Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH SEBAGAI INSTRUMEN

PENGENDALIAN KORUPSI DI INDONEISA

DISUSUN OLEH :
1. YUNI FITRI 200101221

2. ASTI INDRIANI 200101195


3. MUSFIRA INDRAYANA 200101209
4. FIRAENI 200101202
5. EKA PUTRI AMANDA 200101199
6. RIAN RAMADHAN 200101213

SEMESTER/KELAS: 4/G

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS PUAGRIMAGGALATUNG SENGKANG
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Alah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Teori-Teori Birokrasi dengan judu :

REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH SEBAGAI INSTRUMEN

PENGENDALIANKORUPSI DI INDONEISA.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak yang dengan tulus memberikan doa saran dan kritik sehngga makalah ini dapat

terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu kami mengharapkan

segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari

berbagaipihak.Akhirnnys kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan dunia pendidikan.

Sengkang,12 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4

A. Reformasi birokrasi ................................................................................................. 4

B. Akuntabilitas Tanggung - Renteng .......................................................................... 7

C. Redefenisi Peran Birokrasi....................................................................................... 9

D. Membangun Birokrasi............................................................................................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 20

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 20

B. Saran....................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi merupakan proses upaya sistematis,terpadu dan komprehensif,di tunjukan

untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik (good governance). Sistem ini memungkinkan

terjadinya mekanisme penyelengaraan pemerintah Negara yang efektif dan efesien dengan

sinergi kontruktif diantara pemerintahan, sector suasta dan masyarakat. Politikal will pemerintah

yang berkuasa dapat dijaadikan tolak ukur meninjau tingkat keseriusan dalam menjalakan

reformasi birokrasi (serdamayanti 2010).

Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat Negara

karena melalui reformasi birokrasi,peran dan lingkup interpeksi Negara melalui pemerintah

Negara di definikasikan ulang untuk menjawab tantangan zaman (mariana dalamsuaedi

2010).Reformasi birokrasi juga tidak sekendar menyederhanakan strktur birokrasi,tetapi

mengubah polah pikir (mindset) dan poa budaya (culturalset ) birokrasi untuk berbagai peran

dalam tata kelola pemerintahan. Reformasi birokrasi merupakan transformasi yang

terancam,yang berfokus dalam perubahan kelembagaan dan berdampak pada perubahan ketata

laksanaan dan culture birokrasi pada tataran institusi pelaksana pemerintahan di bidang

eksekutif,baik level nasional maupun daerah.

Wacana lain adalah pemberantasan korupsi,birokrasi pemerintahan yang lebih rentang

dengan korupspi yaitu inefisinesi penggunaan anggara Negara tidak tuntas dibenahi. Pemberatan

korupsi harus menyentuh birokrat dan menyedian instrument handal untuk mencegah korupsi.

Pemberantasan korupsi merupakan dan dambaan seuruh masyarakat,dan berharap ada

tindakan konkrit yang dapat mengadili dan memenjarakan koruptor, sebagaimana dikemukakan

1
oleh H.S. Dilon dalam Lijan (2007;134), menurutnya pemberantasan korupsi harus dilakukan

oleh pemerintah secara simultan dengan langkah-langkah sebagai berikut : pertama, bekerja

keras, melalui aparat hukumnya baik tingkat pusat maupun daerah untuk membangun

keberhasilan dalam penegakan hukum,terutama untuk kasus-kasus korupsi yang menyangkut

hajat hidup kaum miskin; kedua, mengangkap dan mengadili koruptor kelas kakap harus menjadi

prioritas penegakan hukum. Tindakan ini penting untuk membangun kembali kepercayaan public

terhadap lembaga penegak hukum yang telah lama runtuh.

Dalam rangka merespon keinginan masyarakat tersebut,pemerintah mulai bereaksi

setidaknya melalui pembentukan komisi pembentukan korupsi yang diharapkan dapat menjadi

lokomotif pemberantasan korupsi. Salah satu pertimbangan lahirnya komisi pemberantasan

korupsi adalah ketidakmampuan lembaga pemerintah menangani dan memberantas perkara

tindak pidana korupsi secara efektif dan efesien. Hal ini menunjukkan kinerja birokrasi di sector

hukum sangat lemah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini :

1. Reformasi birokrasi

2. Akuntabilitas tanggung-renteng

3. Redefenisi peran birokrasi

4. Membangun birokrasi

2
C. Tujuan Penulisan

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis diatas,hingga tujuan

dalam penyusunan makalah ini merupakan bagian berikut :

1. Untuk mengetahui reformasi birokrasi

2. Untuk mengetahui akuntabilitas tanggung-rentang

3. Untuk mengetahui redefenisi peran birokrasi

4. Untuk mengetahui bagaimana membangun birokrasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Reformasi birokrasi

Menurut Riswanda (1998), dalam Kaelan (2008) makna “reformasi” secara etimologis

dari kata “reformation” dengan akar kata “reform” yang secara semantic bermakna “make or

become better by removing or putting right what is bad or wrong”. Secara harfiah reformasi

memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat ulang,menata ulang kembali hal-hal yang

menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk-bentuk semula sesuai dengan nilai-

nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.

Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai cara

dengan tujuan efektivitas,efisien dan akuntabilitas. Sedarmayanti (2010) mewujudkan

pemerintahan yang baik,transparan dan profesiona,bebas korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN)

dilakukan melalui :

1. Penataan keelembagaan, struktur organisasi ramping dan flat (tidak banyak jenjang

hierarkhis dan struktur organisasi lebih dominan pemegang jabatan

professional/fungsional dari pada jabatan structural.

2. Penetaan ketatalaksanaan, mekanisme, sistem dan prosedur sederhana, ringkas, simple,

mudah dan akurat mulalui optimalisasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

serta memiliki kantor,sarana dan prasarana kerja memadai.

3. Penataan sumber daya manusia aparatur, agar bersih sesuai kebutuhan organisasi dari

segi kuantitas dan kualitas (professional,kompeten,beretika,berkinerja tinggi, dan

sejahtera.

4. Akuntabilitas, kinerja berkualitas efektif, efisien dan kondusif.

4
5. Pelayanan dan kualitas pelayanan, pelayanan prima (cepat, tepat, adil, konsisten,

transparan, dan lain-lain), memuaskan pelanggan dan mewujudkann Good Governance.

Reformasi birokrasi pertama dilaksanakan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada era

pemerintah Soekarno tahun 1962, dengan dibentuknya Panitia Retooling Aparatur Negara yang

dibebani tugas mengoptimalisasikan fungsi birokrasi dalam penyediaan palayanan public.

Selanjutnya pada era pemerintahan Soeharto tahun 1966 melalui keputusan Presidium cabinet

Ampera nomor 75, dibentuk Tim Penertiban Aparatur dan Administrasi Pemerintahan (PAAP)

yang membidangi pembenahan administasi dan birokrasi di Indonesia.

Pada tahun 1980-an hingga hingga tahun 1990-an dikenal kebijakan debirokratisasi dan

deregulasi berkaitan erat dengan upaya pemerintahan Soeharto untuk menggairahkan investasi

modal domestic maupun asing di Indonesia melalui model sistem ekonomi pasar terbuka,

sehingga resistensi birokrasi dan regulasi terhadap pembukaan lading invertasi mengalami revisi

dan rasionalisasi. Masa orde baru,birokrasi di Indonesia berafiliasi dengan partai Golkar (partai

mayoritas tungga di DPR) ditambah dengan militer. Pelayanan yang diberikan birokrasi pada

masa orde baru mendapat banyak sorotan,terutama perlakuan istimewa terhadap konstitusi

Golkar. Kondisi antiklimaks kemudian muncul, pada tahun 1997-an terjadi krisis moneter dan

berakumulasi dengan kekecewaan masyarakat kepada Soeharto sampai dengan lengsernya

Soeharto. Iniah awal Indonesia memasuki Orde Reformasi.

Dalam amandemen Undang-undang Dasar 1945, reformasi birokrasi dimaknai sebagai

penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang dijalankan aparatur

pemerintah yang dijalankan aparatur pemerintah, baik pada level pemerintah lokal maupun

nasional. Pendekatan reformasi birokrasi berdasarkan amandemen UUD 1945 merupakan

5
pendekatan sistematik yang secara konseptual lebih mengutamakan komprehensi dibandingkan

ekstensi.

Sedarmayanti (2010), berdasarkan kerangka pikir amandemen UUD 1945, Kementrian

pendayagunaan Aparatur Pemerintah Negara RI kemudian menginterpretasikannya ke dalam

dimensi aspek yang perlu ditata ulang melalui rekomendasi kebijakan antara lain ; kebijakan

restrukturisasi untuk membenahi permasalahan kelembagaan/organisasi;kebijakan rasionalisasi

dan relokasi untuk mengatasi permasalahan sumber daya manusia aparatur; kebijakan simplikasi

dan otomatisasi untuk mengatasi permasalahan ketataksanaan/sistem prosedur; kebijakan

dekulturisasi budaya lama dengan menginkulturisasi budaya baru mengatasi permasalahan

budaya birokrasi. Pelaksanaan reformasi birokrasi salah satunya untuk mewujudkan

kepemrintahan yang baik,secara ontologis perubahan paradigm government menuju government

berwujud pada pergeseran pola pikir dari orientasi birokrasi yang semula melayani kepentingan

kekuasaan menjadi pengingkatan kualitas pelayanan publik.

Upaya reformasi birokrasi tidak dapat dilepaskan dari dimensi politik,administasi,hukum,

dan keuangan Negara karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi birokrasi Indonesia

saling berkaitan dengan dimensi-dimensi tersebut. Setiap upaya yang telah dilakukan perlu

dievaluasi sehingga setiap kandala yang muncul dapat segara ditangani.

Keberhasilan reformasi birokrasi ditentukan juga oleh kreativitas dan inovasi dari setiap

pelaksana. Reformasi birokrasi harus mendorong praktik pemerintahan yang semakin terbuka

(transparan) yang melibatkan actor di luar birokrasi pemerintah sebagai stakeholders pemerintah.

Dengan kata lain,reformasi birokrasi menjadi sarana perwujudkan paradigm baru pemerintah

dari paradigm government ke paradigm governance.

6
B. Akuntabilitas Tanggung - Renteng

Pertanggung jawaban yang bersifat eksternal. Dari pihak yang menjalankan tugas (agent)

kepada pihak lain yang mempunyai kuasa dan memberikan otoritas (principal). Sebagaimana

definisi tanggung renteng, keberadaan sebuah kelompok merupakan tanggung jawab bersama

dari seluruh anggota. Pengertian tanggung jawab bersama inilah yang kemudian dijabarkan

dalam mekanisme pertemuan kelompok yaitu dalam komponen musyawarah.

Dalam sistem tanggung renteng semua keputusan harus melalui proses musyawarah pada

saat pertemuan kelompok. Artinya seluruh anggota bisa terlibat dalam proses pengambilan

keputusan kelompok. Karena diputuskan bersama maka konsekuensi dari keputusan itupun harus

ditanggung jawabi bersama.Dari sinilah kemudian muncul istilah di tanggung renteng (di

TR).Istilah ini untuk tanggung jawab secara bersama atas dilanggarnya sebuah keputusan atau

tidak dilaksanakannya kewajiban. Di TR lebih berkonotasi pada sanksi.

Tanggung renteng mewujudkan kesaling percayaan, musyawarah, kebersamaan,

keterbukaan dan tanggung jawab.Tanggung renteng mendorong lahirnya sistem yang menjamin

tujuan koperasi sehingga dapat tercapai secara kolektif. Dengan adanya tanggung renteng, maka

akan melahirkan banyak koperasi yang kuat dengan jumlah asset yang besar. Bahkan untuk

pengusaha kecil atau usahanya masih baru berjalan (mikro), koperasi akan tetap memberikan

kemudahan dalam permodalan kepada masyarakat atau warga. Salah satu fungsi koperasi adalah

menyalurkan dana kredit ke anggota dan masyarakat. Dimana dana ini bisa digunakan untuk

kegiatan usaha yang produktif, seperti untuk kegiatan membuka usaha atau memperluas kegiatan

usaha.

Dengan mendukung adanya kegiatan yang produktif ini, di harapkan mampu

menciptakan sebuah kegiatan yang menghasilkan peningkatan pendapatan ekonomi di

7
masyarakat Perumnas Antang. Sehingga pada akhirnya akan tercapainya semua keinginan

bersama dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang merata dan menurunkan angka

kemiskinan di masyarakat. Inilah dampak positif dengan adanya pemerataan pendapatan

ekonomi.

Tentu saja musyawarah tidak hanya terkait dengan pengambilan keputusan tentang

besarnya nilai pinjaman.Tapi juga terkait dengan penerimaan anggota baru, mengeluarkan

anggota dan penyelesaian masalah kelompok. Proses tersebut yang kemudian menumbuhkan

keberanian mengemukakan pendapat dari anggota. Karena seluruh anggota dalam kelompoklah

yang akan menanggung akibat dari keputusan yang salah. Sehingga setiap anggota akan

terdorong untuk menyampaikan pendapat bila melihat ketidak benaran dari keputusan yang akan

diambil kelompoknya. Itu pula sebabnya hadir di pertemuan kelompok menjadi suatu kewajiban

bagi seluruh anggota.

Dengan pola yang demikian maka kewajiban anggota secara kelompok akan bisa

dilaksanakan. Karena bila kewajiban tidak dilaksanakan maka kewajiban koperasi kepada

anggota juga tidak akan terealisasi. Inilah keseimbangan yang harus dijaga oleh seluruh anggota

dalam kelompok. Dalam menjaga keseimbangan ini terjadilah proses pendisiplinan anggota. Dari

kedisiplinan pula akan memperkuat rasa saling percaya diantara anggota.

Pada akhirnya akan berproses pula pada pembentukan karakter yang bertanggung jawab.

Hal itu juga yang akan semakin menguatkan rasa kebersamaan dalam kelompok. Dalam

perkembangan penerapan sistem ini, kemudian dirumuskan hasilnya yaitu terbentuknya

kebersamaan, kejujuran, saling percaya, musyawarah, kedisiplinan dan tanggung jawab. Semua

itu kemudian disebut sebagai nilai-nilai tanggung renteng yang mewarnai kehidupan berkoperasi.

NPL => 0 %

8
Karena semua kewajiban dalam hal ini angsuran pinjaman sudah diselesaikan secara

kelompok maka tidak ada kredit macet ditingkat koperasi.Tak mengherankan bila sistem ini

kemudian disebut juga sebagai sistem pengaman asset. Tentu saja sistem pengaman asset ini

akan semakin menguat bila nilai-nilai tanggung renteng juga tumbuh mengiringi proses

penerapannya.

Dengan asset yang aman maka koperasi juga akan mempunyai kemampuan lebih dalam

meningkatkan pelayanannya kepada anggota baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini pula

yang kemudian akan meningkatkan loyalitas dan rasa memiliki anggota pada koperasinya.

Sehingga anggota akan termotivasi untuk ikut menjaga dan mengembangkan koperasinya.

Dengan demikian koperasi dari, oleh dan untuk anggota bukan sekedar selogan.Tapi menjadi

sebuah kenyataan, dimana koperasi tumbuh dan berkembang dangan jatidirinya.

C. Redefenisi Peran Birokrasi

Birokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau pengaturan yang dilakukan dari meja

ke meja secara terpisah. Maksud dilakukannya peraturan dan pengambilan keputusan secara

terpisah-pisah itu adalah untuk menghindarkan terjadinya subjektivitas keputusan dan

pengawasan pada satu tangan. Demikian pula dalam hal pengangkatan pejabatnya tidak

didasarkan kehendak penguasa, tetapi didasarkan persyaratan-persyaratan yang objektif, seperti

pendidikan, keahlian, pengalaman, dan senioritas.

 Teori Birokrasi Menurut Weber

Penjelasan berikut mengenai birokrasi yang disampaikan oleh Weber diharapkan

akan memperjelas pemahaman Anda mengenai birokrasi. Weber tidak pernah

mendefinisikan birokrasi secara jelas berdiri sendiri, tetapi hanya mengemukakan ciri-

9
ciri, gejala-gejala, proposisi-proposisi dan dari pengalaman yang ia lihat sehari-hari.

Dari kesemuannya ini para pembaca dapat menafsirkan pengertian birokrasi yang

dimaksudkan oleh Weber, termasuk karakteristiknya yang khusus, dipandang sebagai

bentuk birokrasi yang paling rasional.

Konsep umum birokrasi yang dikemukakan oleh Weber dibentuk melalui

kesimpulan dari sejumlah besar bagian-bagian kiasan yang dibuatkannya untuk itu.

Salah satu petunjuk bagi konsep umum Weber tampak dalam identifikasinya terhadap

jenis birokrasi patrimonial, di samping jenis birokrasi lain, yaitu birokrasi rasional.

Birokrasi patrimonial berbeda dengan tipe birokrasi rasional. Birokrasi patrimonial

diangkat berdasarkan kriteria subjektif karena ada hubungan emosional dengan pejabat yang

mengangkat, sedangkan birokrasi rasional diangkat berdasarkan kriteria objektif, yakni syarat-

syarat yang sudah ditetapkan lebih dahulu sebelum seseorang masuk menjadi pegawai

pemerintah.

Konsep tentang pejabat merupakan dasar bagi adanya birokrasi menurut Weber, hal ini

terlihat dari seringnya Weber dalam berbagai kesempatan menggunakan Beamtentum (staf

pegawai), sebagai suatu alternatif bagi pengertian birokrasi penyusunan sistem otoritas legal.

Weber mengemukakan ciri-ciri birokrasi sebagai berikut.

1. Para anggota staf menjalankan tugas secara impersonal.

Hal ini dimaksudkan para anggota organisasi di birokrasi secara pribadi bebas

bekerja, tidak ada keterikatan hubungan antaranggota keluarga baik itu bawahan maupun

atasan. Keterikatan semata-mata karena terjadinya hubungan tugas atau pekerjaan yang

10
satu sama lain sering berkaitan, bahkan mungkin juga terpisah, namun tetap ada

hubungan kerja.

Tugas-tugas dilaksanakan sesuai dengan peraturan hukum dan diterapkan tanpa

pandang bulu. Tidak ada diskriminasi dalam pelayanan dan memperlakukan “pelanggan”

dengan adil sesuai dengan aturan yang berlaku.

Di samping itu, mereka diharuskan taat kepada pimpinan.Atasannya harus ditaati

perintahnya dan kepada merekalah harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.

Keterikatan semata-mata dengan tugas dan jabatan masing-masing, lepas dari rasa senang

atau tidak kepada atasannya

2. Ada hierarki jabatan yang jelas.

Birokrasi bekerja dalam suatu struktur organisasi yang tersusun secara hierarkis

(berjenjang), di mana setiap jenjang sudah ditetapkan bidang tugasnya masing-masing.

Setiap jenjang adalah bagian dari sistem organisasi secara keseluruhan, yang diisi oleh

pejabat-pejabat dengan tugas dan fungsi masing-masing yang dapat dipisahkan secara

jelas antara tugas pejabat yang satu dengan pejabat yang lain. Namun demikian, tanggung

jawab akhir berada pada pimpinan puncak organisasi tersebut, karena kewenangan yang

diberikan pada pejabat di bawahnya merupakan pelimpahan yang bersumber dari

pimpinan tertinggi (top manager).

3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara rinci.

Maksudnya adalah atasan mempunyai hak untuk memerintah dan diberi

wewenang untuk mengatur bawahan dan diatur secara tertulis sebagai peraturan

organisasi. Di pihak lain, bawahan menyadari bahwa ia dibina dan diawasi oleh

atasannya, dan mempunyai kewajiban mempertanggungjawabkan hasil-hasil pekerjaan

11
kepada atasannya. Selain itu, adanya pengaturan fungsi-fungsi jabatan secara tegas adalah

untuk menghindari kesalahan tugas yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

Oleh karena itu, fungsi-fungsi jabatan harus terurai secara jelas dan rinci sehingga

tidak ada pekerjaan yang terbengkalai karena tidak tertera dalam uraian tugas masing-

masing pejabat yang menduduki posisi tertentu.

4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.

Maksudnya adalah para pejabat yang disebut sebagai birokrat adalah tidak

selamanya akan menjadi birokrat karena ada batas waktu yang di Indonesia lazim disebut

waktu pensiun pada batas usia tertentu. Untuk pejabat struktural pensiun pada usia 56

tahun, dan untuk tenaga fungsional pensiun pada usia 65. Jadi, pada dasarnya ada batas

waktu kapan diangkat sebagai birokrat dan kapan harus berhenti sebagai birokrat.

Demikian juga gaji juga diatur sesuai golongan atau pangkat tertentu.Semakin

tinggi gaji menunjukkan golongan/pangkat lebih tinggi, dan masa kerja juga

diperhitungkan dalam penentuan banyaknya gaji yang harus diterima seseorang. Semua

itu sudah tertera dalam ketentuan, di mana seseorang yang akan masuk ke dalam

lingkungan birokrasi sudah mengetahuinya. Ketentuan-ketentuan itu adalah ikatan

kontrak yang harus dijalani oleh seorang birokrat sampai akhir masa tugasnya.

5. Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional.

Artinya bahwa untuk pengangkatan seseorang pejabat harus didasarkan pada

kebutuhan organisasi Bila organisasi membutuhkan ahli di bidang manajemen keuangan,

misalnya, harus diisi pejabat yang berpengetahuan keuangan, membutuhkan keterampilan

di bidang teknik sipil harus dicarikan insinyur teknik sipil dan seterusnya. Dengan

12
demikian, ada spesialisasi kerja sesuai dengan bidang tugas dan keahlian seseorang

sehingga dapat bekerja dengan efektif dan profesional.

Inilah yang dikatakan Weber bahwa ciri birokrasi yang rasional atau ideal harus

mempunyai salah satu syarat yang demikian.Untuk mengetahui keahlian (spesialisasi)

yang ada pada seseorang pejabat dapat dilihat dari ijazah formal yang dipunyai oleh

pejabat tersebut.

6. Gaji diberikan atas dasar peraturan umum yang telah ditetapkan.

Gaji berjenjang menurut kedudukan dalam hierarki organisasi. Pejabat dapat

menempati posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu ia dapat diberhentikan atau

dimutasikan. Sistem penggajian dan besarnya gaji merupakan salah satu implementasi

dari hal yang telah disampaikan sebelumnya bahwa birokrat diangkat berdasarkan

kontrak. Selain dimaksudkan masa kerja terbatas, juga gaji yang diatur sesuai aturan yang

berlaku kemudian setelah mencapai usia tertentu berhenti sebagai pejabat atau pensiun di

mana setelah habis masa jabatan sebagai birokrat ia diberi hak-hak pensiun di mana gaji

tetap diterima tetapi dengan persentase kurang dari masa sewaktu masih dinas.

Kesemuanya diatur dalam aturan sebagai dokumen-dokumen tertulis sehingga

dapat menjadi pedoman dalam menjalankan organisasinya. Pemberhentian tidak harus

pada usia tertentu tetapi dalam keadaan-keadaan yang dianggap oleh pejabat yang

mempunyai otoritas merugikan organisasi bisa diberhentikan sewaktu-waktu sesuai

dengan besar kecilnya kesalahan. Pejabat juga dapat berhenti atas kemauan pejabat itu

sendiri dengan berbagai alasan. Hak-hak pensiun juga berbeda antara pejabat yang

bekerja sampai usia pensiun dengan pejabat yang minta pensiun. Karena masa bekerjanya

berbeda maka dalam menentukan tunjangan pensiun juga berbeda, biasanya bagi yang

13
pensiun cepat akan mendapat tunjangan pensiun secara persentase lebih sedikit daripada

yang mencapai usia pensiun maksimal.

7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokoknya.

Maksudnya adalah pejabat itu seharusnya menekuni dan bekerja dengan sungguh-

sungguh agar tujuan organisasi tercapai secara optimal dan efisien. Di samping itu,

jabatan itu merupakan ladang atau sumber penghasilan utama keluarga si pejabat

tersebut, di mana ada kemungkinan pekerjaan di luar jabatan itu sebagai pekerjaan

sampingan yang harus dinomorduakan.

Hal yang utama adalah pekerjaan yang mereka jabat sekarang sebagai anggota

organisasi birokrasi.Inti dari keterangan ini adalah, siapa pun yang diberi jabatan sebagai

birokrat harus bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak sekadarnya, harus ada rasa ikut

memiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap yang dilakukan sehubungan

dengan tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab yang diembannya.

8. Terdapat jenjang karier, di mana promosi dimungkinkan berdasarkan senioritas maupun

keahlian (merit) dan menurut pertimbangan keunggulan (superior).

Dalam organisasi, manusia adalah sebagai penggerak jalannya organisasi dan

sekaligus pelaksana tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, untuk dapat

menggerakkan dan mengarahkan orang-orang yang menjadi sumber daya organisasi,

diatur sedemikian rupa sehingga termotivasi untuk bekerja.

D. Membangun Birokrasi

Sejalan dengan prinsip-prinsip birokrasi modem tersebut reformasi birokrasi tidak lain

adalah upaya untuk merubah praktek- praktek birokrasi yang tidak efektif menuju ke arah

14
praktek-praktek administrasi pemerintah yang baik, reformasi birokrasi sangat di perlukan untuk

menciptakan clean and governance dalam hubungan ini diperlukan peran birokrasi yang

professional mampu menciptakan kondisi yang kondusif yang terpenuhinya kebutuhan

masyarakat agar masyarakat mampu mandiri jika semua hal ini disimak secara cermat, maka

reformasi birokrasi pada dasarnya di tujukan pada 3 aspek yaitu struktur organisasi, system yang

mengatur, dan orang - orang yang menjalankannya.

Dalam hubungan ini perlu di garis bawahi bahwa reformasi birokrasi adalah perubahan

yang akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan dimana berbagai pihak akan terkejut dan shock terhadap perubahan yang di

lakukan mereka akan merasa bahwa, pola-pola yang mereka gunakan dalam

melaksanakan tugas tidak lagi sesuai memerlukan kompetensi baru dan ketakutan akan

kehilangan posisi dan ketidakpastian.

2. Tahapan dimana terjadi penolakan terhadap perubahan yang dilakukan pada tahapan ini,

mereka memandang bahwa perubahan yang dilakukan karena mereka percaya perubahan

membawa kepada perbaikan.

3. Tahapan dimana sebagian besar pihak yang berkepentingan mulai memahami perlunya

perubahan, ketika perubahan- perubahan yang dalam jangka pendek memberikan

kebermanfaatan bagi mereka maka mereka mulai memahami perubahan tersebut tetapi,

pada tahapan ini mereka belum mau merubah pola-pola perilaku lama.

4. Tahapan dimana semua pihak menyadari secara emosional perlunya suatu perubahan,

pada tahapan ini, mereka mulai merubah pola-pola perilaku dan budaya lama dan

merubahnya kedalam pola-pola perilaku budaya baru, tahapan ini merupakan tahapan

yang kritis dimana jika dalam tahapan sebelumnya tidak dapat berlangsung dengan biak

15
maka tahapan ini perubahan tidak akan berhasil merubah pola-pola dan budaya lama,

bahkan mungkin perubahan akan berhenti sampai di sini atau kembali kepola lama.

5. Tahapan dimana semua pihak mulai mempraktekan mempelajari perubahan pada tahaan

ini semua pihak menerima perubahan mempraktekan proses dan perilaku baru dalam

suatu organisasi keinginan untuk memberikan kontribusi pada perubahan dan melakukan

inovasi-inovasi, pada tahapan ini juga terjadi proses pembelajaran dimana keberhasilan-

keberhasilan, dan kegagalan-kegagalan yang semuanya akan menjadi faktor penting daam

melakukan reformasi birokrasi.

6. Tahapan dimana semua pihak benar-benar menyadari bahwa perubahan memang sangat

pada tahapan ini melalui proses pembelajaran pada tahapan sebelumnya semua pihak

telah merasakan bahwa perubahan itu memberikan suatu pegalaman baru dan

memberikan pemahaman tentang perilaku mana yang sesuai bagi organisasi, budaya yang

diinginkan organisasi mulai terbentuk pada tahapan ini

7. Tahapan integrasi pada tahapan ini semua pihak terintegrasi melalui budaya, pola pikir

dan bertindak yang baru sehingga menjadi budaya yang rutin dilaksanakan dalam

organisasi.

Dengan memperhatikan tahapan-tahapan tersebut, maka pelaksanaan reformasi birokrasi

dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam jangka pendek harus mampu menunjukan dampak positif dari perubahan oleh

karena itu reformasi birokrasi harus memilih prioritas tertentu yang menunjukan hal

tersebut, baik pada internal maupun pada pihak eksternal misalnya, memberikan

informasi pelayanan yang seluas mungkin bagi masyarakat yang ingin memperoleh

pelayanan mengganti stan front liner pelayanan membuka akses pengaduan dan

16
penginformsian hasil tindak lanjut pengaduan dan lainnya, pada pihak internal misalnya

perubahan remunerasi pemberdayaan dan lainnya.

b. Mempertimbangkan dampak negative yang paling kecil, jika perubahan mebawa dampak

negative maka dampak tersebut perlu di cairkan pemecahannya, bagi pegawai yang tidak

mampu menyesuaikan diri dengan dengan perubahan yang diinginakan oleh reformasi

birokrasi, maka harus ada pilihan- pilihan bagi yang bersangkutan pengabaian terhadap

mereka justru akan mengganggu proses reformasi birokrasi.

c. Harus ada dorongan motivasi reformasi birokrasi juga harus mampu memberikan

motivasi yang akan mendorong semua yang terlibat memiliki komitmen untuk

melaksanakannya.

d. Harus ada kepastian, reformasi birokrasi dalam jangka panjang harus mematikan

keberlanjutannya tidak boleh terpotong di tengah jalan karena adanya pergantian-

pergantian pimpinan puncak, reformasi yang berjalan stengah- setengah hanya akan

memberikan pembenaran argumentasi para penentangnya.

e. Pegawai negeri adalah suatu pilihan profesi karier, oleh karena itu adalah wajar jika

mucul tuntutan akan adanya suatu standard gaji dalam rangka memenuhi beban tugas,

tanggung jawab, kualifikasi, prestasi, periode waktu kerja serta singkat biaya hidup,

esensi dari suatu kebijakan remunerasi adalah atas dasar prinsip-prinsip, dapat menarik

sumber daya manusia yang berkualitas prestasi dan mampu mempertahankan pekerja

yang berkualitas menyediakan rewards terhadap pegawai yang berprestasi dan berprilaku

yang baik (desird behaviour), seperti disiplin, patuh bertanggung jawab, berpengalaman,

dan berprestasi.

17
Reformasi birokrasi dalam konteks pelayanan pelayanan public, pada dasarnya di tujukan

pada kebaikan atau peningkatan kualitas pelayanan public, hal ini dilakukan antara lain dengan

menggunakan pendekatan new public management dengan menganut prinsip runt government

like a business yaituh adanya penggunaan pendekatan bisnis kedalam birokrasi public.

Pendekatan ini memfokuskan pada adanya penerapan dan penggunaan teknologi

mekanisme pasar dalam penyelenggaraan pelayanan public, terutama pada pembentukan

hubungan antar birokrasi penyedia pelayanan dengan customer nya sebagai suatu bentuk

transaksi pelayanan sebagaimana halnya dengan yang banyak dilakukan dalam pasar barang dan

jasa. Dalam hubungan ini birokrasi berperan dalam melakukan pengendalian (stering), dalam

pembuatan berbagai kebijakan public dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan mekanisme

pasar, birokrasi di perkenalkan dan di dorong untuk melakukan kompetisi kinerja pemberian

pelayanan baik antar instansi pemerintahan maupun dengan sector swasta melalui adanya

stimulant pemberian insentif bonus dan punishment tertentu, kesemuanya itu di upayakan

penerapannya dengan memperhatikan persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan public

yang secara sederhana pada dasarnya berkaitan dengan :

a. Pelayanan memenuhi apa yang di butuhkan oleh masyarakat, dalam kaitannya dengan

pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah maka kebutuhan masyarakat

umumnya terkait dengan kecepatan dan biaya yang murah.

b. Perlakuan yang baik dari petugas pelayanan, masyarakat umumnya mengharapkan

perlakuan yang ramah tepat, disiplin, dan penuh perhatian, perlakuan yang demikian akan

membuat masyarakat merasa sangat di hargai dan sebaliknya mereka pun akan

menghargai petugas maupun instansi pelayanan.

18
c. Bertanggung jawab atas kesalahan masyarakat umumnya juga mengharapkan unit

pelayanan bertanggung jawab terhadap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.

d. Belajar dari kesalahan, masyarakat juga mengharapkan bahwa setiap instansi pemerintah

harus belajar dari keslahan yang telah mereka lakukan pada masa lalu sehingga kesalahan

serupa tidak terjadi lagi pada masyarakat yang lain.

e. Menyediakan informasi yang bermanfaat masyarakat juga selalu mengharapkan unit

pelayanan menyediakan informasi- informasi yang terkait dengan pelayanannya secara

lengkap mudah di mengerti dan diakses, sehingga memudahkan bagi masyarakat untuk

memperoleh pelayanan yang ingin di perolehnya.

f. Memperlakukan masyarakat yang mengajukan pelayanan secara adil masyarakat juga

selalu mengharapkan perlakuan adil dalam memperoleh pelayanan, tidak di bedakan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reformasi merupakan proses upaya sistematis,terpadu dan komprehensif,di tunjukan

untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik (goog governance).Sistem ini memungkinkan

terjadinya mekanisme penyelengaraan pemerintah Negara yang efektif dan efesien dengan

sinergi kontruktif diantara pemerintahan,sector suasta dan masyarakat. Politikal will pemerintah

yang berkuasa dapat dijaadikan tolak ukur meninjau tingkat keseriusan dalam menjalakan

reformasi birokrasi (serdamayanti 2010).

Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat Negara

karena melalui reformasi birokrasi,peran dan lingkup interpeksi Negara melalui pemerintah

Negara di definikasikan ulang untuk menjawab tantangan zaman (mariana dalamsuaedi

2010).Reformasi birokrasi juga tidak sekendar menyederhanakan strktur birokrasi,tetapi

mengubah polah pikir (mindset) dan poa budaya (culturalset ) birokrasi untuk berbagai peran

dalam tata kelola pemerintahan. Reformasi birokrasi merupakan transformasi yang

terancam,yang berfokus dalam perubahan kelembagaan dan berdampak pada perubahan ketata

laksanaan dan culture birokrasi pada tataran institusi pelaksana pemerintahan di bidang

eksekutif,baik level nasional maupun daerah

B. Saran

Pembuatan isi makalah tentang materi diatas masih jauh dari kata sempuna.Penyusun

berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sedarmayanti, 2010, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan


Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik), PT Refika
Aditama, Bandung

21

Anda mungkin juga menyukai