Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

(Tugas Fotogrametri II)

Dosen Pembimbing:
Ir. Armijon, S.T., M.T
Anggun Tridawati, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Alza Abyuliani 2015071012


Aprilia Permata Sari 2015071013
Aldin Putra Setiawan 2015071022
Annisa Ersa Azzahra 2015071030
Aldi Herlian Wijaya 2015071048
JURUSAN Ahmad Adhiguna Justiono 2015071052 TEKNIK
GEODESI Ardani Riskmoro 2015071069 DAN
Agung Rifky Putra 2055013004
GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum fotogrametri II ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Fotogrametri II semester IV tahun ajaran 2022.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktikum
Fotogrametri II ini, diantaranya:
1. Bapak Ir. Armijon, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
fotogrametri II atas bimbingan dan ilmu yang telah Bapak berikan
sehingga kami dapat melangsungkan praktikum di lapangan.
2. Ibu Anggun Tridawati, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah fotogrametri II atas bimbingan dan ilmu yang telah Ibu
berikan sehingga kami dapat melangsungkan praktikum di lapangan.
3. Asisten praktikum atas pengarahan, pemahaman, dan pengalaman
yang telah diajarkan kepada kami mengenai awal perencanaan
praktikum hingga penyelesaian laporan praktikum.
Keterbatasan waktu, kesempatan, dan pengetahuan yang dimilki oleh tim
penyusun menjadikan laporan praktikum ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya. Semoga laporan praktikum ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 01 Juli 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi telah memberikan dampak yang besar


dalam dunia pemetaan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari
pemanfaatan teknologi yang hampir mempengaruhi seluruh aspek
pemetaan. Dalam proses pemetaan baik dalam teknik akuisisi data maupun
proses pengolahan dan penyajiannya. Alat serta metode akuisisi data dapat
dipilih dengan mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya terkait
dengan objek atau daerah yang akan dipetakan dimana data yang diperoleh
dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Salah satu metode akuisisi
data pemetaan adalah metode fotogrametri. Fotogrametri adalah suatu
metode pemetaan objek-objek di permukaan bumi yang menggunakan foto
udara sebagai media, dimana dilakukan penafsiran objek dan pengukuran
geometri untuk selanjutnya dihasilkan peta garis, peta digital maupun peta
foto.
Praktikum kali ini menggunakan drone atau teknologi pemetaan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang memiliki sistem berbasis elektro-
mekanik yang dapat melakukan misi-misi terprogram, dengan karakteristik
tanpa awak di udara yang dapat terbang tanpa pilot, menggunakan gaya
aerodinamik untuk menghasilkan gaya angkat (lift), dan dapat terbang
secara autonomous atau dioperasikan dengan radio kontrol. Sistem ini
dirancang untuk dapat dipergunakan secara berulang. Dengan
menggunakan UAV, data dapat diperoleh dengan biaya relatif rendah,
dalam waktu relatif cepat, dan aman dalam berbagai kondisi cuaca
(Mardiyanto, 2016). Pengolahan data fotogrametri digital dapat
mengidentifikasikan tie point secara manual menjadi suatu hambatan

1
bilamana foto udara yang akan diproses sangat banyak jumlahnya.
Pembentukan DEM pada praktikum kali ini adalah area lapangan
bola dan kolam renang Universitas Lampung yang mana dalam
pengolahan datanya menggunakan Software Agisoft dan Arcgis yang
dilakukan berdasarkan perencanaan pemetaan yang sudah ditentukan
sebelumnya.

1.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan utama dari praktikum ini agar mahasiswa dapat


mengaplikasikan materi fotogrametri yang sudah pernah didapat yang
berfokus pada mengoperasikan alat dan membuat perencanaan pemotretan
udara menggunakan drone, serta mengetahui proses pengolahan data
fotogrametri menjadi pemetaan fotogrametri.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Fotogrametri
Fotogrametri berasal dari kata Yunani dari kata “photos” yang
berarti sinar “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis,
dan “metron” yang berarti mengukur. Oleh karena itu konsep dari
fotogrametri sendiri adalah pengukuran secara grafik dengan
menggunakan sinar. Secara umum fotogrametri adalah suatu seni,
pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat
dipercaya tentang suatu objek fisik dan keadaan di sekitarnya melalui
proses perekaman, pengamatan atau pengukuran dan interpretasi citra
fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik (Hadi B.,S.,
2007).
Menurut (Wolf, 1993) Fotogrametri terbagi menjadi dua bagian
yaitu fotogrametri metric dan interpretative :
1. Fotogrametri metric terdiri dari pengukuran cermat berdasarkan foto
dan sumber informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk
menentukan lokasi relatif titik- titik. Dengan demikian dimungkinkan
untuk memperoleh ukuran jarak sudut, luas, volume, elevasi, ukuran
dan bentuk objek.
2. Fotogrametri interpretative, pada fotogrametri interpretative
mempelajari pengenalan dan identifikasi objek serta menilai arti
pentingnya objek tersebut melalui suatu analisis.
Fotogrametri dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetaan yang
memerlukan ketelitian tinggi, sehingga sebagian besar pemetaan topografi
dan juga pemetaan persil dilakukan dengan menggunakan fotogrametri.
Pemetaan topografi pengukuran geometri dapat menghasilkan peta garis,
peta digital maupun peta foto. Fotogrametri atau aerial surveying adalah
teknik pemetaan melalui foto udara pada umumnya dipergunakan untuk

3
berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta
api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon,
bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dan sebagainya.
Dalam hal fotogrametri pengolahan data hasil rekaman dan
informasi yang didapat, baik dari citra fotografik maupun dari non
fotografik dimaksudkan untuk pemetaan rupa bumi serta pembentukan
basis data. Pada dasarnya penggunaan fotogrametri ini adalah agar
mendapatkan hasil yang akurat dalam proses pembentukan peta melalui
foto udara sehingga menghasilkan data dan informasi yang dapat
dimanfaatkan bagi keperluan rekayasa, survey dan pemetaan.

2.2 Foto Udara

Foto udara merupakan citra yang direkam dari udara untuk


memperoleh gambaran dari sebagian permukaan bumi dengan
menggunakan wahana pesawat terbang dengan ketinggian tertentu dan
menggunakan kamera tertentu. Berdasarkan jenisnya, foto udara
dibedakan atas dua jenis yaitu foto tegak dan foto miring. Foto udara tegak
merupakan foto yang dihasilkan dari hasil pengambilan foto dimana pada
saat pengambilan foto tersebut sumbu kamera berada dalam posisi tegak
lurus dengan permukaan bumi. Sedangkan foto miring merupakan foto
yang dihasilkan dari hasil pengambilan foto dimana pada saat
pengambilan foto tersebut sumbu kamera berada dalam posisi miring.
Jenis foto udara yang digunakan untuk keperluan pemetaan adalah
foto udara tegak. Foto udara diklasifikasikan sebagai foto udara tegak
(vertikal) dan foto udara condong. Foto udara vertikal yaitu apabila sumbu
kamera pada saat pemotretan dilakukan benar-benar vertikal atau sedikit
miring tidak lebih dari 3°, sedangkan yang disebut dengan foto miring
sekali dibuat dengan sumbu kamera yang sengaja diarahkan menyudut
terhadap sumbu vertikal. Untuk foto miring, batasannya adalah antara
kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta
adalah foto tegak.

4
2.3 Drone Untuk Fotogrametri

Gambar 1.1 Drone/UAV


Menurut (Suroso, 2016) UAV adalah terminologi dari Unmanned
Aerial Vehicle atau pesawat tanpa awak, dikenal juga dengan sebutan
drone. Penerbangan UAV dapat dikontrol secara autonomous oleh
komputer didalamnya (autopilot), semi autonomous, atau dikendalikan
dengan remote control oleh seorang navigator atau pilot di atas tanah.
Pesawat dengan model ini dilengkapi dengan berbagai sensor fotogrametri
yang biasa digunakan untuk pesawat berawak. Sensor yang biasa
digunakan adalah kamera metric, video dan system kamera yang sangat
canggih seperti inframerah, system LIDAR udara, atau kombinasi
keduanya.
Tujuan fotogrametri dan dalam hal ini menggunakan drone sebagai
alat perekaman data selain untuk pemetaan rupa bumi (biasa disebut
pemetaan topografi, baik skala kecil sampai peta skala besar), juga dapat
dimanfaatkan dalam berbagai keperluan informasi lahan (wilayah) yang
termasuk dalam kelompok fotogrametri atau dapat juga digunakan sebagai
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS).
Dalam penggunaan drone terdapat beberapa aturan yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Dilarang menerbangkan di Wilayah Terlarang yang ditetapkan dalam
Pasal 2 PP No.4 Tahun 2018.
b. Dilarang menerbangkan diatas 500 M di Kawasan Terbatas.
c. Dilarang menerbangkan disekitar Bandar Udara.
d. Perlunya izin untuk pemakaian selain hobi dan rekreasi.

5
Selain aturan tersebut juga perhatikan gangguan sinyal yang ada di
sekitar daerah yang akan diukur dan sediakan setidaknya satu kendaraan
darurat untuk mengejar drone ketika terjadi masalah.

2.3.1 Bagian-Bagian Drone


a. Propeller/Prop: Baling-baling yang biasanya berjumlah 2, 3, 4,
8, dan seterusnya dan berguna untuk memberikan daya angkat
pada drone, pengendalian arah, penyeimbang.

b. RC (Remote Control): yang digunakan untuk mengendalikan


arah drone dari jarak jauh.

c. Kamera: Alat yang digunakan untuk menampilkan gambar untuk


merekam video, melihat, serta memotret gambar.

d. Gimbal: Alat yang digunakan sebagai penyeimbang kamera


berbentuk masing-masing berbeda disesuaikan dengan
kebutuhan, gimbal berfungsi untuk menghindari goncangan dari
drone agar pada saat proses pengambilan gambar tidak kabur/
blur.

e. Rotor: Mesin penggerak dari propeller yang jumlah dinamo


disesuaikan dengan jenis drone.

f. Shock Absorber: Alat peredam getaran yang berguna


memberikan keseimbangan agar kamera tetap lurus dan stabil.

g. Landing Skid: Kaki drone yang digunakan sebagai alat untuk


melakukan pendaratan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

2.4 Kunci Interpretasi


Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan
atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan melihat arti
pentingnya objek tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Dengan
karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan

6
penafsiran objek-objek yang tampak pada foto udara. Berikut karakteristik
dasar citra foto dengan kunci interpretasi :
1. Bentuk (shape): berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau
kerangka suatu objek individual. Bentuk merupakan faktor yang penting
dalam pengenalan objek citra foto.
2. Ukuran (size): objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto.
Objek dapat disalah tafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai/dihitung
dengan cermat.
3. Pola (pattern) berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk
umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek,
baik alamiah maupun buatan manusia. Dengan mempelajari pola objek,
penafsir dapat mengenali objek apa yang terdapat pada foto udara
tersebut.
4. Derajat Kehitaman (tone): Rona mencerminkan warna atau tingkat
kualitas kecerahan/kegelapan gambar objek pada foto udara. Unsur ini
berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
5. Bayangan (shadow): merupakan unsur penting bagi penafsir karena
bentuk dan kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan
objek yang dapat membantu dalam menginterpretasikan suatu objek.
6. Tekstur (texture): adalah frekuensi perubahan rona dalam citra foto.
Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin
terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto
udara. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona
individual.
7. Tinggi (height) : tinggi merupakan informasi yang tidak kalah
pentingnya setelah tone. Untuk membedakan dua objek kadang kala
dibutuhkan informasi tinggi bila kunci lainnya kurang pasti.
8. Tempat (site) : kunci ini biasanya dikombinasikan dengan penggunaan
kunci lain. Objek dapat dikenali dari tempat atau lokasinya.
9. Keterkaitan (association): pengenalan objek dapat pula dikenali dari
keterkaitannya dengan unsur atau fenomena tertentu.

7
2.5 Digital Elevation Modeling (DEM)
DEM merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam
mengumpulkan, processing, dan penyajian informasi medan. Susunan
nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan,
distribusi spasial diwakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horizontal
X Y dan karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem
koordinat Z (Tempfli, 1991 dan Purwanto, 2015 dalam Duantari Novita,
2017).

8
BAB III
PELAKSANAAN KERJA

3.1. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : 1. Jum’at, 24 Juni 2022
2. Sabtu, 25 Juni 2022
3. Selasa, 27 Juni 2022
Waktu : 1. 14.00 WIB – 17.00 WIB
2. 10.00 WIB – 14.00 WIB
3. 09.00 WIB – 12.00 WIB
Tempat : Lapangan Unila

3.2. Peralatan
Aplikasi Pendukung :
1. DJI GO 4
2. Pix4D
3. Agisoft
4. QGIS
5. Drone DJI phantom 4 pro
6. Motor
7. Remote Control

3.3. Perencanaan Pemetaan Udara


Dalam suatu pekerjaan pemetaan UAV/drone melakukan rencana
terbang merupakan hal yang sangat penting. Diantaranya menentukan jalur
terbang, ketinggian terbang, kondisi medan dan hal-hal yang dapat
mempengaruhi selama pengambilan pengambilan data. Perencanaan ini
dilakukan agar foto yang dihasilkan mempunyai kualitas baik.

9
Berikut adalah langkah-langkah dalam perencanaan foto udara:
1. Membuat rencana pelaksanaan kegiatan pemotretan udara yang
meliputi alat peralatan yang digunakan, waktu yang diperlukan dan
kegiatan yang akan dilakukan.
2. Menyiapkan peta kerja atau daerah yang akan diteliti (luasnya).
3. Mengetahui kontur atau ketinggian daerah yang akan diteliti.
4. Memasang GCP (Ground Control Point) di setiap sudut AOI, yang
biasanya dilakukan dengan pemberian patok yang dikombinasikan
dengan pengukuran terestris atau pengamatan statik dengan GNSS/GPS
Geodetic.
5. Mempelajari peraturan tentang menerbangkan pesawat nirawak yang
didapat dari pembelajaran selama perkuliahan, studi literatur, atau dari
berbagai sumber referensi sehingga saat praktikum
6. Mengumpulkan data/peta sebagai pedoman pembuatan jalur terbang
yang akan mempengaruhi apakah pemotretan dilakukan secara otomatis
atau manual. Pemotretan otomatis atau autopilot menggunakan
perencanaan yang telah dibuat melalui aplikasi atau software
perencanaan jalur terbang, sedangkan pemotretan secara manual
membutuhkan data jalur terbang seperti take off dan landing, interval
pemotretan, lokasi pemotretan, dan lainnya.
7. Merencanakan persentase tampalan kedepan dan kesamping, tinggi
terbang serta skala foto udara yang akan dibuat.
8. Merencanakan jalur terbang dan menghitung jumlah waktu yang
digunakan dalam pemotretan udara.

3.4. Akuisisi Data


Akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data hingga
memprosesnya untuk menghasilkan data yang diinginkan. Berikut adalah
langkah-langkah akuisisi data pada foto udara:
1. Menyiapkan aplikasi untuk menerbangkan drone (DJI GO 4)
DJI GO 4 adalah aplikasi yang disediakan DJI untuk membantu

10
mengoperasikan drone DJI. Aplikasi ini tersedia untuk smartphone
berbasis iOS dan Android. Aplikasi ini juga bisa mengaktifkan berbagai
fitur penerbangan canggih DJI. Fitur-fitur seperti RTH atau Return to
Home, Active Track, Tap Fly dan lain sebagainya. Dalam aplikasi DJI
GO 4 ini, juga bisa menampilkan berbagai notifikasi peringatan yang
akan muncul, memberitahu jika terjadi hal yang tidak beres pada drone.
Terdapat tiga mode penerbangan yang bisa ditampilkan pada aplikasi
DJI GO 4 :
1) Mode-P (Positioning Mode): Mode P yakni saat semua sensor
drone aktif dan drone dapat terbang stabil. Bisa dibilang ini
mode paling aman untuk menerbangkan drone. Ketika Anda
melepaskan tuas kontrol, maka drone akan otomatis mengerem
dan melayang pada posisinya.
2) Mode-A (Attitude atau ATTI Mode): Pesawat Drone DJI akan
berganti ke mode ATTI ketika sinyal GPS lemah atau tidak ada
sinyal sama sekali. Jika kondisi terlalu gelap untuk mengaktifkan
vision system. Drone akan tetap melayang menjaga
ketinggiannya.
3) Mode-S (Sport Mode): Dengan mengaktifkan mode Sport, drone
dapat terbang dengan kecepatan maksimal dengan pemosisian
menggunakan GPS. Namun, forward dan downward vision
system akan nonaktif, jadi drone tidak sanggup merasakan dan
menghindari rintangan.

Gambar 3.1 Contoh bentuk jalur terbang

Setelah selesai melakukan instalasi, bisa membuka aplikasi dji go 4


tersebut dan juga harus menghubungkan smartphone dengan remote

11
control drone yang sudah dinyalakan sebelumnya. Koneksikan/
hubungkan smartphone dengan RC menggunakan kabel connector yang
sudah disediakan saat membeli drone dengan paket remote controller.
Step selanjutnya yaitu hidupkan drone kalian dengan cara menekan
tombol power sebanyak 2 kali, dengan tekanan pertama selama 1 detik
dan tekanan kedua selama 5 s/d 7 detik sampai terdengar bunyi dan
baling baling drone bergerak, cara menyalakan drone dji ini sama seperti
kalian menyalakan remote controller.
2. Menyiapkan aplikasi tambahan untuk pemetaan udara (Pix4D)
Setelah selesai menyiapkan aplikasi dji go 4 selanjutnya
menyiapkan aplikasi untuk pemetaan udara (Pix4D). Pix4D adalah
aplikasi Fotogrametri yang sangat mudah penggunaannya. Aplikasi
berbasis Web ini menawarkan kepada pengguna cara instan dalam
pemetaan menggunakan drone. Mulai dari merencanakan penerbangan,
pengolahan data, sampai pada export data hasil penerbangan. Setelah
menginstal aplikasi Pix4D langkah selanjutnya yaitu :
a. Membuat flight plan di Pix4D
Langkah – langkah membuat flight plan pada Pix4D.
1) Membuka Browser, kemudian buka link www.pix4d.com.
Pastikan anda sudah mendaftar akun.
2) Membuat misi atau rencana, klik pada tanda biru di bagian kiri
bawah, kemudian pilih Plan a map flight. Keterangan :
- Add a Folder : Untuk membuat folder baru (misalnya sebuah
project, dimana di dalam folder tersebut kita bisa membuat
banyak flight plan).
- Upload Images : Fungsi ini digunakan untuk mengupload
gambar hasil penerbangan, untuk diolah menjadi orthophoto.
- Plan a progress report flight : Sama seperti sebuah pemetaan,
tapi penerbangan jenis ini hanya akan melalui garis yang kita
buat. Sangat cocok untuk tipe Corridor Mapping, seperti
mengikuti alur sungai, Jalan tol dan lain sebagainya.
- Plan a map flight : Untuk membuat rencana penerbangan,

12
inilah yang akan kita bahas pada Tutorial pemetaan
menggunakan Pix4D ini.
3) Mensetting side overlap dan front overlap 80%-90% sesuai
kebutuhan. Pada aplikasi Pix4D terdapat terdapat fitur side
overlap dan front overlap yang bisa diatur sesuai kebutuhan pada
pengaturan lanjutan. Keterangan:
- Sidelap : Untuk mengatur Side Overlap foto, Semakin tinggi
angka Sidelap, Semakin rendah jarak antara dua garis misi.
Semakin bagus pula hasil pengolahan nantinya. Rendahnya
sidelap bisa berakibat pada tidak terprosesnya foto pada saat
mosaicking.
- Frontlap : Digunakan untuk mengatur Forward Overlap foto,
semakin tinggi angka Frontlap, semakin dekat jarak
mengambil foto, semakin bagus.
4) Mensetting ketinggian 100-150 meter
Sesuai dengan peraturan menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun
2020 mengatur banyak hal soal pengoperasian pesawat nirawak
atau yang biasa disebut drone. Salah satunya tidak boleh terbang
di atas 120 meter atau 400 feet. Maka setel drone pada ketinggian
120 meter apabila sudah mendapatkan izin dari pada instansi atau
pemerintah daerah mengenai batasan ketinggian drone yang akan
melakukan mapping maka sesuaikan ketinggian drone sesuai
dengan batasan ketinggian yang sudah diizinkan oleh pemerintah.
5) Menyiapkan 1 buah sepeda motor jika sewaktu waktu drone jatuh
Menyiapkan satu buah kendaraan dalam pelaksanaan akuisisi
data menggunakan drone adalah sebuah standar operasional kerja
yang berlaku dalam pemetaan udara. Karena dalam pelaksanaan
pemetaan, medan yang sering dilakukan pemetaan adalah pada
daerah-daerah yang belum begitu terjemah dan banyak hambatan-
hambatan maka, standar operasional kerja dalam pemetaan udara
menggunakan drone ini memutuskan menggunakan sepeda motor
dalam sarana evakuasi drone sebagai salah satu cara tercepat dan

13
yang mampu menerjang medan yang sulit dalam menyelamatkan
drone apabila drone terjadi malfungsi atau gangguan eksternal
yang terjadi saat penerbangan.

3.4.1. Hasil Akuisisi Data

G
a
m
b
a
r

Gambar 3.2 Sampel 1 3.3 Sampel 2

14
3.4
Tahap
Gambar 3.4 Sampel 3 Gambar 3.5 Sampel 4

Gambar 3.6 Sampel 5 Gambar 3.7 Sampel 6

Gambar 3.8 Sampel 7 Gambar 3.9 Sampel 8

Gambar 3.10 Sampel 9 Gambar 3.11 Sampel 10

Gambar 3.12 Sampel 11 Gambar 3.13 Sampel 12


15
Pengolahan Data
Pada pengolahan data hasil pemotretan kali ini, kami menggunakan
software Agisoft Photoscan. Pengolahan data dapat dilakukan secara
manual dan otomatis. Berikut tahap-tahap pengolahan data yang kami
lakukan.

3.5.1 Pengolahan Data Secara Manual Agisoft


a. Point-point
1. Import Foto dan Rekonstruksi Jalur Terbang
2. Align Foto
3. Pembangunan Titik Tinggi (Dense Point Clouds)
4. Pembangunan Model 3D (Mesh)
5. Pembangunan Model Texture
6. Pembangunan DEM
7. Pembangunan Orthophoto
8. Export DEM dan Orthophoto

b. Penjabaran
1. Buka aplikasi Agisoft Photoscan

Gambar 3 .15 Tampilan software agisoft

16
2. Lalu masukkan data foto drone dengan cara sorot ke workflow
lalu klik Add Photos

Gambar 3.16 Tampilan menu Workflow

3. Masukkan semua foto drone yang akan diolah

Gambar 3.17 Pemasukkan gambar

4. Setelah itu, buka menu workflow dan pilih Align Photo. Maka
akan ditampilkan seperti berikut

Gambar 3.18 Tampilan Menu Align Photo

17
Align foto digunakan untuk identifikasi titik – titik yang ada di
gambar. Proses ini akan membuat matching point dari 2 atau
lebih foto. Proses ini menghasilkan 3D model awal dan sparse
point clouds yang akan digunakan untuk tahapan berikutnya.
- Accuracy = Memilih tingkat akurasi kecocokan titik dalam
proses matching point
- Low : Akurasi lemah, proses cepat
- Medium : akurasi sedang proses sedang
- High : Akurasi bagus, Proses lambat
- Pair Selection = tipe kecocokan point yang dipilih
- Generic : untuk foto yang sudah built in geotagged (DJI
dll sudah ada GPS di kamera)
- Ground Control : untuk foto dengan geo tagged manual

5. Lalu tunggu beberapa saat untuk proses Align photo dan


setelah selesai, akan terlihat seperti gambar dibawah ini
hasil Align photo

Gambar 3.19 Hasil align photo

18
6. Selanjutnya klik menu Workflow, lalu klik Dense Cloud.
Maka akan ditampilkan seperti berikut.

Gambar 3.20 Tampilan menu build dense cloud

Dense Clouds adalah kumpulan titik tinggi dalam


jumlah ribuan hingga jutaan titik. Dense Clouds nantinya
dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan Digital
Surface Model, Digital terrain Model dan Orthophoto.
Depth Filtering adalah tindakan yang kita gunakan
untuk titik tinggi yang dianggap sebagai noise (outliers).
Biasanya noise ini dikenal karena anomali, jauh tinggi dari
titik lain disekitarnya.
- Mild = Digunakan untuk 3D model yang banyak
detail dan Kompleks
- Aggressive = untuk model 3D yang lebih sederhana.

7. Tunggu proses Dense hingga selesai dan gambar pada layar


akan terlihat seperti gambar dibawah ini

19
Gambar 3.21 Hasil build dense cloud

8. Lalu proses Mesh melalui menu workflow.Maka akan


ditampilkan seperti berikut.

Gambar 3.22 Tampilan menu build mesh


Mesh atau 3D adalah modal untuk membuat DEM, baik
DSM, DTM maupun orthophoto, Mesh juga bisa di export
ke dalam software lain seperti sketchup, AutoCAD atau
ArcGIS.
A.3.1 Type untuk memilih model yang di proses
1. Arbitary untuk patung, bangunan
2. Height field untuk objek permukaan bumi
seperti medan /terrain dll

A.3.2 Source memilih sumber 3D


1. Sparse Cloud : jarang
2. Danse Clouds : Padat

A.3.3 Interpolation
1. Interpolated digunakan untuk
menginterpolasi beberapa gap yang
terdapat diantara foto yang tidak
terproses.
2. Extrapolated tidak digunakan dalam
Orthophoto

20
9. Setelah proses Mesh selesai, gambar pada aplikasi sudah
terlihat seperti 3D (gambar 3d yang dihasilkan tergantung
pada pemilihan kualitas yang dipilih. Semakin tinggi
kualitas yang dipilih hasilnya akan semakin bagus namun
prosesnya akan jauh lebih lama)

Gambar 3.23 Hasil build mesh

21
10. Lalu proses texture melalui menu workflow.

Gambar 3.24 Tampilan menu build texture


Texture adalah model fisik 3D dari tampakan yang
ada di area yang di cover oleh foto udara. Model Texture
inilah yang akan ditampilkan dalam software seperti
arcgis, skectfab dan lain-lain.
11. Lalu tekan Ok maka akan terendring dengan sendirinya.
12. Lalu jalankan proses DEM pada Workflow. Maka akan
ditampilkan seperti berikut.

Gambar 3.25 Tampilan menu build DEM

22
13. Setelah proses DEM selesai, kita dapat melihat bentuk
DEM yang dihasilkan melalui pilihan “DEM” yang
tersedia

Gambar 3.26 Hasil build DEM

14. Selanjutnya, kita dapat menjalankan proses Orthomosaic


pada menu Workflow. Maka akan ditampilkan seperti berikut.

Gambar 3.27 Tampilan menu orthomosaic

23
15. Setelah proses Orthomosaic telah selesai, kita dapat
melihat hasil nya dengan mengklik pada pilihan Orthomosaic
yang telah ada.

Gambar 3.28 Hasil orthomosaic

16. Hasil dari DEM dan Orthomosaic yang telah kita


dapatkan, dapat di save untuk selanjutnya di layout untuk
pembuatan peta.

3.5. 2 Pengolahan Data Secara Otomatis Agisoft


1. Buka Workflow lalu pilih Batch Process

Gambar 3.29 Workflow -> Batch Process

24
2. Lalu Pilih Add

Gambar 3.30 Tampilan menu batch process

3. Lalu pilih Job Type lalu masukan job yang ingin dipakai
dan setting yang digunakan

Gambar 3.31 Tampilan menu add job

4. Lalu ok,maka akan terendring otomatis sesuai job yang


dimasukkan.

25
3.5.3 Hasil Foto Dari Aplikasi Agisoft

Gambar 3.32 Hasil orthophoto dari agisoft

Gambar 3.33 Hasil DEM dari agisoft

Data yang dihasilkan melalui pengolahan diatas adalah data DSM.


 DSM adalah singkatan dari Digital Surface Model. Model ini
menghitung ketinggian permukaan. Sementara pekerjaan lebih
detail biasanya membutuhkan data DTM.
 DTM adalah singkatan dari Digital Terrain Model. DTM inilah
data dasar dari kontur. Dimana yang dihitung adalah tinggi
permukaan.

3.5 Pemetaan Foto


Langkah-langkah membuat contour menggunakan aplikasi QGIS

1) Buka Aplikasi QGIS lalu masukan file Dem dengan format TIF

26
yang sudah anda save sebelumnya di aplikasi Agisoft

Gambar 3.34 Tampilan data DEM pada QGIS

2) Lalu untuk membuat counturnya dengan cara klik menu Raster –


Extraction – Contour

Gambar 3.35 Raster – Extraction – Contour

3) Setelah itu atur settingannya sesuai dengan keinginan anda


dan klik RUN setelahnya

27
Gambar 3.36 Tampilan menu contour

4) Setelah sudah selesai maka akan muncul gambarnya seperti dibawah


ini

Gambar 3.37 Hasil garis contour

5) Untuk mempercantik tampilan lakukan dengan cara klik


Properties – Symbology – Atur Render Type –
Singleband Pseudocolor

28
Gambar 3.38 Tampilan pada saat perubahan warna

6) Setelah itu masuk ke menu Layout Manager dengan cara klik


Project – Layout Manager

7) Lalu atur Layout sesuai dengan keinginan anda seperti dibawah ini

Gambar 3.39 Tampilan saat layout

29
3.6.1 Hasil Pemetaan Foto

Gambar 3.40 Peta Topografi Area Kolam Renang Universitas Lampung

Gambar 3.41 Peta Daerah Area Kolam Renang Universitas Lampung

30
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan praktikum fotogrameteri, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktikum ini berfokus pada mengoperasikan alat dan membuat
perencanaan pemotretan udara menggunakan drone, serta
mengetahui proses pengolahan data fotogrametri menjadi
pemetaan fotogrametri.
2. Dalam perencanaan data, akuisisi data, pengolahan data, dan
pemetaan diperlukannya Aplikasi untuk memprosesnya seperti
Pix4D untuk akuisisi data, agisoft untuk pengolahan data dan
QGIS untuk Pemetaan.
3. Hasil dari pemetaan fotogrametri ini berupa peta digital yang
didapat berdasarkan pada GCP lapangan pada disetiap sudut
AOI, yang dilakukan dengan pemberian patok yang
dikombinasikan dengan pengukuran terestris atau pengamatan
statik dengan GNSS/GPS Geodetik.
4.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum yang dapat diberikan untuk
kegiatan pemetaan menggunakan drone kedepannya yaitu:
1. Melakukan pengecekan kembali terhadap metode pengukuran
dan peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
tingkat ketelitian yang baik agar data yang akan diperoleh sesuai
rencana dengan daerah yang akan dipetakan.
2. Menyiapkan perangkat Laptop atau Pc yang cukup memumpuni
dalam proses pengolahan data sehingga dihasilkan kualitas
pemetaan foto yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan serta
dapat mencegah kesalahan teknis yang tidak diinginkan.

31
3. Mengolah data dengan teliti agar menghasilkan kualitas data
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pengkajian kembali terhadap kekuatan jaring titik GCP
(Strength Of Figure) serta melakukan pre-analisis mengenai
kesalahan yang dihasilkan tiap titik Ground Control Point
(GCP).

32
DAFTAR PUSTAKA

Estes, J. E dan Simonett, D. S. 1975. Fundamentals of Image Interpretation, In


Manual of Remote Sensing. Falls Church, Virginia : The American
Society of Photogrammetry
Hadi, B.S. 2007. Dasar-dasar Fotogrametri. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Mardiyanto. Pengembangan Sistem Navigasi Otomatis Pada UAV (Unmanned
Aerial Vehicle) dengan GPS (Global Positioning System) Waypoint.
Skripsi S.T., Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), 2016
Novita, D. (2017). Analisis Perbandingan DTM (Digital Terrain Model) Dari
Lidar (Light Detection And Ranging) Dan Foto Udara Dalam Pembuatan
Kontur Peta Rupa Bumi Indonesia. Tugas Akhir – RG141536, 27-30.
Suroso, Indrewati. 2016. Peran drone/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) buatan
STTKD dalam dunia penerbangan. Program studi teknik Aeronautika,
sekolah tinggi teknologi kedirgantaraan.
Tempfli, K . 1991. DTM and Differential Modelling. Proceeding ISPRS and OE
EPE Joint Workshop on 51 Updating Digital Data by Photogrammetric
Methods 15-17 September 1991 Oxford, England:193-200.
Wolf, P., R. 1993, Elemen Fotogrametri dengan Interpretasi Foto Udara dan
Penginderaan Jauh, Penerjemah: Gunadi, Gunawan, T., Zuharnen, Edisi
kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

33
LAMPIRAN

34

Anda mungkin juga menyukai