berada di bawah naungan Yayasan Nahdlatus Shaufiah dan berpusat di desa Wanasaba
Nahdlatus Shaufiah berdiri pada tahun 18 Juni 1992 yang bertepatan dengan tanggal 20
Jumadil Akhir 1413 H dengan nomor statistik 131252030046. Adapun latar belakang
c) Membantu para alumni SLTP/MTs yang terancam putus sekolah, baik yang
Undang-Undang Dasar 1945 seperti yang terdapat pada alenia ke empat yang
ini terus mengalami peningkatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini
terindikasi dari tahun ketahun mengalami peningkatan input siswa dan siswi yang
Nahdlatus Shaufiah Wanasaba berinisiatif untuk mendirikan madrasah ini, yang pada
awal berdirinya madrasah ini dikepalai oleh H. Lalu Alimuddin dari periode 1992
sampai dengan 2001. Kemudian periode ke II dijabat oleh Kamaluddin, S.Ag sejak
tahun 2001 sampai dengan 2013, Kemudian periode ke III dijabat oleh MUHAMMAD
sebagai berikut:
Selain itu, tempat MA Nahdlatus Shaufiah dekat dengan makam TGHM Suhaili
yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarak setempat, karena merupakan tempat yang
sebagai berikut:
Desa : Wanasaba
1
Sejarah Berdirinya MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Wanasaba, Tanggal 20 November 2018.
Kecamatan : Wanasaba
Status : Terakreditasi B
Propinsi : NTB
Teknologi”
b) Mengadakan majelis ta’lim kepada masyarakat dan madrasah setiap satu kali
seminggu
selain itu juga guru merupakan figur dalam dunia pendidikan yang akan di contoh dan di
teladani. Oleh karena itu, kedudukan guru untuk selalu mengembangkan dan
sekolah dan mempunyai tugas untuk menyusun program pembelajaran siswa untuk
Guru adalah faktor utama yang menyebabkan suatu program pendidikan dapat
berlansung. Tanpa adanya kehadiran seorang guru, proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan baik, karena tidak akan mungkin siswa dapat belajar sendiri tanpa
Kesadaran akan tanggung jawab sebagai guru yaitu pendidik dan pengajar sangat
di perhatikan dan di pegang teguh. Guru-guru di Madrasah Aliyah Darul Qur’an Bengkel
memiliki kompetensi dan kemampuan yang sangat bagus, baik dalam hal mengajar yaitu
supaya anak didik mereka menjadi manusia cerdas dan berAkhlak mulia.
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik mereka. Memberikan kesempatan
kepada anak didiknya untuk berprestasi di berbagai bidang sekaligus ikut menyediakan
dah untuk mengekspresikan berbagai talenta yang dimiliki oleh siswa siswinya.
Hal ini terlihat dari guru-guru yang rajin masuk, mereka mengajar kepada siswa atau
siswinya untuk taat kepada peraturan madrasah untuk datang tepat waktu dan pulang
Tabel 2.1
Keadaan Guru Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah Kecamatan Wanasaba
Kabupaten Lombok Timur.3
3
Keadaan Guru MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi,Wanasaba, Tanggal 19 November, 2018.
16 Hafifuddin, S.Pd SI - Sosiologi
17 SI - Qur’an
Alimuddin, S.Pd.I Hadits
18 Malhatin, S.Pd.I SI - SKI
19 Ahmad Sulthon, S.Pd SI - Sejarah
Indonesia
Sejarah
Peminatan
20 Saiful Fahmi, S.Pd SI - Penjas
21 Haerul Wardi, s.pd SI - Penjas
22 Muh. Sapoan, S.Pt SI Wali Kelas Kimia/LM
XI IPA
23 SI Wali Kelas X Fisika/LM
IPA Prakarya
Zahratul Jannah, S.Pd
Tahfiz
Qur’an
24 SI Wali Kelas X SBK
Baiq Vera Hasriati
IPS Tahfiz
Fitriah, S.pd
Qur’an
25 Taufikurrahman, SI BK/TU/ BK
S.Pd OSIM
26 SMA TU/Pembantu -
Hilman Efendi
Umum
Murid-murid MA tergolong cukup pintar dan memiliki banyak keterampilan, serta sikap
dan perilaku peserta didik mampu mencerminkan Akhlak yang berciri khas pondok
pesantren, dimana sikap peserta didik cukup ramah tamah dan sopan santun.
ada siswa/siswi yang aktif, penurut pada gurunya, cerewet, nakal, dan pendiam hal itulah
perhatian. Justru itulah dipandang sebagai salah satu bagian dari proses mereka untuk
menjadi orang yang di anggap dewasa. Ketidak wajaran dari perilaku mereka akibat dari
pondok pesantren dimana peserta didik di MANahdlatus Shaufiah tidak hanya berstatus
sebagai peserta didik akan tetapi sebagian menjadi santri. Saya memiliki kebanggaan
sendiri kepada peserta didik yaitu nilai-nilai keagamaan yang sangat di junjung tinggi.
Kegiatan keagamaan sering dilakukan pada hari jum’at serta selalu menjalankan ibadah
wajib.
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2018 di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.2
Jumlah Peserta Didik Pada Tahun Terakhir (Tahun Ini). 4
N KELAS L P JUMLAH
O
1 X IPS 11 12 23
X IPA 12 13 25
JUMLAH 48
2 XI IPS 12 10 22
XI IPA 11 10 21
JUMLAH 43
3 XII IPS 9 12 21
XII IPA 10 10 20
JUMLAH 41
JUMLAH KESELURUHAN 132
tatanan bangunan yang rapi dan halaman yang luas. selain itu sarana pendukung lainnya
misalnya ada sebuah musholla atau aula, ruang laboraturium IPA, lab.komputer dan
4
Data Siswa MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Wanasaba, 19 November 2018
perpustakaan yang cukup luas dan memiliki buku yang cukup banyak. Akan tetapi tidak
adanya ruangan khusus untuk guru bimbingan konseling dan WC untuk guru dan siswa
hanya satu.
Tabel 2.3
Sarana dan Prasarana MA Nahdlatus Shaufiah.5
dilakukan di tempat yang jauh dari pengawasan guru. Oleh karena itu, sekolah perlu
memetakan lokasi-lokasi yang rawan terjadinya bullying. Umumnya lokasi yang sering
terjadi kekerasan di sekolah adalah tempat yang menjadi favorit anak-anak berkumpul saat
5
Sarana dan Prasarana MA Nahdlatus Shaufiah, Dokumentasi, Tanggal 19 November, 2018.
istirahat. Misalnya, kantin, lapangan olahraga, tempat parkir, di bagian belakang ruang kelas
School bullying memiliki beragam bentuk dan variasi. Anak perempuan biasanya
berbeda dari anak laki-laki dalam jenis perilaku bullying yang mereka tunjukkan. Anak
paling sering terlibat dalam agresi terselubung atau relasional, kekerasan yang dilakukan
biasanya dengan menahan persahabatan mereka atau dengan menyabotase hubungan orang
lain. Apalagi dengan kemajuan teknologi, bullying dapat dilakukan secara tidak langsung
dengan memanfaatkan socialnetwork (facebook, twitter, dll), atau dengan SMS, biasanya
berupa fitnah, menyebarkan gosip, atau menjelek-jelekan orang yang tidak disukainya.
kelompok, sehingga kekerasan yang dilakukan sering melibatkan kelompok, dimana mereka
memiliki peran masing-masing saat melakukan tindakan bullying, satu orang sebagai
pemimpin kelompok, yang lain (anggota kelompok atau siswa lain) sebagai penonton.
Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah. Adapun sumber data yaitu guru BK, kepala sekolah,
guru akidah akhlak, pelaku dan korban bullying. Data yang diperoleh akan disajikan dengan
gambaran peneliti saat pengamatan di lapangan serta kutipan hasil wawancara dari jawaban
informan. Dari dat yang di dapat melalui observasi dan wawancara, ditemukan bentuk-
a. Menendang
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang
dengan berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja
menyakiti korbannya.
“Saya pernah ditendang sama RM, waktu main-main di dalam kelas saling
lempar bola tiba-tiba si RM masuk kelas langsung merebut bola dan ketika
hendak menendangnya, bola direbut sama temen saya akhirnya bukan bola
yang ditendang oleh si RM melainkan kaki saya hingga menyebabkan kaki
saya bengkak”
Kemudian hal yang mendukung lainnya yaitu kutipan dari salah satu
“Iya bener, waktu itu saya berdiri di sampingnya M dan melihat bahwa
RM menendang M dan menyebabkan kaki M bengkak. Kejadian tersebut
sengaja dilakukan RM karena kesal, bolanya diambil ketika mau
menendang bola.”
temannya..
b. Memukul
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang
dilakukan siswa yaitu dalam bentuk memukul. Pelaku memukul korban dengan
berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti
korbannya.
“Iya, saya pernah dipukul sama GB di depan gerbang madrasah. Waktu itu
saya dipukul sampai nangis karena yang dipukul bagian pundak saya yang
sedang sakit. Kejadian tersebut dilakukan karena waktu ujian MID
semeseter saya tidak memberikan dia nyontek.”
disimpulkan bahwa bentuk bullying yang dilakukan siswa salah satunya yaitu
memukul. Hal tersebut memang ada niat sengaja yang dilakukan pelaku untuk
melukai korbannya.
c. Menjitak
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang
dilakukan siswa yaitu dalam bentuk menjitak. Pelaku menjitak korban dengan
berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti
korbannya.
“aku pernah dijitak sama R waktu kami main bola basket antara cewek
melawan cowok. Ketika saya memegang bola dan melakukan style di
depan si R tiba-tiba kepala saya dijitak, mungkin kareana dia kesal karena
tidak bisa merebut bola dari tangan saya. Padahal niat saya melakukan
style untuk mengelabui musuh agar bolanya tidak bisa direbut oleh
musuh.”
“R itu nyebelin sukanya main jitak, setiap kali saya tidak mau beliin dia
jajan di kantin pasti dijitak, sakit banget dijitakin terus.”
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang
dilakukan siswa yaitu dalam bentuk mencakar. Pelaku mencakar korban dengan
berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti
korbannya.
“Iya memang saya mencakar dia pada saat itu, siapa suruh dia pelit dan
sok pinter, banyak gaya lagi. Mentang-mentang fisiknya jauh lebih besar
dari saya dikirain saya takut apa. Dan pada saat itu saya kelahi sama dia
dan dia sempat melawan dengan mendorong tubuh saya dan akhirnya saya
cakar, biar dia tau rasa.”
mengatakan bahwa:
“Saya tidak pernah pelit sama siapapun dan saya orangnya sederhana gak
banyak gaya, dan saya mendorong dia pada saat itu karena saya ingin
melindungi diri bukan niat untuk melawan, akan tetapi dia selalu menuduh
saya yang nggak-nggak.”
a. Nama Julukan
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying verbal yang
dilakukan siswa yaitu dalam bentuk member nama julukan. Menjuluki awalnya
disebabkan karena hanya sekedar bercanda. Ada yang mengaku sampai pernah
marah bahkan menangis karena merasa tak terima dengan hal tersebut.
“Saya selalu dipanggil kurcaci oleh si A, karena melihat tubuh saya yang
paling kecil diantara teman-teman yang lain. Bahkan sampai pernah dia
bilang kamu cocoknya masih duduk di bangku SD bukannya disini. Kerap
kali hal itu membuat saya malu bahkan pernah menangis namun hal itu tak
dihiraukan oleh teman-temannya.”
Hal ini juga dibenarkan oleh Kamaluddin (selaku guru akidah akhlak)
b. Mengolok-olok
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying verbal yang
Nahdlatus Shaufiah yang peneliti amati, ada kecenderungan anak melakukan hal
tersebut. Yaitu kebanyakan mengolok-olok ketika siswa ada siswa yang gugup
“ Iya, waktu itu saya sebagai penceramah atau pidato. Sedikitpun saya
tidak ada persiapan karena sebenarnya pada hari itu bukan jadwal saya
akan tetapi saya disuruh menggantikan si BQ karena gak masuk sekolah.
Ketika menyampaikan pidato sambil membawa teks tanpa melihat audien
ataupun yang lain. Hingga terdengar teman-teman teriak woe turun-turun.
Dan membuat saya semakin malu dan gugup.”
mengatakan bahwa:
“Siapa suruh dia berpidato melihat teks terus tanpa melihat audien ataupun
yang lain, jadi gak seru donk dan orang bosan mendengarnya meskipun
yang disampaikan itu baik akan tetapi kalau cara menyampaikannya itu
kurang baik jadi percuma juga kita gak paham-paham.”
hal yang sering juga dilakukan oleh siswa kepada siswa yang kurang bercakap
di depan halayak ramai, karena hal tersebut korban merasa malu dan menjadi
minder.
c. Gosip
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying fisik yang
dilakukan siswa yaitu dalam bentuk gosip. Pelaku mencakar korban dengan
berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hinga sengaja menyakiti
korbannya.
“Iya si Ely dan genk-genknya memang jago gosipin orang padahal mereka
sendiri tidak mau digosipin.
Hal ini diperkuat oleh Kamaluddin (selaku guru akidah akhlak) yang
mengatakan bahwa:
“Hal yang paling sering dilakukan oleh kaum wanita adalah gosip,
dimanapun dan kapanpun ketika sedang ngumpul bersama teman-
temannya pasti ujung-ujungnya gosipin orang. Apalagi si Ely dkk terkenal
dengan julukan GG (genk gosip). Makanya kalau diskusi kelompok saya
pisahkan mereka agar diskusinya lancar dan tidak ribut.”
Tak hanya perilaku bullying fisik dan bullying verbal saja yang ada di
bentuk perilaku bullying relasional yang terjadi, bullying relasional yaitu bullying
a. Mengucilkan
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying relasional yang
dengan berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hingga sengaja
menyakiti korbannya.
“Setiap ada tugas kelompok baik diskusi di kelas maupun di rumah, saya
jarang ikut karena selalu diremehkan. Setiap masukan ataupun usulan saya
tidak pernah diterima karena dianggap salah. Kalaupun saya ikut hanya
duduk dan diam mengamati apa yang mereka lakukan. Dan itu membuat
saya merasa tidak nyaman.”
mengatakan bahwa:
“Si M memang siswa yang pendiem, sulit bergaul dan pemalu. Namun
saya memaksakannya untuk masuk ke kelompok yang ada dengan syarat
harus aktif berdiskusi dan ikut serta dalam mengerjakan tugas. Serta
menasihati teman-temannya yang lain untuk saling menghargai pendapat
dari teman kelompok.”
masuk kelompok dan tidak menerima masukan atau pendapat dari korban.
b. Tawa Mengejek
Dari hasil penelitan yang dilakukan terdapat jenis bullying relasional yang
korban dengan berbagai tujuan, mulai dari bercanda, cari perhatian hingga
bahwa:
“FN itu memang orangnya sok cantik, ndak bisa kalah gaya dengan
temannya yang lain. Kemanapun dia gak bias jauh dari alat-alat make up,
gak di dalam kelas maupun di halaman sekolah.”
Hal ini berbeda dengan FN (selaku korban) yang mengatakan bahwa:
“Namanya juga cewek wajarlah kalau menor, gak bisa ketinggalan alat-
alat make up. Tapi sedikitpun saya gak ada niat untuk pamer ataupun gaya.
Saya hanya ingin berpenampilan rapi dan bersih.”
b. Silent Calls
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso, bullying
1. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling
penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan
oleh siswa.
Jenis penindasan secara fisik diantaranya adalah memukul, mencekik,
yang ditindas hingga keposisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan
pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin
dewasa sang penindas, semakin bahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak
“Bullying yang berbentuk penindasan fisik kerap dilakukan oleh siswa di Madrasah
Nahdlaus shaufiyah seperti siswa suka memukul, mencekik, menendang, mencakar
teman-temannya yang lebih lemah atau kecil terutama kekerasan fisik yang
dilakukan kepada siswi, karena mereka beranggapan bahwa siswi tidak akan
membalas ketika dipukul.”6
Senada dengan Maulidiana salah satu korban bullying kelas X IPA Madrasah
“Iya, saya pernah menjadi korban bullying secara fisik pernah ditendang oleh teman
bernama Rizal Fahmi karena saya pernah melaporkannya ke guru bimbingan
konseling lantaran hampir setiap hari saya menjadi bahan ejekan disebabkan fisik
yang kecil.”7
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terkait dengan perilaku bullying
secara fisik bahwa peneliti melihat kejadian dimana sekummpulan orang sedang
bermain bola di lapangan namun bukan bolanya yang ditendang tapi kaki pemain
yang memegang bola, kejadian ini dipicu karena pihak yang kalah tidak menerima
6
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018.
7
Maulidiana, Wawancara, Wanasaba, 21 november 2018
8
Observasi Jenis-Jenis Bullying di MA Nahdlatus Shaufiah, 17 November 2018
2. Bullying Verbal
baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan
dan dapat dibisikkan di hadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.
binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon
yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman
kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.
Senada dengan Muhammad Husni salah satu pelaku bullying secara verbal
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah
penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin
tidak akan mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau
secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup
sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas,
bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
“di Madrasah Aliyah Nahdlatus Shaufiah sering kali terjadi yang namanya siswa
maupun siswi seringkali saling mencemooh, saling mengabaikan, mengucilkan
menghindari teman-teman yang dianggp di luar perkumpulan mereka. Penyebab
utamanya karena mereka membuat kelompok-kelompok yang sesuai dengan jiwa
mereka, jika ada teman yang kurang pandai bergaul atau jarang berbicara maka
mereka menghindarinya bahkan mereka tidak mau menyapa temannya sendiri.”11
kelompok membicarakan (gosip) kelompok atau teman yang mereka tidak sukai
mengabaikan.12
4. Cyber Bullying
11
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
12
Observasi Jenis-Jenis Bullying di MA Nahdlatus Shaufiah, 23 November2018.
Ini adalah bentuk Bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya
teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus
mendapatkan pesan negatif dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan
2018/2019.
Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan
seseorang baik secara verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi
terjadi oleh siswa kepada siswa, siswa kepada guru, guru kepada siswa, guru kepada guru,
13
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
1. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian
Guru merupakan pengajar dan pendidik. Guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada
siswa akan tetapi lebih dari itu, guru harus membimbing memberikan contoh yang baik
harus memberikan contoh yang baik kepada siswa baik dalam perkataan maupun
perbuatan.
2. Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan
mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah
dimengerti anak. jangan pernah menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami.
Guru pada umumnya dan khususnya guru bimbingan konseling membantu siswa
merasa nyaman dan tersentuh maka guru khususnya guru bimbingan konseling dalam
14
Taufikurrahman, wawancara, wanasaba, 21 November 2018
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan
“Ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran. Sebagai guru bimbingan konseling
yang mengontrol perilaku siswa. Apabila siswa melakukan kesalahan atau bullying
maka dalam memecahkan masalahnya menggunakan bahasa yang sopan agar siswa
tidak merasa dikerasin dan menjatuhkan mental mereka. Sebelum guru melakukan
tindakan lebih lanjut maka guru menjelaskan kepada siswa apa yang menyebabkan
mereka melakukan kesalahan tersebut.”15
3. Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu
mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan
hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah yaitu
“Selain guru bimbingan konseling yang ditugaskan untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalahnya, kepala sekolah juga mengundang orang-orang yang
professional yang lebih berpengalaman dalam membantu guru-guru dalam
mengatasi perilaku siswa. Karena sadar guru bimingan konselih tidak sepenuhnya
mampu dalam menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang peserta didik
lakukan.”16
4. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya
merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah
15
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
16
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
17
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying:
1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak
ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan
diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus
bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri Fisik : bela
diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang
prima.
Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah yaitu
2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang
diri secara psikis seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya. Maka yang diperlukan
toleransi dirinya.
18
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan
“Dari sejak mereka baru masuk ke Madrsah Nahdlatus Shaufiah, mereka sudah
dibekali dan ditanamkan ilmu-ilmu agama diberikan nasehat agar memiliki sikap
toleransi, seperti yang kecil menghormati yang tua sedangkan yang tua menyayangi
yang kecil agar tidak terjadi kekerasan yang tidak diinginkan di madrsah.”19
3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar
tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat
melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja
bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus
Hasil waan cara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah yaitu Muhammad
4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan
mengatakan bahwa:
“Komunikasi dengan baik yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dan
peserta didik dengan peserta didik dapat memberikan manfaat yang baik bagi
guru itu sendiri maupun pesrta didik, guru mengajarkan kepada siswa ketika
berkomunikasi dengan siapapun harus menggunakan bahasa yang baik dansopan
agar komunikasi tetap berjalan dengan sesuai apa yang diharapkan.”21
19
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
20
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018
21
Taufikurrahman, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018.
D. Hambatan-Hambatan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying
2018/2019.
konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, fasilitator, dan
dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Secara garis besar hambatannya dapat
1) Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari diri guru pembimbing
itu sendiri. Arifin dan Eti Kartikawati menyatakan bahwa: petugas bimbingan dan
konseling di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi: (1) kepribadian yang baik, (2)
pengalaman maksudnya seorang guru BK minimal pernah melalui praktik mikro dan
konseling.
2) Hambatan eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yan berasal dari luar, yaitu: (1)
disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan, (3) bimbingan
bimbingan dan konseling berdiri sendiri, (5) warga sekolah kurang respek terhadap
22
Ibid.
23
Muhammad Haeri, Wawancara, Wanasaba, 21 November 2018.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data-data penelitian mengenai peran guru bimbingan konseling dalam
mengatasi perilaku bullying siswa di MA Nahdlatus Shaufiyah Wanasaba kec. Wanasaba tahun
pelajaran 2018/2019
Terdapat beberapa jenis bullying. Bentuk bullying dapat berupa tindakan fisik atau
1. Bullying Verbal
Jenis tindakan yang dilakukan pada bullying ini yaitu berupa julukan nama, celaan,
atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, gosip dan sebagainya.
Bullying dalam bentuk verbal merupakan salah satu jenis bullying yang paling mudah
dilakukan dan bullying ini akan menjadi awal dari perilaku bullying lainnya.
2. Bullying Fisik
mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang milik anak yang ditindas.
Bullying jenis ini merupakan jenis bullying yang paling tampak dan mudah diidentifikasi,
namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying bentuk lain. Remaja yang
kerap melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap yaitu remaja yang paling bermasalah
dan cenderung akan beralih pada tindakan kriminal yang lebih lanjut.
3. Bullying Relasional
Jenis bullying ini merupakan jenis bullying berupa pelemahan harga diri korban
secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas,
Perilaku bullying jenis ini cenderung yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying
secara relasional mencapai puncak kekuatan pada awal masa remaja, karena saat tersebut
terjadi perubahan fisik, mental, emosional dan seksual remaja serta mencoba mengetahui
4. Cyber Bullying
Bullying jenis ini merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelaku
melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room,
e-mail, SMS dan lain sebagainya. Bullying ini biasanya ditujukan untuk meneror korban
dengan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang bersifat
mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh
kelompok remaja yang telah mempunyai pemahaman yang cukup baik pada sarana
bullying verbal, tetapi umumnya, perilaku bullying fisik lebih banyak dilakukan laki-
yaitu seperti bertengkar dengan teman, memanggil nama temannya dengan nama yang tidak
sesuai dengan nama aslinya, mengejek, mengucilkan temannya yang dianggap diluar
kelompoknya, telihat ketika peneliti datang kesekolah dan melihat ada siswa yang saling
2018/2019.
Perilaku bullying sebenarnya bisa dicegah jika pihak sekolah dan orangtua memiliki
pemahaman yang menyeluruh mengenai anak. Kunci utama dari antisipasi masalah disiplin
dan bullying adalah hubungan yang baik dengan anak. Hubungan yang baik akan membuat
anak terbuka dan percaya bahwa setiap masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi dan
bahwa orangtua dan guru akan selalu siap membantunya. Dari sinilah anak kemudian belajar
Cara bagaimana supaya anak tidak menjadi korban bullying.Hal ini berkaitan erat
dengan konsep diri anak. Jika anak memiliki konsep diri yang baik, dalam arti mengenal
betul kelebihan dan kekurangan dirinya, ia tidak akan terganggu dengan tekanan-tekanan dari
teman-teman atau pelaku bullying. Biasanya jika korban atau calon korban tidak
memperdulikan, maka pelaku bullying tidak akan mendekatinya lagi.Yang penting juga
adalah membekali anak dengan keterampilan bersosialisasi, sehingga bisa memberikan pesan
yang tepat pada pelaku bahwa dirinya bukan pihak yang bisa dijadikan korban.
Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru bimbingan konseling:
1) Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian
2) Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi
dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan
mudah dimengerti anak. jangan pernah menyalahkan anak atas tindakan bullying
yang ia alami.
3) Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu
mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata
dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak
lain.
4) Amati perilaku dan emosi anak anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami
sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial
menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru).
Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak
anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak anda
di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua / guru / pengasuh).
5) Binalah kedekatan dengan teman-teman anak anda. Cermati cerita mereka tentang
6) Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.
Shaufiyah
Ketika peneliti datang kesekolah dan ada peserta didik yang bermasalah kemudian
langsung dihadapkan ke guru bimbingan konseling dan guru bimbingan konseling tidak
masalah sehingga tidak terjadi pertengkaran yang dilakukan. Guru melakukan pendekatan
dan komunikasi secara khusus kepada siswa yang bersangkutan, setelah itu guru memberi
tahu orang tuanya agar orang tuanya juga tetap memberikan peringatan dan pengawasan
kepada anaknya supaya tidak bergaul dengan orang yang tidak jelas.
2018/2019.
konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
dihadapi konselor dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Secara garis besar
hambatannya dapat dibagi menjadi dua yaitu hambatan Internal dan hambatan Eksternal.
a) Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari diri guru pembimbing
itu sendiri. Arifin dan Eti Kartikawati menyatakan bahwa: petugas bimbingan dan
pengalaman lapangan).
konseling.
Nahdlatus Shaufiah dikarenakan tugas guru BK bukan hanya sebagai konselor, akan
tetapi sebagi tata usaha dan koordinator OSIM, guru bimbingan konseling juga
guru dan tingkah laku guru sehari-hari. Sebagi guru bimbingan konseling harus
b) Hambatan eksternal
2) Bimbingan dan konseling disamakan saja atau dipisahkan sama sekali dari
pendidikan
nasehat
kegiatan guru yang diadakan disekolah dalam mendidik siwa-siswa, sehingga hanya
guru yang bertanggung jawab terhadap perlakuan siswa sedangkan ketika siswa
dilakukan oleh anak mereka. Masyarakat atau orang tua siswa beranggapan bahwa
bimbingan konseling hanya bisa dilakukan disekolah padahal orang tua juga sangat
berpengaruh dalam mendidik anak diluar sekolah untuk mendukung kegiatan guru
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini maka peneliti menarik
bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa yaitu Bullying Fisik, Bullying verbal,
antara korban dan pelaku, kedua: memanggil korban dan pelaku untuk diberikan
bantuan kepada pihak ke tiga jika masalanya berat atau sulit diatasi, keempat:
siwa-siswa, sehingga hanya guru yang bertanggung jawab terhadap perlakuan siswa
sedangkan ketika siswa pulang kerumah orang tua tidak lagi memperhatikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak mereka. Dan faktor internal seperti tidak
adanya ruangan khusu untuk layanan bimbingan konseling serta kurangnya
B. Saran-saran
1. Kepala sekolah
3. Peneliti sendiri
Diharapkan kepada peneliti agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan