Mutia R. Manajemen
Mutia R. Manajemen
Mutia Rahayu
mutiaadam_93@ymail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses serta langkah-
langkah pendirian RA Ar-Rafif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Adapun hasil dari penelitian adalah pendirian lembaga Raudhatul Athfal Ar-
Rafif terbilang bagus karena selain tempatnya yang strategis, manajemen
pendiriannya juga cukup bagus. Sehingga banyak orang tua di sekitaran Kalasan
khususnya mempercayai guru atau pendidik untuk mendidik anaknya di RA
tersebut. Dapat dilihat dari visi dan misi RA Ar-Rafif yang sangat menarik
sehingga banyak orang tua tertarik untuk mengantarkan anaknya ke RA tersebut.
Hal tersebut didukung dengan proses pemasaran yang bagus pula.
A. PENDAHULUAN
Mengacu pada Undang-undang No 20 Tahun 2003, pasal 1 butir 14 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.
Dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.1 Selain itu, dalam Undang-undang (UU) No 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional.2 Pada pasal 9 ayat 3 telah ditegaskan satuan
Pendidikan Luar Sekolah (LPS) meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan
pendidikan sejenis. Penjabaran dari hal tersebut sebagaimana tercantum dalam PP. 73
Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah pasal 19 menyebutkan bentuk kelompok
bermain dan satuan pendidikan sejenis yang diterapkan oleh Menteri. Ketentuan-
ketentuan di atas secara tegas member amanat kepada kita betapa pentingnya keberadaan
lembaga pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan beberapa pasal di atas diketahui bahwa keberadaan lembaga
pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat penting. Karena dengan adanya lembaga
tersebut dapat membantu meningkatkan perkembangan anak usia dini baik dari segi
1
http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional/
2
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_89.htm
1
kognitif, psikomotorik, sosial emosional, moral agama, dan seni. Anak adalah harapan
bangsa dan masa depan bagi negara, maka dari itu untuk mencetak generasi bangsa yang
berkualitas haruslah dididik sejak usia dini. Dalam hal ini TK Ar-Rafif Kalasan menjadi
objek penelitian peneliti, yang mana prose pendiriannya adalah suatu hal yang menarik
untuk diteliti.
Pendirian lembaga PAUD adalah salah satu solusi atau jalan untuk mendukung
jalannya proses pendidikan anak usia dini. Semakin hari jumlah anak usia dini semakin
meningkat. Dengan artian besar kemungkinan bagi pihak-pihak terkait (yayasan,
kelompok masyarakat, dll) untuk membangun atau mendirikan lembaga PAUD. Dengan
cara mempelajari atau mengetahui terlebih dahulu bagaimana manajemen pendirian
PAUD, agar proses pendiriannya dapat berjalan sesuai harapan. Selanjutnya tak lupa
pula dipenuhi syarat-syarat pendiriannya. Setelah itu barulah masuk ke tahap penysunan
proposal dengan mengikuti langkah-langkah penyusunannya dan sistematika proposal
tersebut. Maka dari itu pendiri atau yayasan yang akan mendirikan PAUD tersebut
haruslah lebih menguasai dan memahami manajemen pendiriannya.
B. PEMBAHASAN
1. Manajemen Pendirian PAUD
Lembaga PAUD sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan non formal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar.
Penyelenggaraan satuan PAUD dapat dilaksanakan oleh lembaga baik swasta, pemerintah,
organisasi masyarakat maupun perorangan yang memiliki kepedulian terhadap PAUD.
Pun demikian untuk mendirikan suatu lembaga PAUD, kita harus memperhatikan seperti
apa manajemen pendiriannya. Sebelum pemakalah menjelaskan lebih lanjut tentang
manajemen pendirian PAUD, terlebih dahulu dipahami arti dari manajemen itu sendiri.
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti menglola, memimpin atau
mengarahkan. Kata manajemen biasanya digunakan pada dunia ekonomi-bisnis
dibandingkan dengan manajemen pendidikan. Bahkan beberapa pihak berpendapat bahwa
manajemen pendidikan sebenarnya diadopsi dari manajemen dunia ekonomi-bisnis. 3
Perbedaan antara keduanya adalah manajemen ekonomi bisnis objeknya adalah harta dan
keuntungan, sedangkan manajemen dalam pendidikan objeknya adalah manusia dengan
segenap kompetensinya.
3
Suyadi, Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011) hlm.67
2
Sedangkan pengertian secara istilah terdapat beberapa pendapat mengenai arti dari
manajemen. Menurut Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (dalam Amirul Mukminin)
manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi
(organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan begitu
manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan.
Berbeda dengan Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (dalam Amirul
Mukminin) mengemukakan bahwa: “manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan”.4
Istilah pendirian juga dapat diartikan sebagai proses atau cara mengadakan suatu
lembaga atau bangunan di tempat yang telah ditentukan. Pendirian yang dimaksud disini
adalah proses atau langkah-langkah mendirikan suatu lembaga PAUD. Kemudian PAUD
itu sendiri adalah singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini.
Sebagaimana telah kita ketahui pendidikan adalah proses interaksi anatara pendidik
dan anak didik atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan sistematis untuk
membantu perkembangan potendi anak didik secara maksimal. Sedangkan anak usia dini
adalah anak yang berusia 0-6 tahun.5
Dari pengertian-pengertian sebagaimana dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pendirian PAUD adalah suatu
upaya mengelola, mengatur, mengarahkan dan mengontrol jalannya proses pendirian atau
pelaksanaan lembaga PAUD guna untuk memfasilitasi proses interaksi edukatif antara
anak didik dengan guru dan lingkungan secara teratur, terencana dan sistematis untuk
mencapai tujuan pendidikan anak usia dini.
Adapun untuk mendirikan suatu lembaga PAUD harus pula diperhatikan tempat atau
lingkungan yang akan dijadikan tempat berdirinya PAUD. Diantaranya harus aman bagi
anak, memiliki ruang atau halaman yang cukup untuk bermain, mudah dijangkau, tersedia
air, tempat cuci tangan, dan kamar kecil.6
4
Amirul Mukminin, Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2011) hlm.7-8
5
Suyadi, Manajemen PAUD..., hlm.68-69
6
A. Martuti, Mendirikan dan Mengelola PAUD Manajemen Administrasi dan Strategi Pembelajaran,
(Bantul: Kreasi Wacana, 2010) hlm.55
3
2. Syarat-syarat Pendirian PAUD
Sebuah yayasan yang ingin mendirikan lembaga PAUD harus memenuhi syarat-syarat
pendirian PAUD seperti yang telah diatur dalam UUD. Berdasarkan pasal 62 ayat 2,
persyaratan umum yang harus dipenuhi untuk dapat mendirikan lembaga pendidikan
adalah sebagai berikut.7
1) Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi program dan proses
pendidikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan.
Kurikulum ini dapat merujuk pada PKB-TK (Program Kegiatan Belajar TK). Atau bisa
juga merujuk pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu kurikulum
2013. Kemudian yayasan yang akan mendirikan lembaga PAUD harus menyiapkan
kurikulum secara lengkap yang nantinya akan dilampirkan dalam proposal pendirian
PAUD.
2) Peserta Didik/Siswa/Anak Didik
Sebelum mendirikan PAUD, yayasan yang akan menyelenggarakan PAUD harus
melakukan survei tentang jumlah anak didik yang ada di wilayah tersebut, sehingga
keberadaan PAUD secara jelas sangat dibutuhkan. Survei ini dapat dilakukan pada
Posyandu di masing-masing wilayah, karena tentunya Posyandu memiliki data jumlah
anak lengkap dengan usia dan berat badannya. Yayasan yang akan mendirikan PAUD
dapat memanfaatkan data ini sebagai penguat data hasil survei.
3) Tenaga Kependidikan
Selain jumlah anak didik yang menjadi sasaran pendirian PAUD, pihak pendiri juga
harus memperhatikan jumlah tenaga kependidikan (guru dan staf administrasi) lengkap
dengan latar belakang keilmuan para guru yang dicantumkan. Hal ini dimaksudkan agar
kelak jika lembaga PAUD berdiri benar-benar diampu oleh para guru yang mempunyai
basic keilmuan yang sesuai. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada UU sistem
pendidikan Nasional 2003, guru yang akan mengajar di lembaga PAUD harus berlatar
belakang S1 PG-PAUD atau S1 PG-TK.
7
Fari Ulfah, Manajemen PAUD Pengembangan Jejaring Kemitraan Belajar, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), hlm.37-40.
4
Untuk mendukung proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah
dicantumkan, yayasan pendiri PAUD harus memenuhi standar minimal sarana dan
prasarana yang telah ditentukan.
5) Pembiayaan Pendidikan
Setiap lembaga pendidikan yang sebagian besar dikelola oleh pihak swasta atau
yayasan perlu menyertakan pembiayaan pendidikan bagi peserta didik maupun dana awal
yang dimiliki untuk penyelenggaraan pendidikan.
6) Sistem Evaluasi
Setiap lembaga pendidikan, termasuk PAUD, harus mempunyai sistem evaluasi,
baik evaluasi program, proses, maupun hasil tumbuh-kembang anak didik. Evaluasi ini
dilaksanakan sebagai upaya pengendalian mutu pendidikan, sekaligus sebagai upaya
akuntabilitas penyelenggara pendidikan.8
8
Ibid., hlm.22
9
Ibid., hlm.31
5
2) Menggalang Dukungan Tokoh Masyarakat
Tahap selanjutnya yaitu mencari dukungan tokoh masyarakat dimana lembaga
PAUD akan didirikan. Dukungan dari tokoh terkemuka dalam masyarakat dapat
memberikan rekomendasi dalam proposal, sehingga akan mempermudah proses perizinan.
Selain itu, tokoh masyarakat biasanya lebih mengetahui tempat-tempat mana yang lebih
strategis didirikan sebuah lembaga, termasuk lembaga PAUD. Jika pendiri telah
mempunyai lahan tersendiri untuk mendirikan PAUD, maka langkah yang harus dilakukan
adalah meminta pendapat kepada para tokoh masyarakat mengenai kelayakan tempat
tersebut.
3) Identifikasi Lokasi dan Sarana Prasarana
Lokasi atau tempat yang akan menjadi lahan pendirian lembaga PAUD harus
dipertimbangkan terlebih dahulu. Selain dipertimbangkan dari jumlah anak dan keluarga,
letak strategis dan akses transportasi juga harus dipertimbangkan. Hal ini dilakukan karena
mengingat anak-anak masih perlu pengawasan ekstra ketat, sehingga tidak boleh terlalu
dekat dengan jalan raya. Sebab, kelengahan pengawasan, baik orang tua maupun guru,
akan beresiko sangat tinggi.
Selain lokasi yang strategis, sarana prasarana yang akan digunakan juga perlu
dipertimbangkan. Seperti, area mainan, area pasir dan air, area cerita, area seni, area musik
dan area outdoor.10 Hal ini akan menjadi komponen penting dalam proposal, sehingga
kelengkapan sarana prasarana akan memengaruhi mudah tidaknya proses perizinan.
4) Menghimpun Dana
Berkaitan dengan sarana prasarana yang akan disediakan, harus sebanding dengan
dana yang tersedia. Dana tersebut bisa bersumber dari swadaya masyarakat, orang tua,
pemerintah maupun organisasi nonpemerintah.11 Fasilitas maupun sarana prasarana yang
akan digunakan harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk memberikan
dana sumbangan.
5) Mengkaji Kurikulum yang akan Digunakan
Langkah selanjutnya adalah mengkaji kurikulum yang akan digunakan atau
ditawarkan dalam proposal. Adapun kurikulum PAUD didesain dari visi misi lembaga dan
tujuan didirikannya PAUD. Profil kurikulum akan menjadi komponen yang paling penting
dalam proposal. Sebab, profil kurikulum yang menarik akan menjadi bahan pertimbangan
tersendiri bagi lembaga yang berwenang mengeluarkan izin pendirian PAUD.
10
PAUD Jateng, Persyaratan, Cara Mendirikan, Membuka TK, KB, TPA dari Nol, (Jateng:
www.paud.id, 2015)
11
A. Martuti, Mendirikan & Mengelola..., hlm.59
6
6) Analisis Referensi yang Relevan
Tahapan ini tidak kalah pentingnya dengan tahapan-tahapan sebelumnya. Pada
tahapan ini pendiri harus mengkaji dan menganalisis referensi mengenai PAUD yang
relevan. Kajian dan analisis ini akan membantu pemahaman pendiri mengenai hakikat
pendidikan anak usia dini secara mendalam. Maka dari itu pendiri sebagai inisiasi atas
berdirinya PAUD, dituntut untuk lebih banyak tau tentang dunia PAUD daripada guru
maupun staf yang lain.
7) Menuangkan (Menuliskannya) dalam Bentuk Proposal
Langkah terakhir yaitu menuliskan proposal pendirian PAUD. Adapun isi dari
proposal tersebut adalah hasil-hasil yang diperoleh dari langkah-langkah penyusunan
proposal sebagaimana disebutkan di atas.
7
1. Latar Belakang Persoalan atau Dasar Pemikiran
Latar belakang persoalan biasanya terletak setela judul. Pada latar belakang ini
pengaju mengemukakan ide atau gagasan yang melatari diajukannya proposal. Dengan
demikian, latar belakang dalam proposal PAUD adalah alasan mengapa didirikan PAUD.
2. Visi dan Misi lembaga
Bagian lain yang perlu dikemukakan dalam proposal pendirian PAUD adalah
Visi dan Misi. Isi visi adalah idealitas di masa depan lembaga PAUD yang ingin
didirikan. Dengan kata lain, visi ini menggambarkan cita-cita lembaga PAUD yang igin
dicapai dalam jangka panjang sebagai bentuk lembaga yang sangat ideal.
Adapun Misi adalah bentuk penjabaran dari visi yag berupa langkah-langkah
operasional atau strategi-strategi unggulan guna merealisasikan visi sebuah lembaga.
3. Tujuan
Tujuan pendirian PAUD adalah untuk memberikan layanan pendidikan yang
memadai sehingga tumbuh kembang anak dapat berjalan secara maksimal. Namun,
tujuan ini adalah tujuan pada batas minimal yang bisa ditambah dan dibuat lebih baik.
4. Kurikulum atau Program yang Diusulkan
Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran atau ilmu yang
harus dipelajari anak-didik agar mnuasai ilmu tertentu untuk memperoleh kelulusan.
Dalam konteks anak usia dini, maka seperangkat mata pelajaran tersebut adalah berbagai
aktivitas bermain, bernyanyi, dan bercerita untuk menstimulasi tumbuh kembang fisik,
psikis, moral maupun moral sosialnya sehingga mereka mencari kematangan
kepribadian.
5. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kependidikan)
Tenaga kependidikan, seperti guru, staf administrasi, dan staf pembantu harus
dicantumkan dalam proposal pendirian PAUD. Masing-masing tenaga kependidikan
harus dijelaskan latar belakang kependidikan dan profesionalisme yeng ditekuninya.
6. Calon Anak-Didik yang Menjadi Sasaran Lembaga PAUD
Hal lain yang perlu dicantumkan dalam proposal pendirian PAUD yaitu calon
anak didik yang akan direkrut. Perekrutan calon anak didik harus berdasarkan usia
kronologis atau usia mentalnya. Secara kronologis perekrutan anak didik dapat merujuk
pada UU yakni untuk TK 4-6 tahun, KB 3-4 tahun dan TPA 0-3 tahun. Sedangkan
perekrutan berdasarkan usia mental dapat menggunakan bantuan psikolog, apakah anak
dengan usia kronologis tertentu perkembangan mentalnya normal atau termasuk anak
berkebutuhan khusus.
8
7. Sarana dan Prasarana yang Direncanakan
Proposal pendirian PAUD juga harus menyampaikan berbagai sarana prasarana
dan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung program pembelajaran dan suksesnya
kurikulum yang telah ditetapkan. Adapun sarana prasarana lembaga PAUD hampir
semuanya didominasi oleh alat-alat permainan edukatif, baik indoor maupun outdoor.
8. Jenis Pelayanan yang Diberikan
Layanan pendidikan lembaga PAUD juga akan menjadi daya tarik bagi orang tua
anak-didik. Semakin bagus layanan di suatu lembaga PAUD maka semakin besar
kemungkinan untuk mendapatkan tambahan anak didik setiap tahunnya. Di sisi lain,
jenis layanan pendidikan juga merupakan konsekuensi logis dari kurikulum pendidikan
yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, layanan pendidikan harus dicantumkan dalam
proposal pendirian PAUD.
Beberapa bentuk layanan yang dimaksud adalah layanan kesehatan, layanan
perbaikan gizi, layanan konsultasi psikologi, layanan antar-jemput anak-didik atau
transportasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga akan menjadi pertimbangan utama bagi
lembaga yang berwenang untuk mengabulkan atau tidak proposal yang anda ajukan
tersebut.
9. Sumber Biaya dan Pembiayaan
Hal yang tidak kalah pentingnya harus disampaikan dalam proposal pendirian
PAUD adalah pembiayaan. Bagian terpenting dari komponen ini adalah sumber biaya
yang berasal dari orang tua calon anak-didik atau wali siswa. Sumber dana dan
pembiayaan tersebut hendaklah berdasarkan pada kurikulum, proses pembelajaran, jenis
layanan dan sarana prasarana yang ditawarkan.15
9
pelajaan, surat persetujuan masyarakat setempat melalui pengantar RT dan RW, surat
rekomendasi Lurah, rekomendasi dinas pendidikan kecamatan, rekomendasi dari dinas
kecamatan setempat dan akte yayasan penyelenggara. Setelah semua lampiran itu
dimiliki maka tahap selanjutnya adalah mengirimkan atau mengajukan proposal tersebut
kepada kepala dinas pendidikan kabupaten/kota.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunkan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data dianalisis dengan
menggunakan tahapan-tahapan analisis data model Milles Huberman. Data dianalisis
melalui reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
10
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di RA Ar- Rafif terdiri dari kantor,
perpustakaan, ruang tamu, lima ruang kelas, ruang shalat, ruang bermain, ruang tidur
siang anak, dapur, satu toilet, dan tempat wudhu. Berikutnya sarana bermain out door
terdiri dari prosotan, ayunan, panjat jala, jembatan gantung, dan kolam pasir. Semua alat
permainan tertata dan terawat dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat bahwa ketua maupun pembina
yayasan serta direktur RA tersebut sudah sangat mampan ilmunya terhadap pendidikkan
anak usia dini, sehingga RA tersebut dapat berdiri dengan sistem manajemen yang cukup
bagus. Langkah-langkah pendirian pun dilalui dengan berbagai tahap mulai dari survei
tempat, jumlah anak dan keluarga, menggalang dukungan masyarakat agar RA tersebut
diterima dan dapat berdiri di kecamatan Kalasan.
E. SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendirian
lembaga PAUD haruslah didirikan oleh yayasan yang telah berbadan hukum. Dengan
demikian, PAUD yang didirikan harus dibawah naungan yayasan. Selanjutnya untuk
mendirikan PAUD harus lah memenuhi syarat-syarat pendirian PAUD seperti yang telah
diatur dalam UUD pasal 62 ayat 2, yaitu kurikulum, peserta didik, tenaga kependidikan,
sarana prasarana, pembiayaan, dan sistme evaluasi.
Selanjutnya pengajuan proposal pendirian PAUD. Yang mana pengajuan
proposal tersebut harus melalui beberapa langkah terdahulu baru kemudian proposal
dibentuk. Langkah-langkah tersebut adalah survei dan analisis jumlah anak dan keluarga,
menggalang dukungan tokoh masyarakat, identifikasi lokasi dan sarana prasarana,
menghimpun dana, mengkaji kurikulum yang akan digunakan, analisis referensi yang
relevan, terakhir barulah menuangkan atau menuliskannya dalam bentuk proposal.
Adapun sistematika penulisan proposal pendirian PAUD berawal dari judul
proposal, latar belakang persoalan atau dasar pemikiran, visi dan misi lembaga PAUD,
tujuan dan kompetensi lulusan, kurikulum atau program yang diusulkan, sumber daya
manusia, khususnya tenaga kependidikan, calon anak-didik yang menjadi sasaran
lembaga PAUD, sarana dan prasarana yang direncanakan, jenis pelayanan yang
diberikan, dan sumber biaya dan pembiayaan.
11
1. Saran-saran
a. Yayasan yang hendak mendirikan lembaga PAUD baiknya memperhatikan lokasi
yang tepat dan mudah terjangkau oleh masyarakat.
b. Agar lembaga PAUD yang didirikan maju, yayasan hendaknya menawarkan program
unggulan dari lembaga tersebut yang berbeda dengan lembaga PAUD lainnya.
c. Tenaga kependidikan pada lembaga PAUD yang didirikan haruslah berlatar belakang
lulusan s1 PAUD sehingga kualitas pendidikan di lembaga tersebut menjadi lebih
baik.
d. Terakhir, makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
pemakalah mengharapkan masukan-masukan dari pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik ke depannya.
REFERENSI
PAUD Jateng, Persyaratan, Cara Mendirikan, Membuka TK, KB, TPA dari Nol, (Jateng:
www.paud.id, 2015
https://kbbi.web.id
http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_89.htm
Permendikbut 137 tahun 2014, Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
13