Makalah Teori Konstruktivisme
Makalah Teori Konstruktivisme
:)
Makalah:
TEORI
KONSTRUKTIVITISME
Mata Kuliah:
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,
mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta
mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang
mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek
pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus diinterpretasikan
sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang
sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu
keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus
dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan
pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus
baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik,
mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar
peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran
menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri
pengetahuaanya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk makalah ini adalah
“Bagaimanakah teori belajar konstruktivitisme pada pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar?”
D. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui ciri-ciri dari teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivisme
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui implementasi teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui hakikat teori belajar konstruktivitisme
E. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teori belajar
konstruktivisme sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia
pendidikan.
2. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran bagi kita semua untuk
mengetahui teori belajar konstruktivitisme
BAB II
PEMBAHASAN
2. Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya.
Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui
proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal
Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara
perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa
mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan
Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk,
maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran
dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan
internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-
faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
h. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses
belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama
i. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa
j. Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan
apa yang dialami langsung oleh siswa
Peran guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengeklaim bahwa satu-
satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.
Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan
sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya
tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih
untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan
mampu mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara rasional.
Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang
didasarkan pada pengelaman. Pandangan konsrktivistik mengemukakan bahwa relitas ada
pada pikiran seseoramg. Manusia mengkonstruksi dan menginterprestasikannya
berdasarkan pengalamannya.
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-
gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-
gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan
aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan
pengalaman nyata.
2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat menilai
sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi dasar.
Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai secara tuntas,
tahap pemulihan dapat dilewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman.
Apabila tahap pendalaman telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan
bertindak sebagai perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap
pengayaan agar peserta didik memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan
dapat digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.
Teori Belajar Konstruktivistik 13
To get password just mention me on twitter @nicuapz or leave comment on my blog. :)
3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah tuntas
dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis latihan yang perlu
diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan, pendalaman, dan pengayaan.
4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah pedagogik,
yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik perlu belajar secara aktif dengan
berbagai cara untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya. Suatu rumus,
konsep, atau prinsip dalam mata pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbingan
guru. Strategi pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan
pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan
sesuatu.
5. Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya untuk
meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)
diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan
siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata
lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi
B. SARAN
Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivitisme dalam proses
belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika.
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan
dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif mengelola kelas.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik