi
kerja, sehingga diharapkan akan membangkitkan motivasi, tanggungjawab, dan etos
kerja
4) Mengerjakan order
Bentuknya melakukan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja. Siswa sebagai
pekerja harus mentaati prosedur kerja, mentaati keselamatan kerja dan langkah kerja
untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi pemesan.
5) Melakukan quality control
Bentuk kegiatannya pekerja melakukan penilaian terhadap benda kerja yang
dikerjakannya dengan membandingkan hasil pengukuran dengan parameter spesifikasi
order. Langkah ini menuntut kejujuran, kehati-hatian, dan ketelitian. Melalui quality
control siswa mendapat keyakinan bahwa benda kerja yang dihasilkan telah atau tidak
memenuhi spesifikasi, seperti yang diharap kan pemberi order.
6) Menyerahkan order
Bentuk kegiatannya berkomunikasi. Siswa harus mempunyai kayakinan bahwa order
akan dapat diterima oleh pemberi order karena telah memenuhi spesifikasi, dalam
kondisi itu memungkinkan terjadi komunikasi yang produktif.

Anda mungkin juga menyukai