Anda di halaman 1dari 13

JAWABAN

NAMA : YOHANES HERIYANTO NALENG

NIM : 181010350009

Mata Kuliah : Metrologi Industri / Control Kwalitas Hari : Kamis-Jumat

Fak / Prodi : TEKNIK/TEKNIK MESIN Tanggal : 23-24 April 2020

Semester : III Waktu : 48 Jam

Dosen : Joko Setiyono, S.T.,M.T Shift : Reguler B (online)

Seri : A (UTAMA)

I. Metrologi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran besaran teknik, sedangkan

Metrologi Industri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi dan karakteristik geometrik suatu
produk, menggunakan alat ukur sehingga didapatkan hasil yang mendekati hasil yang sebenarnya.

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui dengan suatu besaran yang
standar.

Besaran adalah standar yang digunakan dalam pengukuran.

Besaran terdiri dari dua jenis:

 Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri sendiri, dan
dapat dijadikan acuan.

 Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa variabel dalam bentuk
persamaan.

Syarat-syarat besaran adalah:

 Dapat didefinisikan secara fisik.

 Dapat digunakan dimana saja.

 Tidak berubah terhadap waktu.

Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:

 Dimensi

 Posisi

 Bentuk

 Kualitas permukaan
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:

1. Pengukuran Linear

2. Pengukuran Sudut

3. Pengukuran Kerataan dan Kedataran

4. Pengukuran Profil

5. Pengukuran Ulir

6. Pengukuran Roda Gigi

7. Pengukuran Posisi

8. Pengukuran Kekasaran Permukaan

Jenis-jenis alat ukur:

Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:

1. Alat Ukur Langsung

Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat
langsung diperoleh.

Contohnya : jangka sorong, mikrometer.

2. Alat Ukur Pembanding

Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran dasar produk
yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.

Contohnya : dial indicator.

3. Alat Ukur Standar

Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan hasil
pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.

Contohnya : blok ukur.

4. Alat Ukur Kaliber Batas

Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di dalam atau
diluar dari daerah toleransi produk tersebut.

Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.

5. Alat Ukur Bantu

Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alat ini tidak bisa
mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam pengukuran maka alat ini
dinamakan juga dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.

Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:

1. Alat Ukur Khas

Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran
permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan dilengkapi
alat pencatat atau penganalisis data.

Contohnya alat ukur roda gigi.

2. Alat Ukur Koordinat

Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk menentukan
posisi

Contohnya alat ukur posisi.

Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:

1. Alat ukur mekanik

2. Alat ukur elektrik

3. Alat ukur optik

4. Alat ukur pneumatik

5. Alat ukur hidrolik dan aerodinamik

Konstruksi umum dari alat ukur:

1. Sensor

Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.

Terdiri dari

 Sensor mekanik

 Sensor optik

 Sensor pneumatik

2. Pengubah

Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi besaran ynag
terukur.

Terdiri dari:

 Pengubah mekanik

 Pengubah optomekanik
 Pengubah elektrik

 Pengubah opto elektrik

 Pengubah pneumatik

 Pengubah optik

3. Penunjuk

Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.

Terdiri dari:

 Penunjuk beskala

ü  Skala linear

ü  Skala melingkar

 Penunjuk digital

ü  Digital mekanik

ü  Digital elektrik (LED)

Adapun  sifat dari alat ukur adalah:

1. Rantai kalibrasi

Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.

Tingkatan tersebut adalah

 Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.

 Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.

 Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional.

 Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional.

2. Kepekaan

Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga pengukuran.

3. Mampu baca

Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang jelas dan
berarti.

4. Histerisis

Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinu dari dua
arah yang berlawanan.
5. Pergeseran

Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak memberikan /
merasakan sinyal atau perbedaan.

6. Kepasifan

Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan  perubahan pada
harga ukur.

7. Kestabilan nol

Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.

8. Pengambangan

Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang konstan.
Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.

Sifat dari pengukuran:

 Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang mendekati harga
yang sebenarnya.

 Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang sama dari
beberapa pengukuran yang dilakukan

 Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur.

Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri

1. Pengukuran Langsung

Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil pengukuran
dapat diperoleh secara langsung.

2. Pengukuran Tak Langsung

Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur standar,
dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.

3. Pengukuran dengan Kaliber Batas

Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu produk berada
di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.

4. Membandingkan dengan Bentuk Standar

Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan bentuk standar
dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.

Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak permukaan
batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua komponen yang akan
dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan elemen geometrik saat mereka
disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur (skala atau harga nominalnya) dengan acuan
yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan
alat ukur yang lebih tinggi tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat
mempunyai aspek keterlacakkan (trace ability).

2.2 Teori Dasar Alat Ukur

Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum adalah :

1. Mistar Ingsut (Jangka Sorong) 150 mm dan 100 mm.

2. Mikrometer rahang luar

Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi luar suatu benda.

1. Mikrometer rahang dalam

Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi dalam suatu benda.

2. Mikrometer kedalaman.

Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur kedalaman lubang.

Mistar Ingsut atau Jangka Sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang yang memiliki dua skala
yaitu Skala Utama dan Skala Nonius. Skala Utama adalah skala panjang dan Skala Nonius adalah skala
yang digeser-geser.

Mikrometer adalah alat ukur dengan prinsip kerja dengan informasi gerak melingkar skala yang diputar
menjadi gerak tranfersal pada sensornya.

Mistar Ingsut digunakan untuk mengukur:

1. Dimensi Luar.

2. Ketebalan.

3. Diameter Dalam.

4. Kedalaman Lubang.

Mikrometer digunakan untuk mengukur:

1. Ketebalan dinding atas.

2. Ketebalan alas dari suatu produk.

3. Diameter dalam dan luar.

Jenis-jenis suian antara lain :

 Suaian Paksa.

Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi poros selalu berada di atas daerah toleransi lubang.

 Suian Pas.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang berpotongan dengan toleransi poros.

 Suaian longgar.

Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang selalu berada di atas daerah toleransi poros.

II. Alat ukur yang baik hendaklah memenuhi beberapa syarat-syarat, antara lain :
1. Valid
 Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur itu
betul-betul mengukur apa yang ingin diukur.

2. Reliabel
 Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum tentu valid.
Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau stabilitas hasil tes/suatu
ukuran yang dilakukan.

3. Objektif
 Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif penskor
atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia.

4. Praktis (Mudah dan murah)


 Suatu alat ukur dikatakan praktis apabila biaya alat ukur itu murah. Disamping itu, alat
tersebut mudah diadministrasikan, mudah diskor, dan mudah diinterprestasikan.

5. Norma
 Dalam hal ini norma diartikan sebagai patokan kriteria atau ukuran yang digunakan untuk
menentukan dalam pengambilan keputusan.

A. VALIDITAS

1. Pengertian
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Suatu tes atau alat ukur
dikatakan valid apabila tes/alat ukur tersebut benar-benar mengukur objek yang hendak
diukurnya. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur semakin baik alat ukur itu untuk digunakan.

Alat ukur yang valid untuk kelompok tertentu, belum tentu valid untuk kelompok yang lain.

2. Jenis Validitas
Validitas dapat dibedakan atas :
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas ini dipandang dari segi isi alat ukur itu sendiri, berdasarkan materi yang disampaikan
dalam pengajaran dan diharapkan dikuasai oleh mahasiswa.

b. Validitas Konstruk (Construct Validity)


Validitas konstruk mempersoalkan apakah bagian yang penting didalam suatu konsep
ditanyakan atau merupakan bagian dari suatu tes yang disusun.

c. Validitas Kriteria
1) Validitas Prediktif (Predictive Validity)
Jenis validitas ini dikaitkan dengan kenyataan yang akan diperoleh jika hasil tes itu dihubungkan
dengan keberhasilan studi di masa yang akan datang.
2) Validitas Pengukuran Serentak (Concurrent Validity)
Validitas ini diperdapat dengan jalan mengkorelasikan atau melihat hubungan hasil tes yang
dimaksud dengan hasil tes lain yang dipandang sebagai kriterium; yang diberikan/dilaksanakan
pada waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan tes itu.

3. Cara Mengukur Validitas


Validitas isi dari setiap tes yang dilakukan dapat diukur dengan cara :
a. Menyusun tujuan dengan jelas
b. Merumuskan spesifikasi yang terarah pada tujuan
c. Membuat blue-print
d. Menyusun instrument
e. Mereview instrument
f. Uji coba instrument
g. Analisis hasil uji coba
h. Revisi/penyempurnaan instrument

B. RELIABILITAS

1. Pengertian
Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek atau subjek
yang sama secara berulang-ulang, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas


a. Konstruksi item yang tidak tepat
b. Panjangnya/pendeknya instrument
c. Evaluasi yang subjektif akan menurunkan reliabilitas
d. Ketidaktepatan waktu yang diberikan
e. Kemampuan yang ada dalam kelompok
f. Luas/tidaknya sample yang diambil
g. Kondisi dan situasi pada pengadministrasian alat ukur.

3. Cara Menentukan Reliabilitas


Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan reliabilitas alat ukur, yaitu :
a. Metode belah dua (Split-half method)
Dalam pelaksanaannya seorang pengetes hanya melakukan tes satu kali terhadap sejumlah
peserta, sehingga tidak ada pengaruh/bias dari tes terdahulu.
b. Metode Tes-retest (Metode ulangan)
Dalam hal ini, tes yang sama diberikan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam
waktu yang berbeda.

c. Metode bentuk paralel


Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe tes, tetapi
koefisien yang dihasilkan oleh cara ini hanya akan menggambarkan ”Equivalence” antara kedua
instrumen itu, atau hanya menunjukkan hubungan antara kedua tes itu.

C. PRATIKALITAS

Ciri-ciri tes yang memenuhi persyaratan pratikalitas :


1. Biaya yang digunakan tidak terlalu tinggi
Faktor biaya merupakan faktor yang tampaknya tidak penting tetapi perlu diperhatikan. Testing
adalah sesuatu yang tidak mahal, namun kalau digunakan dengan cara yang tidak tepat akan
mempengaruhi pelaksanaan tes itu. Sehubungan dengan itu akan lebih baik bila dirancang
suatu tes yang dapat dipakai secara berulang-ulang sehingga akan menimbulkan penghematan
dalam biaya.

2. Mudah diadministrasikan
 Alat ukur itu mudah diberikan kepada mahasiswa, dengan petunjuk yang jelas bagaimana
cara mengerjakannya dan mudah dimengerti, sehingga dosen tidak perlu lagi memberikan
penjelasan-penjelasan.
 Alat ukur itu mudah dilaksanakan dan waktu yang disediakan cukup dibandingkan dengan
tingkat kesukaran alat ukur itu.
 Mudah dikumpulkan kembali setelah waktu yang tersedia untuk mengerjakan habis.

3. Mudah diskor
 Ada standar yang dapat digunakan sehingga hasilnya lebih homogen
 Siapa saja yang memeriksa kertas jawaban ujian dalam waktu yang berlainan, hasil/skornya
tidak akan berubah
 Waktu yang digunakan untuk memeriksa hasil ujian itu tidak terlalu lama
 Pemeriksa hasil ujian itu tidak perlu orang yang ahli betul dalam bidang yang di tes itu.

4. Mudah diinterpretasikan
Skor yang didapat sebagai hasil dari pengukuran belum mempunyai arti kalau skor itu tidak
diterjemahkan atau diinterpretasikan.

5. Waktu yang tepat dan tidak terlalu lama


Tes yang pengerjaannya memakan waktu terlalu lama akan membosankan dan sebaliknya tes
yang terlalu cepat juga merugikan, walaupun tes itu mungkin power test atau speed test.

D. OBJEKTIVITAS
1. Pengertian
Salah satu syarat dalam menyusun suatu tes adalah objektivitas dengan manifestasinya. Dengan
syarat ini seseorang diharuskan tidak melakukan penipuan atau berbuat bohong.

Pada suatu tes yang objektif, pengambil tes (testi) seharusnya memperoleh skor yang sama dari
pemberi skor (skorer dan/tester) yang berbeda. Jadi, yang objektif itu adalah penilainya. Sebuah
tes dikatakan bersifat objektif apabila dalam pelaksanaan, penilaian dan pengartian nilainya
tidak tergantung pada penilaian subjektif dari satu pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut.

2. Tipe Tes Objektif


Tipe-tipe tes objektif yang paling lazim adalah :
a. Tes berisi pertanyaan multiple choice, yaitu semua jawabannya bersifat khas dan telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Tes berisi pertanyaan true-false, yaitu semua jawabannya dalam pilihan benar-salah.
III. DIK: Sekala utama = 5,5 mm
Sekala nonius = 0,30 mm
DIT: berapa hasil pengukuran
Jawab
Rumus = SU + SN
=5,5 mm + 0,30 mm
= 5,80 mm
Jadi hasil pembacaan pengukuran adalah 5,80 mm
IV. SYARAT PENDIRIAN UPTD METROLOGI

Persyaratan yang wajib dimiliki adalah sebagai berikut :

1.    struktur organisasi dan tugas pokok serta fungsi dari UPTD Kabupaten/Kota;

2.    Jenis dan jumlah SDM kemetrologian yang dimilik oleh UPTD Kabupaten/Kota
minimal 1(satu) orang Penera Ahli dan 3 (tiga) orang Penera Terampil.

3.    Potensi pelayanan tera dan tera ulang UTTP di wilayah kerjanya yang meliputi luas
wilayah kerja, jumlah kecamatan, jumlah desa/kelurahan, jumlah pasar, jumlah
produsen UTTP, produsen/perusahaan pengemasan BDKT, dan jumlah serta jenis
UTTP yang telah ditera dan ditera ulang diwilayah kerjanya selama 3 tahun terakhir,
terutama potensi data UTTP sebanyak 1.500.000 buah.

4.    Memiliki ruang kerja dan ruang pelayanan tera dan tera ulang UTTP minimal 20 m2
dan 25 m2;

5.    Jenis, spesifikasi teknis, dan jumlah peralatan standar yang dimiliki oleh UPTD
Kabupaten/Kota sebagai berikut :

No Jenis yang Dipersyaratkan Jumlah yang Ada

1 Meter kerja 1 m / 1 mm 1 unit


2 Bourje 1 set

Bejana ukur standar 5 L, 10 L, 20 Masing-masing 1 unit


3 L kelas III

4 Gelas ukur 1 L / 100 mL 1 unit

5 Landasan bejana ukur 1 unit

6 Penyipat datar 1 unit

7 Stop watch 1 unit

8 Neraca tera A,B,C,D,E Masing-masing 1 unit

Anak timbangan kelas F2 (1 mg ~ Sebanyak 1 set


9 20 kg)

Anak timbangan kelas M1 (1 mg Sebanyak 1 set


10 ~ 20 kg)

Anak timbangan kelas M2 (1 mg Sebanyak 1 set


11 ~ 20 kg)

Anak timbangan kelas M2 (1 kg, Masing-masing 2 buah


12 2 kg, 5 kg, 10 kg, 20 kg)

Anak timbangan kelas M2 untuk Sebanyak 2 set


13 remidi (1g ~ 1 kg)

Anak timbangan bidur kelas M2 Sebanyak 50 buah


14 (20 kg)

Standar dacin sampai dengan Sebanyak 1 set


15 110 kg dan Tripod

16 Landasan cap tera Sebanyak 1 set

17 Termometer 100oC Sebanyak 1 unit

18 Termohygrometer Sebanyak 1 unit

19 Barometer Sebanyak 1 unit

20 Komputer Sebanyak 2 unit

21 Printer laser Sebanyak 1 unit

22 Air conditioner Sebanyak 1 unit


V. Penggunaan dari instrumen tanpa inspeksi pabrik akan menyebabkan masalah pada gambar.
Masalah ini akan menyebabkan instrumen mengukur tidak sesuai standar, dan jika dibiarkan
akan menyebabkan instrumen rusak.
Sepanjang pemeriksaaan unit instrumen, Konica Minolta Sensing juga memastikan semua
sensor, detectors dan sistem optic bekerja sama seperti unit baru yang sesuai dengan standar
kalibrasi pabrik. Jika ada sedikit perbedaan, maka akan langsung diperbaiki.
SEDANGKAN
Masalah yang sering ditemukan dilapangan adalah, miss persepsi bahwa kalibrasi harian yang
dilakukan user, sama dengan kalibrasi pabrik tahunan yang harus dilakukan tiap tahunnya.
Kedua kalibrasi ini berbeda, dan sangat penting untuk para user mengeti perbedaan ini.
Instrumen baru memiliki optik dan sensor yang dikalibrasi sesuai dengan rangkaian standar
kalibrasi yang dimiliki Konica Minolta.

5 alasan mengapa semua alat ukur harus di kalibrasi secara berkala !

1. Menjaga kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.


Seiring berjalannya waktu dan intensitas pemakaian, alat ukur dapat mengalami penurunan
performa. Dengan melakukan kalibrasi secara rutin (berkala), Anda dapat mengetahui apakah
alat ukur Anda masih sesuai dengan spesifikasi atau sudah harus diperbaiki atau diganti.
2. Menjamin nilai ukuran yang dihasilkan tertelusur hingga ke Satuan Internasional.
Di dalam sistem kalibrasi, dikenal mata rantai ketertelusuran hingga ke Satuan Internasional.
Dengan mengkalibrasikan alat ukur di laboratorium yang terakreditasi, maka hasil ukur Anda
dapat diterima dimanapun di seluruh dunia, karena semua laboratorium kalibrasi akan
mengacu pada sumber yang sama, yaitu Standar Satuan Internasional.
3. Menghindari cacat produk.
Bayangkan jika alat ukur yang Anda gunakan tidak terkalibrasi, atau masa kalibrasinya telah
lewat, namun masih digunakan untuk mengukur produk Anda? Bagaimana menjamin
kepercayaan kualitas produk Anda? Bagaimana jika ternyata terdapat penyimpangan yang
besar. Anda dapat menyingkirkan kekhawatiran ini dengan melakukan kalibrasi secara berkala
di laboratorium kalibrasi yang terakreditasi tentunya!
4. Menghindari Resiko Bahaya dan Meminimalisir Kecelakaan Kerja.
Apakah kondisi penerangan di pabrik Anda sudah memadai? Tentunya intensitas cahayanya
perlu diukur bukan? Bagaimana tingkat kebisingan di tempat kerja Anda? Bukankah harus Anda
ukur nilainya? Nah, alat-alat ukur yang berhubungan dengan Safety pun harus Anda kalibrasi
secara berkala, demi keselamatan kerja.
5. Mendukung Kesehatan, Keselamatan dan Mencegah Cidera.
Ketika Anda berkunjung ke dokter, bukankah tekanan darah Anda diukur? Sudah benarkah nilai
penunjukkan alat ukurnya? Ketika menimbang resep obat, bukankah dokter atau ahli farmasi
harus menimbangnya dengan tepat? Bagaimana jika timbangan yang digunakan memiliki
penyimpangan yang besar? Bagaimana akibatnya bagi tubuh pasien? Dengan kalibrasi yang
benar, pelayanan kesehatan pun akan semakin menenangkan

Anda mungkin juga menyukai