Anda di halaman 1dari 30

UKURAN PEMUSATAN DATA

(TENDENSI SENTRAL)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi TugasMataKuliah


“STATISTIK PENDIDIKAN”
DosenPengampu: Dr. Sigit Purnama, M.Pd

Disusun oleh:

MUTIA RAHAYU
NIM :17204030009

PASCASARJANA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
PENDAHULUAN
Ukuran pemusatan data merupakan salah satu pengukuran data
dalam statistika. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan
cara mpenyusunan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
mengenai suatu keseluruhan berdasarkan data yang ada pada bagian dari
keseluruhan tadi. Menurut Imam Machali, yang termasuk dalam ukuran
pemusatan data adalah rataan (Mean), Median, Modus, Quartil, Desil, dan
Persentil (2016: 97).

Adapun ukuran statistik yang akan pemakalah bahas nantinya akan


mencakup dua data, yaitu: Ungrouped data (data tunggal) dan Grouped
data (data kelompok) yang akan disajikan dengan tabel distribusi
frekuensi.

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMUSATAN DATA
Setiap pengukuran aritmatika yang ditujukan untuk
menggambarkan suatu nilai yang mewakili nilai pusat atau nilai sentral
dari suatu gugus data (himpunan pengamatan) disebut sebagai ukuran
pemusatan data. Ukuran pemusatan data juga disebut sebagai salah satu
pengukuran data dalam statistika (Imam Machali, 2016:97).
Pemusatan data merupakan ukuran yang dapat mewakili data
secara keseluruhan. Artinya, jika keseluruhan nilai yang ada dalam data
tersebut diurutkan besarnya dan selanjutnya dimasukkan nilai rata-rata ke
dalamnya, nilai rata-rata tersebut mewakili kecenderunga (tendensi)
terletak di urutan paling tengah atau pusat.
Adapun jenis-jenis ukuran pemusatan data yang sering digunakan
yaitu:

1. Mean (rata-rata)
Mean atau rata-rata hitung adalah nilai rata-rata dari data yang ada.
Mean dari sekelompok (sederatan) angka (bilangan) adalah jumlah deri
keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya
angka (bilangan) tersebut.
Rata-rata hitung dari populasi diberi symbol µ (baca miu) atau biasa
juga disebut dengan M. Rata-rata hitung dari sample diberi symbol X
(baca eks bar) (Imam Machali, 2016: 98).

Contoh:
Seorang siswa SMP memperoleh nilai dalam Ujian Akhir Semester
sebagai berikut:

No Bidang Studi Nilai UAS

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 90

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 70

3 Bahasa Indonesia 80

4 Matematika 75

5 Ilmu Pengetahuan Alam 75

6 Bahasa Inggris 85

7 Ilmu Pengetahuan Sosial 65

8 Bahasa Inggris 80

9 Seni Budaya 60

10 Prakarya 50
Cara mencari nilai Mean dari nilai UAS di atas adalah dengan
menjumlahkan keseluruhan nilai tersebut lalu dibagi dengan banyaknya
nilai tersebut.

90+70+80+75+ 75+85+65+80+ 60+50 730


= =73
10 10

Dari kesepuluh nilai tersebut juga dapat dilambangkan dengan X1


X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10, adapun banyaknya nilai (jumlah bidang studi)
dapat dilambangkan dengan N, maka kesepuluh nilai tersebut adalah:

X 1+ X 2+ X 3+ X 4+ X 5+ X 6+ X 7+ X 8+ X 9+ X 10
Mx=
N

Atau dapat disingkat dengan:

Mx=
∑X
N

Keterangan:
Mx : Mean yang dicari
∑X : Jmlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada.
N : Number of Cases (banyaknya skor-skor)

Adapun kegunaan rumus tersebut adalah untuk mencari mean pada data
tunggal, seperti mencari nilai rata-rata pada nilai UAS di atas.

Rumus untuk mencari mean pada data kelompok adalah sebagai berikut:

Mx=
∑f X
N
Keterangan:
Mx : Mean yang dicari
∑fX : Jumlah dari hasil perkalian antara nilai tengah masing-masing
interval dengan frekuensi
N : Number of Cases (banyaknya skor-skor)
Untuk memperoleh nilai rata-rata dari data kelompok maka nilai
tengah dari setiap kelas harus dikalikan dengan frekuensi dari setiap kelas,
lalu hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk dibagi dengan jumlah
frekuensi. Perhatikan contoh berikut:
Selain rumus di atas, terdapat rumus lain, yang mana rumus tersebut
merupakan metode singkat untuk mencari mean. Rumusnya adalah sebagai
berikut:

Mx=M +i
'
( ∑Nfx ' )
Keterangan:

Mx = Mean

M’ = Mean terkaan atau Mean taksiran

I = Interval class (besarnya/luasnya pengelompokan data

∑ fx' = Jumlah dari hasil perkalian antara titik tengah buatan sendiri
dengan frekuensi dari masing-masing interval

N = Number of class

Contoh:

Hasil nilai UTS siswa disusun dalam tabel data kelompok sebagai berikut:

Interval Frekuensi
41-48 3
49-57 3
58-65 4
66-73 2
74-81 3
Total 15=N
Rumus 1:

Interval Frekuensi X fX
41-48 3 44.5 133.5
49-56 3 52.5 157.5
57-64 4 60.5 242
65-72 2 68.5 137
73-80 3 76.5 229.5
Total 15=N ∑fX=899.5

Masukkan ke dalam rumus:

Mx=
∑f X
N
899.5
Mx=
15
Mx=59.96 / 60

Rumus 2:

Langkah I:

Mencari Mean Terkaan Sendiri atau Mean Taksiran Sendiri (M’)

Memilih satu midpoint (nilai tengah) di antara Midpoint yang ada


dalam Tabel Distribusi Frekuensi, yaitu Midpoint dari interval nilai yang
memiliki frekuensi tertinggi adalah interval 57-64 dengan frekuensi 4.
Dengan demikian, Midpoint yang dipilih sebagai Mean Terkaan (M’)
adalah 60.5.

Langkah II:

Menetapkan X’ (titik tengah buatan sendiri)

Dalam menetapkan X’ caranya adalah sebagai berikut: di sebelah


kanan M’ (mean taksiran) yang telah dipilih atau ditetapkan dicantumkan
angka 0 (nol). Selanjutnya secara berturut-turut ke atas 0 dituliskan: +1,
dan +2, sedangkan ke bawah 0, secara berturut-turut dituliskan -1, dan -2.

Langkah III:

Memperkalikan frekuensi dari masing-masing interval, dengan x’ (jadi


dikalikan dengan x’=fx’) maka hasilnya sebagaimana dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini:

Interval f X X' fx'


41-48 3 44.5 -2 -6
49-56 3 52.5 -1 -3
57-64 4 60.5 0 0
65-72 2 68.5 1 2
73-80 3 76.5 2 6
Total 15=N ∑fx'=-1

Seperti dapat dilihat pada kolom 5 (kolom fx’) tabel di atas, setelah
perkalian dapat diselesaikan, lalu dijumlahkan dan didapat sebagai berikut
∑fx'=-1.

Langkah IV

Menghitung Mean-nya, dengan menggunakan rumus

Mx=M +i
'
( ∑Nfx ' )
Langkah ini adalah mensubtitusikan nilai-nilai yang telah diperoleh
(M’=60.5, i=8, fx’=-1 dan N=15) yang telah diketahui pada langkah-
langkah sebelumnya ke dalam rumus tersebut, dengan itu nilai Mean akan
diperoleh:
Mx=M +i
'
( ∑Nfx ' )
Mx=60.5+ 8 ( −115 )
−8
Mx=60.5−
15

Mx = 60.5 - 0.53

Mx = 59.97 / 60

2. Median (nilai rata-rata pertengahan)

Median sering disebut dengan istilah: nilai rata-rata pertengahan,


atau nilai rata-rata letak, atau nilai posisi tengah, yang biasanya
dilambangkan dengan: Mdn, Me, atau Mn.
Median adalah suatu nilai atau suatu angka yang membagi suatu
distribusi data ke dalam dua bagian yang sama besar. Dengan kata
lain, Median adalah nilai atau angka yang di atas nilai atau angka
tersebut terdapat 1/2N dan di bawahnya juga terdapat 1/2N. Oleh
karena itu nilai Rata-rata ini dikenal sebagai Nilai Pertengahan atau
Nilai Posisi Tengah; nilai yang menunjukkan pertengahan dari suatu
distribusi data (Anas, 2015: 93).
Contoh:
Sebuah data 20,30,40,50,60,70,80,90,95 median dari data tersebut
adalah 60 (untuk data ganjil), dan median dari data
20,30,40,50,60,70,80,90 adalah (50+60)/2=55 (untuk data genap).

1) Cara Mencari Median (Nilai Rata-rata Pertengahan) untuk data


Tunggal.
Dalam mencari Median untuk Data Tunggal ini, ada dua
kemungkinan yang akan dihadapi. Pertama, data tunggal yang
akan dicari seluruh skornya berfrekuensi 1 (satu); kedua data
tunggal yang akan dicari tersebut sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari 1 (satu).

a. Mencari median untuk data tunggal yang seluruh skornya


berfrekuensi 1 (satu)
Dalam menentukan media pada data ini juga terdapat dua
kemungkinan yaitu; pertama, data tunggal yang seluruh
skornya berfrekuensi 1 itu, number of cases-nya merupakan
bilangan gasal (ganjil), dan yang kedua, data tunggal yang
seluruh skornya berfrekuensi 1 tersebut number of cases-nya
merupakan bilangan genap.
a) Jika jumlah data ganjil, mediannya adalah data yang
berada paling tengah.
Rumus:
n+1
Mdn = X
2
Contoh, data: 40,30,20,60,70,50,80
Penyelesaian:
Urutkan data 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80. Angka-angka
tersebut dapat dilambangkan dengan X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7 {bilangan (X) ke-...)
Jumlah data (N) = 7 (ganjil), maka=
n+1 7+1 8
Mdn = X = X = X = X4 = 50.
2 2 2
Oleh karena itu nilai yang merupakan Nilai Rata-rata
pertengahan atauMedian adalah nilai (bilangan) yang
ke-4, yaitu nilai 50.
b) Jika jumlah data genap, mediannya adalah hasil bagi
jumlah dua data yang berada di tengah. Median pada
data ini terletak antara bilangan ke-n dan ke-(n+1).
Rumus:
X n + X (n+1)
Mdn=
2
Untuk mencari Xn dengan rumus : N=2n, setelah nilai n
didapatkan lalu dicari n yang ke dua denagan rumus
n+1.
Contoh, data: 8, 4, 12, 5, 14, 9, 7, 11,
Penyelesaian:
Urutkan data, 4, 5, 7, 8, 11, 9, 12, 14
{bilangan (X) ke-...) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Jumlah data (N) = 8 (genab)
Nilai n = N =2n
8 = 2n

8
n= =4 → Xn= X 4 =8
2

Nilai yang kedua → n+ 1 = 4 + 1 = 5 → Xn = X5 = 9

X n + X (n+1)
Mdn=
2

X 4 + X (4 +1)
Mdn=
2

X 4 + X (4 +1)
Mdn=
2

8+9
Mdn= =8,5
2

b. Mencari median untuk data tunggal yang seluruh skornya


berfrekuensi lebih dari 1.
Rumus:
( )
1
N=fka
Mdn = L+ 2
fi
Keterangan:
Mdn :Median
L (lower limit) : tepi bawah dari skor yang mengandung
median
Fka : frekuensi kumulatif sebelum skor yang
memuat median
fi : frekuensi skor yang mengandung median
N : Number of cases (banyaknya skor-skor)

Contoh:
Perhatikan data berikut ini:

14 19 21 17 16 18 17 16 17 17
13 19 17 16 18 15 17 18 20 15
21 14 17 19 17 20 18 16 19 15 N = 50
19 17 16 20 15 13 21 18 16 17
16 18 17 14 21 17 15 18 16 20

Tabel distribusi frekuensi


Nilai Frekuensi Fka
13 2 2
14 3 5
15 5 10
16 8 18
17 12 30
18 7 37
19 5 42
20 4 46
21 4 50 = N
( ) ( )
1 1
N−fka 50−18
Mdn = L+ 2 Mdn = 16,5+ 2
fi 12

Mdn = 16.5+ ( 127 )


Mdn = 17, 083 (dapat dibulatkan menjadi 17)

c. Cara Mencari Median untuk Data Kelompok


Caranya sama dengan cara mencari median untuk data tunggal
yang seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu di atas.
Perbedaannya adalah jika pada median data tunggal tidak
memperhitungkan interval class (i), sedangkan pada median
data kelompok kelas interval (i) harus ikut diperhitungkan,
sehingga rumus di atas berubah menjadi:

( )
1
N−fka
Mdn = L+ 2
. Xi
fi

Keterangan:

Mdn = Median

L = lower limit (Batas atas Nyata dari interval yang


mengandung Median)

Fka = frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang


mengandung Median

fi = frekuensi asli (frekuensi dari skor yang mengandung


Median)

N = Number of Cases

Xi = Panjang kelas

Contoh:
Tabel Perhitungan untuk Mencari Median Data Kelompok

Interval Nilai Frekuensi fka

10-14 3 3

15-19 5 8

20-24 7 15

25-29 6 21

30-34 7 28

35-39 8 36

40-44 12 48

45-49 22 70

50-54 20 90

55-59 10 100 = N

Total 100 = N

( )
1
N−fka
Mdn = L+ 2
. Xi
fi

( )
1
100−48
Mdn = 44,5+ 2
.5
22

Mdn = 44,5+ ( 222 ) .5


Mdn = 44,5 + 1,136
Mdn = 44,95

3. Modus (Mode)
Modus adalah sebuah skor atau nilai yang paling sering muncul
atau yang mempunyai frekuensi paling banyak dalam kumpulan data.
Modus pada umumnya dilambangkan dengan Mo (Machali,
2016:109).
Dalam distribusi data tunggal, modus ditunjukkan pada frekuensi
tertinggi. Sedangkan pada distribusi frekuensi data kelompok, modus
ditunjukkan oleh harga titik tengah pada interval nilai yang mendapat
frekuensi tertinggi.
Berikut sejumlah data dapat mempunyai kemungkinan modus:
1. Tidak memiliki modus, contoh: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Pada
data tersebut tidak memiliki modus, karena semua data memiliki
frekuensi tidak lebih dari 1 (satu).
2. Memiliki satu modus yang disebut unimodal. Contoh: 1, 2, 3, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, 10. Pada data ini memiliki satu modus, yaitu angka 3.
Karena angka 3 memiliki frekuensi lebih banyak dari yang lain.
3. Memiliki dua modus diseut bimodal. Contoh: 1, 2, 2, 3, 4, 5, 5, 6,
8, 11. Data ini memiliki dua modus, karena memiliki dua angka
yang memiliki frekuensi lebih banyak dari data yang lain, yaitu: 2
dan 5.
4. Memiliki lebih dari dua modus disebut multimodal. Contoh: 1, 2, 3,
4, 4, 5, 6, 7, 7, 8, 10, 10, 12, 14, 14. Pada kelompok data ini
terdapat lebih dari dua data yang memiliki frekuensi yang sama
besar yaitu nilai , 4, 7, 10, dan 14. Karena itu disebut dengan
multimodal.

a. Cara Mencari Moodus untuk Data Tunggal


Cara mencari modus pada data tunggal dapat dilakukandengan
mudah, yaitu: dengan mencari data yang memiliki frekuensi
paling banyak atau data yang sering muncul dalam sebuah
kelompok data. Contoh dapat dilihat pada tabel berikut:
Nilai Frekuensi
21 4
22 3
20 3
19 5
(10) = f
Mo (18) maksimal
17 8
16 7
15 6
14 4
Total 50 N

b. Cara Mencari Modus untuk Data Kelompokan


Rumus:

Mo=l+ ( fa+fafb ) . Xi
Keterangan:
Mo = Modus
l = lower limit (tepi bawah dari interval yang
mengandung modus)
fa = Frekuensi yang terletak di atas interval yang
mengandung Modus
fb = frekuensi yang terletak di bawah interval
i = interval class (kelas interval)

Contoh:
Nilai yang berhasil dicapai 50 orang mahasiswa dalam mata
kuliah Statistik Pendidikan adalah sebagai berikut:

Interval Nilai Frekuensi


52-58 3
59-65 5
66-72 7
73-79 20
80-86 8
87-93 5
94-100 2
Total 50 = N

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, interval yang


mengandung modus adalah interval 73-79, karena interval nilai tersebutlah
yang memiliki frekuensi paling banyak. Dengan diketahuinya interval
yang mengandung Modus, maka berturut-turut dapat diketahui l =72,50, fa
= 8, dan fb = 7, adapun i = 7.

Mo=l+ ( fa+fafb ) . Xi
Mo=72,50+ ( 8+8 7 ) .7
56
Mo=72,50+
15

Mo = 72,50 + 3,73 = 76,23

4. Quartil

Quartil adalah nilai atau angka yang membagi data dalam empat
bagian yang sama setelah data diurutkan. Dengan demikian dalam sebuah
kelompok data akan didapati 3 (tiga) buah quartil (quartil 1, quartil 2 atau
median, dan quartil 3)

 Kuartil 1 adalah suatu nilai dalam distribusi yang


membatasi 25% frekuensi di bagian bawah distribusi dari
75% frekuensi di bagian atas distribusi.
 Kuartil 2 adalah suatu nilai dalam distribusi yang
membatasi 50% frekuensi di bawah dan 25% frekuensi
bagian atas.
 Kuartil 3 adalah suatu nilai dalam distribusi yang
membatasi 75% frekuensi bagian bawah dan 25%
frekuensi bagian atas (Machali, 2016:113).

Langkah-langkah dalam menentukan nilai kuartil adalah:

1) Susun data menurut nilainya


2) Tentukan letak kuartil, dan
3) Tentukan nilai kuartil
a. Cara Menentukan Kuartil untuk Data Tunggal
Contoh:
Diketahui sebuah data sebagai berikut: 35, 70, 91, 40, 80, 50,
61, 95, 25. Tentukan Q1, Q2, Q3 dari data tersebut.
Langkah pertama adalah:
Urutkan data sebagai berikut:
25 35 40 50 61 70 80 91 95 atau dilambangkan dengan
data ke X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Rumus:
Mencari letak Quartil
1(n+1)
Letak Q 1=
4
2 ( n+1 )
Letak Q 2=
4
3(n+ 1)
Letak Q 3=
4

Keterangan:
Q1 = Kuartil ke-i
n = banyaknya data

1(9+1) 1(n+ 1)
letak Q1= 2,5 = =
4 4
jadi kuartil ke 1 terletak diantara data ke 2 dan data ke 3. Maka
nilai kuartil 1 adalah
Q1 = ½ (data ke 2 + data ke 3)
= ½ (X2 + X3)
= ½ (35+40)
Q1 = 37,5
Cara lain: Q1 =X3 + ½ (X3-X2)
Q1 =X2 + ½ (X3-X2)
= 35 + ½ (X3-X2)
= 35 + ½ (40-35)
= 35 +2,5
Q1 = 37,5
2(9+1) 2(n+1)
Letak Q2 = 5 = = jadi Q2 = pada data ke 5 (X5) =
4 4
61
3(9+1) 3 (n+1)
Letak Q3 = = =7,5
4 4
Jadi kuartil ke 3 terletak diantara data ke 7 dan data ke 8. Maka
kuartil 3 adalah
Q1 = ½ (data ke 7 + data ke 8)
= ½ (X7 + X8)
= ½ (80+91)
Q1 = 85,5

Cara menentukan kuartil untuk data kelompok


Rumus:

( )
1
N−fka
4
Q 1=L+ . Xi
fi

( )
2
N−fka
4
Q 2=L+ . Xi
fi
( )
3
N −fka
4
Q 3=L+ . Xi
fi
Keterangan :
L (lower limit) : tepi bawah dari skor yang mengandung Quartil
Xi : panjang kelas
Fka : frekuensi kumulatif sebelum kelas Quartil
fi : frekuensii skor yang mengandung Quartil
N : number of cases (banyaknya skor-skor).
Contoh :
Tentukan Q1, Q2, Q3 dari data berikut ini.

  Nilai Frekuensi Fka


  52-58 2 2
  59-65 6 8
Q1 66-72 7 15
Q2 73-79 20 35
Q3 80-86 8 43
  87-93 4 47
  94-100 3 N=50
  Jumlah N=50  

Jawab:
Letak Q1 = ¼ N =1/4 50 = 12,5 →(66−72)
Q2 → fi =7, L = 66-0,50 = 66,5, fka = 8, Xi =7

( )
1
N−fka
4
Q 1=L+ . Xi
fi

( )
1
50−8
4
Q 1=65,5+ .7
7
Q1 =65,5 + 4,5
Q1 = 70
Letak Q2 = ½ N = ½ 50 = 25 → (73-79)
Q2 → fi = 20, L = 73-0,5 = 72,5, fka = 15, Xi = 7

( )
2
N−fka
4
Q 2=L+ . Xi
fi

( )
2
50−15
4
Q 2=72,5+ .7
20
Q2 = 72,5 + 3,5
Q2 = 76
Letak Q3 = ¾ N = ¾ 50 = 37,5 → (80-86)
Q3→ fi =8, L = 80-0,5 = 79,5, fka = 35, Xi =7

( )
3
50−35
4
Q 3=79,5+ .7
8
Q3 =79,5 + 2,2
Q3 = 81,7

5. Desil
Desil merupakan nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian
sama besar. Desil sering dilambangkan dengan D. jenis ada 6, yairu
D1 , D2 , D3, ….,…,…,D9 (Machali, 2016:117).

- Desil untuk data tunggal yang mempunyai frekuensi 1:

- Untuk data tunggal yang frekuensinya 1:

Di = Xi + d (Xi+1 + Xi)

Keterangan :
Di = decile yang ke-i (di sini i hanya dapat di isi dengan bilangan : 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

d = Decimal

N = number of cases (banyaknya data)

Xi = data ke-i

- Mencari letak Desil untuk data tunggal yang mempunyai frekuensi


lebih dari 1:

i
Letak Di di urutan data ke - N
10

- Untuk data tunggal yang frekuensinya lebih dari 1:

( )
i
N−fka
10
Di=L+
fi

- Untuk data kelompokan:

( )
i
N−fka
10
Di=L+ .p
fi

Keterangan:

Di = Decile yang ke-i (di sini i hanya dapat di isi dengan


bilangan: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9).

L = Lower limit (batas bawah nyata dari skor atau interval


yang mengandung Decile ke-n).

N = number of cases (banyaknya data)

Fka = frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor / interval


yang mengandung Decile ke-n

Fi = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung Decile


ke-n, atau frekuensi aslinya.

P = panjang kelas pada interval desil


Cara mencari decile untuk data tunggal yang berfrekuensi 1

Diketahui data: 9, 10, 11, 5, 6, 7, 7, 4, 7, 5. Tentukan desil


ke 2 dan desil ke 5!.

Penyelesaian:

Urutkan data: 4 5 5 6 7 7 7 9 10 11
{Bilangan (X) X X X
ke-....} X1 X2 3 X4 X5 6 X7 X8 9 X10

2(10+1) 22
D2 = = =2,2
10 10

5(10+1) 55
D5 = = =5,5
10 10

D2 : d = 0,2 ; X2 = 5 ; X2+1 = 5

D2 = X2 + d (X2+1 + X2)

D2 = 5 + 0,2 (5 + 5) = 7

D5 : d = 0,5 ; X5 = 7 ; X5+1 = 7

D5 = X5 + d (X5+1 + X5)

D5 = 7 + 0,5 (7 + 7) = 14

Cara mencari decile untuk data tunggal yang berfrekuensi lebih dari 1

Misalkan kita ingin mencari desil ke-1, ke-5, dan ke-9 atau D1, D5,
dan D9 dari data yang tertera pada table yang telah dihitung Q1, Q2, dan
Q3-nya itu.
Nilai (x) F Fka
46 2 60= N
45 2 58
D9= 44 3 56
43 5 53
42 8 48
41 10 40
D5= 40 12 30
39 6 18
38 5 12
D1= 37 4 7
36 2 3
35 1 1

Mencari D1:
1 1
Titik D1 = N= 60 = 6 (terletak pada skor 37). Dengan demikian
10 10
dapat kita ketahui: L= 36,50; fi= 4, dan fka= 3.

( )
1
Di= L + 10
N−fka
fi
---D1 =36,50
6−3
4 ( )
                                                   = 36,25
Mencari D5:
5 5
Titik D5 = N= 60 = 30 (terletak pada skor 40). Dengan demikian
10 10
dapat kita ketahui: L = 39,50; fi= 12, dan fka= 18.

( )
5
Di= L + 10
N−fka
fi
D5 =39,50
30−18
12
= 40,50 ( )
Mencari D9:
9 9
Titik D9 = N= .60 = 54 (terletak pada skor 44). Dengan demikian
10 10
dapat kita ketahui: L = 43,50; fi= 3, dan fka= 53.
( )
9
Di = L + 10
N−fka
fi
---D9= 43,50
54−53
3 (
= 43,17 )
Cara mencari decile untuk data kelompok
Mencari D3 dan D7 dari data yang tercantum pada table, proses
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Nilai (x) F Fka
70-74 3 80
65-69 5 77
60-64 6 72
55-59 7 66
50-54 7 59
45-49 17 52
40-44 15 35
35-39 7 20
30-34 6 13
25-29 5 7
20-24 2 2
Total 80= N -

Mencari D3:
3 3
Titik D3= N= .80= 24 (terletak pada interval 40-44). Dengan
10 10
demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 15, dan fka= 20.

( )
3
D3= L + 10
N−fka
fi
D = 39,50
.p 3
24−20
15
.5 ( )
            D3 = 39,50 + ( 2015 )= 39,50 + 1,33 = 40,83
                          
Mencari D7:
Titik D7 = ( 107 )N= ( 107 ) .80 = 56 (terletak pada interval 50-54). Dengan
demikian dapat kita ketahui: 1= 49,50; fi= 7, dan fka = 52.

( )
7
D7= L + 10
N−fka
fi
.p
D7 = 49,50 ( 54−50
7 )
.5

            D7 = 49,50+ ( 207 ) = 49,50 + 2,86= 40,83


                           
6. Persentil
Persentil yang biasa dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang
membagi suatu distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar.
Karena itu persentil sering disebut ukuran perseratusan.
      Titik yang membagi distribusi data ke dalam seratus bagian yang
sama besar itu ialah titik-titik: P1, P2, P3, P4, P5, P6, … dan
seterusnya, sampai dengan P99. Melalui persentil seorang peneliti dapat
dengan leluasa membagi distribusi data yang dimilikinya ke dalam
jumlah-jumlah kategori yang dikehendaki (Machali, 2016:122).

a. Langkah-langkah Menentukan Persentil


Rumus:
Mencari letak persentil untuk data tunggal dan data kelompok.
i
Letak Pi di urutan data ke- N
100
Persentil untuk data tunggal menggunakan rumus sebagai berikut:

( )
n
N−fka
100
Pi=L+
fi
Persentil untuk data kelompokan menggunakan rumus sebagai
berikut:

( )
n
N−fka
100
Pi=L+ .i
fi
Keterangan:
Pi = Persentil yeng ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan-
bilangan: 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya sampai dengan 99)
L = Lower limit (batas bawah nyata dari skor atau interval yang
mengandung persentil ke-n).
N = Number of cases (banyaknya data)
Fka = frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor atau interval
yang mengandung persentil ke-i
Fi = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung percentile
ke-n
P = panjang kelas interval

b. Cara mencari percentile untuk data tunggal.


Mencari persentil ke-5 dan ke-20 atau P5 dan P20 dari data
berikut ini:
  Nilai (X) Frekuensi Fka
  55 2 2
P5 56 3 5
  57 6 11
P20 58 4 15
  59 6 21
  60 10 31
  61 13 44
  62 7 51
  63 5 56
  64 3 59
  65 1 60 = N
  Total 60 = N  

Mencari P5:
i i 5
Letak Pi di urutan data ke – N→ N= 60=3 → terletak
100 100 100
pada skor 56
Dengan demikian dapat kita ketahui: L = 55,5 ; fi =3 dan fka = 2
( )
i
N−fka
100
Pi=L+
fi

( )
5
60−2
100
Pi=55,5+
3
= 55,5 + 0,33 = 55,83
Mencari P20:
i i 20
Letak Pi di urutan data ke – N→ N= 60=12 →
100 100 100
terletak pada skor 58
Dengan demikian dapat kita ketahui: L = 57,5 ; fi =4 dan fka = 11

( )
i
N−fka
100
Pi=L+
fi

( )
20
60−11
100
Pi=57,5+
4
= 57,5 + 0,25 = 57,75

c. Cara mencari persentil pada data kelompok


Nilai (x) F Fka
70-74 3 80
65-69 5 77
60-64 6 72
55-59 7 66
50-54 7 59
45-49 17 52
40-44 15 35
35-39 7 20
30-34 6 13
25-29 5 7
20-24 2 2
Total 80= N

Sebagai contoh, berdasarkan data tersebut di atas akan dicari P35


dan P95.
Mencari persentil ke-35 (P35):
35 35
Titik P35= N= 80= 28 (terletak pada interval 40-44).
100 100
Dengan demikian dapat kita ketahui: L = 39,50; fi = 15, dan fka =
20, p =5

( )
35
P35= L + 100
N−fka
fi
P35 =39,50 +
45−40
8
5 ( )
                                                             
            = 39,50+2,67
            = 42,17

Mencari persentil ke-95 (P95):


95 95
Titik P95= N= 80 = 76 (terletak pada interval 65-69).
100 100
Dengan demikian dapat kita ketahui: l= 64,50; fi= 5, dan fka= 72,
P=5

( )
95
P95 = L + 100
N−fka
fi
P95 =64,50 + ( 65−69
5 )
 = 64,50+4 =

68,50

                                             

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, ukuran
pemusatan data (tendensi sentral) merupakan salah satu pengukuran data
dalam statistika. Pemusatan data terdiri dari enam kategoi yaitu: pertama,
Mean (nilai rata-rata hitung) merupakan jumlah dari keseluruhan angka
(bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya angka tersebut. Kedua,
Median (nilai rata-rata pertengahan) yaitu nilai yang menunjukkan
pertengahan dari suatu distribusi data. ketiga, Modus atau disebut juga
dengan Mode yaitu, suatu skor atau nilai yang mempunyai frekuensi yang
paling bnyak atau data yang sering muncul. Ke-empat, Quartil yaitu titik
atau skor yang membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam empat
bagian yang sama besar. Kelima, Desil atau Decile yaitu titik atau skor
yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki ke
dalam sepuluh bagian besar, yang masing-masing sebesar 1/10N. Dan
yang keenam adalah Persentil yaitu titik atau nilai yang membagi suatu
distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar, karena itu
Persentil sering disebut dengan “ukuran per-ratus-an”.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dalam isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan makalah
selanjutnya.

REFERENSI
Imam Machali. Statistik Manajemen Pendidikan Teori dan Praktik Statistik
Dalam Bidang Pendidikan, Penelitian, Ekonomi, Bisnis, dan Ilmu-ilmu
Sosial lainnya. 2016. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. 2015. Jakarta. Rajagrafindo
Persada
http://www.pelajaran.co.id/ http://www.smartstat.info

Anda mungkin juga menyukai