Anda di halaman 1dari 39

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN

A. Kondisi Objektif Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah

Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah Wanasaba merupakan madrasah yang

berada di bawah naungan Yayasan Nahdlatus Shaufiah dan berpusat di desa Wanasaba

Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Secara historis Madrasah Aliyah

Nahdlatus Shaufiah berdiri pada tahun 18 Juni 1992 yang bertepatan dengan tanggal 20

Jumadil Akhir 1413 H dengan nomor statistik 131252030046. Adapun latar belakang

berdirinya Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah Wanasaba sebagai berikut :

a) Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan

lanjutan yang bernuansa keagamaan.

b) Menghilangkan pengangguran bagi masyarakat yang putus sekolah yaitu

masyarakat yang tidak mampu melanjutkan ke sekolah (Negeri).

c) Membantu para alumni SLTP/MTs yang terancam putus sekolah, baik yang

disebabkan oleh ekonomi ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan

kelangsungan pendidikan mereka.

d) Membina sekaligus membantu masyarakat dan pemerintah dalam melaksanakan

Undang-Undang Dasar 1945 seperti yang terdapat pada alenia ke empat yang

berbunyi ”Mencerdaskan kehidupan bangasa”

Dalam masa perkembangannya, Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah Wanasaba

ini terus mengalami peningkatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini
terindikasi dari tahun ketahun mengalami peningkatan input siswa dan siswi yang

mendaftarkan dirinya pada madrasah ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka pengurus pondok pesantren

Nahdlatus Shaufiah Wanasaba berinisiatif untuk mendirikan madrasah ini, yang pada

awal berdirinya madrasah ini dikepalai oleh H. Lalu Alimuddin dari periode 1992

sampai dengan 2001. Kemudian periode ke II dijabat oleh Kamaluddin, S.Ag sejak

tahun 2001 sampai dengan 2013, Kemudian periode ke III dijabat oleh MUHAMMAD

HAERI, S.Pd.I sejak tahun 2014 sampai sekarang.

Secara spesifik letak geografis MA Nahdlatus Shaufiah kecamatan wanasaba

sebagai berikut:

Sebelah utara : Perumahan penduduk

Sebelah selatan : Jalan raya

Sebelah timur : Pemukiman Penduduk

Sebelah barat : Pemukiman Penduduk.

Selain itu, tempat MA Nahdlatus Shaufiah dekat dengan makam TGHM Suhaili

yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarak setempat, karena merupakan tempat yang

memiliki nilai sejarah.1

Adapun biodata Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah kecamatan wanasaba

sebagai berikut:

Nama Madrasah : MAS Nahdlatus Shaufiah Wanasaba

Desa : Wanasaba

1
Sejarah Berdirinya MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Wanasaba, Tanggal 20 November 2018.
Kecamatan : Wanasaba

Telpon : 0376-2924227 / 087863334525

Th. Berdiri : 1992

Status : Terakreditasi B

Tgl/Bln/Thn : 20November 2018

Komite : Subki, A.Ma

Kabupaten : Lombok Timur

Propinsi : NTB

No. Statistik Madrasah : 131252030046

2. Visi dan Misi

Visi MA Nahdlatus Shaufiah

“Iman dan IntlekMencetak Siswa/I Beriman, Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan dan

Teknologi”

MisiMA Nahdlatus Shaufiah

a) Melaksanakan kurikulum 2013

b) Mengadakan majelis ta’lim kepada masyarakat dan madrasah setiap satu kali

seminggu

c) Pembacaan Al-qur’an dan IMTAQ kepada siswa siswi setiap hari

d) Melengkapi sarana dan prasarana madarasah terutama teknologi dan informasi

e) Memberikan kesempatan kepada masyarakat madrasah untuk belajar

f) Mengadakan lembaga perwakilan dimasyarakat.

g) Memberikan kursus kepada siswa siswi di luar jam pelajaran (Ekstrakurikuler).2

3. Keadaan Guru (Tenaga Pendidik)


2
Visi dan Misi MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Wanasaba, Tangga 19 November 2018.
Guru memberikan peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa,

selain itu juga guru merupakan figur dalam dunia pendidikan yang akan di contoh dan di

teladani. Oleh karena itu, kedudukan guru untuk selalu mengembangkan dan

meningkatkan mutu pendidikan sesuai bidang studi masing-masing.

Guru bertugas mengelola pembelajaran, bertanggung jawab kepada kepala

sekolah dan mempunyai tugas untuk menyusun program pembelajaran siswa untuk

mencapai target kurikulum yang sudah di tentukan.

Guru adalah faktor utama yang menyebabkan suatu program pendidikan dapat

berlansung. Tanpa adanya kehadiran seorang guru, proses belajar mengajar tidak akan

berjalan dengan baik, karena tidak akan mungkin siswa dapat belajar sendiri tanpa

bimbingan dari seorang guru.

Kesadaran akan tanggung jawab sebagai guru yaitu pendidik dan pengajar sangat

di perhatikan dan di pegang teguh. Guru-guru di Madrasah Aliyah Darul Qur’an Bengkel

memiliki kompetensi dan kemampuan yang sangat bagus, baik dalam hal mengajar yaitu

memberikan ilmu pengetahuan maupun memberikan didikan dan bimbingan bagaimana

supaya anak didik mereka menjadi manusia cerdas dan berAkhlak mulia.

Dukungan guru-guru yang begitu besar dalam meningkatkan dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik mereka. Memberikan kesempatan

kepada anak didiknya untuk berprestasi di berbagai bidang sekaligus ikut menyediakan

dah untuk mengekspresikan berbagai talenta yang dimiliki oleh siswa siswinya.

Guru-guru sangat mendukung semua kegiatan yang di lakukan oleh

siswa/siswinya yang bisa meningkatkan kemampuannya di berbagai bidang, baik itu

dalam bentuk dukungan materi, saran, masukan ide dan kesempatan.


Tanggung jawab sebagai pendidik dan yang begitu besar sangat di junjung tinggi.

Hal ini terlihat dari guru-guru yang rajin masuk, mereka mengajar kepada siswa atau

siswinya untuk taat kepada peraturan madrasah untuk datang tepat waktu dan pulang

pada saat jam selesai.

Tabel 2.1
Keadaan Guru Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah Kecamatan Wanasaba
Kabupaten Lombok Timur.3

No Nama Guru Pendidikan Jabatan Mapel


Terakhir
1 Muhammad Haeri, SI Kepala Qur’an
S.Pd.I Madrasah Hadits
2 Ir. H. Muh. Saleh SI Kepala Lab. Matematika
3 Zakaki, S.Ag, M.Pd.I S2 Waka Bahasa
Kesiswaan Arab
4 Subhan, SE SI Waka Sarpras Ekonomi
5 Kamaluddin, S.Ag SI Inklusi Akidah
Kahlak
6 Huzaimah, S.Pd SI - Matematika
7 Parhiyah, s.Pd SI Wali Kelas Biologi
XII IPA
8 Apipuddin, s.Pd SI Kep. Kep.
Perputakaan Perpustakaa
n
9 Halikin, S.Pd.I SI Kep. Kep. Lab
Laboratorium
10 Bq. Mutmainnah, SI PKN,Tahfiz
S.Pd.I Qur’an
11 Indrawati, S.pd.I SI Wali Kelas Fiki
XI IPS Tahfiz
Qur’an
12 Jamaluddin, SPd SI Waka. Humas Bhs.
Indonesia
13 Johan Supriadi, SE SI Waka. Ekonomi
Kurikulum Peminatan/
LM
14 L. Hadi Syafiuddin, SI - Bhs. Inggris
S.Pd
15 Endri Kurniawati, SI - Bhs. Inggris
S.Pd

3
Keadaan Guru MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi,Wanasaba, Tanggal 19 November, 2018.
16 Hafifuddin, S.Pd SI - Sosiologi
17 SI - Qur’an
Alimuddin, S.Pd.I Hadits
18 Malhatin, S.Pd.I SI - SKI
19 Ahmad Sulthon, S.Pd SI - Sejarah
Indonesia
Sejarah
Peminatan
20 Saiful Fahmi, S.Pd SI - Penjas
21 Haerul Wardi, s.pd SI - Penjas
22 Muh. Sapoan, S.Pt SI Wali Kelas Kimia/LM
XI IPA
23 SI Wali Kelas X Fisika/LM
IPA Prakarya
Zahratul Jannah, S.Pd
Tahfiz
Qur’an
24 SI Wali Kelas X SBK
Baiq Vera Hasriati
IPS Tahfiz
Fitriah, S.pd
Qur’an
25 Taufikurrahman, SI BK/TU/ BK
S.Pd OSIM
26 SMA TU/Pembantu -
Hilman Efendi
Umum

4. Peserta Didik MA Nahdlatus Shaufiah Wanasaba

Peserta didik MANahdlatus Shaufiahdidominasi dari lingkungan wanasaba.

Murid-murid MA tergolong cukup pintar dan memiliki banyak keterampilan, serta sikap

dan perilaku peserta didik mampu mencerminkan Akhlak yang berciri khas pondok

pesantren, dimana sikap peserta didik cukup ramah tamah dan sopan santun.

Peserta didik di MA Nahdlatus Shaufiah memiliki karakter yang beraneka ragam,

ada siswa/siswi yang aktif, penurut pada gurunya, cerewet, nakal, dan pendiam hal itulah

yang membuat guru-guru bangga kepada siswa/siswi yang banyak membutuhkan

perhatian. Justru itulah dipandang sebagai salah satu bagian dari proses mereka untuk
menjadi orang yang di anggap dewasa. Ketidak wajaran dari perilaku mereka akibat dari

lingkungan yang tidak seimbang dengan kemauan mereka.

Peserta didik MANahdlatus Shaufiah semuanya mayoritas beragama Islam,

karena MA Nahdlatus Shaufiah merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis

pondok pesantren dimana peserta didik di MANahdlatus Shaufiah tidak hanya berstatus

sebagai peserta didik akan tetapi sebagian menjadi santri. Saya memiliki kebanggaan

sendiri kepada peserta didik yaitu nilai-nilai keagamaan yang sangat di junjung tinggi.

Kegiatan keagamaan sering dilakukan pada hari jum’at serta selalu menjalankan ibadah

wajib.

Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2018 di lihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2.2
Jumlah Peserta Didik Pada Tahun Terakhir (Tahun Ini). 4

N KELAS L P JUMLAH
O
1 X IPS 11 12 23
X IPA 12 13 25
JUMLAH 48
2 XI IPS 12 10 22
XI IPA 11 10 21
JUMLAH 43
3 XII IPS 9 12 21
XII IPA 10 10 20
JUMLAH 41
JUMLAH KESELURUHAN 132

5. Sarana dan Prasarana MA Nahdlatus Shaufiah

Sarana Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah bisa di katakan cukup memadai,

tatanan bangunan yang rapi dan halaman yang luas. selain itu sarana pendukung lainnya

misalnya ada sebuah musholla atau aula, ruang laboraturium IPA, lab.komputer dan

4
Data Siswa MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Wanasaba, 19 November 2018
perpustakaan yang cukup luas dan memiliki buku yang cukup banyak. Akan tetapi tidak

adanya ruangan khusus untuk guru bimbingan konseling dan WC untuk guru dan siswa

hanya satu.

Tabel 2.3
Sarana dan Prasarana MA Nahdlatus Shaufiah.5

No. Jenis Sarpran Luas (cm2) Jml


1. R. Kepala Madrasah 16 1
2. R. Laboraturium IPA 16 1
3. R. Lab. Komputer 16 1
4. R. Perpustakaan 36 1
5. R. Guru 56 1
6. R. Kelas 30 6
7. R. Tata Usaha 16 1
8. R. Konseling -
9. R. Osis 16 1
10. Musholla/Aula 100 1
11. Gudang 10 1
12. Lapangan Olah Raga 30 1
13. WC Guru 8 1

B. Bentuk-Bentuk Bullying Siswa MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba

Tahun Pelajaran 2018/2019

Bullying di sekolah memang sulit untuk dideteksi, karena sembunyi-sembunyi dan

dilakukan di tempat yang jauh dari pengawasan guru. Oleh karena itu, sekolah perlu

memetakan lokasi-lokasi yang rawan terjadinya bullying. Umumnya lokasi yang sering

terjadi kekerasan di sekolah adalah tempat yang menjadi favorit anak-anak berkumpul saat

5
Sarana dan Prasarana MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Tanggal 19 November, 2018.
istirahat. Misalnya, kantin, lapangan olahraga, tempat parkir, di bagian belakang ruang kelas

atau gedung sekolah, dan lain-lain.

School bullying memiliki beragam bentuk dan variasi. Anak perempuan biasanya

berbeda dari anak laki-laki dalam jenis perilaku bullying yang mereka tunjukkan. Anak

perempuan cenderung menghargai hubungan intim dengan perempuan, sehingga mereka

paling sering terlibat dalam agresi terselubung atau relasional, kekerasan yang dilakukan

biasanya dengan menahan persahabatan mereka atau dengan menyabotase hubungan orang

lain. Apalagi dengan kemajuan teknologi, bullying dapat dilakukan secara tidak langsung

dengan memanfaatkan socialnetwork (facebook, twitter, dll), atau dengan SMS, biasanya

berupa fitnah, menyebarkan gosip, atau menjelek-jelekan orang yang tidak disukainya.

Sedangkan anak laki-laki biasanya membentuk ikatan sosial melalui kegiatan

kelompok, sehingga kekerasan yang dilakukan sering melibatkan kelompok, dimana mereka

memiliki peran masing-masing saat melakukan tindakan bullying, satu orang sebagai

pemimpin kelompok, yang lain (anggota kelompok atau siswa lain) sebagai penonton.

Peneliti mengumpulkan data mengenai bentuk-bentuk bullying siswa di lingkungan

Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah. Adapun sumber data yaitu guru BK, kepala sekolah,

guru akidah akhlak, pelaku dan korban bullying. Data yang diperoleh akan disajikan dengan

gambaran peneliti saat pengamatan di lapangan serta kutipan hasil wawancara dari jawaban

informan. Dari dat yang di dapat melalui observasi dan wawancara, ditemukan bentuk-

bentuk perilaku bullying siswa MA Nahdlatus Shaufiah sebagai berikut:


1. Bentuk-Bentuk Bullying Fisik

a. Menendang

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk menendang. Pelaku mendorong korban

dengan berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja

menyakiti korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

berinisial M yang mengatakan bahwa:

“Saya pernah ditendang sama RM, waktu main-main di dalam kelas saling
lempar bola tiba-tiba si RM masuk kelas langsung merebut bola dan ketika
hendak menendangnya, bola direbut sama temen saya akhirnya bukan bola
yang ditendang oleh si RM melainkan kaki saya hingga menyebabkan kaki
saya bengkak”

Kemudian hal yang mendukung lainnya yaitu kutipan dari salah satu

temen korban yang berinisial DN yang mengatakan bahwa:

“Iya bener, waktu itu saya berdiri di sampingnya M dan melihat bahwa
RM menendang M dan menyebabkan kaki M bengkak. Kejadian tersebut
sengaja dilakukan RM karena kesal, bolanya diambil ketika mau
menendang bola.”

Senada dengan Taufikurrahman (selaku guru BK) MA Nahdlatus Shaufiah

yang mengatakan bahwa:

“Iya, kejadian tersebut memang benar adanya terjadi di dalam kelas,


bahwa RM menendang M. Namun ketika pelakunya saya tanyak kenapa
kamu menendang temanmu? Pelaku menjawab: sebenarnya saya tidak
berniat menendang M dan saya ingin menendang bolanya akan tetapi tiba-
tiba bolanya diambil sama DN jadi yang saya tendang kakinya M.”

Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan peneliti dapat

disimpulkan bahwa perilaku menendang pernah dilakukan oleh siswa di dalam


kelas. Hal tersebut tidak ada niat sengaja pelaku untuk melukai korban atau

temannya..

b. Memukul

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk memukul. Pelaku memukul korban dengan

berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti

korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

berinisial U yang mengatakan bahwa:

“Iya, saya pernah dipukul sama GB di depan gerbang madrasah. Waktu itu
saya dipukul sampai nangis karena yang dipukul bagian pundak saya yang
sedang sakit. Kejadian tersebut dilakukan karena waktu ujian MID
semeseter saya tidak memberikan dia nyontek.”

Senada dengan Nunk (teman korban) yang mengatakan bahwa:

“Benar, si GB memang begitu sifatnya kasar suka main pukul jika


keinginannya tidak terpenuhi, saya juga pernah mau dipukul tapi waktu itu
ada kepala sekolah dan wakilnya di samping saya yang sedang ngobrol
dan melihat geark-geriknya. Dia mau mukul saya gara-gara saya laporkan
ke guru mata pelajaran yang bersangkutan bahwa dia tidak ikut kerja
dalam tugas kelompok.”

Kemudian hal yang mendukung lainnya yaitu kutipan dari Muhammad

Haeri (selaku kepala sekolah) yang mengatakan bahwa:

“Siswa bernama GB memang sering membuat masalah di sekolah ini dan


selalu menjadi langganan bagi guru bimbingan konseling. Saya sebagai
kepala sekolah pernah memanggil orang tuanya untuk melakukan mediasi
terkait dengan masalah yang kerap dilakukan oleh GB.

Dari hasil dari pengamatan, wawancara kepada informan dapat

disimpulkan bahwa bentuk bullying yang dilakukan siswa salah satunya yaitu
memukul. Hal tersebut memang ada niat sengaja yang dilakukan pelaku untuk

melukai korbannya.

c. Menjitak

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk menjitak. Pelaku menjitak korban dengan

berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti

korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

berinisial I yang mengatakan bahwa:

“aku pernah dijitak sama R waktu kami main bola basket antara cewek
melawan cowok. Ketika saya memegang bola dan melakukan style di
depan si R tiba-tiba kepala saya dijitak, mungkin kareana dia kesal karena
tidak bisa merebut bola dari tangan saya. Padahal niat saya melakukan
style untuk mengelabui musuh agar bolanya tidak bisa direbut oleh
musuh.”

Senada dengan Malik (selaku korban) yang mengatakan bahwa:

“R itu nyebelin sukanya main jitak, setiap kali saya tidak mau beliin dia
jajan di kantin pasti dijitak, sakit banget dijitakin terus.”

Kemudian hal yang mendukung yaitu kutipan dari Taufikurrahman (selaku

guru BK) yang mengatakan bahwa:

“R sering memukuli bagian kepala teman-temannya atau dengan kata lain


yaitu menjitak, baik dilakukan kepada siswa perempuan maupun kepada
siswa laki-laki. Kenakalan R sudah sering ditegur oleh guru namun tetap
saja dia termasuk siswa yang susah dinasihati.”

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku menjitak ada di

lingkungan MA Nahdlatus Shaufiah. Hal tersebut dilakukan oleh seorang siswa

kepada teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan.


d. Mencakar

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk mencakar. Pelaku mencakar korban dengan

berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti

korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pelaku yang

berinisial E yang mengatakan bahwa:

“Iya memang saya mencakar dia pada saat itu, siapa suruh dia pelit dan
sok pinter, banyak gaya lagi. Mentang-mentang fisiknya jauh lebih besar
dari saya dikirain saya takut apa. Dan pada saat itu saya kelahi sama dia
dan dia sempat melawan dengan mendorong tubuh saya dan akhirnya saya
cakar, biar dia tau rasa.”

Namun berbeda dengan yang dikatakan oleh D (selaku korban) yang

mengatakan bahwa:

“Saya tidak pernah pelit sama siapapun dan saya orangnya sederhana gak
banyak gaya, dan saya mendorong dia pada saat itu karena saya ingin
melindungi diri bukan niat untuk melawan, akan tetapi dia selalu menuduh
saya yang nggak-nggak.”

Kemudian hal yang mendukung yaitu kutipan dari Taufikurrahman (selaku

guru BK) yang mengatakan bahwa:

“Sebenarnya penyebab kejadian tersebut adalah hal spele. Dimana seorang


siswa bernama E tidak suka terhadap si D karena berbagai alasan. Saya
sebagai guru BK mengetahui betul tentang keperibadian antara si E dan si
D. Si E adalah siswa yang memang lumayan nakal dan kurang sopan baik
terhadap guru maupun sesama temannya. Berbeda dengan si D adalah
siswa yang pendiem dan selalu menjadi juara di kelasnya.”

Berikut ini adalah data tentang bentuk-bentuk perliku bullying yang

pernah terjadi di MA Nahdlatus Shaufiah.


Tabel 2.4 Bullying Fisik
No Pelaku Korban Bentuk Bullying Akibat
1 Ijank Maulidiana Menendang Cidera
2 Gurab Baho Undek Memukul Luka Ringan
3 Riadi Ilik Menjitak Marah
4 Ely Dina Mencakar Luka Garis

2. Bentuk-Bnetuk Bullying Verbal

a. Nama Julukan

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying verbal yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk member nama julukan. Menjuluki awalnya

disebabkan karena hanya sekedar bercanda. Ada yang mengaku sampai pernah

marah bahkan menangis karena merasa tak terima dengan hal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

bernama DW yang mengatakan bahwa:

“Saya selalu dipanggil kurcaci oleh si A, karena melihat tubuh saya yang
paling kecil diantara teman-teman yang lain. Bahkan sampai pernah dia
bilang kamu cocoknya masih duduk di bangku SD bukannya disini. Kerap
kali hal itu membuat saya malu bahkan pernah menangis namun hal itu tak
dihiraukan oleh teman-temannya.”

Hal ini juga dibenarkan oleh Kamaluddin (selaku guru akidah akhlak)

yang mengatakan bahwa:

“Siswa yang bernama DW memang kerap dipanggil dengan panggilan


yang tidak sesuai dengan nama aslinya, bahkan hampir sebagian temennya
yang laki-laki memanggilnya dengan sebutan yang sama yaitu kurcaci.
Entah para pelaku sengaja untuk menyakiti ataupun hanya sekedar
bercanda namun korban merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.”

Kemudian hal yang mendukung yaitu kutipan dari Taufikurrahman (selaku

guru BK) yang mengatakan bahwa:

“Saya selalu kasihan dan perihatin terhadap siswa yang bernama DW


Karena sering menjadi bahan bully-an. Namun saya sebagai konselor tetap
melakukan pelayanan terhadap pelaku maupun korban bullying. Bahkan si
DW pernah konsultasi ke saya bahwa dirinya sempat ingin pindah sekolah
karena sudah tidak tahan dengan perilaku teman-temannya di sekolah.”

b. Mengolok-olok

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying verbal yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk mengolok-olok. Mengolok-olok ataupun

diolok-olok pasti pernah dirasakan oleh setiap orang. Di lingkungan MA

Nahdlatus Shaufiah yang peneliti amati, ada kecenderungan anak melakukan hal

tersebut. Yaitu kebanyakan mengolok-olok ketika siswa ada siswa yang gugup

dalam menyampaikan ceramah atau pidato disetiap kegiatan imtaq.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

bernama Sri MD yang mengatakan bahwa:

“ Iya, waktu itu saya sebagai penceramah atau pidato. Sedikitpun saya
tidak ada persiapan karena sebenarnya pada hari itu bukan jadwal saya
akan tetapi saya disuruh menggantikan si BQ karena gak masuk sekolah.
Ketika menyampaikan pidato sambil membawa teks tanpa melihat audien
ataupun yang lain. Hingga terdengar teman-teman teriak woe turun-turun.
Dan membuat saya semakin malu dan gugup.”

Namun berbeda dengan Jun (pelaku) dan kawan-kawannya yang

mengatakan bahwa:

“Siapa suruh dia berpidato melihat teks terus tanpa melihat audien ataupun
yang lain, jadi gak seru donk dan orang bosan mendengarnya meskipun
yang disampaikan itu baik akan tetapi kalau cara menyampaikannya itu
kurang baik jadi percuma juga kita gak paham-paham.”

Dari hasil di atas dapat peneliti simpulkan bahwa mengolok-olok adalah

hal yang sering juga dilakukan oleh siswa kepada siswa yang kurang bercakap
di depan halayak ramai, karena hal tersebut korban merasa malu dan menjadi

minder.

c. Gosip

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk gosip. Pelaku mencakar korban dengan

berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti

korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

bernama EW yang mengatakan bahwa:

“Mungkin dia gak ada kerjaan kecuali ngomongin orang di belakang,


hampir setiap hari saya selalu menjadi bahan pembicaraannya mereka (Ely
dkk) mulai dari tentang keluarga sampai tentang pacar. Mereka terlalu
sibuk ngurusin hidupnya orang sampai lupa dengan kehidupannya
sendiri.”

Senada dengan BQ (selaku teman korban) yang mengatakan bahwa:

“Iya si Ely dan genk-genknya memang jago gosipin orang padahal mereka
sendiri tidak mau digosipin.

Hal ini diperkuat oleh Kamaluddin (selaku guru akidah akhlak) yang

mengatakan bahwa:

“Hal yang paling sering dilakukan oleh kaum wanita adalah gosip,
dimanapun dan kapanpun ketika sedang ngumpul bersama teman-
temannya pasti ujung-ujungnya gosipin orang. Apalagi si Ely dkk terkenal
dengan julukan GG (genk gosip). Makanya kalau diskusi kelompok saya
pisahkan mereka agar diskusinya lancar dan tidak ribut.”

Tabel 2.5 Bullying Verbal


No Pelaku Korban Bentuk Bullying Akibat
1 Alek Dewi Nama Julukan Marah
2 Jun
3 Ijank Sri MD Mengolok-olok Minder
4 Gurab Baho
5 Riadi
6 Ely
7 Nana
8 Vina S Erna Wati Gosip Kecewa
9 Leni
10 Esti M
11 Vina S

3. Bentuk-Bentuk Bullying Relasional

Tak hanya perilaku bullying fisik dan bullying verbal saja yang ada di

lingkungan MA Nahdlatus Shaufiah, ternyata peneliti juga mendapatkan beberapa

bentuk perilaku bullying relasional yang terjadi, bullying relasional yaitu bullying

yang berkaitan dengan terganggunya perasaan, mental seseorang, seperti

mengucilkan dan tawa mengejek dianggap terus menekan psikis korbannya

sehingga korban memiliki perasaan minder.

Adapun bentuk-bentuk bullying relasional yang pernah terjadi di MA

Nahdlatus Shaufiah adalah sebagai berikut:

a. Mengucilkan

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying relasional yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk pengucilan. Pelaku mengucilkan korban

dengan berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hingga sengaja

menyakiti korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan korban yang

bernama M yang mengatakan bahwa:

“Setiap ada tugas kelompok baik diskusi di kelas maupun di rumah, saya
jarang ikut karena selalu diremehkan. Setiap masukan ataupun usulan saya
tidak pernah diterima karena dianggap salah. Kalaupun saya ikut hanya
duduk dan diam mengamati apa yang mereka lakukan. Dan itu membuat
saya merasa tidak nyaman.”

Berbeda dengan Kamaluddin (selaku guru akidah akhlak) yang

mengatakan bahwa:

“Si M memang siswa yang pendiem, sulit bergaul dan pemalu. Namun
saya memaksakannya untuk masuk ke kelompok yang ada dengan syarat
harus aktif berdiskusi dan ikut serta dalam mengerjakan tugas. Serta
menasihati teman-temannya yang lain untuk saling menghargai pendapat
dari teman kelompok.”

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya pengucilan terhadap

seorang siswa. Pengucilan tersebut dilakukan dengan, tidak diperbolehkannya

masuk kelompok dan tidak menerima masukan atau pendapat dari korban.

b. Tawa Mengejek

Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying relasional yang

dilakukan siswa yaitu dalam bentuk tawa mengejek. Pelaku menertawakan

korban dengan berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hingga

sengaja menyakiti korbannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pelaku yang

bernama RF yang mengatakan bahwa:

“iya, saya dan teman-teman selalu menertawakan dia karena


penampilannya yang menor, pupur dan kincuannya yang tebal serta behel
yang ada di giginya. Dan kami bilang sama dia bahwa ini sekolah tempat
belajar bukan tempat fashion show.”

Senada dengan GB dan kawannya (selaku pelaku) yang mengatakan

bahwa:

“FN itu memang orangnya sok cantik, ndak bisa kalah gaya dengan
temannya yang lain. Kemanapun dia gak bias jauh dari alat-alat make up,
gak di dalam kelas maupun di halaman sekolah.”
Hal ini berbeda dengan FN (selaku korban) yang mengatakan bahwa:

“Namanya juga cewek wajarlah kalau menor, gak bisa ketinggalan alat-
alat make up. Tapi sedikitpun saya gak ada niat untuk pamer ataupun gaya.
Saya hanya ingin berpenampilan rapi dan bersih.”

Tabel 2.6 Bullying Relasional


No Pelaku Korban Bentuk Bullying Akibat
1 Nana
2 Vina S
3 Leni Marwati Pengucilan Minder
4 Ely
5 Esti M
6 Ijank
7 Gurab Baho Fitria N Tawa Mengejek Marah
8 Riadi

4. Bentuk-Bentuk Cyber Bullying

a. Upload Foto di Facebook

b. Silent Calls

Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso, bullying

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Bullying Fisik

Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling

dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian

penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan

oleh siswa.
Jenis penindasan secara fisik diantaranya adalah memukul, mencekik,

menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak

yang ditindas hingga keposisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan

pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin

dewasa sang penindas, semakin bahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak

dimaksudkan untuk mencederai secara serius.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan

konseling yaitu Taufik yang mengatakan bahwa:

“Bullying yang berbentuk penindasan fisik kerap dilakukan oleh siswa di Madrasah
Nahdlaus shaufiyah seperti siswa suka memukul, mencekik, menendang, mencakar
teman-temannya yang lebih lemah atau kecil terutama kekerasan fisik yang
dilakukan kepada siswi, karena mereka beranggapan bahwa siswi tidak akan
membalas ketika dipukul.”6

Senada dengan Maulidiana salah satu korban bullying kelas X IPA Madrasah

Aliyah Nahdlatus Shaufiah mengatakan bahwa:

“Iya, saya pernah menjadi korban bullying secara fisik pernah ditendang oleh teman
bernama Rizal Fahmi karena saya pernah melaporkannya ke guru bimbingan
konseling lantaran hampir setiap hari saya menjadi bahan ejekan disebabkan fisik
yang kecil.”7

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terkait dengan perilaku bullying

secara fisik bahwa peneliti melihat kejadian dimana sekummpulan orang sedang

bermain bola di lapangan namun bukan bolanya yang ditendang tapi kaki pemain

yang memegang bola, kejadian ini dipicu karena pihak yang kalah tidak menerima

kekalahannya sehingga menyebabkan mereka bermain kasar.8

6
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018.
7
Maulidiana, Wawancara, Wanasaba, 21 november 2018
8
Observasi Jenis-Jenis Bullying di MA Nahdlatus Shaufiah, 17 November 2018
2. Bullying Verbal

Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan,

baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan

dan dapat dibisikkan di hadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.

Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingga

binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai

dialog yang bodoh dan tidak simpatik diantara teman sebaya.

Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,

penghinaan dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual. Selain itu,

penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon

yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman

kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah

yaitu Muhammad Haeri yang mengatakan bahwa:

“Siswa maupun siswi di Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah sering melakukan


hal-hal yang melanggar apa yang tidak boleh dilakukan di dalam madrasah, mulai
dari tidak bolehnya menggunakan bahasa yang kasar baik terhadap guru maupun
teman sekolahnya. Tapi masih banyak siswa yang menggunakan bahasa-bahasa
kotor, menamakan teman yang tidak sesuai dengan nama aslinya, mencela,
memfitnah bahkan mengkritik dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak
sesuai dengan apa yang diajarkan.”9

Senada dengan Muhammad Husni salah satu pelaku bullying secara verbal

kelas XII IPS Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah mengatakan bahwa:

“Benar, bahwa saya sering mengejek teman-teman di sekolah, terlebih lagi


menggunakan bahasa-bahasa yang kotor karena mungkin sudah menjadi
kebiasaan yang melekat dalam diri saya disebabkan sering bergaul dengan orang
yang tidak berpendidikan serta kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua.”10
9
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
10
Muhammad Husni, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
3. Bullying Relasional

Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah

pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,

pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan

penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin

tidak akan mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan

relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau

secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup

sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas,

bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bimbingan

konseling yaitu Taufikurrahman yang mengatakan bahwa:

“di Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah sering kali terjadi yang namanya siswa
maupun siswi seringkali saling mencemooh, saling mengabaikan, mengucilkan
menghindari teman-teman yang dianggp di luar perkumpulan mereka. Penyebab
utamanya karena mereka membuat kelompok-kelompok yang sesuai dengan jiwa
mereka, jika ada teman yang kurang pandai bergaul atau jarang berbicara maka
mereka menghindarinya bahkan mereka tidak mau menyapa temannya sendiri.”11

Diperkuat oleh hasil observasi yang peneliti temukan bahwa sebagian

kelompok membicarakan (gosip) kelompok atau teman yang mereka tidak sukai

sehingga terjadilah saling mencemooh, saling menghindari dan bahkan saling

mengabaikan.12

4. Cyber Bullying

11
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
12
Observasi Jenis-Jenis Bullying di MA Nahdlatus Shaufiah, 23 November2018.
Ini adalah bentuk Bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya

teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus

mendapatkan pesan negatif dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan

media sosial lainnya. Bentuknya berupa: meng-upload foto temennya di facebook,

membuat status-status negatif di akun sosmed temennya dan lain-lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Kepala Sekolah

yaitu Muhammad Haeri yang mengatakan bahwa:

“Teknologi sangat mempengaruhi keperibadian peserta didik, terlihat dari


keseharian siswa maupun siswi ketika belajar tidak memperhatikan penjelasan guru
malah mereka main sosial media terutamafacebook dan whatsapp. Dari sosial media
inilah mereka saling menjelekkan seperti meng-upload foto-foto temannya yang
dianggap jlek, lucu. Dari perilaku siswa yang menjelekkan temannya tersebut
membuat korban merasa tidak nyaman dan keberatan akhirnya mereka bertengkar,
bahkan sampe membawa nama orang tua kesekolah.”13

C. Usaha-usaha yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi perilaku

Bullying Siswa MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba Tahun Pelajaran

2018/2019.

Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan

seseorang baik secara verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi

lagi, dan ia merasa tak berdaya mencegahnya.Perilaku bullying di institusi pendidikan bisa

terjadi oleh siswa kepada siswa, siswa kepada guru, guru kepada siswa, guru kepada guru,

orang tua siswa kepada guru atau sebaliknya.

Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru bimbingan konseling adalah:

13
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
1. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian

tersebut bukan kesalahannya.

Guru merupakan pengajar dan pendidik. Guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

siswa akan tetapi lebih dari itu, guru harus membimbing memberikan contoh yang baik

kepada siswanya. Terlebih-lebih guru bimbingan konseling harus mengontrol kegiatan

siswa dilingikungan sekolah maupun diluar sekolah. Sebagai guru bimbingankonseling

harus memberikan contoh yang baik kepada siswa baik dalam perkataan maupun

perbuatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan

konseling yaitu Taufikurrahman yang mengatakan bahwa:

“Sebagai guru bimbingan konseling di Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah harus


memberikan contoh yang baik menjadi suri tauladan yang baik, bertutur kata yang
sopan, berpakaian rapi. Ketika ada siswa yangmelakukan kesalahan, saya tidak
langsung menyalahkan siswa seutuhnya tanpa ada bukti. Tapi mencarai latar
belakang masalah yang dilakukan siswa terlebih dahulu sebelum melakukan
tindakan selanjutnya agar siswa tidak merasa ditekan dan menjatuhkan mental
mereka dengan perlakuan yang langsung menuduh.”14

2. Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan

mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah

dimengerti anak. jangan pernah menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami.

Guru pada umumnya dan khususnya guru bimbingan konseling membantu siswa

dalam menyelesaikan masalahnya. Bukan langsung memojokkan mereka. Agar siswanya

merasa nyaman dan tersentuh maka guru khususnya guru bimbingan konseling dalam

membantu siswa menyelesaikan masalahnya menggunkan bahasa yang lemah lembut.

14
Taufikurrahman, wawancara, wanasaba, 21 November 2018
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan

konseling yaitu Taufikurrahman yang mengatakan bahwa:

“Ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran. Sebagai guru bimbingan konseling
yang mengontrol perilaku siswa. Apabila siswa melakukan kesalahan atau bullying
maka dalam memecahkan masalahnya menggunakan bahasa yang sopan agar siswa
tidak merasa dikerasin dan menjatuhkan mental mereka. Sebelum guru melakukan
tindakan lebih lanjut maka guru menjelaskan kepada siswa apa yang menyebabkan
mereka melakukan kesalahan tersebut.”15

3. Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu

mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan

hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah yaitu

Muhammad Haeri yang mengatakan bahwa:

“Selain guru bimbingan konseling yang ditugaskan untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalahnya, kepala sekolah juga mengundang orang-orang yang
professional yang lebih berpengalaman dalam membantu guru-guru dalam
mengatasi perilaku siswa. Karena sadar guru bimingan konselih tidak sepenuhnya
mampu dalam menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang peserta didik
lakukan.”16

4. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya

merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah

tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru bimbingan konseling yaitu

Taufikurrahman yang mengatakan bahwa:

“Guru bimbingan konseling menjelaskan kepada siswa bahwa apa yang


dilakukannya yang berupa kekerasan dapat merugikan orang lain maupun dapat
merugikan madrasah itu sendiri bahkan akan berdampak pada lingkungan tempat ia
tinggal.”17

15
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
16
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
17
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying:

1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak

ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan

diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus

bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri Fisik : bela

diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang

prima.

Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa

sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah yaitu

Muhammad Haeri yang mengatakan bahwa:

“Guru-guru memberikan pembekalan berupa kempuan untuk membela dirinya.


Karena tidak selamanya siswa berada di sekitar guru-guru, orang tua dan tenaga
pendidik lainnya. Kemampuan diri dalam bentuk jasmani dan rohani. Dalam bentuk
jasmani seperti pencak silat, dengan dia bisa pencak silat dapat memberikan
pengaruh dan tidak beraninya siswa yang akan melakukan bullying. Sedangkan
dalam bentuk rohani, dengan adanya pembekalan rohani dan menanamkan dalam
jiwa mereka, ketika ada siswa yang akan melakukan bullying kepadanya maka dia
akan sabar sehingga tidak menyebabkan terjadinya hal-hal seperti kekerasan.”18

2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang

mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan

diri secara psikis seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya. Maka yang diperlukan

adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali

membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih

toleransi dirinya.

18
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan

konseling yaitu Taufikurrahman yang mengatakan bahwa:

“Dari sejak mereka baru masuk ke Madrsah Nahdlatus Shaufiah, mereka sudah
dibekali dan ditanamkan ilmu-ilmu agama diberikan nasehat agar memiliki sikap
toleransi, seperti yang kecil menghormati yang tua sedangkan yang tua menyayangi
yang kecil agar tidak terjadi kekerasan yang tidak diinginkan di madrsah.”19

3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar

tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat

melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja

bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus

berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.

Hasil waan cara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah yaitu Muhammad

Haeri yang mengatakan bahwa:

“Kepala sekolah dan guru-guru memberitahu kepada siswa ketika terjadi di


madrasah ada siswa yang melakukan bullying maka langsung dilaporkan kepada
guru-guru khusnya guru bimbingan konseling agar bisa lansung diatasai dan dapat
mencegah secara langsung perbuatan bullying.”20

4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan

orang yang lebih tua.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru bimbingan konseling yang

mengatakan bahwa:

“Komunikasi dengan baik yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dan
peserta didik dengan peserta didik dapat memberikan manfaat yang baik bagi
guru itu sendiri maupun pesrta didik, guru mengajarkan kepada siswa ketika
berkomunikasi dengan siapapun harus menggunakan bahasa yang baik dansopan
agar komunikasi tetap berjalan dengan sesuai apa yang diharapkan.”21

19
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
20
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
21
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018.
D. Hambatan-Hambatan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying

Siswa di MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba Tahun Pelajaran

2018/2019.

Kendala-Kendala Dalam Pelaksanan Bimbingan dan Konseling Keberadaan

konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi

pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, fasilitator, dan

instruktur Namun masih banyak ditemukan hambatan-hambatan yang dihadapi konselor

dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Secara garis besar hambatannya dapat

dibagi menjadi dua yaitu 1) hambatan Internal dan 2) hambatan Eksternal.

1) Hambatan internal

Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari diri guru pembimbing

itu sendiri. Arifin dan Eti Kartikawati menyatakan bahwa: petugas bimbingan dan

konseling di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi: (1) kepribadian yang baik, (2)

pendidikan yaitu berlatar belakang pendidikan 35 jurusan Bimbingan konseling, (3)

pengalaman maksudnya seorang guru BK minimal pernah melalui praktik mikro dan

makro konseling (praktik dalam laboratorium BK dan praktik pengalaman lapangan),

dan (4) kemampuan yaitu memiliki kemampuan atau keterampilan melaksanakan

konseling.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan

konselingyaitu Taufikurrahman yang mengatakan bahwa:

“Setiap sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki hambatan-hambatan.


hambatan guru bimbingan konseling dalam mengatasi bullying di Madrasah
Nahdlatus Shaufiah dikarenakan guru bimbingan konseling bukan hanya
sebagai konselor saja tetapi sebagai tata usaha dan koordinator OSIM, kurang
berpengalaman karena jarang adanya pelatihan guru dalam mengatasi bullying
di adakan madrasah, kemudian keperibadian guru, karena siswa melihat
keperibadian guru dan tingkah laku guru sehari-hari. Sebagi guru bimbingan
konseling harus menjaga sikap ketika berada dimadrasah maupun di luar
madrasah.”22

2) Hambatan eksternal

Hambatan eksternal adalah hambatan yan berasal dari luar, yaitu: (1)

pandangan masyarakat yang kurang mendukung, (2) bimbingan dan konseling

disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan, (3) bimbingan

dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat (4)

bimbingan dan konseling berdiri sendiri, (5) warga sekolah kurang respek terhadap

BK sendiri, (6) kurangnya perhatian pihak terkait terhadap BK sendiri

Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah yaitu Muhammad Haeri

yang mengatakan bahwa:

“Hambatan-hambatan guru dalam mengatasi bullying disekolah disebabkan


karena faktor eksternal sperti kurangnya msayrakat yang mendukung kegiatan-
kegiatan guru yang diadakan disekolah dalam mendidik siwa-siswa, sehingga
hanya guru yang bertanggung jawab terhadap perlakuan siswa sedangkan
ketika siswa pulang kerumah orang tua tidak lagi memperhatikan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh anak mereka. Masyarakat atau orang tua siswa
beranggapan bimbingan konseling hanya bisa dilakukan disekoah padahal
orang tua juga sangat berpengaruh dalam mendidika anak diluar sekolah untuk
mendukung kegiatan guru yang di berikan kepada siswa.”23

22
Ibid.
23
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan paparan data-data penelitian mengenai peran guru bimbingan konseling dalam

mengatasi perilaku bullying siswa di MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba tahun

pelajaran 2018/2019

A. Bentuk-Bentuk Bullying Siswa di MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba

Tahun Pelajaran 2018/2019

Terdapat beberapa jenis bullying. Bentuk bullying dapat berupa tindakan fisik atau

verbal baik dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Barbara Coloroso , Terdapat 4 jenis Bullying yaitu:

1. Bullying Verbal
Jenis tindakan yang dilakukan pada bullying ini yaitu berupa julukan nama, celaan,

fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual

atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, gosip dan sebagainya.

Bullying dalam bentuk verbal merupakan salah satu jenis bullying yang paling mudah

dilakukan dan bullying ini akan menjadi awal dari perilaku bullying lainnya.

2. Bullying Fisik

Jenis bullying ini berupa memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit,

mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang milik anak yang ditindas.

Bullying jenis ini merupakan jenis bullying yang paling tampak dan mudah diidentifikasi,

namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying bentuk lain. Remaja yang

kerap melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap yaitu remaja yang paling bermasalah

dan cenderung akan beralih pada tindakan kriminal yang lebih lanjut.

3. Bullying Relasional

Jenis bullying ini merupakan jenis bullying berupa pelemahan harga diri korban

secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat

mencakup sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas,

cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek.

Perilaku bullying jenis ini cenderung yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying

secara relasional mencapai puncak kekuatan pada awal masa remaja, karena saat tersebut

terjadi perubahan fisik, mental, emosional dan seksual remaja serta mencoba mengetahui

diri dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

4. Cyber Bullying
Bullying jenis ini merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelaku

melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room,

e-mail, SMS dan lain sebagainya. Bullying ini biasanya ditujukan untuk meneror korban

dengan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang bersifat

mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh

kelompok remaja yang telah mempunyai pemahaman yang cukup baik pada sarana

teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, Terdapat 5 jenis bullying yaitu

a. Kontak fisik langsung, seperti: memukul, mendorong, menggigit, menjambak,

menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk

memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain.

b. Kontak verbal langsung, seperti: mengancam, mempermalukan, merendahkan,

mengganggu, memberi panggilan nama, mencemooh, merendahkan,

mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.

c. Perilaku non-verbal langsung, seperti: melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,

menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam,

biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.

d. Perilaku non-verbal tidak langsung, seperti: mendiamkan seseorang, memanipulasi

persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan.

e. Pelecehan seksual, terkadang dikategorikan perilaku agresif fisik atau verbal.

Meskipun laki-laki dan perempuan melakukan bullying cenderung menggunakan

bullying verbal, tetapi umumnya, perilaku bullying fisik lebih banyak dilakukan laki-

laki dan bullying verbal banyak dilakukan perempuan.


Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dengan Taufikurrahman (selaku guru

BK) di Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiyah.

Bentuk-bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa di Madrasah Nahdlatus Shaufiah

yaitu seperti bertengkar dengan teman, memanggil nama temannya dengan nama yang tidak

sesuai dengan nama aslinya, mengejek, mengucilkan temannya yang dianggap diluar

kelompoknya, telihat ketika peneliti datang kesekolah dan melihat ada siswa yang saling

mengejek dengan membawa nama-nama orang tua.

B. Usaha-usaha yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi perilaku

Bullying Siswa di MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba Tahun Pelajaran

2018/2019.

Perilaku bullying sebenarnya bisa dicegah jika pihak sekolah dan orangtua memiliki

pemahaman yang menyeluruh mengenai anak. Kunci utama dari antisipasi masalah disiplin

dan bullying adalah hubungan yang baik dengan anak. Hubungan yang baik akan membuat

anak terbuka dan percaya bahwa setiap masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi dan

bahwa orangtua dan guru akan selalu siap membantunya. Dari sinilah anak kemudian belajar

untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.

Cara bagaimana supaya anak tidak menjadi korban bullying.Hal ini berkaitan erat

dengan konsep diri anak. Jika anak memiliki konsep diri yang baik, dalam arti mengenal

betul kelebihan dan kekurangan dirinya, ia tidak akan terganggu dengan tekanan-tekanan dari

teman-teman atau pelaku bullying. Biasanya jika korban atau calon korban tidak

memperdulikan, maka pelaku bullying tidak akan mendekatinya lagi.Yang penting juga

adalah membekali anak dengan keterampilan bersosialisasi, sehingga bisa memberikan pesan

yang tepat pada pelaku bahwa dirinya bukan pihak yang bisa dijadikan korban.
Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru bimbingan konseling:

1) Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian

tersebut bukan kesalahannya.

2) Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi

dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan

mudah dimengerti anak. jangan pernah menyalahkan anak atas tindakan bullying

yang ia alami.

3) Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu

mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata

dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak

lain.

4) Amati perilaku dan emosi anak anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami

sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial

menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru).

Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak

anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak anda

di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua / guru / pengasuh).

5) Binalah kedekatan dengan teman-teman anak anda. Cermati cerita mereka tentang

anak anda. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.

6) Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.

Berdasarkan hasil observasi yang penelitilakukan di Madrasah Aliyah Nahdlatus

Shaufiyah
Ketika peneliti datang kesekolah dan ada peserta didik yang bermasalah kemudian

langsung dihadapkan ke guru bimbingan konseling dan guru bimbingan konseling tidak

langsung menyalahkan mereka,tetapi guru bimbingan konseling mencari latar belakang

masalah sehingga tidak terjadi pertengkaran yang dilakukan. Guru melakukan pendekatan

dan komunikasi secara khusus kepada siswa yang bersangkutan, setelah itu guru memberi

tahu orang tuanya agar orang tuanya juga tetap memberikan peringatan dan pengawasan

kepada anaknya supaya tidak bergaul dengan orang yang tidak jelas.

C. Hambatan-Hambatan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying

Siswa di MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba Tahun Pelajaran

2018/2019.

Kendala-Kendala Dalam Pelaksanan Bimbingan dan Konseling Keberadaan

konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi

pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,

fasilitator, dan instruktur.Namun masih banyak ditemukan hambatan-hambatan yang

dihadapi konselor dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Secara garis besar

hambatannya dapat dibagi menjadi dua yaitu hambatan Internal dan hambatan Eksternal.

a) Hambatan internal

Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari diri guru pembimbing

itu sendiri. Arifin dan Eti Kartikawati menyatakan bahwa: petugas bimbingan dan

konseling di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi:

1) Kepribadian yang baik.

2) Pendidikan yaitu berlatar belakang pendidikan 35 jurusan Bimbingan konseling.


3) Pengalaman maksudnya seorang guru BK minimal pernah melalui praktik

mikro dan makro konseling (praktik dalam laboratorium BK dan praktik

pengalaman lapangan).

4) Kemampuan yaitu memiliki kemampuan atau keterampilan melaksanakan

konseling.

Setiap sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki hambatan-hambatan,

hambatan guru bimbingan konseling dalam mengatasi bullying di Madrasah

Nahdlatus Shaufiah dikarenakan tugas guru BK bukan hanya sebagai konselor, akan

tetapi sebagi tata usaha dan koordinator OSIM, guru bimbingan konseling juga

kurangberpengalaman karena jarang adanya pelatihan guru dalam mengatasi bullying

di adakan madrasah, kemudian keperibadian guru, karena siswa melihat keperibadian

guru dan tingkah laku guru sehari-hari. Sebagi guru bimbingan konseling harus

menjaga sikap ketika berada dimadrasah maupun di luar madrasah.

b) Hambatan eksternal

Hambatan eksternal adalah hambatan yan berasal dari luar, yaitu:

1) Pandangan masyarakat yang kurang mendukung

2) Bimbingan dan konseling disamakan saja atau dipisahkan sama sekali dari

pendidikan

3) Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian

nasehat

4) Bimbingan dan konseling berdiri sendiri

5) Warga sekolah kurang resfect terhadap BK sendiri

6) Kurangnya perhatian pihak terkait terhadap BK sendiri


Hambatan-hambatan guru dalam mengatasi bullying disekolah disebabkan

karena faktor eksternal seperti kurangnya masyarakat yang mendukung kegiatan-

kegiatan guru yang diadakan disekolah dalam mendidik siwa-siswa, sehingga hanya

guru yang bertanggung jawab terhadap perlakuan siswa sedangkan ketika siswa

pulang kerumah orang tua tidak lagi memperhatikan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh anak mereka. Masyarakat atau orang tua siswa beranggapan bahwa

bimbingan konseling hanya bisa dilakukan disekolah padahal orang tua juga sangat

berpengaruh dalam mendidik anak diluar sekolah untuk mendukung kegiatan guru

yang di berikan kepada siswa


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini maka peneliti menarik

kesimpulan (konklusi) sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk perilaku bullying siswa di MA Nahdlatus Saufiah. Adapun bentuk-

bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa yaitu Bullying Fisik, Bullying verbal,

Bullying Relasional, dan Cyber Bullying.

2. Usaha-usaha guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa di

MA Nahdlatus Saufiah yaitu dengan beberapa tahap, pertama: melakukan mediasi

antara korban dan pelaku, kedua: memanggil korban dan pelaku untuk diberikan

pengarahan atau bimbingan agar masalah cepat terselesaikan, ketiga: meminta

bantuan kepada pihak ke tiga jika masalanya berat atau sulit diatasi, keempat:

membina hubungan antar siswa.

3. Hambatan-hambatan guru bimbingan konseling dalam megatasi perilaku bullying

siswa di Ma Nahdlatus Shaufiah yaitu faktor eksternal sperti kurangnya msayrakat

yang mendukung kegiatan-kegiatan guru yang diadakan disekolah dalam mendidik

siwa-siswa, sehingga hanya guru yang bertanggung jawab terhadap perlakuan siswa

sedangkan ketika siswa pulang kerumah orang tua tidak lagi memperhatikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak mereka. Dan faktor internal seperti tidak
adanya ruangan khusu untuk layanan bimbingan konseling serta kurangnya

pengalaman bagi guru bimbingan konseling.

B. Saran-saran

1. Kepala sekolah

Menurut peneliti, sebaiknya di MA Nahdlatus Shaufiah lebih diterapkan untuk

layanan bimbingan konseling kepada peserta didik dengan bimbingan individu

sehingga memudahkan guru bimbingan konseling dalam memberikan konseling pada

siswa yang mengalami permasalahan perilaku bullying di sekolah.

2. Guru bimbingan konseling

Sebaiknya untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling di MA Nahdlatus

Shaufiah, alangkah baiknya dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengembangan

diri peserta didik karena pengaruh atas pengalamannya terkena permasalahan

bullying baiksebagai pelaku bullying maupun korban bullying.

3. Peneliti sendiri

Diharapkan kepada peneliti agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

acuan dan bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai