Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan matematika terjadi secara dinamis mengikuti kemajuan

zaman. Hal ini terjadi karena adanya penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari di tengan-tengah masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa matematika

memiliki peranan penting sebagai ilmu pengetahuan yang sangat erat kaitannya

dengan kegiatan kehidupan di lingkungan masyarakat. Oleh karena besarnya

peranan matematika dalam berbagai bidang kehidupan manusia, maka secara

tidak langsung menuntut penggunaan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-

hari, yang sering kali dan bahkan tidak di ketahui sehingga berjalan secara alami.

Ini merupakan manifestasi dari identitas matematika yang secara langsung ada

dalam aktifitas kehidupan yang tidak di sadari.

Dalam kehidupan sehari-hari, matematika di pakai untuk menghitung,

menalar, atau memecahkan masalah. Sebagai contoh, pada transaksi jual beli di

gunakan konsep aritmetika, dan menanam padi di sawah yang berhubungan

dengan konsep barisan aritmetika (Fadlilah et al,2015).

Keterkaitan antara matematika dan budaya dikenal sebagai

etnomatematika. Etnomatematika di Indonesia khususnya di Toraja sebenarnya

bukanlah merupakan ilmu pengetahuan yang baru, melainkan sudah di kenal sejak

lama dan di perkenalkan oleh ilmuan matematika itu sendiri. Hanya saja, disiplin

ilmu ini disadari setelah beberapa ilmuan memperkenalkan nama etnomatematika

menjadi bagian dari ilmu matematika. Sejak dikenal secara luas, etnomatematika

1
2

mulai dikembangkan melalui kajian berbagai keilmuan yang relevan (Rosa &

Orey, 2011).

Matematika memiliki peranan yang sangat baik dalam berbagai budaya

terutama kebudayaan Toraja, tepatnya pada kebiasaan suatu kelompok masyarakat

dalam hal adat istiadatnya masing-masing. Namun, masyarakat kurang menyadari

bahwa sebagian aktivitas yang dilakukan terdapat aktivitas-aktivitas matematika.

Bahkan, terkadang mereka masih bingung dalam menggunakan konsep

matematika yang di pelajari di bangku sekolah untuk diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari (D’ Ambrosio, U, 1985).

Agar pengetahuan masyarakat terbuka luas bahwa dalam kehidupan

sehari-hari mereka secara tidak sadar telah melakukan aktivitas matematika

dengan berbagai jenis kegiatan, maka salah satu hal penting yang perlu ada yaitu

pendidikan berbasis kebudayaan bagi generasi muda agar tidak kehilangan

identitas budayanya yang berkaitan dengan aktivitas matematika. Hal ini dengan

sendirinyan akan menunjukkan bahwa Negara kita kaya dengan budaya dan

tentunya ada konsep matematika di dalamnya, termasuk dalam kehidupan

masyarakat Toraja.

Perjalanan kehidupan masyarakat Toraja terdapat berbagai macam jenis

kerajinan tangan yang tak dapat di hindarkan dari adanya keterkaitan dengan

konsep-konsep matematika. Salah satu kerajinan yang mengandung konsep-

konsep matematika adalah anyaman yang terbuat dari bambu. Dalam dunia

pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika anyaman bambu

memiliki konsep yang dapat di kaitkan dengan matematika oleh karena itu

keterkaitan tersebut dapat di praktikan dalam pembelajaran matematika.


3

Anyaman bambu di Toraja merupakan kerajinan tangan yang terbuat dari

bambu yang menghasilkan berbagai jenis anyaman. Anyaman bambu di Toraja

terdapat konsep matematika yang menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat

Toraja telah mengunakan konsep matematika dalam kegiatan atau seni yang di

lakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut membuktikan bahwa

masyarakat Toraja telah mengetahui konsep matematika sejak dahulu namun,

karena keterbatasan ilmu pengetahuan sehingga orang dulu tidak mengetahui

konsep matematika apa saja yang terdapat pada anyaman bambu. Seperti dalam

pembuatan awalnya sudah melakukan kegiatan mengukur panjang serta lebar

bahan dasarnya dan mengukur permukaan yang berbentuk segi enam sampai

tahap akhir yaitu mengukur lebar alas yang berbentuk lingkaran. Berdasarkan segi

motif dari pola yang terbentuk dari beberapa jenis anyaman dari bambu, terdapat

konsep matematika seperti konsep geometri yang di lihat pada pola motif yang

terbentuk berjejer rapi. Dengan demikian, dalam pembuatan anyaman bmabu

masyarakat Toraja telah melakukan aktifitas matematika.

Dunia pendidikan di zaman yang modern ini, anyaman bambu dapat

dijadikan referensi dalam dunia pendidikan di mata pelajaran matematika pada

materi bangun datar geometri. Anyaman bambu dapat digunakan sebagai alat

peraga untuk membantu pendidik dalam mengajarkan bangun datar geometri

khususnya bangun datar bersisi lurus dan bangun datar bersisi lengkung(elips dan

lingkaran).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji

lebih lanjut melalui penelitian yang berjudul “Identifikasi Bangun Datar Geometri

Pada Anyaman Masyarakat Toraja di Kelurahan Sa’dan Malimbong”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di kemukakan penulis di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bangun datar

geometri apa saja yang terdapat pada anyaman bambu masyarakat Toraja di

Kelurahan Sa’dan Malimbong?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin di capai dalam penelitian

ini adalah “Untuk mengetahui bangun datar geometri yang terdapat pada ayaman

bambu Masyarakat Toraja di Kelurahan Sa’dan Malimbong”.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, di antaranya:

1. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan Etnomatematika di Indonesia

2. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi panduan bagi peneliti lain yang

tertarik untuk melakukan penelitian terkait konsep-konsep matematika pada

budaya Toraja

3. Penelitian ini di harapkan dapat mengubah opini masyarakat yang

menganggap bahwa tidak ada kaitan antara matematika dan budaya

4. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan matematika kepada seluruh

masyarakat Toraja dan dapat langsung di aplikasikan pada saat pembuatan

kurungan ayam di Toraja.


5

E. Defenisi Istilah/Operasional

Untuk menyamakan presepsi dan memudahkan pembaca memahami

istilah-istilah yang di gunakan dalam penelitian ini, maka berikut akan di

paparkan daftar istilah dan penejlasannya:

1. Bangun Datar Geometri merupakan suatu bentuk geometris yang terdiri dari

dua dimensi atau hanya sekedar memiliki luas namun tidak memiliki volume

contohnya, seperti lingkaran, segiempat, segitiga,segilima, dan lain-lain

2. Konsep-konsep matematika adalah konsep-konsep yang di gunakan dalam

ilmu matematika.

3. Anyaman Bambu adalah kerajinan tangan yang di buat berbahan dasar bambu

dengan menggunakan teknik anyam

4. Identifikasi adalah kegiatan menemukan, mencari,

mengumpulkan,meneliti,mendaftarkan,mencatat data dan informasi dari

kebutuhan lapangan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Bangun Datar Geometri

Konsep adalah dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk

merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Konsep juga

dapat menggambarkan property seperti tekstur (susunan) dan ukuran,

contohnya adalah besar, merah, halus, dan sebagainya (Kania,2018:6).

Dalam KBBI konsep diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam

pikiran atau suatu ide yang umum dan abstrak.

Gagne (Russefendi, 2006:142) menyatakan pengertian konsep

dalam matematika sebagai ide abstrak yang memungkinkan kita

mengelompokkan objek-objek ke dalam contoh dan bukan contoh.

Konsep-konsep matematika merupakan rangkaian sebab-akibat. Suatu

konsep matematika disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya dan

akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman

yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahpahaman

konsep-konsep selanjutnya.

Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari

hubungan antara titik, garis, sudut, bidang serta bangun datar dan bangun

ruang (Ulum, Budiarto, & Ekawati, 2018). Geometri bangun datar

merupakan suatu bentuk geometris yang terdiri dari dua dimensi atau

hanya sekedar memiliki luas namun tidak memiliki volume contohnya,

seperti lingkaran, segiempat, segitiga,segilima, dan lain-lain (Hendri &

Kenedi, 2018).

6
7

Pada geometri, konsep bangun datar adalah suatu permukaan datar

yang memanjang pada dua dimensi tetapi tidak memiliki ketebalan

sehingga untuk
7

menvisualisasikan bangun datar masih tergolong sulit karena tidak ada yang bisa

digunakan sebagai contoh nyata dari bidang geometris namun dapat menggunakan

seperti permukaan dinding, lantai atau bahkan selembar kertas untuk mewakili

bagian dari bidang geometris (Whitney, 2018).

Suatu konsep geometri bangun datar, bangun-bangun tersebut

merupakan sifat sedangkan yang konkret atau nyata nerupakan benda yang

dilihat atau yang di pegang dan memenuhi sifat-sifat bangun geometri

sehingga cakupan dalam konsep bangun datar geometri meliputi macam-

macam dan sifat-sifat bangun datar, rumus-rumus seperti luas, keliling dan

lain-lain (Rohimah, & Nursuprianah,2016).

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk memperkenalkan

bamgun datar, Yuli Sri Pratiwi(2016) juga mencoba “Peningkatan

kemampuan anak kelompok A2 mengenal bentuk geometri melalui

bermain kepingan bangun datar di TK sekar tanjung kecamatan Sempu

Kabupaten Banyuwangi. Untuk menambah wawasan siswa mengenai

bentuk geometri maka, Christine wulandari (2017) mencoba “

menanamkan konsep bentuk geometri (bangun datar)”. Mokhtar dkk

mencoba ”Penggunaan media bangun datar untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar matematika di sekolah dasar”.

Bangun datar di tinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua(2),

yaitu: bangun datar bersisi lurus dan bangun datar bersisi lengkung .

7
8

Bangun datar

Elips

Bersisi lurus Bersisi Lengkung


Lingk-
aran

Segitiga Segiempat Segi-n

jajargenjang Trapesium Layang-


Layang

Sembarang Lancip

Persegi Belahketupat
panjang
Sama Kaki Tumpul

Sama Sisi Siku-siku Persegi


Gambar 2.1 Jenis Bangun datar di tinjau dari segi sisinya

1. Bangun Datar Bersisi Lurus

Bangun datar bersisi lurus terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

a. Persegi

Suatu bangunan segi empat dimana keempat sisinya memiliki sama

panjang serta ke empat sudutnya adalah siku-siku.

A D
9

B C

Gambar 2.2 Persegi

Panjang: AB=BC=CD=DA, karena panjang sisinya sama maka keliling

dalam suatu persegi dinyatakan dengan :

K=AB+BC+CD+DA

Rumus yang biasa digunakan adalah:

K= 4s

L= s2

b. Persegi panjang

Persegi panjang merupakan suatu bangunan segi empat yang kedua sisi

yang berhadapan sama panjang serta kemepat sudutnya adalah sudut siku-

siku.

A D

B C

Gambr 2.3 Persegi Panjang

Panjang :AB=CD (p)

BC=DA (l)

Rumus yang bisa digunakan adalah :

K=2 p +2 l

K= 2(p+l)

L=p×l

c. Segitiga
10

Segitiga adalah sebuah bangun datar yang jumlah sudutnya sebesar 180°

serta dibentuk dengan menghubungkan tiga buah titik yang tidak segaris dalam

satu bidang.

s s

Gambar 2.4 Segitiga

Rumus segitiga adalah:

L=1/2×a×t

K=s+s+s

d. Jajar genjang

Jajar genjang adalah sebuah bangun yang memiliki dua pasang sisi yang

saling sejajar

D C

t
a
a

A B
a

Gambar 2.5 Jajargenjang

Rumus jajar genjang adalah:


L=a×t

K=2×(a+b)
11

e. Layang-layang

Layang-layang adalah suatu bangun dengan dua pasang sisinya yang

sama panjang.

A C

Gambar 2.6 Layang-Layang

L=1/2×d1×d2

K=AB+BC+CD+DA

f. Trapesium

Trapezium adalah bangun datar yang hanya memiliki sepasang sisi

yang sejajar

B C

A D

Gambar 2.7 Trapesium

Rumus trapezium adalah :

L=1/2×t×(AB+CD)

K=AB+BC+CD+DA

g. Segi n
12

Segi-n atau segi banyak adalah bangun yang dibatasi oleh n buah sisi.

Segi-n di kelompokkan atas segi-n tak beraturan dan segi-n beraturan.

Unsur-unsur segi-n antara lain, sisi, titik sudut dan diagonal.

Contoh bangun datar yang termasuk segi-n adalah sebagai berikut:

1) Pentagon

Dalam geometri, segi lima atau pentagon adalah bangun datar dua

dimensi yang memiliki lima sisin lurus dan lima titik sudut yang jika

jumlah sudutnya adalah 540°.

Gambar 2.8 Pentagon

Runus: L=(k×r)/2
Dengan

k= keliling (jumlah semua sisi)


r= jari-jari lingkaran, biasanya diketahui

2) Segi Enam (heksagon)

Segi enam adalah sebuah segi banyak bangun datar yang memiliki 6

sisi dan 6 titik sudut. Sudut dalam pada segi enam adalah 120 o dan

memiliki 6 simetri garis dan 6 simetri putar.


13

Gambar 2.9 Heksagon

Luas segi enam :


L = 2,598 . S2
Keliling segi enam :
K=6xS

3) Segi Tujuh (Heptagon)

Dalam geometri, segi tujuh (disebut juga dengan heptagon) adalah

sebuah poligon dengan tujuh sisi dan tujuh sudut. Dalam segi tujuh

beraturan, panjang semua sisi dan besar semua sudut sama, setiap sisi

bertemu pada sudut 5π / 7 radian, 128,5714286 derajat.

Gambar 2.10 Heptagon

Rumus Luas segi tujuh :

4) Segi Delapan (Oktagon)

Segi delapan adalah sebuah polygon bangun datar yang memiliki sisi

dan sudut berjumlah delapan. Segi delapan memiliki 8 sudut internal yang

berjumlah total 1080º, sementara total sudut externalnya adalah 360º.

Gambar2.11 Oktagon
14

Rumus
a = (2+2√2)s²
p = 8s

5) Segi Sepuluh ( Dekagon)


Segi sepuluh (dekagon) adalah poligon yang memiliki sepuluh sisi dan

sepuluh sudut. Segi sepuluh biasa memiliki sisi yang sama panjang dan

setiap sudut ruangan setara dengan 144°

Gambar 2.12 Dekagon

2. Bangun Datar Bersisi Lengkung

Bangun datar bersisi lengkung terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Lingkaran

Lingkaran adalah bentuk yang terdiri dari semua titik dalam bidang

yang berjarak tertentu dari titik yang bergerak dari titik tertentu.

Gambar 2.13 Lingkaran

Rumus lingkaran adalah:

d=2×r

L=π×r×r

K=2πr
15

b. Elips

Elips adalah gambar yang menyerupai lingkaran yang telah di

panjangkan ke satu arah. Elips adalah salah satu contoh dari irisan kerucut

dan dapat didefenisikan sebagai lokus dari semua titik, dalam satu bidang,

yang memiliki jumlah jarak, yang sama dari dua titik tetap yang telah di

tentukan sebelumnya.

b
B a a D

C
Gambar 2.14 Elips

Rumus luas elips


Luas = π×a×b

Keliling=1/2 π(AC+BD)

B. Etnomatematika

Matematika dan budaya adalah unsur yang saling berkaitan dalam

kehidupan manusia sehari-hari. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa

segala jenis kegiatan sosial dalam masyarakat pasti selalu berhubungan dengan

matematika. Kaitan ilmu matematika dengan kehidupan manusia di sebut dengan

istilah etnomatematika. Menurut (fajriyah,2018) etnomatematika biasa di kenal


16

dengan pembelajaran matematika yang mengaitkan unsur-unsur budaya dalam

menanamkan konsep-konsep matematika.

Etnomatematika pertama kali diusulkan pada tahun 1977 oleh

matematikawan Brazil yaitu D’Ambrosio. Menurutnya, awalan ethno sekarang

diterima sebagai suatu istilah luas yang merujuk kepada konteks sosial-kultural

dan oleh karena itu meliputi bahasa, mitos, dan symbol. Asal dari mathema

cenderung di artikan menjelaskan, mengukur, mengetahui, memahami, dan

melakukan aktivitas-aktivitas seperti mengkodekan, mengukur, mengklasifikasi,

mengurutkan, menarik kesimpulan, dan memodel. Akhiran –tics dari kata techne

memiliki akar yang sama dengan teknik dan seni. (Wahyuddin, 2018:13).

Sehingga dengan kata lain etno mengacu kepada kelompok suatu lingkungan

budaya yang ditandai oleh budaya mereka, kode, symbol, mitos dan cara-cara

yang digunakan untuk alasan dan untuk menyimpulkan.

Konsep matematika dapat di eksplorasi dan di temukan dalam budaya

dengan menggunakan etnomatematika. Oleh karena ini, matematika dan budaya

saling berkaitan sehingga budaya serta tradisi yang berhubungan dengan

matematika dapat dipahami oleh kelompok budaya.

C. Kebudayaan Suku Toraja

Kebudayaan suku Toraja adalah manifestasi dari cara berpikir dan cara

merasa serta segenap karya warga masyarakat Toraja sejak keberadaanya yang

kemudian menjadi kebiasaan yang di wariskan turun-temurun sehingga di pelajari

dan di berlakukan sehingga menjadi muatan dalam rangka regenerasi selanjutnya.

Budaya Toraja yang tergolong unik menarik banyak wisatawan yang ingin

mempelajari bentuk budaya yang unik tersebut.


17

Toraja berasal dari bahasa Bugis “To Riaja” yang berarti orang yang

tinggal atau berdiam di pengunungan atau “To Riajang” yang memiliki arti

orang yang berdiam di wilayah Barat. (Nurdin, 2019:48). Dalam bahasa daerah

masyarakat Tana Toraja dan Toraja Utara di kenal Toraa dan Toraya. Toraa dari

kata To yang berarti orang dan Raa artinya murah, sehingga Toraa di artikan

sebagai murah hati. Toraya dari kata To yang artinya orang dan raya berarti

besar, jadi Toraya artinya orang yang besar/ orang yang terhormat.

1. Filosofi hidup orang Toraja

Kehidupan orang Toraja di dasari oleh tiga falsafah kehidupan yang di

sebut sebagai “tallu lolona”. Tallu lolona yang berarti tiga kehidupan yaitu lolo

tau atau kehidupan manusia, lolo patuan yang berarti kehidupan hewan dan lolo

tananan yang berarti kehidupan lingkungan. Falsafah tallu lolona ini digunakan

sebagai landasan berfikir dan sistem pengetahuan bagi masyarakat Toraja.

Hubungan yang harmonis antar sesama makhluk dan dengan yang Kuasa selalu di

kembangkan oleh masyarakat Toraja. Mereka mendasarkan hubungan tersebut

pada nilai keutuhan yang saling menghidupkan, sehingga dari itulah tercipta

kehidupan yang ideal,yanh saling memberi keuntungan antar manusia,lingkungan

dan hewan.

Selain tallu lolona, masyarakat Toraja juga memiliki filosofi lain yang di

sebut “tau”. Filosofi tersebut memiliki empat pilar utama yang di jadikan sebagai

pandangan hidup orang Toraja. Empat pilar tersebut adalah “sugi” yang berarti

kaya, “barani” yang berarti berani, “manarang” yang artinya Pintar dan “kinawa”

yang artinya berhati mulia atau bijaksana. Ketika keempat pilar ini sudah di
18

amalkan atau di miliki maka seorang masyarakat Toraja bisa di sebut sebagai

TAU atau manusia.

2. Kesenian suku Toraja

Kesenian Toraja bersumber dari falsafah hidup dan kehidupan masyarakat

Toraja yang keseluruhannyanampak dalam kehidupan ajaran aluk todolo sebagai

sumber kebudayaan Toraja. Masyarakat Toraja mengenal kesenian yang di sebut

sebagai Gau’ Tendeng dengan bentuk yang beraneka ragam.

Kehidupan orang Toraja membagi kesenian dalam beberapa golongan

kesenian, antara lain:

1). Seni tari yang di sebut ma’ gellu

2). Seni lagu dan seruling yang di sebut Pa’kakayoan passulung-suling

3). Seni hias yang di sebut pa’belo-belo

4). Seni sastra yang di sebut kada-kada tominaa

5). Seni ukir yang di namakan passura’

6). Seni pahat yang di sebut pa’paa’

7). Seni anyam yang di sebut pangnganan, seni tenun yang di sebut pa’tannun

8). Seni tempa yang di sebut pa’tampa, dan masih banyak lagi.

Seni ukir,pahat,anyam,tempah,dan tenun pada dasarnya sama saja dengan

kesenian yang berada di daerah lain. Seni toraja masing-masing tersebut memiliki

waktu atau moment tertentu untuk di lakukan, hal ini terjadi karena seni itu lahir

karena merupakan pelengkap dari suatu peristiwa kehidupan yang paling

menonjol seperti dalam dua aspek kehidupan upacara yaitu rambu tuka’ dan

rambu solo, sehinga kesenian orang Toraja di bagi menjadi dua bagian yaitu
19

kesenian untuk upacara rambu solo’ dan kesenian untuk upacara rambu tuka’.

Kedua dasar serta jenis kesenian tersebut tak dapat di campur atau di tukar .

3. Anyaman Bambu

Anyaman bambu merupakan anyaman yang dibuat oleh masyarakat karena

produk anyaman tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di Toraja

khusunya di Sa’dan Malimbong. Hasil kerajinan dari seni anyam bambu di

Kelurahan Sa’dan Malimbong antara lain, kurungan ayam, pa’kalamata yang

digunakan pada acara rambu solo’ pada tingkatan upacara adat sapu randanan,

nyiru (barang) yang gunakan untuk membersihkan beras dari gabah dan kotoran

lainnya seperti batu. Beberapa hasil anyaman tersebut terbuat dari bambu yang

dipilih secara khusus. Alat yang di gunakan untuk membuat kurungan ayam

adalah parang, pisau, gergaji, alat ukur. Di Toraja terdapat banyak pengrajin seni

anyam bambu yang dapat dijumpai di setiap daerah Toraja.

D. Penelitian yang relevan

1. Tandililing, dengan judul penelitian “Etnomatematika Toraja: Eksplorasi

Geometri Budaya Toraja”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.

Hasil penelitian yang di lakukan menunjukkan bahwa adanya konsep-konsep

geometri pada ornament rumah adat Tongkonan seperti : simetri,monolinear,

sudut siku-siku, diagonal, garis sejajar,garis lengkung, persegi,persegi

panjang, lingkaran,segitiga, belah ketupat, layang-layang, trapesium, dan jajar

genjang.

2. Abdul Wahab Lang Ere dengan judul penelitian “Eksplorasi Etnomatematika

pada kain tenun alor”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


20

etnomatematika pada kain tenun alor dapat di identifikasi dari motif-motif

pada kain tenun yang mengandung konsep matematika yaitu berupa objek-

objek geometris. Bentuk geometri yang di identifikasi seperti: garis lurus,garis

sejajar, simetri lipat, simetri putar, segitiga, refleksi,belah ketupat dan bangun

datar gabungan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan di teliti maka peneliti akan menggunakan

penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Etnografi adalah

metode penelitian berdasarkan pengamatan terhadap sekelompok orang dengan

lingkungan yang alamiah ketimbang penelitian yang menekankan latar formalis.

Pendekatan etnografi di gunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan

menganalisis bangun datar geometri pada kurungan ayam di Toraja.

B. Kehadiran Penelitian

Dalam hal ini, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrument, pelaksana,

pengumpul data, analisis, penafsir,data dan sekaligus membuat kesimpulan.

Peneliti akan terjun langsung kelapangan sendiri untuk dapat berhubungan dengan

infroman ataun objek lainnya dan hanya peneliti yang mampu memahami

fenomena atau kejadian yang ada di lapangan dengan melakukan observasi dan

berinteraksi dengan informan.

C. Lokasi dan Subjek penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang di pilih sebagai tempat penelitian adalah dusun

Tangge’ kelurahan Sa’dan Malimbong Kecamatan Sa’dan Kabupaten Toraja

Utara. Lokasi ini di pilih karena terdapat pengrajin anyaman Bambu dan lokasi ini

dekat dengan peneliti sehingga peneliti bisa melaksanakan tugas dan tanggung

jawab dengan baik.

20
21

2. Subjek Penelitian

Dalam hal ini, subjek penelitian yang di gunakan oleh peneliti ialah

pengrajin anyaman bambu. Subjek penelitian ini dipilih karena di anggap sebagai

sumber yang dapat memberikan informasi yang di pilih sesuai dengan tujuannya.

D. Sumber Data

Pemahaman tentang sumber data merupakan bagian yang sangat penting

bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan

menentukan ketepatan dan kekayaan data informasi yang akan di peroleh.

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan dalam dua bagian yaitu

manusia dan bukan manusia (Berupa buku, dokumen,dan lain sebagainya),

sumber data manusia sebagai subjek atau informan, adapun kunci informannya

yaitu peneliti tentang kurungan ayam. Sedangkan sumber data bukan manusia

dapat berupa dokumen-dokumen yang mendukung penelitian seperti: gambar,

foto, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan apa yang di teliti. Jika di lihat

dari penguimpulan data serta tempat sumber datamaka dapat menggunakan

sumber primer dan sekunder. Sumber data primer sebagai dasar yang merupakan

bukti atau sanksi utama dan di peroleh secara langsung dengan terjun ke lapangan,

serta dapat di peroleh dalam bentuk verbal atau kata-kata secara ucapan lisan

dan perilaku dari subjek (informan) sedangkan data sekunder merupakan data

yang sudah tertsedia yakni terkait dengan dokumen-dokumen sejarah yang

berkaitan dengan kurungan ayam di Toraja.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat di lakukan dengan observasi

(pengamatan), interview(wawancara) dan dokumentasi. Oleh sebab itu, peneliti


22

terjun langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari :

1. Observasi

Pada bagian ini, peneliti akan melakukan peninjauan terhadap lokasi

penelitian serta mengamati hal-hal yang akan di teliti.

2. Wawancara

Dalam melakukan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

merupakan sumber terbesar data ialah dengan wawancara. Beberapa pertanyaan

seputar kurungan ayam Toraja akan di siapkan peneliti dan kemudian di ajukan

kepada narasumber.

3. Dokumentasi

Menurut sandu siyoto dan Ali Sodik (2015:77)”dokumentasi merupakan

pencarian data berkaitan dengan hal-hal atau variable berupa

catatan,transkip,buku,surat kabar,majalah, prasasti, notulen rapat,

legger(pertunjukkan), agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data dengandokumentasi berupa pengambilan gambar pada saat

proses pembuatan kurungan ayam Toraja dan transkip rekaman hasil wawancara

dengan narasumber.

F. Analisis Data

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

menyusun kedalam pola,memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari
23

dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun

orang lain”(Sugiyono,2006:335).

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan multi kasus sehingga dalam

menganalisis data dilakukan beberapa tahapan. Analisis dilakukan bersamaan

dengan pengumpulan data serta saat data sudah terkumpul, dalam melakukan

analisis data maka peneliti menggunakan analisis data model miles dan huberman

yang mempunyai beberap[a tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan tahapan awal yang di lakukan untuk

menyederhanakan, mengolonngkan dan membuang hal-hal yang kurang penting.

Serta mengorganisasikan dan mengatur data sedemikian rupa agar dapat

menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan

kesimpulan yang dapat di pertanggungjawabkan. Tahap ini di lakukan secara terus

menerus sepanjang penelitian masih berlangsung dan informasi yang di peroleh

selalu di catat selama proses penggalian data di lakukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data di lakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan anatara

kategori dan uraian teks naratif. Dengan mendisplaykan data maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

berdasarkan apa yang telah di pahami. “Bentuk penyajian data kualitatif dapat

berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan,matriks, grafik, jarimgan, dan

bagan. Bentuk ini menggabunngkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk

yang padu dan mudah di raih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang
24

terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis

kembali”(Ahmad R,2018:94).

3. Verifikasi data/penarikan kesimpulan

Tafsiran terhadap analisis dan interpretasi dapat di peroleh saat penarikan

kesimpulan. Upaya penarikan kesimpulan di lakukan saat peneliti masih berada di

lapangan. Dari mulai pengumpulan data penelitian kualitatif mulai mencari arti

benmda-benda, mencatat keteraturan pola-pola, pemnjelasan-penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi yang

kemudian di jadikan sebagai kesimpulan awal. Kesimpulan awal yang di

kemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila di temukan bukti-

bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses

untukmendapatkan bukti-bukti inilah yang di sebut sebagai verifikasi data.

Apabila kesimpulan yang di kemukakan pada tahap awal di dukung oleh bukti-

bukti tang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang di temukan saat peneliti

kembali kelapangan maka kesimpulan yang di peroleh merupakan kesimpulan

yang kredibel. Sehingga pada tahapan ini kita bisa membuat kesimpulan dari data

wal dan data setelah kembali ke lapangan. (Sugiyono,2017:252).

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data dilakukan agar supaya datayang dihasilkan dapat

dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Uji penelitian data pada

penelitian kualitatif harus memenuhi syarat kredibilitas, transferabilitas,

dipentabilitas, dan komfimabilitas. Pada penelitian kualitatif, tingkat keabsahan

lebih di tekankan pada data yang di peroleh. Melihat hal tersebut maka
25

kepercayaan data hasil penelitian dapat di katakana memiliki pengaruh signifikan

terhadap keberhasilan sebuah penelitian.

Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas

terhadap data hasil penelitian sesuai dengan prosedur uji kredeibilitas data dalam

penelitian kualitatif. Triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau

informasi yang di peroleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda

dengan cara mengurangi sebanyak mungkin yang bisa terjadi pada saat

pengumpulan dan analisis data. Dan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah triangulasi sumber data.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, Peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Secara garis besar peneliti akan memaparkan deskripsi penelitian yang

dimulai dari tahap perencanaan, tahap observasi, dan melakukan wawancara

sehingga diperoleh data yang diinginkan.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti

terhadap apa yang akan diteliti. Hal yang akan dilakukan yaitu menyiapkan sarana

yang akan digunakan dalam penelitian dan membuat pedoman sebelum

melakukan wawancara. Pada tahap perencanaan ini juga, peneliti mulai

menentukan waktu untuk melakukan penelitian dan memberitahukan kepada

informan sebelum melakukan wawancara.

Tahap wawancara kepada pengrajin anyaman bambu dilakukan pada 22

Juni 2022 pukul 8.00-12.00. Lokasi peneliti melakukan penelitian yaitu di

Tongkonan Paranta’, Kelurahan Sa’dan Malimbong, Kecamatan Sa’dan,

Kabupaten Toraja Utara.

2. Tahap Observasi

Pada Observasi/pengamatan, peneliti melakukan pengamatan di beberapa

tempat di Kelurahan Sa’dan Malimbong untuk mencari warga yang mahir dalam

seni anyam. Pada tahap imi peneliti mulai mengamati beberapa proses yang

dilakukan oleh pengrajin anyaman bambu, mulai dari pemilihan bambu yang

digunakan, mengukur bambu, memotong bambu, membelah bambu,

26
27

memisahkan bagian luar dan bagian dalam bambu dan menganyam bambu dan

mulai menganalisa konsep bangun datar geometri apa saja yang terdapat pada

hasil anyaman tersebut.

3. Tahap Wawancara

Kegiatan wawancara untuk mendapatkan informasi peneliti lakukan

dengan narasumber yang bernama Bapak Thomas yang tinggal di dusun Tangge,

kelurahan Sa’dan Malimbong, dalam wwancara dengan informan peneliti

mempertanyakan beberapa informasi seperti alat apa saja yamg digunakan,

tahapan, dan ada tidaknya konsep geometri didalamnya. Melalui tahapan ini

peneliti memperoleh jawaban terhadap semua pertanyaan yang peneliti ajukan

kepada informan/narasumber

B. Paparan Informasi dari Pengamatan

Berdasarkan pengamatan terhadap pembuatan anyaman bambu, peneliti

mengamati bentuk dari setiap jenis hasil anyaman yang terbentuk. Ada yang

bagian alasnya berbentuk lingkaran, bagian atasnya berbentuk segi enam dan

sebagainya . dari segi bentuk hasil anyaman tersebut mengandung bangun datar

geometri seperti bangun datar lingkaran, persegi dan berbagai bangun datar

lainnya.

Pada hasil pengamatan, konsep geometri yang terdapat dalam hasil

ayaman di Toraja yaitu geometri dimensi dua. Dalam geometri dimensi dua yang

akan dibahas tentang bangun datar pada hasil anyaman bambu . beberapa bangun

datar tersebut, yaitu :


28

1. Bangun Datar Bersisi Lurus

Bangun datar bersisi lurus yang terdapat pada hasil anyaman bambu di

Kelurahan Sa’dan Malimbong adalah sebagai berikut :

a. Segitiga

Segitiga merupakan bangun geometri yang dibentuk oleh tiga ruas garis

yang saling berpotongan pada tiga titik sudut. Dalam anyaman kurungan ayam

Toraja dan Pa’kalamata terdapat jenis segitiga sama kaki berdasarkan panjang

sisinya

Gambar 4.1 Segitiga sama Kaki pada anyaman Kurungan ayam

Gambar 4.2 Segitiga sama kaki pada anyaman pa’kalamata

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang

seperti yang di perlihatkan pada gambar kurungan ayam di atas.


29

b. Persegi panjang

Persegi panjang merupakan bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh

dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar. Dan dapat

diperlihatkan pada anyaman kurungan ayam pada permukaannya dan pada

anyaman Pa’kalamata.

Gambar 4.3 Persegi panjang pada kurungan ayam

Gambar 4.4 Persegi panjang pada Pa’kalamata

c. Belah Ketupat
30

Bela ketupat merupakan segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar,

serta keempat sisinya sama panjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar,

mempunyai dua simetri putar dan dua simetri lipat serta memiliki dua buah

diagonal yang saling berpotongan tegak lurus. Bela ketupat terdapat pada

anyaman kurungan ayam di perlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 4.5 Belah Ketupat

d. Segi enam

Segi enam adalah sebuah segi banyak bangun datar yang memiliki 6 sisi

dan 6 titik sudut. Sudut dalam pada segi enam adalah 120o dan memiliki 6 simetri

garis dan 6 simetri putar. Segi enam pada kurungan ayam adalah sebagai berikut:

Gambar 4.6 Segi enam pada kurungan ayam


31

Gambar 4.7 Segi enam pada anyaman Pa’kalamata

e. Trapesium

Trapezium adalah bangun datar yang hanya memiliki sepasang sisi yang

sejajar. Dalam anyaman bambu yang peneliti amati trapezium terdapat pada

anyaman kurungan ayam.

Gambar 4.8 Trapesium pada anyaman kurungan ayam Toraja

2. Bangun datar bersisi Lengkung

Bangun datar bersisi lengkung dalam anyaman bambu Toraja adalah

lingkaran. Lingkaran merupakan salah satu bangun datar yang hanya memiliki

satu sisi. Pada kurungan ayam, bakul, nyiru, senoan juga terdapat bentuk

lingkaran yang diperlihatkan pada gambar berikut:


32

Gambar 4.9 Lingkaran pada kurungan ayam

Gambar 4.10 Lingkaran pada Nyiru

Gambar 4.11 Lingkaran pada anyaman Beno

C. Paparan Hasil Wawancara

Berdasarkan informasi dari informan, bahwa seni anyam sudah digunakan

sejak duhulu kala. Untuk membuat berbagai kerajinan dari bambu dengan teknik

anyam tentunya menggunakan beberapa alat dan bahan yang dipersiapkan. Alat

yang digunakan adalah pisau, parang, bambu, alat ukur, dan gergaji.
33

(a) (b)

Gambar 4.12 (a) dan (b) Peralatan dan bahan yang digunakan dalam membuat

berbagai kerajinan dari bambu

Dari peralatan yang digunakan menunjukkan bahwa pembuat seni ayam

melakukan aktivitas matematika yaitu mengukur. Kegiatan mengukur yang

dimaksud adalah mengukur panjang dan menentukan lebar bambu yang akan di

gunakan.

Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh informan saat membuat kerajinan

dari bambu dengan teknik anyam yaitu mempersiapkan alat dan bahan terlebih

dahulu. Bahan utama yang digunakan adalah bambu yang dipotong sesuai ukuran

yang akan digunakan kemudian di belah-belah menjadi beberapa bagian setelah

itu bambu yang telah dipotong dan dibelah kemudian di pisahkan bagian dalam

dan luarnya (ma’bannu). Setelah itu mulailah tahap menganyam yang di awali

dari menyusun beberapa belahan bambu yang sudah di pisahkan dari bagian luar

dan bagian dalamnya setelah itu, mulail;ah tahapan menganyam yang di awali

oleh anyaman bagian atas kurungan ayam sesuai ukuran yang di inginkan sampai

membentuk segi enam kemudian mulailah tahap selanjutnya yaitu mengayam

bagian sampingnya secara keliling sampai terbentuk sesuai dengan kerajinan yang

di buat dan sesuai dengan ukuran yang di inginkan. Dari tahap-tahap tersebut,

informan sudah melakukan aktivitas matematika seperti mengukur yang diperkuat


34

dengan poin wawancara nomor empat tentang berapa ukuran dan berapa batang

bambu yang digunakan.

Jenis-jenis hasil anyaman dari bambu yang peneliti teliti adalah sebagai

berikut

1. Kurungan Ayam

Kurungan Ayam adalah hasil karya seni anyam dari bambu yang

digunakan untuk mengurung ayam.

Gambar 4.13 Anyaman kurungan ayam Toraja

2. Pa’kalamata

Pa’kalamata adalah anyaman yang terbuat dari bambu sebagai pelengkap

pondok( lantang ) pada tingkatan upacara adat rambu solo’ sapurandanan.

Pa’kalamata di pasang di depan pondok bagian atas.

Gambar 4.14 Pa’kalamata di Toraja


35

3. Nyiru dan Senoan/Beno

Nyiru dan Beno adalah hasil kerajinan anyaman bambu yang sangat

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan untuk membersihkan

beras dari gabah dan kotoran lain seperti batu.

Gambar 4.15 Beno dan nyiru

Hasil anyaman bambu tersebut sangat erat kaitannya dengan matematika

karena dengan mengunakan konsep matematika sehingga terbentuklah satu jenis

kerajinan dari bambu. Berdasarkan informasi dari informan konsep matematika

yang dapat dilihat adalah pengukuran dan perhitungan. Pembuat anyaman bambu

akan melakukan pengukuran terhadap bambu barulah menghitung berapa jumlah

lembar bambu yang diperoleh.


BAB V

PEMBAHASAN

Toraja merupakan salah satu daerah yang terkenal akan kebudayaannya

yang unik. Walaupun Toraja di kenal karena kebudayaannya akan tetapi Toraja

juga mampu menghasilkan berbagai jenis karya tangan yang terbuat dari bambu.

Hasil kerajinan dari anyaman bambu sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-

hari, diantaranya adalah anyaman kurungan ayam, pa’kalamata,nyiru dan juga

beno/senoan merupakan hasil karya seni anyam yang ada di Toraja yang tidak

terlepas juga dari kehidupan masyarakat Toraja. Bentuknya yang memiliki

berbagai motif menjadi perhatian peneliti karena memiliki beberapa pola yang ada

dalam pembelajaran matematika khususnya pada bangun datar geometri.

Dari tahapan-tahapan pembuatan anyaman yang dilakukan oleh pengrajin

menunjukkan bahwa mereka telah melakukan aktivitas matematika yang meliputi

mengukur dan menghitung. Sehingga kehidupan masyarakat Toraja khususnya di

daerah Kelurahan Sa’dan Malimbong bisa dikatakan bahwa mereka tidak terlepas

dari aktifitas matematika.

Hasil anyaman bambu yang di teliti adalah kurungan ayam, pa’kalamata,

nyiru dan Senoan/ Beno. Dari hasil identifikasi anyaman bambu tersebut

menunjukkan bahwa terdapat bangun datar geometri. Bangun datar geometri

adalah suatu bentuk geometris yang terdiri dari dua dimensi atau hanya sekedar

memiliki luas namun tidak volume. Jenis-jenis bangun datar yang ada pada hasil

anyaman bambu masyarakat Toraja di Kelurahan Sa’dan Malimbong terdiri dari

dua jenis yaitu bangun datar bersisi lurus dan bangun datar bersisi lengkung.

36
37

Bagian-bagian dari bangun datar tersebut adalah Segitiga sama kaki, trapesium,

belah ketupat, persegi panjang, lingkaran, segi enam.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap anyaman bambu tersebut, sangat

membuktikan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari aktifitas matematika

yang baik secara sengaja maupun tidak, aktifitas-aktifitas tersebut sangat

berkaitan dengan matematika khususnya dalam kegiatan membuat kerajinan

tangan pada teknik anyam yang pembuatannya melibatkan ilmu matematika

khusunya bangun datar geometri. Hasil anyaman tersebut dapat memberikan nilai

ekonomi dan pengetahuan kepada masyarakat Toraja Khususnya di Sa’dan

Malimbong bahwa matematika dan budaya ternasuk seni anyam sangat berkaitan

erat.
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

bahwa terdapat konsep bangun datar geometri pada anyaman bambu masyarakat

Toraja di Kelurahan Sa’dan Malimbong. Konsep Geometri ini di peroleh dari

hasil anyaman yang dilakukan oleh pengrajin.Pada aktivitas menganyam tersebut

terdapat konsep bangun datar geometri yaitu bangun datar bersisi lurus dan

bangun datar bersisi lengkung. Bangun datar bersisi lurus yang terdapat pada

anyaman bambu adalah segitiga sama kaki, segi empat (meliputi persegi panjang,

segi enam, trapesium, belah ketupat), sedangkan bangun datar bersisi lengkung

yang terdapat pada anyaman bambu yang di teliti adalah lingkaran.

B. SARAN

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan penelitian serta hasil

penelitian yang teelah diuraikan sebelumnya, maka adapun saran yang akan

disampaikan, yaitu :

1. Pada pembuatan kurungan ayam dapat dijadikan referensi umtuk

pembelajaran matematika karena terdapat beberapa konsep matematika terlebih

khusus bangun datar geometri didalamnya. Serta menambah ilmu pengetahuan

bahwa matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

2. Bagi peneliti selanjutnya, agar karya tulis ini lebih disempurnakan lagi dan

tetap dilestarikan agar masyarakat sadar bahwa matematika sangat penting karena

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

38
DAFTAR RUJUKAN

Hassanuddin, 2017. Etnomatematika Melayu: Pertautan antara Matematika

dan Budaya pada masyarakat Melayu. (online), Vol.14, No.2,

(http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/download/

429/ 2770, diakses 03 maret 2022)

Siyoto, S. & Sodik, A. 2015. Dasar metodologi Penelitian. Yogyakarta:Literasi

Media publishing.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif), kualitaif

fan R&D). Bandung:Alfabeta

Tandililing.2015. Etnomatematika Toraja (Eksplorasi Geometri Budaya Toraja).

Jurnal ilmiah Matematika dan pembelajarannya, vol.1, No.1

Lembang, S.T.,La’biran, R.,& Kristanto, k.(2019). UKI Toraja sebagai alat peraga

untuk memperkenalkan bangun datar. Jurnal keguruan dan ilmu

pendidikan,8(2), 33-37.

Rijali,A. 2018. Analisis data kualitatif, (online), Vol. 17, No. 33,

(https://Jurnal .uin-antasari.ac.id). Di akses 22 April 2022)

Wahyudi, 2018. Etnomatematika dan pendidikan matematika multicultural.

(online), (https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/etnomatnesia/issue/view/

282). Diakses 15 Maret 2022 .

39

Anda mungkin juga menyukai