Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TERHADAP PENINGKATAN WAWASAN NUSANTARA SISW


A

FARIDA SUSANTI
1601420102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran strategis dalam penguatan

nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting

dalam mengembangkan generasi muda untuk menjadi warga negara yang cerdas

dan baik. Kewarganegaraan yang baik setidaknya tercermin dalam tiga aspek

utama Pendidikan Kewarganegaraan yang berkualitas, yaitu pengetahuan

kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, dan karakteristik

kewarganegaraan (Titus, 1999). Pengetahuan kewarganegaraan antara lain

berkaitan dengan apa yang harus diketahui warga negara. Keterampilan

kewarganegaraan tercermin dalam keterampilan intelektual dan partisipatif.

Wawasan Nusantara terdiri dari beberapa unsur yaitu, memiliki rasa

kebersamaan yang satu dengan yang lainnya, memiliki pemahaman Nusantara

yang sama, dan memiliki semangat Nusantara dalam memperjuangkan nama

bangsa . Wawasan nusantara merupakan dasar untuk menyelenggarakan

kehidupan bernegara yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat

Indonesia. Selain itu, wawasan nusantara dapat menjadi pandangan dalam

Meningkatkan ketahanan nasional.

Siswa dengan kesadaran yang kuat cenderung dapat diandalkan, lebih

berhati-hati, teliti, bertanggung jawab, terorganisir, berorientasi pada prestasi, dan

selalu siap. Siswa dengan keramahan yang tinggi umumnya dianggap baik,

fleksibel, kooperatif, peduli, sopan, percaya diri, dan toleran (Bourke et al., 2012).
Pengalaman siswa mengambil bagian dalam membentuk kepribadian mereka

sebagai warga dunia.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti menetapkan pertanyaan

penelitian sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh Pendidikan kewarganegaraan

terhadap pemahaman wawasan nusantara.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh Pendidikan

kewarganegaraan terhadap pemahaman wawasan nusantara

D.Manfaat

1.Secara Teoritis
Penelitian ini memberikan informasi kepada beberapa pihak akan menerima

manfaat dan pentingnya Pendidikan kewarganegaraan untuk pemahaman

wawasan kebangsaan, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

informasi, pemikiran, dan bahan acuan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi

peneliti yang akan meneliti permasalahan sejenis bagi pengembangan

pengetahuan serta menjadi salah satu referensi untuk kajian lebih mendalam

khususnya bidang Pendidikan kewarganegaraan.


2. Secara Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengadakan perbaikan

kurikulum Pendidikan kewarganegaraan agar meningkatkan wawasan nusantara.

Mengetahui faktor penghambat dalam wawasan nusantara, sehingga dapat

dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan wawasan nusantara.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Sebelum abad ke-18, sebuah negara selalu didirikan berdasarkan

kepercayaan dan ikatan klan (Kohn, 1965; Ignatieff, 1994; zkirimli, 2010). Oleh

karena itu, dalam perspektif pra-modern, loyalitas individu berdasarkan semangat

komunitas yang didasarkan pada kesamaan latar belakang, seperti sejarah lokal

dan tradisi lokal, untuk membentuk otoritas teritorial (Kohn, 1965). Pada periode

ini, warga negara setia kepada agama (gereja) atau sistem kekerabatan (keluarga

penguasa) yang menjadi elemen fundamental negara.

Pada abad kesembilan belas di Eropa dan Amerika dan abad kedua puluh di

Asia dan Afrika, orang mulai mengidentifikasi diri mereka dengan bangsa

berdasarkan peradaban nasional dan kehidupan dan kelangsungan hidup

kebangsaan (Kohn, 1965; hal.11). Dalam perspektif modern, 'bangsa' diakui

sebagai makna baru dengan asosiasi yang lebih positif yang mengacu pada proses

aspirasi warga dalam masalah sosial, ekonomi, dan budaya mereka (Kohn, 1965;

Ignatieff, 1994).

Dalam proses pembangunan nasionalisme sebagai dasar wawasan nusantara,

muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai perspektif dasar dari bentuknya.

Perspektif pertama mengacu pada pemetaan etnis negara, juga dikenal sebagai

etno nasionalisme. Perspektif ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaan

manusia dalam konsep kekerabatan biologis menjadi nilai fundamental dalam

konsep nasionalisme. Dengan kata lain, nasionalisme adalah nilai dan akar yang
wajar dalam setiap masyarakat sejak awal. Nilai ini kemudian menjelma menjadi

ethnie, sebuah komunitas sosial yang memiliki identitas budaya yang terdiri dari

sejarah kolektif, nilai-nilai, ritual, dan simbolisme (Smith, 1988). Smith

menjelaskan bahwa etnik menjadi sebuah konsep yang lebih jauh mendefinisikan

batas-batas budaya yang membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya seperti

sekarang ini. Perspektif ini berimplikasi pada anggapan bahwa nasionalisme

adalah fenomena budaya dan bukan fenomena politik. Dari pengertian ini,

Hutchinson (1987) menyoroti bahwa gerakan politik nasionalis adalah proses

revitalisasi nilai etnis sebagai modal dasar dalam pembangunan bangsa

berdasarkan budaya bersama.

Perspektif lain yang dikemukakan oleh Ignatieff (1994) menjelaskan bahwa

ada dua motif mendasar bagi suatu bangsa untuk mengembangkan semangat

nasionalisme. Motif pertama adalah keinginan untuk bebas dari penderitaan

imperialisme. Sebagian besar minoritas percaya bahwa mereka hanya akan aman

jika mereka dapat mengontrol tingkat daya di negara ini. Motif lainnya adalah

keinginan untuk mempertahankan hak-hak suatu komunitas agar selalu lebih besar

dari eksistensinya sendiri, baik sebagai individu maupun kelompok. Orang-orang

mengidentifikasi nilai-nilai bersama, seperti bahasa, identitas kelompok, dan

sejarah komunitas sebagai identitas mereka untuk menjadi bagian dari komunitas

tertentu. Dengan berbangsa dan berjiwa nasionalisme, seseorang akan memiliki

rasa aman, pengertian, dan kemandirian untuk membangun masa depan sesuai

keinginannya.
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kajian teori atau disiplin ilmu

yang menggambarkan hak dan kewajiban warga negara dalam peran dan

posisinya sebagai warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan adalah

media pengajaran yang akan warga negara Indonesia sesuai dengan ideologi

Pancasila.

Pendidikan PKn di perguruan tinggi seharusnya lebih mengutamakan aspek

proses daripada aspek hasil berupa nilai atau skor. Proses pembelajaran PKn di

perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam menanamkan nilai-

nilai multikultural dan moral sehingga mahasiswa diharapkan menjadi sarjana

yang cerdas sesuai dengan tujuan mata pelajaran PKn, yaitu menghasilkan warga

negara yang baik. Menurut Krek et al. (2019), rencana pendidikan moral harus

menjadi faktor penting dengan memperhatikan prinsip, norma, aturan, dan

sebagainya bagi guru, siswa, dan orang tua. Dengan demikian, relevan dengan

multikulturalisme yang menyebabkan munculnya pendidikan multikultural

(Aslan, 2019).

3.Konsep Pendidikan kewarganegaraan

Konsep atau pemahaman PKn di Indonesia tidak lepas dari perkembangan PKn

atau Kewarganegaraan di Amerika Serikat sebagai negara asal pelajaran PKn dan

PKn.
BAB III

PEMBAHASAN

Mengenai kompetensi yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan

Branson menjelaskan “Kompetensi kewarganegaraan yang dikembangkan dalam

PKn adalah Civic Knowledge, Civic Skill, Citizenship (Civic Disposition)

(Budimansyah, D & Suryadi, K. (2008)). “Ketiga kompetensi tersebut pada

dasarnya merupakan satu kesatuan yang utuh. , yang berarti warga negara yang

baik dan cerdas adalah warga negara yang memiliki kecerdasan intelektual,

keterampilan, dan karakter yang utuh. Civic Knowledge merupakan pengetahuan

kewarganegaraan yang berkaitan dengan aspek kehidupan berbangsa dan

bernegara, baik dalam lingkup negara nasional maupun dalam tataran

internasional atau hubungan dengan negara lain di era global. Mengenai

pengetahuan kewarganegaraan ini terungkap bahwa ada lima pertanyaan penting

yang harus terus diajukan sebagai sumber pendidikan kewarganegaraan.

. Pada pertanyaan pertama berisi tentang pengertian dan pengetahuan

tentang hakikat dasar kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan, segala sesuatu

yang berhubungan dengan kehidupan politik dan pemerintahan mulai dari siapa

yang dikatakan sebagai warga negara, tujuan bernegara, unsur-unsur

pemerintahan baik pusat maupun kedaerahan, politik sebagai ilmu yang erat

kaitannya dengan pemerintahan, hak dan kewajiban. Pertanyaan kedua


memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar sistem politik,

termasuk sistem politik yang diterapkan, unsur-unsur sistem politik Indonesia.

Pertanyaan ketiga berisi tentang pengetahuan dan pemahaman tentang

konstitusi negara sebagai perwujudan dari tujuan, nilai dan prinsip demokrasi di

Indonesia, bagaimana pelaksanaan demokrasi yang sesuai dengan Pancasila dan

UUD 1945. Pertanyaan keempat berisi tentang pengetahuan dan pemahaman

tentang hubungan Indonesia dengan negara lain. negara lain di dunia. Mulai dari

bentuk-bentuk kerjasama, peran Indonesia dalam berbagai organisasi

internasional, dan secara eksplisit mengkaji sikap bangsa terhadap berbagai

dampak globalisasi di era global. Pertanyaan kelima memberikan pemahaman

tentang peran warga negara dalam demokrasi Indonesia, peran apa yang dapat

dilakukan warga negara dalam kehidupan demokrasi di Indonesia, dan studi lain

tentang demokrasi.

Pendidikan kewarganegaraan di setiap negara memiliki beragam nama yang

berbeda dan aspek penekanan yang berbeda, sebagai ciri dan karakteristik yang

dipengaruhi oleh sistem nilai dan budaya politik (political system) yang dianut

oleh suatu negara. Salah satu contohnya adalah di Cina, pendidikan moral

merupakan mata pelajaran penting bagi pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan

di sekolah. Aspek politik sangat dominan mempengaruhi model pendidikan

kewarganegaraan di Cina. Ini adalah keniscayaan sistem politik otoriter Tiongkok

di bawah kekuasaan Partai Komunis Tiongkok


yang mengutamakan kepatuhan warganya untuk menjalankan cita-cita

partai, sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 1949 hingga sekarang.

Aktivitas filosofis adalah kontemplasi. Kegiatan reflektif disini merupakan

upaya yang mendalam dan rasional untuk memahami hakikat kehidupan (Erwin,

2017). Pancasila adalah hakikat, falsafah dan falsafah hidup bangsa Indonesia

(Ubaedillah, 2015).

Berkat semangat persatuan yang kuat, kali ini kita mampu mendeklarasikan

diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sila Masyarakat Dipimpin Oleh

Kebijaksanaan Hikmah dalam Musyawarah Perwakilan. Kita tidak akan pernah

mengenal kata merdeka jika para pemuda Indonesia tidak mengenal perjuangan,

kita menyebutnya sebagai era pergerakan. Seorang redaktur yang menyiratkan

bagaimana orang Indonesia, bangsa Indonesia begitu gemar bermusyawarah untuk

menyelesaikan masalah, tidak mau tinggal diam ketika fisik dan psikis dijajah.

Tidak mau berpangku tangan ketika bangsa lain secara paksa menikmati kekayaan

alam Indonesia yang begitu berharga bagi kelangsungan hidup bangsa. Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kode ini mencerminkan bagaimana

masyarakat Indonesia saat ini dibangun di atas suasana kekeluargaan dengan

semangat gotong royong, menghargai hak asasi manusia, setiap manusia


dilahirkan sederajat, anti primordial, dan sebagainya. Sedangkan batang dari

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia adalah kajian hukum yang merupakan

salah satu muatan penting dalam kajian Pendidikan Kewarganegaraan. Sesuai

dengan Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

Negara Hukum. Hal ini memberikan pandangan sekaligus penegasan bahwa

Indonesia dapat berdiri teguh jika hukum dapat ditegakkan, berlaku bagi siapa

saja yang berada di wilayah Indonesia. Kesadaran penegakan hukum bukan

sekedar membentuk citra, tetapi membangun karakter untuk berada pada jalur

yang benar yang telah digariskan negara melalui seluruh produk hukumnya.

Tujuan penegakan hukum adalah untuk menciptakan keadaan yang aman, tentram,

tertib dan damai sebagaimana yang diidamkan setiap manusia di muka bumi.

Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan landasan kokoh yang di atasnya

berdiri negara Indonesia. Pancasila merupakan dasar dan sumber hukum di

Indonesia. Pancasila harus menjadi ruh dalam penegakan atau supremasi hukum

di Indonesia berdasarkan lima sila yang terkandung di dalamnya. Banyak negara

yang secara ekonomi masih tergolong negara terbelakang kini mencoba kebijakan

baru yang menyaingi kebijakan negara maju termasuk karakteristik

kelembagaannya. (Clark, 2013).


BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan

Bagi bangsa Indonesia, ideologi Pancasila merupakan acuan dalam

membina warga negara yang baik. Di Indonesia, landasan ideal Pendidikan

Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa pembangunan Pendidikan

Kewarganegaraan adalah Pancasila.

B.Saran

Pada kurikulum Pendidikan kewarganegaran sebaiknya ditambahkan

wawasan nusantara dengan tujuan memperkenalkan dan mempeluas pengetahuan

mengenai indonesia,wawasan nusantara harusnlah berlandasan pada ideologi

pancasila agar meningkatnyanya nilai-nilai cinta tanah air (nasionalisme)


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai