Metrologi Industri 1
Metrologi Industri 1
NIM : 181010350009
Seri : A (UTAMA)
Metrologi Industri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi dan karakteristik geometrik suatu
produk, menggunakan alat ukur sehingga didapatkan hasil yang mendekati hasil yang sebenarnya.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui dengan suatu besaran yang
standar.
Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri sendiri, dan
dapat dijadikan acuan.
Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa variabel dalam bentuk
persamaan.
Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:
Dimensi
Posisi
Bentuk
Kualitas permukaan
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:
1. Pengukuran Linear
2. Pengukuran Sudut
4. Pengukuran Profil
5. Pengukuran Ulir
7. Pengukuran Posisi
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat
langsung diperoleh.
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran dasar produk
yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan hasil
pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di dalam atau
diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alat ini tidak bisa
mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam pengukuran maka alat ini
dinamakan juga dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran
permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan dilengkapi
alat pencatat atau penganalisis data.
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk menentukan
posisi
1. Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
Terdiri dari
Sensor mekanik
Sensor optik
Sensor pneumatik
2. Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi besaran ynag
terukur.
Terdiri dari:
Pengubah mekanik
Pengubah optomekanik
Pengubah elektrik
Pengubah pneumatik
Pengubah optik
3. Penunjuk
Terdiri dari:
Penunjuk beskala
ü Skala linear
ü Skala melingkar
Penunjuk digital
ü Digital mekanik
1. Rantai kalibrasi
Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional.
2. Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga pengukuran.
3. Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang jelas dan
berarti.
4. Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinu dari dua
arah yang berlawanan.
5. Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak memberikan /
merasakan sinyal atau perbedaan.
6. Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan perubahan pada
harga ukur.
7. Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.
8. Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang konstan.
Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.
Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang mendekati harga
yang sebenarnya.
Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang sama dari
beberapa pengukuran yang dilakukan
Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur.
1. Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil pengukuran
dapat diperoleh secara langsung.
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur standar,
dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu produk berada
di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan bentuk standar
dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak permukaan
batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua komponen yang akan
dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan elemen geometrik saat mereka
disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur (skala atau harga nominalnya) dengan acuan
yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan
alat ukur yang lebih tinggi tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat
mempunyai aspek keterlacakkan (trace ability).
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi luar suatu benda.
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi dalam suatu benda.
2. Mikrometer kedalaman.
Mistar Ingsut atau Jangka Sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang yang memiliki dua skala
yaitu Skala Utama dan Skala Nonius. Skala Utama adalah skala panjang dan Skala Nonius adalah skala
yang digeser-geser.
Mikrometer adalah alat ukur dengan prinsip kerja dengan informasi gerak melingkar skala yang diputar
menjadi gerak tranfersal pada sensornya.
1. Dimensi Luar.
2. Ketebalan.
3. Diameter Dalam.
4. Kedalaman Lubang.
Suaian Paksa.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi poros selalu berada di atas daerah toleransi lubang.
Suian Pas.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang berpotongan dengan toleransi poros.
Suaian longgar.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang selalu berada di atas daerah toleransi poros.
II. Alat ukur yang baik hendaklah memenuhi beberapa syarat-syarat, antara lain :
1. Valid
Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur itu
betul-betul mengukur apa yang ingin diukur.
2. Reliabel
Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum tentu valid.
Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau stabilitas hasil tes/suatu
ukuran yang dilakukan.
3. Objektif
Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif penskor
atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia.
5. Norma
Dalam hal ini norma diartikan sebagai patokan kriteria atau ukuran yang digunakan untuk
menentukan dalam pengambilan keputusan.
A. VALIDITAS
1. Pengertian
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Suatu tes atau alat ukur
dikatakan valid apabila tes/alat ukur tersebut benar-benar mengukur objek yang hendak
diukurnya. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur semakin baik alat ukur itu untuk digunakan.
Alat ukur yang valid untuk kelompok tertentu, belum tentu valid untuk kelompok yang lain.
2. Jenis Validitas
Validitas dapat dibedakan atas :
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas ini dipandang dari segi isi alat ukur itu sendiri, berdasarkan materi yang disampaikan
dalam pengajaran dan diharapkan dikuasai oleh mahasiswa.
c. Validitas Kriteria
1) Validitas Prediktif (Predictive Validity)
Jenis validitas ini dikaitkan dengan kenyataan yang akan diperoleh jika hasil tes itu dihubungkan
dengan keberhasilan studi di masa yang akan datang.
2) Validitas Pengukuran Serentak (Concurrent Validity)
Validitas ini diperdapat dengan jalan mengkorelasikan atau melihat hubungan hasil tes yang
dimaksud dengan hasil tes lain yang dipandang sebagai kriterium; yang diberikan/dilaksanakan
pada waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan tes itu.
B. RELIABILITAS
1. Pengertian
Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek atau subjek
yang sama secara berulang-ulang, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.
C. PRATIKALITAS
2. Mudah diadministrasikan
Alat ukur itu mudah diberikan kepada mahasiswa, dengan petunjuk yang jelas bagaimana
cara mengerjakannya dan mudah dimengerti, sehingga dosen tidak perlu lagi memberikan
penjelasan-penjelasan.
Alat ukur itu mudah dilaksanakan dan waktu yang disediakan cukup dibandingkan dengan
tingkat kesukaran alat ukur itu.
Mudah dikumpulkan kembali setelah waktu yang tersedia untuk mengerjakan habis.
3. Mudah diskor
Ada standar yang dapat digunakan sehingga hasilnya lebih homogen
Siapa saja yang memeriksa kertas jawaban ujian dalam waktu yang berlainan, hasil/skornya
tidak akan berubah
Waktu yang digunakan untuk memeriksa hasil ujian itu tidak terlalu lama
Pemeriksa hasil ujian itu tidak perlu orang yang ahli betul dalam bidang yang di tes itu.
4. Mudah diinterpretasikan
Skor yang didapat sebagai hasil dari pengukuran belum mempunyai arti kalau skor itu tidak
diterjemahkan atau diinterpretasikan.
D. OBJEKTIVITAS
1. Pengertian
Salah satu syarat dalam menyusun suatu tes adalah objektivitas dengan manifestasinya. Dengan
syarat ini seseorang diharuskan tidak melakukan penipuan atau berbuat bohong.
Pada suatu tes yang objektif, pengambil tes (testi) seharusnya memperoleh skor yang sama dari
pemberi skor (skorer dan/tester) yang berbeda. Jadi, yang objektif itu adalah penilainya. Sebuah
tes dikatakan bersifat objektif apabila dalam pelaksanaan, penilaian dan pengartian nilainya
tidak tergantung pada penilaian subjektif dari satu pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut.
1. struktur organisasi dan tugas pokok serta fungsi dari UPTD Kabupaten/Kota;
2. Jenis dan jumlah SDM kemetrologian yang dimilik oleh UPTD Kabupaten/Kota
minimal 1(satu) orang Penera Ahli dan 3 (tiga) orang Penera Terampil.
3. Potensi pelayanan tera dan tera ulang UTTP di wilayah kerjanya yang meliputi luas
wilayah kerja, jumlah kecamatan, jumlah desa/kelurahan, jumlah pasar, jumlah
produsen UTTP, produsen/perusahaan pengemasan BDKT, dan jumlah serta jenis
UTTP yang telah ditera dan ditera ulang diwilayah kerjanya selama 3 tahun terakhir,
terutama potensi data UTTP sebanyak 1.500.000 buah.
4. Memiliki ruang kerja dan ruang pelayanan tera dan tera ulang UTTP minimal 20 m2
dan 25 m2;
5. Jenis, spesifikasi teknis, dan jumlah peralatan standar yang dimiliki oleh UPTD
Kabupaten/Kota sebagai berikut :