Anda di halaman 1dari 3

Pengertian bullying

Kata bullying berasal dari bahasa inggris, yaitu dari kata bull yang berarti benteng yang senang
menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya diambil untuk menguraikan sutu tindakan destruktif
berbeda dengan Negara lain seperti Norwegia, Finlandia, dan Denamrk yang menyebut istilah bullying
dengan istilah mobbing. Istilah asli yang berasal dari bahasa inggris, yaitu mob dalah kelompok yang
anonym dan berjumlah banyak serta terlibat kekerasan.

Dalam bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti menggertak, orang yang mengganggu orang
lemah. Istilah bullying dalam bahasa Indonesia bias menggunakan meyakat (berasal dari kata sekat) dan
pelakunya (bully) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan merintangi orang
lain.

Sedangkan secara terminologi menurut Olweus Bullying adalah perilaku negative yang mengakibatkan
seseorang berada dalam keadaan yang tidak nyaman atau terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang.
Jadi pada dasarnya bullying adalah perilaku negative yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
yang sehingga dapat merugukan orang lain. 1

Penyebab bullying

Seseorang yang melakukan perilkau bullying di sekolah pada umumnya memilih korban yang memiliki
karakter yang pendiam, sikap korban yang tidak memenuhi keinginan pelaku dana adanya tradisi yang
terjadi di suatu sekolah, selain itu siswa yang sulit bergaul adalah ciri yang bias dijadikan korban bullying,
Papalia: menyatakan bahwa pelaku bullying memiliki karakteristik untuk melakukan dominasi terhadap
orang lain melalui kekerasan, dan mereka menunjukkan sedikit atau ada rasa empati pada korban
mereka.2

Selin itu ada beberapa factor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, anatar lain
adalah factor keperibadian, komunikasi interpersonal yang dibangun remaja dengan orang tuanya,
peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah.

Pertama, factor keperibadian yang memberikan kontribusi besar pada siswa dalam melakukan perilaku
bullying atau menjadi pelaku bullying. Menurut Benitez & Justicia, pelaku bullying cenderung memiliki
sikap empati yang rendah, impulsive, dominan, dan tidak bersahabat. Adapaun novianti
mengemukakan, bahwa salah satu factor penyebab siswa melakukan bullying adalah temperamen yaitu
sifat yang terbentuk dari respon emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku
personalitas dan social siswa. Siswa yang aktif dan implusif lebih mungkin untuk berlaku bullying
dibandingkan dengan yang pasif atau pemalu dan pendiam.

Kedua, factor komonikasi interpersonal siswa dengan orang tuanya. Siswa remaja yang tumbuh dalam
keluarga yang menerapkan pola komunukasi yang negative seperti cercaan akan cenderung meniru
kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan verbal yang dilakukan orang tua kepada anak akan
menjad contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan kurangnya kehangatan kasih saying dan
tiadanya dukungan dan pengarahan terhadap remaja, membuat siswa remaja memiliki kesempatan
untuk menjadi seorang pelaku bullying.

1
Wiyani, Novan Ardy, save our…,h. 12.
2
Ranchman, D.N. 2016, empati pada perilaku bullying , jurnal ecopsy, vol.1 no.2
Ketiga, pengaruh kelompok teman sebaya memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku
bullying di sekolah. Menurut Benitez & Justicia kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di
sekolah akan memberikan dampak yang negative bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos,
rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru. Teman di lingkunga sekolah idealnya
berperan sebagai “partner” siswa dalam proses pencapaian programprogram pendidikan.

Keempat, iklim sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Setiawati
berpendapat bahwa kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying
menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut
untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain. Menurut Novianti, tingkat pengawasan di sekolah
sangat menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi perilaku bullying. Sebagaiman rendahnya
tingkat pengawasan di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya
perilaku bullying di kalangan siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan
lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku bullying kerap dilakukan.

Roland mengemukakan bahwa perilaku bullying dan hubungan yang mempengaruhinya telah diuji
keabsahannya dibeberapa Negara dan ditemukan adanya factor-faktor yang signifikan yang
mempengaruhi perilaku bullying pada kesehatan psikologis dan perkembangan fisik. Kemungkina para
siswa menjdi pelaku bullying dipengaruhi oleh bebrapa variable. Beberapa studi telah
mengidentifikasikan variable umum yang terdiri dari empat domain yaitu individual, hubungan keluarga,
kelompok teman sebaya dan sekolah, yang mana berkontribusi pada siswa dalam berperilaku bullying. 3

Dampak Bullying

Dampak yang biasanya dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang
meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological we-being) dimana korban akan merasa
tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian social yang buruk, dimana korban
merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau ke sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik
yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar bahkan berkeinginan
untuk bunuh diri darp pada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman. 4

Pada beberapa kasus dampak-dampak fisik akibat bullying bias mengakibatkan kematian. Sedangkan
dampak psikologis bullying antara lain menurunnya kesejahteraan psikologis, semakin buruknya
penyesuaian social, mengalami emosi yang negative seperti marah, dendam, kesal, tertekan, malu,
takut, sedih dan tidak nyaman, terancam dan cemas. Namun, korban tidak merasa berdaya
menghadapinya. Tindakan kekerasan di sekolah juga berdampak pada ingin pindah sekolah, atau
keluarnya seseorang siswa dari sekolah, dan sering tidak masuk sekolah. Selain itu juga dapat
menimbulkan perasaan rendah diri dan prestasi akademik yang terus terganggu. 5 Sementara untuk
siswa yang biasa menyaksikan tindakan bullying pada kawan-kawannya berada pada resiko seperti
menjadi penakut dan rapuh, sering mengalami kecemasan, rasa keamanan diri yang rendah.

Dampak buruk dari tindakan bullying sangat membahayakan terutama bagi keberlangsungan belajar
siswa di sekolah, siswa akan sulit mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Bahkan tidak hanya di

3
Usman irfan, kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya, iklim sekolah dan perilaku bullying. Humanitas,
vol. X no.1 januari 2013, h. 51-52
4
Wiyani, Novan Ardy, save our…, h. 16.
5
Wiyani, Novan Ardy, save our…, h. 66.
sekolah di lingkungan masyarakat bullying juga ikut andil dalam penyebab tindak criminal. Tidak hanya
itu semua pihak ikut menanggung dampak buruk bullying, tidak hanya korban bahkan pelaku dan siswa
yang melihat kejadian bullying itu memiliki dampak yang buruk. Terlebih jika bullying dilakukan terus
menerus tentu akan menimbulkan efek yang tidak baik. 6

Dikarenakan dampak yang begitu besar dari prilaku bullying verbal terhadap kenyamanan dan
keberlangsungan hidup setiap individu maka jauh-jauh hari Allah SWT telah memperingati akan hal
tersebut dalam al-qur’an, yang berisi sebagai berikut:

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S al-Hujurat:11”) 7

6
Prahardika, A.N. (2014) “upaya meningkatkan pemahaman bahya bullying melalui bimbingan klasikal pada siswa”.
Psikopedagogia jurnal bimbingan dan konseling, vol.3 no.1 ,h 50-56
7
Al-qur’an dan terjemahan, (jawa barat: Sygma Examedia Arkanlema, 2007), h. 514

Anda mungkin juga menyukai