Anda di halaman 1dari 88

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KETERJANGKAUAN


TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI DENGAN KETEPATAN
WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI
DI UPTD PUSKESMAS POLI-POLIA
KABUPATENKOLAKA TIMUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


PendidikanProgram D IV Bidan Pendidik Universitas Indonesia
Timur Makassar

ISVA NASARI ISHAK


19 1302 061

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KETERJANGKAUAN


TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI DENGAN KETEPATAN
WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI
DI UPTD PUSKESMAS POLI-POLIA
KABUPATENKOLAKA TIMUR

DISUSUN OLEH
\
ISVA NASARI ISHAK
19 1302 061

Skripsi ini telah kami setujui untuk dipertahankan dalam ujian di


hadapan Tim Penguji D-IV Bidan Pendidik Univesitas Indonesia
Timur.

Makassar, 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. A. Maryam,S.ST.,SKM., M. Kes Dr.Harniati, S.Kep., Ns., M. Kes

Mengetahui

Ketua Prodi D-IV Bidan Pendidik

Rohani Mustari, S.ST., M.Kes

ii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN WAKTU UJIAN

Dengan ini menyatakan:

Nama : Isva Nasari Ishak


Nim : 19 1302 061
Program : DIV Kebidanan

Telah disetujui untuk melakukan ujian Skripsi dengan judul


“Hubungan Pengetahuan Dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan
Imunisasi Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada
Bayi Di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun
2021”.

Hari :

Pukul : Wita - Selesai

Demikian surat persetujuan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya

Makassar, 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. A. Maryam,S.ST.,SKM., M. Kes Dr.Harniati, S.Kep., Ns., M. Kes

Mengetahui

Ketua Prodi D-IV Bidan Pendidik

Rohani Mustari, S.ST., M.Kes

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh panitia ujian akhir

dan tim penguji Program D-IV Kebidanan Universitas Indonesia

Timur Makassar yang dilaksanakan pada tanggal September 2021.

Pembimbing I : Dr. A. Maryam,S.ST.,SKM., M. Kes ( )

Pembimbing II : Dr.Harniati, S.Kep., Ns., M. Kes ( )

Penguji : Kasmawati, S.ST., M.Kes ( )

Mengetahui

Ketua Prodi D-IV Bidan Pendidik

Rohani Mustari, S.ST., M.Kes

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Isva Nasari Ishak

Nim : 10. 1302.061

Program Studi : D4 Bidan Pendidik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya

tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan

merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikaran orang lain.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, September 2021

Yang menyatakan

Isva Nasari Ishak

v
BIODATA PENULIS

Foto 3 x 4

A. Identitas

1. Nama : Isva Nasari Ishak

2. Nim : 191302061

3. Tempat/Tgl Lahir : Ujung Pandang 26 Desember 1991

4. Suku/Bangsa : Bugis/Tolaki

5. Agama : Islam

6. Alamat : Desa Andowengga Kec.Poli-Polia

Kab.Kolaka Timur

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD Negeri 2 Hongoa Tahun 2004

2. Tamat SMP Negeri 1 Pondidaha 2007

3. Tamat SMA Negeri 1 Pondidaha Tahun 2010

4. Tamat Diploma III Akademi Kebidanan Konawe Tahun 2013

5. Mengikuti pendidikan Diploma IV Bidan Pendidik Universitas

Indonesia Timur Makassar Tahun 2019/2021

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penyusunan skripsi

ini dapat terselesaikan dengan lancar. Skripsi ini di susun untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma IV Bidan

Pendidik di Universitas Indonesia Timur Makassar, dengan judul

penelitian “Hubungan Pengetahuan dan Keterjangkauan Tempat

pelayanan Imunisasi Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi

BCG pada Bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur Tahun 2021”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, olehnya sembah sujud dan terima kasih

yang setinggi-tingginya penulis haturkan Kepada Ibunda tersayang

Saming dan ayahanda tercinta Ishak serta keluarga besar, yang

telah memberikan doa restu yang tulus dan ikhlas, dan pengertian.

Serta yang terhormat:

1. Bapak Aminuddin,SH.,MH Ketua Yayasan Indonesia Timur

Makassar.

2. Ibu Dr. Andi Maryam, M.Kes, selaku Rektor Universitas

Indonesia Makassar sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah

sabar dan ikhlas dalam membimbing saya.

3. Ibu Yurniati,S.ST.,SKM., M.Kes, M.Keb selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Indonesia Timur Makassar

vii
4. Ibu Rohani Mustari, S.ST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi

DIV Bidan Pendidik Universitas Indonesia Timur.

5. ibu Dr.Harniati, S. Kep., Ns., M. Kes sebagai Pembimbing II yang

telah sabar dan ikhlas dalam membimbing saya.

6. Ns. Firman, S.kep.,MM selaku kepala Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian.

7. Segenap Dosen dan Staf D-IV Bidan Pendidik Universitas

Indonesia Timur Makassar, yang telah membekali penulis dengan

berbagai ilmu pengetahuan.

8. Yang tercinta suami saya Irwan dan anakku Muh.Abrar Ashifan

yang telah memberikan motivasi dan Doa serta pengorbanan baik

moril maupun materiil kepada saya selama mengikuti pendidikan

sampai pada saat ini.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswi angkatan 2019 atas dukungan

dan kerjasamanya, serta semua pihak yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis

menyelesaikan SKRIPSI penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan pahala yang setimpal atas bantuan dan jasa-jasanya

dan SKRIPSI ini dapat bermanfaat bagi penulis dan rekan-rekan

mahasiswa.

Makassar, September 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

Isva Nasari Ishak “Hubungan Pengetahuan Dan Keterjangkauan


Tempat Pelayanan Imunisasi Dengan Ketepatan Waktu Pemberian
Imunisasi BCG Pada Bayi Di Uptd Puskesmas Poli-Polia Kabupaten
Kolaka Timur” (Dibimbing oleh Andi Maryam dan Harniati)

VI BAB, 57 Halaman, 11 Lampiran

Imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) bermanfaat mencegah


bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti:
meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau anak
masih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis penyebab
penyakit TBC, akibat adanya kontak dengan penderita TBC yang
ada di sekitarnya, seperti: orang tua, keluarga, pengasuh, dan lain
sebagainya. Penelitian ini betujuan Untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan keterjangkauan tempat pelayanan imunisasi
dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada Bayi di
UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021.
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey Analitik dengan
desain Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli -
Agustus tahun 2021. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia yang memenuhi kriteria
eksklusi dan inklusi sebanyak 53 orang yang diambil secara
purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari pengisian kuesioner tentang pengetahuan dan
keterjangkauan tempat pelayanan imunisasi. Analisis data
menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan (p=0.003 < ɑ =
0.05) dan keterjangkauan tempat pelayanan imunisasi (p=0.005 < ɑ
= 0.05) Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada
Bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun
2021. Saran Peneliti Hendaknya mengimunisasikan anaknya tepat
waktu, mengingat imunisasi sangat penting untuk kesehatan
anaknya masa depan serta pihak-pihak terkait khususnya tenaga
kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan mengenai
imunisasi BCG kepada setiap orang tua sehingga pengetahuannya
meningkat (lebih baik).

Kata Kunci : Pengetahuan, keterjangkauan tempat pelayanan,


Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG.
Daftar Pustaka : 2008- 2021

ix
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Halaman Persetujuan Skripsi ii

Surat Persetujuan Waktu Ujian iii

Pengesahan Tim Penguji iv

Pernyataan Keaslian Skripsi v

Biodata Penulis vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

Daftar Isi x

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran XIV

BAB 1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 9

A. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi 8

B. Tinjauan Umum Tentang Imunisas BCG 16

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 18

D. Tinjauan Tentang Keterjangkauan Tempat Pelayanan

Imunisasi 27

x
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL 30

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Dieliti 30

B. Bagan Kerangka Konsep 31

C. Depenisi Operasional dan Kriteria Objektif 31

D. Hipotesa Penelitian 33

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 34

A. Desain Penelitian 34

B. Lokasi dan waktu Penelitian 34

C. Populasi dan Sampel 34

D. Teknik Pengambilan Sampel 35

E. Instrument penelitian 36

F. Analisis Data 37

G. Etika Penelitian 39

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

A. Hasil Penelitian 42

B. Pembahasan 47

BAB VI. PENUTUP 55

A. Kesimpulan 55

B. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kontigensi 2 x 2 (dua baris x dua kolom).....................

Tabel 5.1:Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan

Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada

Bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur Tahun 2021................................................

Tabel 5.2:Distribusi Frekuensi Keterjangkauan Tempat

Pelayanan Imunisasi Dengan Ketepatan Waktu

Pemberian Imunisasi BCG Pada BayiUPTD

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

Tahun 2021.......................................................................

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Ketepatan Waktu Pemberian

Imunisasi BCG Pada Bayi UPTD Puskesmas Poli-

Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021.....................

Tabel 5.4: Hubungan Pengetahuan Dengan Ketepatan Waktu

Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di UPTD

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

Tahun 2021.......................................................................

Tabel 5.5:Hubungan Keterjangkauan Tempat Pelayanan

Imunisasi Dengan Ketepatan Waktu Pemberian

Imunisasi BCG Pada Bayi di UPTD Puskesmas

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021.............

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Jadwal Imunisasi..........................................................

Gambar 2.2 Vaksin Hepatitis B.........................................................

Gambar 2.3 Vaksin dan Teknik Penyuntikan BCG...........................

Gambar 2.4 Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB).................................

Gambar 2.5 Vaksin Polio dan cara Pemberiannya...........................

Gambar 3.1: Kerangka Konsep.........................................................

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Pengajuan Judul Proposal/Skripsi

Lampiran 2 : Lembar Konsul Skripsi

Lampiran 3 : Koesioner Penelitian

Lampiran 4 : Jadwal Penelitian

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Data SPSS

Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan

Lampiran 8 : Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 9 : Surat Keputusan Penguji

Lampiran 10 : Kartu Kontrol Seminar

Lampiran 11 : Pendokumentasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi adalah tindakan proaktif yang dilakukan untuk

meningkatkan kekebalan penyakit seseorang jika dia terkena penyakit

itu lagi di masa depan, dia tidak akan jatuh sakit atau akan merespon

dengan sangat ringan. TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,

Campak, Polio, Meningitis, dan Pneumonia hanyalah Imunisasi dapat

melindungi Anda dari berbagai penyakit menular (PD3I). Imunisasi

melindungi Merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti

paling cost-effective (murah) karena dapat mencegah dan menurunkan

angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat berbagai penyakit

yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian pada anak, dan

merupakan salah satu salah satu intervensi kesehatan yang telah

terbukti sebagai salah satu yang paling cost-effective (murah) karena

dapat mencegah dan menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan

kematian akibat berbagai penyakit imunisasi. Perang Dunia II, yang

diperkirakan antara 2 dan 3 juta kematian per tahun. (Kemenkes RI,

2017)

Di Indonesia, menurut Dwiastuti & Nanang Prayitno (2013),

tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang parah

dan salah satu penyebab utama kematian penyakit menular. Menurut

World TB Report WHO tahun 2017, Indonesia Setelah India dan China,

1
merupakan penyumbang penyakit tuberkulosis (TB) tertinggi ketiga di

dunia.Anak-anak menyumbang hampir seperlima dari semua kasus TB

di Indonesia.

Vaksin BCG digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis

(TB). Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. batang, yang merusak organ tubuh,

terutama paru-paru (IDAI, 2017).

Pemberian Imunisasi BCG merupakan salah satu cara untuk

menghindari Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang

persendian, usus, kelenjar getah bening, selaput otak, dan organ tubuh

lainnya. Seseorang menjadi terinfeksi tuberkulosis ketika mereka Ketika

seorang pasien tuberkulosis batuk, bakteri Mycobacterium tuberculosis

dibuang ke udara. (Harrison & Preterm, 2016)

Menurut (Fitriani Sahid, 2018) Ketepatan waktu imunisasi BCG

merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian

vaksin. Bila diberikan kepada bayi baru lahir di bawah usia dua bulan

dan hanya sekali, vaksin BCG aman. Jika ibu gagal mengimunisasi

bayinya dengan BCG dengan benar, antibodi bayi untuk memerangi

tuberkulosis akan terganggu. Akibatnya, bayi baru lahir berisiko tertular

tuberkulosis. Jika Anda menderita TBC, hal itu dapat mempengaruhi

kesehatan bayi Anda, bayi menderita tingkat morbiditas dan mortalitas

yang tinggi sebagai akibat dari kondisi ini.

2
2

Kemampuan masyarakat bisa membeli fasilitas pelayanan

kesehatan berdampak pada pencapaian derajat kesehatan khususnya

ketepatan imunisasi BCG. Ketersediaan transportasi, yang

meminimalkan jarak perjalanan dan mendorong ibu untuk mengunjungi

klinik imunisasi, mempengaruhi aksesibilitas layanan kesehatan

esensial. (Erlita & Putri, 2018).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Ada lebih dari 20

juta anak di dunia. tidak menerima semua vaksin mereka pada tahun

2018, dan beberapa tidak menerima Tidak ada kekebalan sama sekali.

Pada kenyataannya, untuk mencapai herd immunity (kekebalan

komunitas) memerlukan cakupan vaksin yang tinggi (minimal 95

persen), serta distribusi vaksin yang merata. (Kemenkes RI, 2019).

HB-0 (83,1 persen), BCG (86,9%), Campak (77,3 persen), Polio

(67,6%), dan DPT-HB-Hib1 (65,4 persen), DPT-HB-Hib2 (63,9 persen),

dan DPT- HB-Hib3 (63,9 persen) memiliki cakupan imunisasi dasar

tertinggi (63,9%), menurut hasil data laporan nasional RISKESDAS

2018 (61,3%). Namun, menurut Kementerian Kesehatan, hanya 57,9%

bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap (IDL), 32,9% anak

mendapat imunisasi parsial, dan 9,2% bayi tidak diinokulasi pada 2018.

(Riskesdas, 2018)

Sementara persentase penduduk di Sulawesi Tenggara yang

telah mendapatkan semua imunisasi dasar mengalami fluktuasi selama

tiga tahun terakhir, yaitu sebesar 93,6% pada tahun 2018, 95,8% pada
3

2019, dan 91,92% pada 2020, cakupan imunisasi dasar lengkap di

Sulawesi Tenggara. Di Kabupaten Kolaka Timur sebesar 93,2% pada

2018, 91,55% pada 2019, dan 88,60% pada 2020, menunjukkan masih

jauh dari target nasional (95%). Berdasarkan temuan studi

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Poli-Polia pada tahun 2018,

sebanyak 187 bayi menjadi sasaran imunisasi BCG pada tahun 2018,

dengan rincian 80 bayi (42,8%) menerima tepat waktu dan 107 bayi

(57,2%) tidak menerimanya. tepat waktu (>2 bulan). Pada tahun 2019,

tercatat 208 imunisasi BCG, dengan 96 (46,2%) menerima vaksin BCG

tepat waktu dan 112 (53,8%) tidak menerima imunisasi BCG tepat

waktu (>2 bulan). Sementara itu, di Puskesmas Poli-Polia pada tahun

2020 sebanyak 172 bayi mendapatkan vaksin BCG, dengan rincian 69

(40,1%) mendapat tepat waktu dan 103 (59,8%) tidak tepat waktu. yaitu

(lebih dari dua bulan).

Menurut penelitian Yulinda & Dewi (2021), pengetahuan ibu

tentang imunisasi mempengaruhi pelaksanaannya; jika Karena ibu

kurang memahami tentang imunisasi, tidak melihat perlunya, atau

hanya berpartisipasi, imunisasi anaknya tidak akan selesai tepat waktu

atau dalam jarak yang wajar. Jika ibu memahami pentingnya imunisasi,

kemungkinan vaksin akan diberikan tepat waktu, memastikan bahwa

program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi,

dan dengan demikian meningkatkan sumber daya kesehatan dan

masyarakat di masa depan.

Tidak terkecuali imunisasi. Setiap orang tua menginginkan yang

terbaik untuk anaknya.Namun, beberapa orang tua tidak menyadari


4

pentingnya imunisasi dan sering mengabaikan jadwal imunisasi.

Keinginan mereka untuk mengunjungi fasilitas imunisasi mungkin

terhambat oleh kurangnya kesadaran tentang vaksinasi. (Yulinda &

Dewi, 2021).

Tiga Lima ibu sudah mengetahui vaksinasi BCG. belum, menurut

tinjauan awal yang dilakukan melalui wawancara dengan delapan ibu

yang memiliki anak. Sang ibu mengaku hanya mengikuti protokol

pemerintah dalam hal mengimunisasi anaknya. Menurut petugas

kesehatan di Puskesmas Poli-polia, Ibu baru diberikan penyuluhan

imunisasi dasar oleh ahli kesehatan balita di UPTD Puskesmas Poli-

polia yang meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa dengan 12 posyandu.

Kenyataannya, masih banyak wanita yang menunda pemberian vaksin

untuk anaknya.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, sesuai dengan

deskripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Keterjangkauan

Tempat Pelayanan Imunisasi Dengan Ketepatan Waktu Pemberian

Imunisasi BCG Pada Bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:


5

1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan ketepatan

waktu pemberian vaksin BCG pada bayi di Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2021?

2. Apakah ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi baru

lahir di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun

2021 terkait dengan penetapan harga pelayanan imunisasi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada

hubungan antara kesadaran dan keterjangkauan imunisasi dengan

ketepatan waktu pemberian vaksin BCG pada neonatus di UPTD

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Pada tahun 2021 di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur untuk mengetahui hubungan antara kesadaran ibu

dengan waktu pemberian imunisasi BCG.

b. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada

hubungan antara biaya pelayanan vaksinasi dengan ketepatan

waktu pemberian vaksin BCG di UPTD Puskesmas Poli-polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
6

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi

pada perpustakaan Universitas Indonesia Timur serta dapat

dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya

b. Direncanakan dapat menjadi acuan ilmiah khususnya bagi tenaga

kependidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan

profesional bidan sekaligus sebagai pedoman dalam penyusunan

kebijakan imunisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Sebagai sarana pengajaran bagi masyarakat umum untuk

mengetahui manfaat imunisasi BCG bagi anak-anak mereka dan

bagaimana mendorong keluarga mereka untuk memberikan

semua vaksin dasar kepada anak-anak mereka.

b. Bagi Instansi

Sumber informasi untuk layanan kesehatan untuk

penyusunan aturan untuk mendorong keluarga agar lebih terlibat

dalam imunisasi anaknya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti akan memperoleh informasi dan pengalaman

tentang hubungan antara ketepatan imunisasi BCG dengan

pengetahuan dan dukungan keluarga disamping pengetahuan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya

tahan tubuh seseorang terhadap penyakit, baik secara aktif maupun

pasif, sehingga ketika terkena penyakit tersebut tidak menjadi sakit.

(Kemenkes RI, 2017).

Imunisasi adalah suatu cara untuk memperoleh kekebalan

penyakit dengan menyuntikkan kuman atau bakteri yang dirancang

untuk memproduksi zat anti yang akan digunakan tubuh untuk

memerangi infeksi/kuman yang menyerang tubuh (Sunarti, 2012).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan program imunisasi di Indonesia menurut WHO (World

Health Organization) adalah untuk meminimalkan timbulnya penyakit

dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi

(PD3I). Tetanus, batuk rejan (pertusis), cacar (campak), polio, dan

disentri adalah semua penyakit yang dapat menyerang anak-anak

TBC adalah penyakit yang sekarang marak. (Nurhikmah &

Mauliyana, 2018).

Imunisasi menawarkan keuntungan dalam memberikan

perlindungan terhadap suatu penyakit dan menurunkan risiko sakit

dan Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin menyebabkan


8

kematian. Imunisasi adalah teknik yang paling hemat biaya untuk

mencegah penyakit menular, dan secara signifikan lebih murah

daripada pengobatan jika Anda sakit. (Murhekar & Mehendale,

2017).

Tujuan program Imunisasi adalah suatu proses yang

memberikan perlindungan terhadap penyakit biasa menular (Mulyani

& Mega, 2018). Berikut ini adalah tujuan umum imunisasi:

a. Imunisasi telah terbukti menurunkan morbiditas (penyakit) dan

mortalitas (kematian).

b. Imunisasi adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi menular.

c. Imunisasi mencegah tubuh dari infeksi penyakit menular.

3. Jadwal Pemberian Vaksin

Gambar 2.1: Jadwal Imunisasi (Permenkes RI 12, 2017)


9

Catatan:

a. Vaksin hepatitis B harus diberikan kepada bayi baru lahir dalam

waktu dua puluh empat jam sesudah lahir, dengan 2-3 suntikan

vitamin K1 jam lebih cepat, terutama di daerah terpencil.

Pengobatan Hepatitis B adalah virus yang menginfeksi hati.

berlangsung sampai tujuh hari.

b. Imunisasi BCG yang optimal diberikan kepada bayi yang

dilahirkan oleh bidan di rumah sakit, klinik, dan praktik swasta

hingga mencapai usia dua bulan.

c. Dengan pengecualian HB 0, semua vaksin dapat dalam beberapa

kasus, bayi diberi obat sebelum mereka berusia satu tahun.

4. Jenis-Jenis imunisasi

Adapun jenis dan manfaat pemberian imunisasi pada bayi menurut

(IDAI, 2017) adalah sebagai berikut:

a. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan vaksin yang memberikan perlindungan aktif

terhadap hepatitis B, virus yang menyebabkan kerusakan hati.

Efek samping dari vaksinasi jarang terjadi, dan bahkan ketika itu

terjadi, seperti rasa sakit di tempat suntikan diikuti dengan demam

dan edema, biasanya akan hilang dalam dua hari. Kontraindikasi


10

terhadap vaksin hepatitis B termasuk tidak memberikannya

kepada anak-anak yang tidak sehat secara kritis.

Dalam waktu 12 jam setelah kelahiran anak, vaksin HB pertama

(monovalen) harus diberikan, diikuti dengan suntikan vitamin K1 selama

30 menit. Setelah itu, anak-anak harus diimunisasi hepatitis B pada usia

2, 3, dan 4, umumnya bersamaan dengan vaksinasi DPT dan Hib dalam

vaksin DPT-HepB-Hib. Jika anak Anda tidak diinokulasi terhadap

hepatitis B ketika ia masih muda, vaksinasi serial dapat diberikan setiap

saat selama kunjungan. Hal ini dapat dicapai tanpa menggunakan tes

anti-hepatitis B. (IDAI, 2017).

Gambar 2.2 Vaksin Hepatitis B (IDAI, 2017)

b. Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG dimaksudkan untuk membantu orang

mengembangkan Tuberkulosis (TB), penyakit paru yang sangat

menular, membutuhkan kekebalan aktif. Meskipun efek samping

jarang terjadi, beberapa anak mungkin mengalami pembengkakan


11

kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah, yang

biasanya hilang dengan sendirinya. Mereka dengan penyakit TB

atau tes Mantoux positif, serta anak-anak dengan penyakit kulit

parah/kronis, tidak memenuhi syarat untuk vaksinasi BCG.

Vaksin BCG diberikan ke kulit lengan kanan saat bayi berada

di atas baru lahir berusia satu hingga dua bulan untuk mencegah

tuberkulosis (TB) serius di paru-paru, otak, kelenjar getah bening,

dan tulang adalah beberapa organ yang terpengaruh. dapat

menyebabkan penyakit parah jangka panjang. ketidaknyamanan,

ketidakmampuan, dan hingga meninggal dunia. BCG setelah satu

bulan, imunisasi menghasilkan jerawat merah yang pecah dan

keluar sebagai nanah di tempat suntikan. Tapi jangan khawatir,

jika bayi tidak kesakitan atau demam, ini adalah reaksi yang

sangat umum dan aman. (IDAI, 2017)

Gambar 2.3 Vaksin dan Teknik Penyuntikan BCG (IDAI, 2017)

c. Imunisasi DPT-HB-Hib

Menurut Hayati & Novita, Vaksinasi DPT-HB-HiB merupakan

kombinasi dari vaksin DPT-HB dan HiB (2014). Difteri, tetanus,

hepatitis B, radang selaput otak (meningitis), batuk rejan 100 hari,


12

dan pneumonia hanyalah beberapa penyakit yang dapat dicegah

oleh petavalen. Obat ini diberikan secara intramuskular di setinggi

paha anterolateral bayi, dan di lengan kanan anak-anak berusia

1,5 tahun. Karena dapat membahayakan saraf sciatic, maka tidak

disarankan untuk bokong anak-anak. Respon lokal dapat

diperburuk dengan injeksi intrakutan. 0,5 mL adalah dosis tunggal.

Karena waktu pengiriman, pentavalent tidak boleh digunakan

diberikan pada bayi. Vaksin pentavalen diberikan kepada bayi

sebagai bagian dari vaksinasi rutin mereka pada usia dua bulan,

tiga bulan, empat bulan, dan satu setengah tahun disediakan.

Vaksin ini aman dan efektif bila dikombinasikan vaksin BCG,

campak, polio (OPV atau IPV), dan suplemen vitamin A juga

dianjurkan.

Vaksinasi ini harus disuntikkan di tempat yang berbeda jika

diberikan bersamaan dengan vaksin lain. Ketika vaksin DPT,

hepatitis B, dan Hib diberikan secara terpisah, efek samping, jenis,

dan kejadian tanggapan merugikan utama tidak berbeda secara

signifikan. Hipersensitivitas terhadap komponen vaksin apa pun,

reaksi parah terhadap dosis gabungan terakhir vaksinasi, atau

jenis reaksi serupa lainnya, semuanya merupakan kontraindikasi

untuk menerima dosis di masa mendatang. Untuk pertama

kalinya, ada beberapa kontraindikasi untuk menggunakan DPT.


13

Kejang dan tanda-tanda kelainan otak lainnya pada bayi, serta

masalah neurologis yang lebih signifikan.

Gambar 2.4 Pentavalen Vaksin (DPT-HB-HiB) (IDAI, 2017)

d. Imunisasi Polio

Anak-anak harus divaksinasi terhadap Virus polio liar

menyebabkan kelumpuhan dengan menyerang sel-sel saraf di

sumsum tulang belakang. Karena menyerang otak, virus ini sangat

mematikan, menyebabkan kelumpuhan parah bahkan kematian.

Bayi divaksinasi pada usia dua, empat, enam, dan delapan

belas bulan, polio ditemukan (atau 2, 3, 4 bulan menurut program

pemerintah). Vaksin Polio Oral adalah nama dari vaksin ini (OPV).

Selain tetes, vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-

18 bulan, dan 6-8 tahun.

Jika vaksin polio tertunda, jangan memulai dari awal;

sebaliknya, lanjutkan dan dapatkan vaksinnya selesaikan tepat

waktu, terlepas dari interval waktu antar administrasi. (IDAI, 2017).


14

Gambar 2.5 Vaksin Polio dan cara Pemberiannya (IDAI, 2017)

e. Imunisasi Campak

Anak-anak divaksinasi campak pada usia 9 bulan, 18 bulan,

dan sebelum memasuki taman kanak-kanak atau sekolah dasar.

Tujuan dari vaksinasi ini adalah untuk menghasilkan kekebalan

aktif campak. Demam ringan, bercak merah/merah pada pipi di

bawah telinga selama 7-8 hari setelah penyuntikan, dan

pembengkakan di tempat penyuntikan merupakan kemungkinan

efek samping. Masalah imunologi, tuberkulosis yang tidak diobati,

gizi buruk, kanker, dan protein telur, kanamisin, dan kerentanan

eritromisin pada anak-anak, semuanya merupakan kontraindikasi

imunisasi campak (antibiotik). Jika anak berusia 9-12 bulan pada

saat itu dan belum mendapatkan vaksin campak, berikan padanya

kapan pun Anda melihatnya. Berikan MMR kepada anak di atas

usia satu tahun. (IDAI, 2017).

Gambar 2.6 Vaksin Campak dan cara Pemberiannya (IDAI, 2017)


15

B. Tinjauan Umum Tentang Imunisas BCG

1. Pengertian Imunisasi BCG

Bacillus Calmette Guerin (BCG) adalah vaksinasi hidup yang

dikembangkan dari Mycobacterium bovis yang dibudidayakan tanpa

batas selama 1-3 tahun untuk menghasilkan hasil yang non-patogen

namun tetap efektif. menunjukkan imunogenisitas, menurut (Ranuh

et al, 2014). Imunisasi BCG menyebabkan sensitivitas tuberkulin

tetapi tidak melindungi terhadap infeksi tuberkulosis. Namun, pada

saat pemberian, itu menurunkan risiko tuberkulosis parah, seperti

meningitis tuberkulosis dan tuberkulosis milier.

2. Waktu pemberian

Vaksinasi BCG harus diberikan kepada bayi antara usia satu dan dua

tes tuberkulin jika BCG diberikan setelah usia tiga bulan, jika BCG

diberikan setelah usia tiga bulan, tes tuberkulin harus dilakukan

terlebih dahulu. Jika tes tuberkulin negatif, vaksin BCG diberikan.

3. Cara pemberian dan dosis

a. Vaksinasi BCG harus terlebih dahulu dilarutkan dengan

menggunakan spuit steril 5 mL Auto Distruct Scheering (ADS)

sebelum disuntikkan.

b. Dosisi pemberian: 0,05 ml.

c. Menggunakan Auto Distruct Scheering, suntikkan 0,05 mililiter

secara intrakutan di lengan kanan atas (masuk ke otot deltoid)

(ADS).
16

d. Axin harus diberikan dalam waktu tiga jam setelah ditemukan.

4. Anti Indikasi

Vaksin BCG tidak boleh diberikan dalam keadaan berikut:

a. Anak-anak memiliki kondisi kulit yang parah atau jangka

panjang, seperti furunkulosis atau penyakit lain yang terkait

dengannya.

b. Pada anak memiliki kelainan kulit yang parah atau berlangsung

lama, seperti furunkulosis atau penyakit terkait lainnya.

c. Imunisasi tidak boleh diberikan kepada pasien tuberkulosis atau

anak-anak.

5. Efek samping

Reaksi yang terjadi setelah menerima vaksin BCG berbeda

dengan imunisasi lainnya. Vaksin BCG tidak menyebabkan demam.

Akan ada indurasi dan kemerahan di tempat suntikan setelah 1-2

minggu, yang akan berkembang menjadi pustula, Kemudian menjadi

luka. Karena sayatan ini sembuh dengan sendirinya, tidak diperlukan

perawatan khusus; namun demikian, pembesaran kelenjar lokal di

ketiak atau leher dapat terjadi. Meski pembesaran kelenjar ini

tampak besar, namun tidak menimbulkan demam. (N. S. Mulyani &

Mega, 2018).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Intensitas perhatian dan persepsi objek pada saat penginderaan

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi objek


17

pada saat penginderaan saat penginderaan untuk mengembangkan

pengetahuan. Hasil penginderaan atau seseorang mengetahui

tentang suatu objek dengan panca inderanya sendiri adalah

pengetahuan (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,

dan perabaan). Indra pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata)

memberikan sebagian besar informasi seseorang (mata).

(Notoatmodjo, 2018).

2. Bagaimana Mendapatkan Informasi

Menurut dua kategori, banyak cara yang telah digunakan untuk

mencapai kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikategorikan (Notoatmodjo, 2018):

a) Metode non-ilmiah atau tradisional

Sebelum prosedur ilmiah atau teknik penemuan dimanfaatkan

secara konsisten dan rasional oleh masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, metodologi kuno atau

tradisional yang digunakan masyarakat untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan adalah secara ilmiah, tanpa melakukan

kajian.

b) Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Metodologi kuno atau tradisional yang digunakan

masyarakat untuk memperoleh kebenaran pengetahuan adalah

dengan cara ilmiah, tanpa melakukan kajian, sebelum metode

ilmiah atau teknik penemuan digunakan secara sistematis dan

logis oleh masyarakat untuk memperoleh kebenaran informasi.

c) Cara ilmiah
18

Di dunia sekarang ini, metode pembelajaran pengetahuan

baru atau modern lebih sistematis, rasional, dan ilmiah. Teknik

penelitian ilmiah, kadang-kadang dikenal sebagai metode

penelitian, adalah nama yang diberikan untuk metode ini.

3. Jenis Pengetahuan

Cukup berbeda, berdasarkan pemahaman masyarakat tentang

keahlian di bidang kesehatan. Pengetahuan adalah komponen

penting dari kesehatan yang baik. Berikut ini adalah contoh dari

berbagai Jenis pengetahuan:

a) Pengetahuan implisit

Istilah pengetahuan implisit mengacu pada pengetahuan yang

tidak informasi yang dihasilkan oleh seseorang berdasarkan fakta

atau pengalaman pribadi, dengan elemen non-nyata seperti ide

pribadi, sudut pandang, dan prinsip yang disertakan. Sulit untuk

menyampaikan pengetahuan seseorang orang lain, secara lisan

atau tertulis tanpa disadari, kebiasaan dan budaya seseorang

biasanya terkandung dalam pengetahuan implisit. (Budiman &

Riyanto, 2014).

b) Pengetahuan eksplisit

menyiratkan bahwa pengetahuan ini telah dicatat atau

diarsipkan Pengetahuan eksplisit adalah informasi dalam bentuk

konkret, seperti perilaku kesehatan. Tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan menggambarkan pengetahuan yang benar.

(Budiman & Riyanto, 2014).


19

4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor mempengaruhi pengetahuan, menurut

(Notoatmodjo, 2018) unsur, antara lain:

a) Umur

Usia didefinisikan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan

untuk hidup atau sudah ada sejak lahir. Pemahaman seseorang

dipengaruhi oleh usia; semakin tua dia, semakin berkembang

pemikirannya.

b) Pendidikan

Cara seseorang memahami dirinya dan lingkungannya

dipengaruhi oleh pendidikannya. Akibatnya, mereka yang

berpendidikan tinggi akan merespons proses dan terlibat secara

berbeda dari mereka yang berpendidikan lebih rendah.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 (2010), jenjang pendidikan

adalah sebagai berikut:

1. Diperlukan pendidikan dasar yang terdiri dari SD, SMP, atau

sederajat.

2. Pendidikan SMA, MA, SMK, atau sekolah menengah sederajat

3. Pendidikan tinggi, yang meliputi ijazah, gelar sarjana, atau

sederajat.

Pendidikan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku

seseorang, termasuk berbagi gaya hidup, terutama dalam hal

memberikan insentif bagi orang untuk berpartisipasi dalam


20

peningkatan kesehatan. Semakin mudah seseorang menerima

informasi dan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya,

semakin baik pula pendidikannya. Sebaliknya, kurangnya

pendidikan akan menghambat pertumbuhan sikap seseorang

terhadap prinsip-prinsip baru yang disajikan (Notoatmodjo, 2018).

c) Pekerjaan

Ketika profesi seseorang membutuhkan banyak waktu untuk

melakukan pekerjaan kritis, Orang yang terlalu banyak bekerja

akan memiliki lebih sedikit waktu untuk mengumpulkan

pengetahuan, mengurangi tingkat keahlian mereka.

d) Paritas

Kondisi seorang ibu yang melahirkan bayi hidup disebut

paritas. Dimana perempuan bisa belajar dari pengalamannya

sendiri. Pengetahuan adalah sarana untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Akibatnya, pengalaman pribadi dapat

dimanfaatkan untuk mempelajari hal-hal baru. Apakah

dikumpulkan secara langsung atau tidak langsung, mengarah

pada kesimpulan yang benar.

e) Intelegensia

Kecerdasan sebagian besar mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk beradaptasi dan membuat keputusan.

f) Sosial Ekonomi dan Budaya


21

Individu lebih mungkin berasal dari rumah dengan status

sosial ekonomi yang lebih tinggi. daripada mereka orang-orang

berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih miskin untuk

memiliki sikap optimis terhadap diri mereka sendiri dan masa

depan mereka. Adat istiadat setiap daerah akan berdampak pada

perilaku seseorang.

5. Tahap 5: Informasi

6. Menurut (Notoatmodjo, 2018), ada enam fase pengetahuan, yaitu

sebagai berikut:

a) Tahu (know)

Pengetahuan yang paling rendah adalah mengetahui.

Kemampuan untuk mengingat kembali pengetahuan yang

diajarkan sebelumnya disebut sebagai "mengetahui". Tingkat

pemahaman ini memerlukan mengingat sesuatu yang berbeda

dari semua hal yang dipelajari atau rangsangan yang diterima

(Wawan & Dewi, 2012).

b) Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menggambarkan objek yang diketahui

dengan tepat dan menafsirkannya dalam berbagai cara

digambarkan sebagai pemahaman. (Wawan & Dewi, 2012)

Orang yang sudah tahu apa yang mereka bicarakan dapat

menjelaskan, memberi contoh, menarik kesimpulan, dan


22

memperkirakan apa yang mereka bicarakan (Wawan & Dewi,

2012).

c) Implementasi (aplikasi)

Aplikasi mengacu pada kapasitas untuk mempraktikkan apa

yang telah Anda pelajari dalam situasi kehidupan nyata.

Penerapan mengacu pada penerapan hukum, aturan, prosedur,

dan konsep dalam berbagai konteks atau kondisi (Wawan &

Dewi, 2012).

d) Evaluasi (analisis)

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan berpikir kritis

memecah bahan/item menjadi bagian-bagian penyusunnya

sambil mempertahankan struktur organisasi dan interkoneksi.

Atau kemampuan untuk mengkarakterisasi dan atau

memisahkan komponen dari suatu masalah atau hal yang

diberikan, kemudian mencari hubungan di antara mereka.

Berkaitan dengan pengetahuan objek, kemampuan analisis ini

dapat dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk

membedakan atau memisahkan, mengelompokkan,

mendeskripsikan (menggambar grafik), dan sebagainya. (Wawan

& Dewi, 2012).

e) Sintesis (synthesis)

f) Sintesis
23

Kemampuan untuk menempatkan atau menghubungkan unsur-

unsur menjadi satu kesatuan yang baru dicirikan sebagai sintesis

(Wawan & Dewi, 2012).

Sintesis menunjukkan kapasitas seseorang untuk

mensintesis atau mengatur dalam urutan logis informasi yang

dikumpulkan dari banyak sumber. (Wawan & Dewi, 2012).

Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk

menciptakan formulasi baru dari formulasi lama (Wawan & Dewi,

2012). Misalnya teori atau rumusan yang sudah ada dapat

disusun, direncanakan, dirangkum, direvisi, dan sebagainya.

g) Evaluasi (evaluation)

Penilaian ini menyangkut kemampuan merasionalisasi atau

mengevaluasi suatu materi atau objek (Wawan & Dewi, 2012).

Penilaian ini didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri

atau yang sudah ada sebelumnya (Wawan & Dewi, 2012).

7. Teknik untuk menilai pengetahuan

Pengetahuan bisa diukur dengan mewawancarai responden dan

menanyakan isi informasi yang ingin diuji. Pengetahuan juga dapat

diukur dengan menggunakan skala kualitatif, seperti:

a. Sangat baik: 76-100 persen

b. Cukup: 56-75 persen

c. Kurang: 55 persen
24

Bentuk penelitian yang dapat digunakan untuk mengukur

pengetahuan kesehatan adalah penelitian kuantitatif, yang

menggunakan wawancara dan kuesioner untuk mendapatkan

jawaban atas pertanyaan seperti seberapa banyak, seberapa sering,

dan berapa lama sesuatu terjadi. Sementara pengetahuan kualitatif

digunakan pengetahuan kuantitatif digunakan untuk mengetahui

bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi (Wawan & Dewi, 2012).

8. Hubungan antara informasi imunisasi BCG dan kapan sebaiknya

diberikan pada bayi.

Imunisasi adalah praktik dengan sengaja memasukkan antigen

yang lemah ke dalam tubuh untuk menyebabkan pembentukan

antibodi, yang memungkinkan tubuh menjadi resisten terhadap

penyakit tertentu. Dengan kata lain, imunisasi adalah cara untuk

meningkatkan kekebalan anak. Salah satu imunisasi yang paling

umum diberikan kepada bayi adalah vaksin BCG. Imunisasi BCG

(Basil Calmette Guerin) melindungi neonatus dan anak-anak dari

infeksi tuberkulosis (TB) mayor serta kusta.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berperan dalam

pemberian vaksin BCG yang tepat waktu kepada bayi. Ibu harus

sadar akan pentingnya imunisasi. Pengetahuan ibu merupakan

landasan bagi pembentukan perilaku. Hal ini dapat dijelaskan

dengan fakta bahwa orang cenderung bertindak sesuai dengan


25

pengetahuannya. Menurut (Notoatmodjo, 2016), pengetahuan

merupakan domain kunci dalam menentukan perilaku seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Septiani &

Mita, 2021) Di Desa Sangso Kecamatan Samalanga Kabupaten

Bireuen terdapat hubungan yang substansial antara kesadaran ibu

dengan cakupan imunisasi dasar pada anak. Di wilayah Puskesmas

Larangan Utara Kota Tangerang, Setyaningsih (2019) menemukan

adanya hubungan antara kesadaran ibu tentang imunisasi dasar

dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Kurangnya pemahaman mendidik ibu tentang imunisasi adalah

ide yang baik. dihindari dengan menawarkan saran imunisasi dasar

yang komprehensif. Konseling harus mencakup semua aspek

imunisasi khususnya waktu pemberian, frekuensi meningkatkan

pemahaman ibu tentang imunisasi dasar dan pemberiannya, serta

peran masing-masing vaksin yang komprehensif. Dengan

pengetahuan ini, para ibu dapat membawa anak-anak mereka untuk

memperoleh semua imunisasi dasar mereka. (Mulyani, Shafira, et

al., 2018).

D. Tinjauan Tentang Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi

Sedikit ruang antara dua item atau tempat disebut sebagai jarak

pendek, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sementara celah

besar adalah celah besar, jarak jauh adalah celah besar. Jarak yang

dirasakan menyebabkan ibu ragu-ragu untuk menghadiri pelayanan,


26

sehingga perlu dikembangkan suatu alat yang dapat mengurangi jarak

tempuh sehingga mengakibatkan peningkatan akomodasi pelayanan

dan peningkatan pengeluaran transportasi.

Biaya pelayanan kesehatan oleh masyarakat merupakan salah

satu kriteria yang terkait dengan pencapaian derajat kesehatan,

termasuk ketepatan waktu imunisasi. Aksesibilitas pelayanan

kesehatan ini antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan transportasi

untuk mengurangi jarak tempuh, yang akan mendorong perempuan

untuk mengunjungi klinik imunisasi. (Fitriani Sahid, 2018)

Aktivitas sehari-hari orang tua, terutama ibu, dan kerumitan

khusus menggendong bayi dalam perjalanan jauh diperkirakan

berdampak pada aksesibilitas lokasi dan waktu perjalanan Anda ke

fasilitas medis terdekat, terutama jika ibu bekerja menghadapi sedikit

masalah. hambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan. Jika waktu

perjalanan seorang anak lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk

sampai ke fasilitas kesehatan, ada kemungkinan anak tersebut tidak

akan diimunisasi oleh orang tuanya. Lamanya waktu berobat ke

fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan kantor

dokter, dan bidan berpengaruh signifikan. Akan lebih sulit untuk

mengakses layanan kesehatan, khususnya perawatan imunisasi, jika

jarak ke fasilitas kesehatan cukup jauh. (Putri & Zuiatna, 2018a).

Dua unsur yang mempengaruhi perilaku dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan adalah ketersediaan dan biaya sumber daya


27

kesehatan, terutama tenaga kesehatan yang tersedia dan mudah

dijangkau. Semakin dekat masyarakat dan fasilitas pelayanan

kesehatan, semakin cepat individu menggunakan pelayanan

kesehatan (Notoatmodjo, 2016).

Faktor pendukung lainnya, menurut (Wijono, 2012), adalah

akses terhadap pelayanan kesehatan, artinya pelayanan kesehatan

tidak dibatasi oleh faktor geografis seperti moda transportasi, jarak,

waktu tempuh, atau hambatan fisik lainnya yang dapat menghalangi

seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan.

Menurut temuan riset yang dilakukan oleh Putri & Zuiatna (2018),

Di Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi keterjangkauan fasilitas

kesehatan berdampak pada pemenuhan dengan nilai P 0 untuk

imunisasi dasar pada neonatus (0,001). (0,05). Zuiatna, D. (2019)

menemukan hubungan antara keterjangkauan dan cakupan imunisasi

vaksin polio inaktif pada bayi usia 11-12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Seikepayang Barat Kabupaten Asahan dengan p value

0,040 0,05. Pelayanan di bidang medis harus terjangkau oleh

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan. Orang-orang juga

ragu-ragu untuk mencari pengobatan ketika sumber kesehatan terlalu

jauh, mengakibatkan tingkat morbiditas yang lebih besar.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk mencegah berbagai

penyakit, dan perlu untuk menjaga kesehatan anak sejak dini untuk

mencegah berkembangnya kelainan yang tidak biasa.

Meskipun kesadaran masyarakat terhadap program imunisasi telah

meningkat, keterlibatan masyarakat dalam mengimunisasi anak masih

rendah. Hal ini disebabkan beberapa kesadaran orang tua, dimana

pemahaman ibu tentang imunisasi mungkin masih lemah, sehingga ibu

tidak merasa perlu atau hanya ikut serta, dan imunisasi anaknya tidak

sesuai jadwal, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

ketepatan imunisasi dan jarak. Keterjangkauan program imunisasi

yang sulit dijangkau menjadi kendala bagi para ibu yang ingin

membawa anaknya. Elemen penting lainnya termasuk pendapatan

keluarga, pandangan orang tua, lingkungan setempat, dan pengaruh

sosial budaya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang

pemahaman dan keterjangkauan program imunisasi keluarga terkait

dengan peran ibu sebagai pengasuh utama bagi bayi dan dukungan

keluarga.
29

B. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variable Dependent

A.
Pengetahuan
Ketepatan Waktu
Pemberian
Imunisasi BCG
Keterjangkauan
Tempat Pelayanan
Imunisasi

Gambar 3.1: Kerangka Konsep

Keterangan:

: Mandiri: Pengetahuan dan Keterjangkaun Tempat

Pelayanan Imunisasi

: Dependent: Ketepatan waktu pemberian Imunisasi

BCG

: Pengaruh Variabel Independent dengan dependent.

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan
30

Menurut (Notoatmodjo, 2018), pengetahuan mengacu pada

semua yang diketahui responden tentang pemberian vaksinasi

BCG pada bayi.

Kriteria objektif:

a. Baik : Jika Responden memperoleh jawaban benar >50 %

dari total pengisian kuesioner maksimal

b. Kurang : Jika Responden memperoleh jawaban benar ≤ 50 %

dari total pengisian kuesioner maksimal

2. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi

Jarak yang ditempuh responden ke pelayanan imunisasi dari

kegiatan sebelumnya, baik dari rumah maupun dari tempat kerja

ibu (menurut pandangan responden), merupakan keterjangkauan

pelayanan imunisasi dalam penelitian ini. (Waktu diukur dalam

menit) (Nainggolan et al., 2016).

Kriteria objektif:

a. Jarak jauh : Apabila responden menempuh jarak dari

aktivitasnya yang terakhir ke tempat pelayanan

imunisasi sebanyak > 8 menit.

b. Jarak dekat : Apabila responden menempuh jarak dari

aktivitasnya yang terakhir ke tempat pelayanan

imunisasi sebanyak ≤ 8 menit.

3. Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG


31

Saat orang tua memberikan imunisasi BCG pada usia 1-2

bulan, dibuktikan dengan catatan di buku KMS dianggap tepat

waktu. (IDAI, 2017).

Kriteria Obyektif:

a. Tepat waktu: apabila bayi diberikan imunisasi BCG pada umur

1-2 bulan.

b. Tidak tepat waktu: apabila bayi diberikan imunisasi BCG pada

umur > 2 bulan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan didasarkan pada masalah, tujuan dari

tinjauan pustaka, dan kerangka konseptual.

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Pada tahun 2021 di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur terdapat hubungan antara kesadaran dengan

ketepatan waktu pemberian vaksin BCG pada bayi.

b. Ada hubungan antara keterjangkauan pelayanan vaksinasi

dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi

tahun 2021 di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur.

2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara kesadaran dan ketepatan waktu

pemberian vaksin BCG pada bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2021.


32

b. Pada tahun 2021 tidak terdapat korelasi antara biaya pelayanan

vaksinasi dengan ketepatan waktu pemberian vaksin BCG pada

neonatus di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

dilakukan pada periode yang sama tetapi dengan partisipan yang

berbeda untuk melihat apakah ada hubungan antara pengetahuan

layanan vaksinasi dan keterjangkauan dengan ketepatan waktu

pemberian vaksin BCG pada bayi baru lahir (Arikunto, 2017).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Cari lokasi yang cocok

Lokasi riset dilaksanakan di UPTD Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur

2. Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli dan Agustus 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi mengacu pada semua peserta penelitian (manusia,

hewan, eksperimen, dan data laboratorium) yang memenuhi

persyaratan yang diperlukan. Antara Oktober 2020 hingga Juni

2021, 113 ibu dengan anak usia 2 hingga 9 bulan diwawancarai di

UPTD Puskesmas Poli-Polia.


34

2. Sampel

Populasi yang akan diteliti diwakili oleh sampel. Ibu dengan

bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia dan memenuhi kriteria eksklusi

dan inklusi digunakan dalam penyelidikan ini

D. Teknik Pengambilan Sampel

Purposive sampling digunakan dalam penyelidikan ini, yaitu

pendekatan contoh yang membatasi jumlah populasi berdasarkan

karakteristik yang ditentukan peneliti untuk mendapatkan sampel pada

penelitian dilakukan.

Dengan menggunakan metode Slovin, tentukan jumlah sampelnya

Rumus (Sujarweni Wiratna, 2014):

N
n=
1+ N ( e ) ²

Keterangan
N = Jumlah Populasi
n = Sampel
E =Nilai Ketetapan Yang di Inginkan (Nilai Eror) (0,1)
Jumlah sampel:
N
n=
1+ N ( e ) ²

113
n=
1+113 ( 0,1 ) ²

113
C= ❑
1+ 113 ( 0,01 )

113
n=
1+1,13

113
n=
2,13
35

n=53= 53

Jadi sampel penelitian ini berjumlah 53 orang.

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu-ibu yang ingin menjawab.

b. Ibu-ibu yang komunikatif.

c. Ibu dengan bayi usia 2 sampai 9 bulan d. Ibu-ibu yang hadir

selama penelitian

2. Kriteria Pengecualian

a. Ibu yang tidak mau tanggap.

b. Ibu-ibu yang tidak komunikatif.

c. Ibu dengan bayi usia 0 sampai 1 bulan.

d. Seorang ibu yang tidak hadir selama penelitian

E. Instrumen Penelitian

Kuesioner digunakan dalam penyelidikan ini berupa serangkaian

pertanyaan/kusioner survei diajukan kepada responden untuk

mengumpulkan informasi tentang objek yang diteliti dari responden,

baik berupa pendapat, tanggapan, maupun diri mereka sendiri

berdasarkan variabel yang diteliti.

F. Analisis Data

Setelah semua data dikumpulkan dan diverifikasi, prosedur

analisis dilakukan dengan salah satu dari dua cara:

1. Analisis univariat

Semacam analisis yang dikenal sebagai analisis univariat

meneliti setiap variabel dalam data penelitian secara terpisah.

Biasanya, satu-satunya hasil dari penelitian ini adalah distribusi


36

frekuensi dan persentase masing-masing variabel. (Notoatmodjo,

2018).

Tujuannya adalah menjelaskan atau membandingkan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti berdasarkan

distribusi kuantitas, jumlah, dan frekuensi masing-masing kelompok

tanpa ingin mengetahui pengaruh atau hubungan dari karakteristik

(responden) yang bersangkutan (Sugiono, 2015).

Data yang diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

rumus frekuensi sebagai berikut :

f
x 100 %
n

Dimana: P : Persentase yang dicari

f : Frekuensi

n : jumlah sampel (Sugiono, 2015).

2. Analisis bivariate

Analisis bivariat adalah teknik untuk memeriksa dua variabel

yang dianggap terkait atau saling terkait (Notoatmodjo, 2018).

Dalam penelitian ini digunakan uji chi square (X2) dengan tingkat

kepercayaan 95% (0,05) dan tabel kontingensi 2x2.

Tabel 4.1. Kontigensi 2 x 2 (dua baris x dua kolom)


Sampel Frekuensi Jumlah
Obyek I Obyek II Sampel
Sampel A A B A+B
Sampel B C D C+D
Jumlah A+C B+D N
Sumber : (Notoatmodjo, 2018)
37

Uji chi square (X2) dilakukan dalam Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara pengetahuan

UPTD Puskesmas Poli-Polia Kolaka Timur, dengan keterjangkauan

tempat pelayanan imunisasi dengan ketepatan waktu pemberian

vaksin BCG pada bayi baru lahir dengan menggunakan rumusnya:

x2 = [ ∑ ( fo−fe ) ²
fe ]

Keterangan :

C2 = Perhitungan hasil yang dikonfirmasikan dengan tabel Chi Square.

Observasi = Observasi (nilai yang diperoleh)

E singkatan dari yang diharapkan (nilai yang diharapkan)

Total baris x total kolom

S = Total baris x total kolom

S = Total baris x total

Berikut kriteria penilaiannya:

a. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel maka hipotesis diterima yang

menunjukkan bahwa variabel bebas dan variabel terikat

berhubungan.

b. Jika X2 hitung X2 tabel, maka hipotesis ditolak, yang menunjukkan

bahwa variabel bebas dan variabel terikat tidak ada hubungan.


38

G. Etika Penelitian

1. Formulir persetujuan untuk berpartisipasi sebagai tanggapan

Subyek diberikan formulir persetujuan untuk ditandatangani

untuk menjadi responden, yang berisi informasi tentang tujuan

penelitian. Sebelum mengisi formulir persetujuan sebagai bukti

kesediaannya untuk berpartisipasi sebagai responden atau subjek

penelitian, responden diberi kesempatan untuk membaca isi formulir

persetujuan tersebut.

2. Kerahasiaan (tanpa nama)

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur; sebagai

gantinya, masukkan kode atau inisial pada halaman pengumpulan

data atau hasil studi yang akan diberikan.

3. Anonimity (tanpa nama)

Pada lembar alat ukur tidak mencantumkan atau mencantumkan

nama responden; sebagai gantinya, tulis kode atau inisial pada

halaman pengumpulan data atau hasil studi yang akan disajikan.

4. Keadilan dan inklusi (menghormati keadilan dan inklusivitas)

Konsep keterbukaan dan keadilan saling terkait. Untuk menopang

konsep keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, cermat, dan

professional manusiawi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor

seperti kebenaran, kelengkapan, keintiman, psikologi, dan perasaan

religius subjek penelitian.

5. Ketelitian
39

Berhati-hatilah dan hindari membuat kesalahan sebagai akibat

dari ketidakpastian. Lacak tugas yang Anda dan kolega Anda

selesaikan secara teratur, seperti kapan dan di mana data

dikumpulkan.

6. Integritas

Selalu hormati janji dan kesepakatan Anda, selesaikan penelitian

Anda secara tertulis, dan berusahalah untuk menjaga pandangan

dan tindakan Anda tetap konsisten.

7. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden).

Peneliti harus menghormati kerahasiaan data ketika melakukan

penelitian termasuk informasi pribadi, informasi kesehatan, riwayat

kriminal, atau informasi lain yang dianggap sensitif oleh responden

8. Publikasi yang terpercaya.

Publikasi yang dapat Anda percaya. Hindari mempublikasikan

ulang penelitian yang sama di banyak publikasi (jurnal, seminar)


40
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertempat di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur yang merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten

Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara, Kecamatan Poli-Polia,

Kabupaten Kolaka Timur, Kecamatan Poli-Polia, Kabupaten Kolaka

Timur, Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 2021

di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur ini bertujuan

untuk melihat apakah ada hubungan antara kesadaran imunisasi

dengan keterjangkauan dan pemberian vaksin BCG yang tepat waktu

pada neonatus.. Sebanyak 53 orang dipilih secara acak sebagai

sampel. Pengambilan sampel dengan tujua. Berikut adalah daftar hasil

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS:

1. Analisis Univariat

Analisis dengan hanya satu variabel menyajikan secara

deskriptif Variabel dependen dan independen, serta distribusi

frekuensi variabel yang diselidiki, seperti Ketepatan Waktu

Pemberian Imunisasi BCG dan Pengetahuan Keterjangkauan

Pelayanan Imunisasi. Masing-masing variabel dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:


42

a. Pengetahuan

Tabel 5.1
Pada tahun 2021 di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten
Kolaka Timur dibandingkan distribusi frekuensi pengetahuan dan
ketepatan waktu pemberian vaksinasi BCG pada bayi
Pengetahuan Frekuensi Presentase

Baik 19 35,8
Kurang 34 64,2
Total 53 100,0
Pada tahun 2021, data primer (olahan) digunakan sebagai
sumber.

Berdasarkan pada tabel 5.1 dijelaskan bahwa dari 53

responden mayoritas mempunyai pengetahuan kurang sebanyak

34 (64,2%) dibandingkan pengetahuan baik sebanyak 19 (35,8%)

di UPTD Puskesmas Politik Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021.

b. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi

Tabel 5.2
UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun
2021 : Distribusi Frekuensi Keterjangkauan Tempat Pelayanan
Imunisasi Dengan Tepat Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada
Bayi
Keterjangkauan Tempat
Frekuensi Presentase
Pelayanan Imunisasi
Jarak Jauh 38 71,7
Jarak Dekat 15 28,3
Total 53 100,0
Sumber: Data Primer (diolah) tahun 2021

Berdasarkan pada tabel 5.2 dijelaskan bahwa dari 53

responden mayoritas Keterjangkauan Tempat Pelayanan

Imunisasi dalam jarak jauh sebanyak 38 (71,7%) dibandingkan


43

jarak dekat sebanyak 15 (28,3%) di UPTD Politik Kabupaten

Kolaka Timur Tahun 2021.

c. Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten
Kolaka Timur Tahun 2021
Ketepatan Waktu
Frekuensi Presentase
Pemberian Imunisasi BCG
Tepat Waktu 19 35,8
Tidak Tepat Waktu 34 64,2
Total 53 100,0
Sumber: Data Primer (diolah) tahun 2021

Berdasarkan pada tabel 5.3 dijelaskan bahwa dari 53

responden mayoritas Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG

dalam kategori tidak tepat waktu sebanyak 34 (64,2%)

dibandingkan yang Tepat Waktu sebanyak 19 (35,2%) di UPTD

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021.

2. Analisis Bivariat

Tabulasi silang digunakan untuk melihat adakah hubungan

antara kesadaran dan keterjangkauan imunisasi dengan ketepatan

waktu pemberian vaksin BCG pada bayi di UPTD Puskesmas Poli-

Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2021. Uji statistik Chi-Square

(X2) dilakukan dalam penyelidikan ini, dan hasilnya dianggap

signifikan jika Nilai P kurang dari 0,05, seperti terlihat pada tabel di

bawah ini:
44

a. Hubungan antara informasi imunisasi BCG dan kapan sebaiknya

diberikan pada bayi.

Tabel 5.4
Pengetahuan dan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG
Pada Bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka
Timur Tahun 2021.
Pengetahuan Ketepatan Waktu ɑ =0,05
Pemberian Imunisasi
BCG Pada Bayi
Tidak
Jumlah
Tepat Waktu Tepat
Waktu
f % f % f %
Baik 12 22,6 7 13,2 19 35,8 p=0,003
Kurang 7 13,2 27 50,9 34 64,2
Total 19 35,8 34 64,2 53 100,0
Sumber: Data Primer (diolah) tahun 2021

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 53 responden terdapat

19 (35,8%) yang tepat waktu pemberian imunisasi BCG. Dimana,

12 (22,6%) yang berpengetahuan baik dan 7 (13,2%) yang

berpengetahuan kurang. Sedangkan terdapat sebanyak 34

(64,2%) responden yang tidak tepat waktu pemberian imunisasi

BCG. dimana, 7 (13,2%) 27 (50,9 persen) memiliki pengetahuan

yang kuat dan 27 (50,9 persen) memiliki pengetahuan yang

buruk.

Sedangkan uji statistik dengan metode Nilai chi-kuadrat

yang diperoleh adalah p = 0,003 = 0,05 yang menunjukkan bahwa

Ha diterima dan H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan vaksinasi BCG dengan waktu pada


45

bayi baru lahir di UPTD Poli-Puskesmas Polia Kabupaten Kolaka

Timur pada tahun 2021.

b. Keterjangkauan Pelayanan Imunisasi dan Ketepatan Waktu

Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi

Tabel 5.5
Hubungan Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi Dengan
Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di UPTD
Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021
Keterjangkauan Ketepatan Waktu Jumlah ɑ =0,05
Tempat Pemberian Imunisasi
Pelayanan BCG Pada Bayi
Imunisasi Tidak
Tepat Tepat
Waktu Waktu

f % f % f %
Jarak Jauh 9 17,0 29 54,7 38 71,7
p=0,005
Jarak Dekat 10 18,9 5 9,4 15 28,3
Total 19 35,8 34 64,2 53 100,0
Sumber: Data Primer (diolah) tahun 2021

Tabel 5.5 mengungkapkan bahwa 53 orang menanggapi survei.

terdapat 19 (35,8%) yang tepat waktu pemberian imunisasi BCG.

Dimana, 12 (22,6%) yang berpengetahuan baik dan 7 (13,2%) yang

berpengetahuan kurang. Sedangkan terdapat sebanyak 34 (64,2%)

responden yang tidak tepat waktu pemberian imunisasi BCG.

dimana, 7 (13,2%) berpengetahuan luas dan 27 (50,9%) yang

berpengetahun rendah

Sedangkan Uji statistik chi-square menghasilkan nilai p

0,005 = 0,05 yang menunjukkan bahwa Ha diterima H0 ditolak,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara


46

keterjangkauan pelayanan imunisasi dengan ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG pada bayi di UPTD Puskesmas Poli-

Polia pada tahun 2021.

B. Pembahasan

1. Hubungan antara informasi imunisasi BCG dan kapan sebaiknya

diberikan pada bayi.

Menurut Notoatmodjo (2012), Hasil dari mengetahui adalah

pengetahuan, yang muncul setelah orang merasakan suatu objek

tertentu. Domain kognitif atau pengetahuan sangat penting dalam

membentuk perilaku seseorang (over behavior). Bidan sebagai

anggota tim kesehatan dituntut untuk berkontribusi dalam upaya

membantu anak bertahan hidup, berkembang, dan meningkatkan

kualitas hidupnya. Hal ini sesuai dengan skill yang harus dimiliki.

seorang bidan dalam hal kesehatan bayi baru lahir dan balita.

Menurut temuan penelitian yang diberikan pada tabel 5.4, dari 53

responden, terdapat 19 (35,8%) yang tepat waktu pemberian

imunisasi BCG. Dimana, 12 (22,6%) yang berpengetahuan baik dan

7 (13,2%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan terdapat

sebanyak 34 (64,2%) responden yang tidak tepat waktu pemberian

imunisasi BCG. Terdapat 7 (13,2%) yang berpengetahuan baik dan

27 (50,9%) yang berpengetahun kurang.

Sebelum memberikan vaksin BCG, bidan harus menjelaskan

bahwa imunisasi BCG efektif dalam mencegah anak dari


47

tuberkulosis dan bahwa keuntungan imunisasi BCG lebih besar

daripada risiko efek sampingnya. Orang tua atau wali harus

diberitahu bahwa borok kecil (papula) dapat muncul 2-6 minggu

setelah vaksinasi BCG, tumbuh lebih besar, ulserasi sekitar 2-4

bulan, kemudian terbentuk jaringan parut dan luka sembuh perlahan.

Orang tua dapat mengoleskan larutan antiseptik jika sariawan keluar.

untuk mengompresnya. Jika tingkat cairan meningkat, keropeng

tumbuh lebih besar, atau kelenjar regional (aksila) membengkak,

Orang tua harus membawa anak-anak mereka ke dokter sesegera

mungkin untuk terapi. (Ni’mah et al., 2013).

Orang tua harus memahami bahwa vaksinasi BCG adalah untuk

kepentingan bayi, seperti yang dijelaskan oleh bidan. Imunisasi BCG

adalah upaya untuk secara aktif meningkatkan/meningkatkan

kekebalan bayi terhadap penyakit tuberkulosis (TB) dengan

menyuntikkan vaksin BCG ke dalam tubuh, menyebabkan tubuh

memproduksi antibodi anti-TB, memastikan jika mereka terkena

penyakit di kemudian hari mereka tidak akan menjadi sakit atau

memiliki reaksi ringan (Jafri & Sesrinayenti, 2018).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square pada tahun

2021 didapatkan nilai p = 0,003 = 0,05 yang menunjukkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Ketepatan


48

Waktu Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi di UPTD Puskesmas

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.

Yulinda et al., (2021) menemukan adanya hubungan antara

pengetahuan orang tua dengan vaksinasi BCG pada bayi usia 0-3

bulan di wilayah kerja Puskesmas Bireum Bayeun Kecamatan

Bireum Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

Selain itu, Situmorang & Munthe (2019) menemukan temuan

serupa, mencatat ditemukan pada bayi usia 0-2 bulan, terdapat

hubungan yang substansial antara sikap suami dengan pemahaman

tentang imunisasi, dengan kekuatan hubungan yang kuat.

Kurangnya pemahaman dan sikap suami berdampak besar terhadap

penolakan vaksinasi BCG.

Ketika orang tua memahami bahwa pemberian imunisasi BCG

kepada bayinya adalah upaya untuk melindungi mereka dari bahaya

penyakit TBC, dan bahwa manfaat pemberian imunisasi BCG lebih

besar daripada risiko efek sampingnya, orang tua akan melakukan

segala upaya (tindakan) untuk memastikan bahwa mereka anak

mendapatkan imunisasi BCG sebagai simbol cinta dan perhatian

orang tua terhadap anak-anaknya (Yulinda et al., 2021).

2. Hubungan antara biaya pelayanan imunisasi dengan ketepatan

waktu pemberian vaksin BCG pada bayi.

Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam mencari

fasilitas pelayanan kesehatan adalah biaya pelayanan imunisasi.


49

Sebab, selain membutuhkan waktu untuk sampai ke fasilitas

kesehatan, juga memerlukan transportasi dan biaya. Akibatnya, jika

layanan kesehatan terletak jauh dari akses ke layanan kesehatan

dan penduduknya miskin, ini akan menjadi masalah yang perlu

dipertimbangkan. (Ahmad, 2020).

Menurut temuan penelitian yang diberikan pada tabel 5.4, dari 53

responden, terdapat 19 (35,8%) yang tepat waktu pemberian

imunisasi BCG. Dimana, 12 (22,6%) yang berpengetahuan baik dan

7 (13,2%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan terdapat

sebanyak 34 (64,2%) responden yang tidak tepat waktu pemberian

imunisasi BCG. dimana, 7 (13,2%) yang berpengetahuan baik dan

27 (50,9%) yang berpengetahun kurang.

Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan menurut Rahmi & Husna

(2018) dapat mempengaruhi keputusan seorang ibu atau keluarga

untuk membawa anaknya untuk diimunisasi, namun jika jaraknya

jauh tetapi akses jalan tidak berat, jarak yang jauh akan

kemungkinan besar tidak menjadi penghalang. Namun, jika keluarga

tinggal cukup dekat, mereka orang tua memiliki pilihan untuk tidak

mengimunisasi anak-anak mereka karena berbagai alasan seperti

takut anak mereka terkena demam tinggi, vaksin palsu, atau klaim

bahwa vaksinasi mengandung enzim babi, yang dianggap haram

oleh umat Islam. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena dapat


50

menyebabkan wanita yang tinggal di dekat fasilitas pelayanan

kesehatan gagal untuk mengimunisasi bayi mereka.

Nilai p = 0,005 = 0,05 menunjukkan Ha diterima dan H0 ditolak,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

keterjangkauan pelayanan imunisasi dengan ketepatan waktu

pemberian vaksin BCG pada bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia

Timur Kabupaten Kolaka pada tahun 2021.

Temuan penelitian ini menguatkan temuan Putri & Zuiatna

(2018b) yang menemukan bahwa keterjangkauan fasilitas kesehatan

berdampak pada pemenuhan imunisasi dasar pada bayi baru lahir di

Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi Tahun 2017.

Masyarakat enggan mengunjungi lokasi pelayanan kesehatan

yang jauh, menurut Agusthia dkk. (2020), karena Selain biaya

layanan, ada biaya lain, seperti biaya transportasi. Orang-orang yang

berpikir sederhana dan ekonomis cenderung tidak menolak untuk

mengunjungi pusat layanan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan

masyarakat untuk membayar fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk menyediakan layanan vaksinasi yang seragam di seluruh

Indonesia, akses ke institusi kesehatan di berbagai lokasi dan

kondisi geografis menjadi hambatan utama. Jika masyarakat tidak

memiliki akses yang mudah dan terjangkau untuk mendapatkan

layanan vaksinasi bagi anaknya, maka akan sulit bagi mereka,

terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Kemampuan


51

masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan antara

lain mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan cakupan imunisasi

lengkap. Orang yang tinggal di kota dengan layanan kesehatan yang

baik lengkap, seperti rumah sakit dan klinik, dapat dengan mudah

diimunisasi, tetapi tidak semua bayi di daerah pedesaan dengan

fasilitas yang tidak memadai dapat diimunisasi. Selain itu, biaya

vaksinasi sering menjadi faktor mengapa balita tidak disuntik. (Putri

& Zuiatna, 2018b).

Semakin banyak jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan, serta

semakin pendek jarak antara masyarakat dengan lokasi Semakin

tinggi konsumsi pelayanan kesehatan maka semakin baik (Huda,

2007). Menunjukkan bahwa mendekatkan fasilitas layanan

kesehatan kepada orang-orang dalam kategori sosial ekonomi yang

buruk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap layanan ini.

Menurut temuan penelitiannya, orang yang mencari fasilitas

pengobatan dipengaruhi oleh kedekatan mereka (jauh). Penentu

pertama permintaan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan

adalah kedekatan dengan lokasi pelayanan kesehatan dan tempat

tinggal mereka tinggal. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan

masih terbatas, padahal 94,1% rumah tangga berjarak 90,8 persen

rumah tangga berjarak kurang dari atau sama dengan 5 kilometer

dari pelayanan kesehatan, dan 90,8 persen dapat mencapai fasilitas


52

pelayanan kesehatan dalam waktu kurang dari 30 menit (Depkes,

2008)

Semakin dekat fasilitas kesehatan dengan tempat tinggal

masyarakat, Semakin banyak perawatan vaksinasi dasar yang

tercakup, semakin mudah untuk mengakses fasilitas perawatan

kesehatan. Dalam hal masyarakat memiliki akses yang mudah ke

layanan kesehatan ini, mereka akan menggunakannya. Pelayanan

kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang harus tersedia

bagi setiap orang secara merata dan adil. Setiap Orang harus

memiliki akses ke layanan perawatan kesehatan yang terjangkau

dan efektif. baik, terlepas dari mampu atau tidaknya masyarakat

tersebut. Fasilitas kesehatan ini akan banyak digunakan oleh

masyarakat jika mudah dijangkau dengan transportasi yang tersedia.

(Putri & Zuiatna, 2018b).


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Uji statistik dengan nilai chi-square diperoleh p = 0,003 = 0,05 yang

berarti Ha diterima dan H0 ditolak, menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara Pengetahuan dengan Ketepatan Waktu

Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi di UPTD Puskesmas Poli-

Polia Timur Kabupaten Kolaka pada tahun 2021.

2. Uji statistik dengan nilai chi square diperoleh p = 0,005 = 0,05 yang

berarti Ha diterima dan H0 ditolak, menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara keterjangkauan pelayanan imunisasi dengan

ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi di UPTD Poli-

Puskesmas Polia Kabupaten Kolaka Timur pada tahun 2021.

B. Saran

1. Untuk professional perawatan kesehatan

Kiranya pada perawatan kesehatan khususnya Bidan untuk

dapat melakukan jadwal pemberian imunisasi dan konseling secara

langsung dan meningkatkan promosi kesehatan mengenai imunisasi

BCG kepada setiap orang tua sehingga pengetahuannya meningkat

(lebih baik).

2. Bagi orang tua (responden)

Anak-anak mereka diharapkan diimunisasi tepat waktu, mengingat

pentingnya imunisasi dalam memberikan masa depan yang sehat

bagi anak-anak mereka.

3. Bagi Peneliti Tambahan


54

Diperlukan lebih banyak penelitian, misalnya dengan menggunakan

metodologi dan desain penelitian tambahan untuk mengungkap dan

menyelidiki aspek lain yang tidak diselidiki dalam penelitian ini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, misalnya dengan

menggunakan metode dan desain penelitian lain untuk mengetahui

dan meniliti faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
55
DAFTAR PUSTAKA

Agusthia, P. I. M., Mkep, S, K., & Noer, P. I. R. M. (2020). Hubungan


Peran Orang Tua Dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan
Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja Puskesmas Daik Kabupaten Lingga Tahun 2020.
http://ojs.stikesawalbrosbatam.ac.id/index.php/SABB/article/view/1
24
Ahmad, W. S. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Program
Imunisasi Dasar di Desa Jatisari Kecamatan Wringin Kabupaten
Bondowoso [Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Jember]. http://repository.unmuhjember.ac.id/id/eprint/5765
Arikunto. (2017). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
PT.Rineka Cipta.
Budiman, & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan
dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika.
Depkes, R. I. (2008). Panduan Perawatan Prenatal. Kementerian
Kesehatan RI.
Dwiastuti, P., & Nanang Prayitno. (2013). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah
Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5(1).
C. Erlita dan E. Putri (2018). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Ibu Bayi Usia 0 sd 9
Bulan. 265–345 dalam Jurnal Kebidanan, vol. 8, tidak.
Fitriani Sahid, P. (2018). Hubungan pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi Bcg
Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Maligano Kabupaten
Munatahun 2018 [Doctoral dissertation]. Poltekkes Kemenkes
Kendari.
Harrison, M. S., Eckert, L. O. ,. Cutland, C. ,. Gravett, M. ,. Harper, D. M. ,.
McClure, E. M., & to Preterm, T. B. C. P. (2016). Pathways to
preterm birth: Case definition and guidelines for data collection,
analysis, and presentation of immunization safety data. Vaccine,
34(49), 60–93. https://doi.org/10.1016/j.vaccine
Huda, L. N. (2007). Hubungan Status Reproduksi, Status Kesehatan,
Akses Pelayanan Kesehatan dengan Komplikasi Obstetri di Banda
Sakti, Lhokseumawe Tahun 2005. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 1(6), 275–
281.
IDAI. (2017). Indonesian Immunization Recommendations (6th Edition).
The Indonesian Pediatrician Association is a group of doctors that
specialize in pediatrics (IDAI).
IDAI adalah singkatan dari “Intelligent (2020). Regimen imunisasi untuk
anak usia 0 hingga 18 tahun. Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah
kumpulan dokter spesialis anak. http://www.idai.or.id
/artikel/klinik/imunisasi/klik-imunisasi
Y. Jafri dan S. Sesrinayenti (2018). Kejadian Tuberkulosis Paru pada
Balita dan Status Imunisasi BCG 1(2), 54–54, dalam Prosiding
Seminar Kesehatan Perintis.
Kementerian Kesehatan Indonesia (2017). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Kementerian Kesehatan Rhode Island.
Kementerian Kesehatan Indonesia (2019). Situasi kesehatan di Indonesia
tahun 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mulyani, N. S., & Mega, R. (2018). Imunisasi Untuk Anak. Nuha Medika.
Mulyani, S., Shafira, N. N. A., & Haris, A. (2018). Pengetahuan Ibu
Tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi. Jambi Medical
Journal" Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan", 6(1), 45–55.
Murhekar, M. V., Kamaraj, P,. Kanagasabai, K,. Elavarasu, G.,. Rajasekar,
T. D.,. Boopathi, K., & Mehendale, S. (2017). Coverage of
childhood vaccination among children aged 12-23 months, Tamil
Nadu, 2015. The Indian Journal of Medical Research, 145(3), 377.
Nainggolan, O., Hapsari, D., & Indrawati, L. (2016). Pengaruh akses ke
fasilitas kesehatan terhadap kelengkapan imunisasi baduta
(analisis riskesdas 2013). Media Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan, 26(1), 15–28.
Ni’mah, N. U., Djarot, H. S., & Wahyuni, D. (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Efek Samping Imunisasi Bcg Dengan
Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Di Puskesmas
Ngesrep Semarang. Jurnal Kebidanan, 2(1).
S. Notoatmodjo, S. Notoatmodjo, S. Notoatmodjo (2012). Rineka Cipta,
Rineka Cipta, Rineka Cipta, Rineka Cipta, Rineka
S. Notoatmodjo, S. Notoatmodjo, S. Notoatmodjo (2016). Rineka Cipta,
Rineka Cipta, Rineka Cipta, Rineka Cipta, Rin
S. Notoatmodjo, S. Notoatmodjo, S. Notoatmodjo (2018). Rineka Cipta,
Rineka Cipta, Rineka Cipta, Rineka Cipta, Rin
Nurhikmah, N., & Mauliyana, A. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian Imunisasi Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
Usia 9-11 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Mokoau Kota
Kendari. Miracle Journal Of Public Health, 1(2), 227–240.
Permenkes RI 12. (2017). Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi. http://www.indonesian-
publichealth.com/download-permenkes-nomor-12-tahun-2017-
tentang-penyelenggaraan-imunisasi/
Putri, D. K., & Zuiatna, D. (2018a). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilaya
Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi. Jurnal Bidan
Komunitas, 1(2), 104–114.
Putri, D. K., & Zuiatna, D. (2018b). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilaya
Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi. Jurnal Bidan
Komunitas, 1(2), 104–114.
Rahmi, N., & Husna, A. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Peukan
Bada Kabupaten Aceh Besar. Journal of Healthcare Technology
and Medicine, 4(2), 209–222.
Ranuh, I. G. N. G., & dkk. (2014). Pedoman Imunisasi di Indonesia (Edisi
kelima). Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Riskesdas. (2018). Proporsi Imunisasi Dasar Pada Anak Umur 12-23
Bulan Menurut Provinsi. Badan penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan.
Septiani, M., & Mita, Z. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan
Dukungan Keluarga Dengan Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar
Pada Batita Di Desa Sangso Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen. Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 6(2),
911–922.
Setyaningsih, P. H. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Di
Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang.
Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 3(2), 44–55.
Situmorang, L. K. W., & Munthe, J. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Pemberian Imunisasi
BCG Pada Bayi Di Desa Lumban Suhi Kecamatan Pagururan
Kabupaten Samosir. In Proceeding Of Sari Mulia University
Midwifery National Seminars, 1(1), 148–154.
Sugiono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Alfabeta.
Sujarweni Wiratna, V. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan
Mudah Dipahami. Pustaka Baru Press.
Sunarti. (2012). Pro Kontra Imunisasi. Hanggar Kreator.
A. Wawan dan M. Dewi (2012). Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia
Teori dan Pengukuran Nuha Medika merupakan salah satu tokoh
dalam film Nuha Medika.
D. Wijono, D. Wijono, D. Wijono, D (2012). Jilid 2 Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi, dan Aplikasi (Cetakan
Kedua). Airlangga University Press adalah penerbit yang berbasis
di Airlangga, Australia.Yulinda, Y., Maryaton, M., & Dewi, N. H. P.
(2021). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan
Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Usia 0-3 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Bireum Bayeun Kabupaten Aceh Timur. Jurnal
Bidan Komunitas, 4(1), 31–38.
LAMPIRAN I

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Bersedia dan tidak keberatan menjadi responden dalam penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Indonesia Timur atas:

Nama : Isva Nasari Ishak

Nim : 19 1302 061

Judul : “Hubungan Pengetahuan dan Ketrjangkauan Tempat

Pelayanan Imunisasi dengan Ketepatan Waktu Pemberian

Imunisasi BCG Pada Bayi di UPTD Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur”

Saya berharap dalam penelitian tidak mempunyai dampak negatif

serta merugikan bagi saya dan keluarga pasien, sehingga pertanyaan

yang akan saya jawab benar-benar akan dirahasiakan.

Pemberian pertanyaan saya buat dengan sukarela tanpa paksaan

dari manapun untuk digunakan sebagaimana mestinya.


Kolaka Timur, September 2021

Responden

LAMPIRAN II

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KETERJANGKAUANTEMPAT


PELAYANAN IMUNISASI DENGAN KETEPATAN WAKTU
PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI
DI UPTD PUSKESMAS POLI-POLIA
KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2021

Karakteristik Responden
1. Nama (Inisial) : …………………………………………………
2. Umur : …………………………………………………
3. Agama :………………………………………………….
4. Suku :……………………………………………………
5. Pendidikan terakhir : ……………………………………………………
6. Pekerjaan saat ini : ……………………………………………………
7. Memiliki bayi berusia : …………………………………………………….

A. Ketepatan Imunisasi BCG


Pada usia berapa bayi ibu diberikan imunisasi BCG ?..........Bulan
B. Pengetahuan
Petunjuk: berilah tanda check list (ѵ) pada kolom jawaban yang
tersedia.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan tubuh balita
2 Imunisasi untuk mencegah penyakit bukan
menyembuhkan penyakit
3 Manfaat imunisasi itu lebih besar dari pada
kerugiannya (efek samping)
4 Imunisasi bertujuan untuk mencegah
penyakit Tertentu.
5 Salah satu jenis imunisasi dasar yang
diberikan pada waktu anak lahir adalah
BCG
6 Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit
TBC
7 Efek samping yang ditimbulkan anak anda,
saat dan setelah diimunisasi mengalami
kemerahan dan nyeri di area penyuntikan
8 Imunisasi BCG dapat diberikan kepada bayi
sebanyak 3 kali
9 Imunisasi BCG menyebabkan reaksi yang
bersifat umum seperti deman
10 Imunisasi BCG hanya dapat diperoleh di
klinik dokter

C. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi


Petunjuk: Berilah tanda check list (ѵ) pada kolom jawaban yang
tersedia.
1. Bagaimana cara ibu sampai ke tempat pelayanan imunisasi?

ÿ Jalan Kaki

ÿ Naik kendaraan pribadi

ÿ Naik angkutan umum

ÿ Lainnya, Sebutkan …………………………...

2. Berapa waktu jarak tempuh yang dibutuhkan ibu dari rumah Ibu ke
tempat pelayanan imunisasi?
ÿ 8 menit
ÿ ≤ 8 menit
MASTER TABEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KETERJANGKAUAN TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI


DI UPTD PUSKESMAS POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR\
TAHUN 2021

KETEPATAN WAKTU
PENGETAHUAN KETERJANGKAUAN PEMBERIAN
IMUNISASI BCG
NO NAMA
Usia Bayi Di Berikan
Kategori Kode Kategori Kode Kategori Kode
Imunisasi BCG
1 Ny. R Baik 1 Dekat 2 1 Bulan Tepat Waktu 1
2 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
3 Ny. A Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
4 Ny. R Baik 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
5 Ny. L Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
6 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
7 Ny. P Baik 1 Dekat 2 1 Bulan Tepat Waktu 1
8 Ny. M Kurang 2 Dekat 2 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
9 Ny. K Kurang 2 Jauh 1 2 Bulan Tepat Waktu 1
10 Ny. T Kurang 2 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
11 Ny. M Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
12 Ny. K Baik 1 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
13 Ny. N Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
14 Ny.M Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
15 Ny. L Baik 1 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
16 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
17 Ny. H Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
18 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
19 Ny.G Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
20 Ny. I Baik 1 Jauh 1 1 Bulan Tepat Waktu 1
21 Ny. N Kurang 2 Dekat 2 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
22 Ny. M Baik 1 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
23 Ny. D Kurang 2 Jauh 1 1 Bulan Tepat Waktu 1
24 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
25 Ny. R Kurang 2 Dekat 2 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
26 Ny. M Baik 1 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
27 Ny. R Kurang 2 Jauh 1 2 Bulan Tepat Waktu 1
28 NY.M Baik 1 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
29 Ny. S Baik 1 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
30 Ny. N Kurang 2 Jauh 1 2 Bulan Tepat Waktu 1
31 Ny. E Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
32 Ny. D Baik 1 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
33 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
34 Ny. W Baik 1 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
35 Ny. J Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
36 Ny. Y Kurang 2 Jauh 1 5 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
37 Ny. E Baik 1 Jauh 1 1 Bulan Tepat Waktu 1
38 Ny. P Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
39 Ny. L Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
40 Ny. N Baik 1 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
41 Ny. D Kurang 2 Dekat 2 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
42 Ny. S Baik 1 Jauh 1 1 Bulan Tepat Waktu 1
43 Ny. B Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
44 Ny. A Baik 1 Dekat 2 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
45 Ny. S Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
46 Ny. H Baik 1 Jauh 1 1 Bulan Tepat Waktu 1
47 Ny. R Kurang 2 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
48 Ny. N Baik 1 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
49 Ny. P Kurang 2 Jauh 1 4 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
50 Ny. U Kurang 2 Dekat 2 1 Bulan Tepat Waktu 1
51 Ny.A Baik 1 Jauh 1 3 Bulan Tdk.Tepat Waktu 2
52 Ny. I Kurang 2 Jauh 1 2 Bulan Tepat Waktu 1
53 Ny. W Baik 1 Dekat 2 2 Bulan Tepat Waktu 1
HASIL ANALISIS DATA

1. ANALISIS UNIVARIATE

Frequencies

Statistics

Ketepatan Waktu
Pengetahuan Keterjangkauan Pemberian

N Valid 53 53 53

Missing 0 0 0

Frequency Table

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 19 35.8 35.8 35.8

Kurang 34 64.2 64.2 100.0

Total 53 100.0 100.0


Keterjangkauan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Jarak Jauh 38 71.7 71.7 71.7

Jarak 15 28.3 28.3 100.0


Dekat

Total 53 100.0 100.0

Ketepatan Waktu Pemberian

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Tepat waktu 19 35.8 35.8 35.8

Tidak tepat 34 64.2 64.2 100.0


waktu

Total 53 100.0 100.0


2. ANALISIS BIVARIATE

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * 53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%


Ketepatan Waktu
Pemberian

Keterjangkauan * 53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%


Ketepatan Waktu
Pemberian

Pengetahuan * Ketepatan Waktu Pemberian

Crosstab

Ketepatan Waktu
Pemberian

Tepat Tidak tepat


waktu waktu Total

Pengetahuan Baik Count 12 7 19

% of Total 22.6% 13.2% 35.8%

Kurang Count 7 27 34

% of Total 13.2% 50.9% 64.2%

Total Count 19 34 53

% of Total 35.8% 64.2% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.605a 1 .002

Continuity Correctionb 7.843 1 .005

Likelihood Ratio 9.587 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear 9.423 1 .002


Association

N of Valid Cases 53

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,81.

b. Computed only for a 2x2 table


Keterjangkauan * Ketepatan Waktu Pemberian

Crosstab

Ketepatan Waktu
Pemberian

Tidak tepat
Tepat waktu waktu Total

Keterjangkauan Jarak Jauh Count 9 29 38

% of Total 17.0% 54.7% 71.7%

Jarak Count 10 5 15
Dekat
% of Total 18.9% 9.4% 28.3%

Total Count 19 34 53

% of Total 35.8% 64.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.640a 1 .003
Continuity Correctionb 6.872 1 .009
Likelihood Ratio 8.471 1 .004
Fisher's Exact Test .005 .005
Linear-by-Linear 8.477 1 .004
Association
N of Valid Cases 53

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,38.

b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai