Ukuran Pemusatan Data
Ukuran Pemusatan Data
(TENDENSI SENTRAL)
Disusun oleh:
MUTIA RAHAYU
NIM :17204030009
PASCASARJANA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
PENDAHULUAN
Ukuran pemusatan data merupakan salah satu pengukuran data
dalam statistika. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan
cara mpenyusunan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
mengenai suatu keseluruhan berdasarkan data yang ada pada bagian dari
keseluruhan tadi. Menurut Imam Machali, yang termasuk dalam ukuran
pemusatan data adalah rataan (Mean), Median, Modus, Quartil, Desil, dan
Persentil (2016: 97).
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMUSATAN DATA
Setiap pengukuran aritmatika yang ditujukan untuk
menggambarkan suatu nilai yang mewakili nilai pusat atau nilai sentral
dari suatu gugus data (himpunan pengamatan) disebut sebagai ukuran
pemusatan data. Ukuran pemusatan data juga disebut sebagai salah satu
pengukuran data dalam statistika (Imam Machali, 2016:97).
Pemusatan data merupakan ukuran yang dapat mewakili data
secara keseluruhan. Artinya, jika keseluruhan nilai yang ada dalam data
tersebut diurutkan besarnya dan selanjutnya dimasukkan nilai rata-rata ke
dalamnya, nilai rata-rata tersebut mewakili kecenderunga (tendensi)
terletak di urutan paling tengah atau pusat.
Adapun jenis-jenis ukuran pemusatan data yang sering digunakan
yaitu:
1. Mean (rata-rata)
Mean atau rata-rata hitung adalah nilai rata-rata dari data yang ada.
Mean dari sekelompok (sederatan) angka (bilangan) adalah jumlah deri
keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya
angka (bilangan) tersebut.
Rata-rata hitung dari populasi diberi symbol µ (baca miu) atau biasa
juga disebut dengan M. Rata-rata hitung dari sample diberi symbol X
(baca eks bar) (Imam Machali, 2016: 98).
Contoh:
Seorang siswa SMP memperoleh nilai dalam Ujian Akhir Semester
sebagai berikut:
3 Bahasa Indonesia 80
4 Matematika 75
6 Bahasa Inggris 85
8 Bahasa Inggris 80
9 Seni Budaya 60
10 Prakarya 50
Cara mencari nilai Mean dari nilai UAS di atas adalah dengan
menjumlahkan keseluruhan nilai tersebut lalu dibagi dengan banyaknya
nilai tersebut.
X 1+ X 2+ X 3+ X 4+ X 5+ X 6+ X 7+ X 8+ X 9+ X 10
Mx=
N
Mx=
∑X
N
Keterangan:
Mx : Mean yang dicari
∑X : Jmlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada.
N : Number of Cases (banyaknya skor-skor)
Adapun kegunaan rumus tersebut adalah untuk mencari mean pada data
tunggal, seperti mencari nilai rata-rata pada nilai UAS di atas.
Rumus untuk mencari mean pada data kelompok adalah sebagai berikut:
Mx=
∑f X
N
Keterangan:
Mx : Mean yang dicari
∑fX : Jumlah dari hasil perkalian antara nilai tengah masing-masing
interval dengan frekuensi
N : Number of Cases (banyaknya skor-skor)
Untuk memperoleh nilai rata-rata dari data kelompok maka nilai
tengah dari setiap kelas harus dikalikan dengan frekuensi dari setiap kelas,
lalu hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk dibagi dengan jumlah
frekuensi. Perhatikan contoh berikut:
Selain rumus di atas, terdapat rumus lain, yang mana rumus tersebut
merupakan metode singkat untuk mencari mean. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
Mx=M +i
'
( ∑Nfx ' )
Keterangan:
Mx = Mean
∑ fx' = Jumlah dari hasil perkalian antara titik tengah buatan sendiri
dengan frekuensi dari masing-masing interval
N = Number of class
Contoh:
Hasil nilai UTS siswa disusun dalam tabel data kelompok sebagai berikut:
Interval Frekuensi
41-48 3
49-57 3
58-65 4
66-73 2
74-81 3
Total 15=N
Rumus 1:
Interval Frekuensi X fX
41-48 3 44.5 133.5
49-56 3 52.5 157.5
57-64 4 60.5 242
65-72 2 68.5 137
73-80 3 76.5 229.5
Total 15=N ∑fX=899.5
Mx=
∑f X
N
899.5
Mx=
15
Mx=59.96 / 60
Rumus 2:
Langkah I:
Langkah II:
Langkah III:
Seperti dapat dilihat pada kolom 5 (kolom fx’) tabel di atas, setelah
perkalian dapat diselesaikan, lalu dijumlahkan dan didapat sebagai berikut
∑fx'=-1.
Langkah IV
Mx=M +i
'
( ∑Nfx ' )
Langkah ini adalah mensubtitusikan nilai-nilai yang telah diperoleh
(M’=60.5, i=8, fx’=-1 dan N=15) yang telah diketahui pada langkah-
langkah sebelumnya ke dalam rumus tersebut, dengan itu nilai Mean akan
diperoleh:
Mx=M +i
'
( ∑Nfx ' )
Mx=60.5+ 8 ( −115 )
−8
Mx=60.5−
15
Mx = 60.5 - 0.53
Mx = 59.97 / 60
8
n= =4 → Xn= X 4 =8
2
X n + X (n+1)
Mdn=
2
X 4 + X (4 +1)
Mdn=
2
X 4 + X (4 +1)
Mdn=
2
8+9
Mdn= =8,5
2
Contoh:
Perhatikan data berikut ini:
14 19 21 17 16 18 17 16 17 17
13 19 17 16 18 15 17 18 20 15
21 14 17 19 17 20 18 16 19 15 N = 50
19 17 16 20 15 13 21 18 16 17
16 18 17 14 21 17 15 18 16 20
( )
1
N−fka
Mdn = L+ 2
. Xi
fi
Keterangan:
Mdn = Median
N = Number of Cases
Xi = Panjang kelas
Contoh:
Tabel Perhitungan untuk Mencari Median Data Kelompok
10-14 3 3
15-19 5 8
20-24 7 15
25-29 6 21
30-34 7 28
35-39 8 36
40-44 12 48
45-49 22 70
50-54 20 90
55-59 10 100 = N
Total 100 = N
( )
1
N−fka
Mdn = L+ 2
. Xi
fi
( )
1
100−48
Mdn = 44,5+ 2
.5
22
3. Modus (Mode)
Modus adalah sebuah skor atau nilai yang paling sering muncul
atau yang mempunyai frekuensi paling banyak dalam kumpulan data.
Modus pada umumnya dilambangkan dengan Mo (Machali,
2016:109).
Dalam distribusi data tunggal, modus ditunjukkan pada frekuensi
tertinggi. Sedangkan pada distribusi frekuensi data kelompok, modus
ditunjukkan oleh harga titik tengah pada interval nilai yang mendapat
frekuensi tertinggi.
Berikut sejumlah data dapat mempunyai kemungkinan modus:
1. Tidak memiliki modus, contoh: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Pada
data tersebut tidak memiliki modus, karena semua data memiliki
frekuensi tidak lebih dari 1 (satu).
2. Memiliki satu modus yang disebut unimodal. Contoh: 1, 2, 3, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, 10. Pada data ini memiliki satu modus, yaitu angka 3.
Karena angka 3 memiliki frekuensi lebih banyak dari yang lain.
3. Memiliki dua modus diseut bimodal. Contoh: 1, 2, 2, 3, 4, 5, 5, 6,
8, 11. Data ini memiliki dua modus, karena memiliki dua angka
yang memiliki frekuensi lebih banyak dari data yang lain, yaitu: 2
dan 5.
4. Memiliki lebih dari dua modus disebut multimodal. Contoh: 1, 2, 3,
4, 4, 5, 6, 7, 7, 8, 10, 10, 12, 14, 14. Pada kelompok data ini
terdapat lebih dari dua data yang memiliki frekuensi yang sama
besar yaitu nilai , 4, 7, 10, dan 14. Karena itu disebut dengan
multimodal.
Mo=l+ ( fa+fafb ) . Xi
Keterangan:
Mo = Modus
l = lower limit (tepi bawah dari interval yang
mengandung modus)
fa = Frekuensi yang terletak di atas interval yang
mengandung Modus
fb = frekuensi yang terletak di bawah interval
i = interval class (kelas interval)
Contoh:
Nilai yang berhasil dicapai 50 orang mahasiswa dalam mata
kuliah Statistik Pendidikan adalah sebagai berikut:
Mo=l+ ( fa+fafb ) . Xi
Mo=72,50+ ( 8+8 7 ) .7
56
Mo=72,50+
15
4. Quartil
Quartil adalah nilai atau angka yang membagi data dalam empat
bagian yang sama setelah data diurutkan. Dengan demikian dalam sebuah
kelompok data akan didapati 3 (tiga) buah quartil (quartil 1, quartil 2 atau
median, dan quartil 3)
Keterangan:
Q1 = Kuartil ke-i
n = banyaknya data
1(9+1) 1(n+ 1)
letak Q1= 2,5 = =
4 4
jadi kuartil ke 1 terletak diantara data ke 2 dan data ke 3. Maka
nilai kuartil 1 adalah
Q1 = ½ (data ke 2 + data ke 3)
= ½ (X2 + X3)
= ½ (35+40)
Q1 = 37,5
Cara lain: Q1 =X3 + ½ (X3-X2)
Q1 =X2 + ½ (X3-X2)
= 35 + ½ (X3-X2)
= 35 + ½ (40-35)
= 35 +2,5
Q1 = 37,5
2(9+1) 2(n+1)
Letak Q2 = 5 = = jadi Q2 = pada data ke 5 (X5) =
4 4
61
3(9+1) 3 (n+1)
Letak Q3 = = =7,5
4 4
Jadi kuartil ke 3 terletak diantara data ke 7 dan data ke 8. Maka
kuartil 3 adalah
Q1 = ½ (data ke 7 + data ke 8)
= ½ (X7 + X8)
= ½ (80+91)
Q1 = 85,5
( )
1
N−fka
4
Q 1=L+ . Xi
fi
( )
2
N−fka
4
Q 2=L+ . Xi
fi
( )
3
N −fka
4
Q 3=L+ . Xi
fi
Keterangan :
L (lower limit) : tepi bawah dari skor yang mengandung Quartil
Xi : panjang kelas
Fka : frekuensi kumulatif sebelum kelas Quartil
fi : frekuensii skor yang mengandung Quartil
N : number of cases (banyaknya skor-skor).
Contoh :
Tentukan Q1, Q2, Q3 dari data berikut ini.
Jawab:
Letak Q1 = ¼ N =1/4 50 = 12,5 →(66−72)
Q2 → fi =7, L = 66-0,50 = 66,5, fka = 8, Xi =7
( )
1
N−fka
4
Q 1=L+ . Xi
fi
( )
1
50−8
4
Q 1=65,5+ .7
7
Q1 =65,5 + 4,5
Q1 = 70
Letak Q2 = ½ N = ½ 50 = 25 → (73-79)
Q2 → fi = 20, L = 73-0,5 = 72,5, fka = 15, Xi = 7
( )
2
N−fka
4
Q 2=L+ . Xi
fi
( )
2
50−15
4
Q 2=72,5+ .7
20
Q2 = 72,5 + 3,5
Q2 = 76
Letak Q3 = ¾ N = ¾ 50 = 37,5 → (80-86)
Q3→ fi =8, L = 80-0,5 = 79,5, fka = 35, Xi =7
( )
3
50−35
4
Q 3=79,5+ .7
8
Q3 =79,5 + 2,2
Q3 = 81,7
5. Desil
Desil merupakan nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian
sama besar. Desil sering dilambangkan dengan D. jenis ada 6, yairu
D1 , D2 , D3, ….,…,…,D9 (Machali, 2016:117).
Di = Xi + d (Xi+1 + Xi)
Keterangan :
Di = decile yang ke-i (di sini i hanya dapat di isi dengan bilangan : 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
d = Decimal
Xi = data ke-i
i
Letak Di di urutan data ke - N
10
( )
i
N−fka
10
Di=L+
fi
( )
i
N−fka
10
Di=L+ .p
fi
Keterangan:
Penyelesaian:
Urutkan data: 4 5 5 6 7 7 7 9 10 11
{Bilangan (X) X X X
ke-....} X1 X2 3 X4 X5 6 X7 X8 9 X10
2(10+1) 22
D2 = = =2,2
10 10
5(10+1) 55
D5 = = =5,5
10 10
D2 : d = 0,2 ; X2 = 5 ; X2+1 = 5
D2 = X2 + d (X2+1 + X2)
D2 = 5 + 0,2 (5 + 5) = 7
D5 : d = 0,5 ; X5 = 7 ; X5+1 = 7
D5 = X5 + d (X5+1 + X5)
D5 = 7 + 0,5 (7 + 7) = 14
Cara mencari decile untuk data tunggal yang berfrekuensi lebih dari 1
Misalkan kita ingin mencari desil ke-1, ke-5, dan ke-9 atau D1, D5,
dan D9 dari data yang tertera pada table yang telah dihitung Q1, Q2, dan
Q3-nya itu.
Nilai (x) F Fka
46 2 60= N
45 2 58
D9= 44 3 56
43 5 53
42 8 48
41 10 40
D5= 40 12 30
39 6 18
38 5 12
D1= 37 4 7
36 2 3
35 1 1
Mencari D1:
1 1
Titik D1 = N= 60 = 6 (terletak pada skor 37). Dengan demikian
10 10
dapat kita ketahui: L= 36,50; fi= 4, dan fka= 3.
( )
1
Di= L + 10
N−fka
fi
---D1 =36,50
6−3
4 ( )
= 36,25
Mencari D5:
5 5
Titik D5 = N= 60 = 30 (terletak pada skor 40). Dengan demikian
10 10
dapat kita ketahui: L = 39,50; fi= 12, dan fka= 18.
( )
5
Di= L + 10
N−fka
fi
D5 =39,50
30−18
12
= 40,50 ( )
Mencari D9:
9 9
Titik D9 = N= .60 = 54 (terletak pada skor 44). Dengan demikian
10 10
dapat kita ketahui: L = 43,50; fi= 3, dan fka= 53.
( )
9
Di = L + 10
N−fka
fi
---D9= 43,50
54−53
3 (
= 43,17 )
Cara mencari decile untuk data kelompok
Mencari D3 dan D7 dari data yang tercantum pada table, proses
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Nilai (x) F Fka
70-74 3 80
65-69 5 77
60-64 6 72
55-59 7 66
50-54 7 59
45-49 17 52
40-44 15 35
35-39 7 20
30-34 6 13
25-29 5 7
20-24 2 2
Total 80= N -
Mencari D3:
3 3
Titik D3= N= .80= 24 (terletak pada interval 40-44). Dengan
10 10
demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 15, dan fka= 20.
( )
3
D3= L + 10
N−fka
fi
D = 39,50
.p 3
24−20
15
.5 ( )
D3 = 39,50 + ( 2015 )= 39,50 + 1,33 = 40,83
Mencari D7:
Titik D7 = ( 107 )N= ( 107 ) .80 = 56 (terletak pada interval 50-54). Dengan
demikian dapat kita ketahui: 1= 49,50; fi= 7, dan fka = 52.
( )
7
D7= L + 10
N−fka
fi
.p
D7 = 49,50 ( 54−50
7 )
.5
( )
n
N−fka
100
Pi=L+
fi
Persentil untuk data kelompokan menggunakan rumus sebagai
berikut:
( )
n
N−fka
100
Pi=L+ .i
fi
Keterangan:
Pi = Persentil yeng ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan-
bilangan: 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya sampai dengan 99)
L = Lower limit (batas bawah nyata dari skor atau interval yang
mengandung persentil ke-n).
N = Number of cases (banyaknya data)
Fka = frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor atau interval
yang mengandung persentil ke-i
Fi = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung percentile
ke-n
P = panjang kelas interval
Mencari P5:
i i 5
Letak Pi di urutan data ke – N→ N= 60=3 → terletak
100 100 100
pada skor 56
Dengan demikian dapat kita ketahui: L = 55,5 ; fi =3 dan fka = 2
( )
i
N−fka
100
Pi=L+
fi
( )
5
60−2
100
Pi=55,5+
3
= 55,5 + 0,33 = 55,83
Mencari P20:
i i 20
Letak Pi di urutan data ke – N→ N= 60=12 →
100 100 100
terletak pada skor 58
Dengan demikian dapat kita ketahui: L = 57,5 ; fi =4 dan fka = 11
( )
i
N−fka
100
Pi=L+
fi
( )
20
60−11
100
Pi=57,5+
4
= 57,5 + 0,25 = 57,75
( )
35
P35= L + 100
N−fka
fi
P35 =39,50 +
45−40
8
5 ( )
= 39,50+2,67
= 42,17
( )
95
P95 = L + 100
N−fka
fi
P95 =64,50 + ( 65−69
5 )
= 64,50+4 =
68,50
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, ukuran
pemusatan data (tendensi sentral) merupakan salah satu pengukuran data
dalam statistika. Pemusatan data terdiri dari enam kategoi yaitu: pertama,
Mean (nilai rata-rata hitung) merupakan jumlah dari keseluruhan angka
(bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya angka tersebut. Kedua,
Median (nilai rata-rata pertengahan) yaitu nilai yang menunjukkan
pertengahan dari suatu distribusi data. ketiga, Modus atau disebut juga
dengan Mode yaitu, suatu skor atau nilai yang mempunyai frekuensi yang
paling bnyak atau data yang sering muncul. Ke-empat, Quartil yaitu titik
atau skor yang membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam empat
bagian yang sama besar. Kelima, Desil atau Decile yaitu titik atau skor
yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki ke
dalam sepuluh bagian besar, yang masing-masing sebesar 1/10N. Dan
yang keenam adalah Persentil yaitu titik atau nilai yang membagi suatu
distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar, karena itu
Persentil sering disebut dengan “ukuran per-ratus-an”.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dalam isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan makalah
selanjutnya.
REFERENSI
Imam Machali. Statistik Manajemen Pendidikan Teori dan Praktik Statistik
Dalam Bidang Pendidikan, Penelitian, Ekonomi, Bisnis, dan Ilmu-ilmu
Sosial lainnya. 2016. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. 2015. Jakarta. Rajagrafindo
Persada
http://www.pelajaran.co.id/ http://www.smartstat.info