Laprak Bismillah Fix
Laprak Bismillah Fix
Dosen Pembimbing:
Ir. Armijon, S.T., M.T
Anggun Tridawati, S.T., M.T.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum fotogrametri II ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Fotogrametri II semester IV tahun ajaran 2022.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktikum
Fotogrametri II ini, diantaranya:
1. Bapak Ir. Armijon, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
fotogrametri II atas bimbingan dan ilmu yang telah Bapak berikan
sehingga kami dapat melangsungkan praktikum di lapangan.
2. Ibu Anggun Tridawati, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah fotogrametri II atas bimbingan dan ilmu yang telah Ibu
berikan sehingga kami dapat melangsungkan praktikum di lapangan.
3. Asisten praktikum atas pengarahan, pemahaman, dan pengalaman
yang telah diajarkan kepada kami mengenai awal perencanaan
praktikum hingga penyelesaian laporan praktikum.
Keterbatasan waktu, kesempatan, dan pengetahuan yang dimilki oleh tim
penyusun menjadikan laporan praktikum ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya. Semoga laporan praktikum ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bilamana foto udara yang akan diproses sangat banyak jumlahnya.
Pembentukan DEM pada praktikum kali ini adalah area lapangan
bola dan kolam renang Universitas Lampung yang mana dalam
pengolahan datanya menggunakan Software Agisoft dan Arcgis yang
dilakukan berdasarkan perencanaan pemetaan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Fotogrametri
Fotogrametri berasal dari kata Yunani dari kata “photos” yang
berarti sinar “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis,
dan “metron” yang berarti mengukur. Oleh karena itu konsep dari
fotogrametri sendiri adalah pengukuran secara grafik dengan
menggunakan sinar. Secara umum fotogrametri adalah suatu seni,
pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat
dipercaya tentang suatu objek fisik dan keadaan di sekitarnya melalui
proses perekaman, pengamatan atau pengukuran dan interpretasi citra
fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik (Hadi B.,S.,
2007).
Menurut (Wolf, 1993) Fotogrametri terbagi menjadi dua bagian
yaitu fotogrametri metric dan interpretative :
1. Fotogrametri metric terdiri dari pengukuran cermat berdasarkan foto
dan sumber informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk
menentukan lokasi relatif titik- titik. Dengan demikian dimungkinkan
untuk memperoleh ukuran jarak sudut, luas, volume, elevasi, ukuran
dan bentuk objek.
2. Fotogrametri interpretative, pada fotogrametri interpretative
mempelajari pengenalan dan identifikasi objek serta menilai arti
pentingnya objek tersebut melalui suatu analisis.
Fotogrametri dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetaan yang
memerlukan ketelitian tinggi, sehingga sebagian besar pemetaan topografi
dan juga pemetaan persil dilakukan dengan menggunakan fotogrametri.
Pemetaan topografi pengukuran geometri dapat menghasilkan peta garis,
peta digital maupun peta foto. Fotogrametri atau aerial surveying adalah
teknik pemetaan melalui foto udara pada umumnya dipergunakan untuk
3
berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta
api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon,
bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dan sebagainya.
Dalam hal fotogrametri pengolahan data hasil rekaman dan
informasi yang didapat, baik dari citra fotografik maupun dari non
fotografik dimaksudkan untuk pemetaan rupa bumi serta pembentukan
basis data. Pada dasarnya penggunaan fotogrametri ini adalah agar
mendapatkan hasil yang akurat dalam proses pembentukan peta melalui
foto udara sehingga menghasilkan data dan informasi yang dapat
dimanfaatkan bagi keperluan rekayasa, survey dan pemetaan.
4
2.3 Drone Untuk Fotogrametri
5
Selain aturan tersebut juga perhatikan gangguan sinyal yang ada di
sekitar daerah yang akan diukur dan sediakan setidaknya satu kendaraan
darurat untuk mengejar drone ketika terjadi masalah.
6
penafsiran objek-objek yang tampak pada foto udara. Berikut karakteristik
dasar citra foto dengan kunci interpretasi :
1. Bentuk (shape): berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau
kerangka suatu objek individual. Bentuk merupakan faktor yang penting
dalam pengenalan objek citra foto.
2. Ukuran (size): objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto.
Objek dapat disalah tafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai/dihitung
dengan cermat.
3. Pola (pattern) berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk
umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek,
baik alamiah maupun buatan manusia. Dengan mempelajari pola objek,
penafsir dapat mengenali objek apa yang terdapat pada foto udara
tersebut.
4. Derajat Kehitaman (tone): Rona mencerminkan warna atau tingkat
kualitas kecerahan/kegelapan gambar objek pada foto udara. Unsur ini
berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
5. Bayangan (shadow): merupakan unsur penting bagi penafsir karena
bentuk dan kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan
objek yang dapat membantu dalam menginterpretasikan suatu objek.
6. Tekstur (texture): adalah frekuensi perubahan rona dalam citra foto.
Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin
terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto
udara. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona
individual.
7. Tinggi (height) : tinggi merupakan informasi yang tidak kalah
pentingnya setelah tone. Untuk membedakan dua objek kadang kala
dibutuhkan informasi tinggi bila kunci lainnya kurang pasti.
8. Tempat (site) : kunci ini biasanya dikombinasikan dengan penggunaan
kunci lain. Objek dapat dikenali dari tempat atau lokasinya.
9. Keterkaitan (association): pengenalan objek dapat pula dikenali dari
keterkaitannya dengan unsur atau fenomena tertentu.
7
2.5 Digital Elevation Modeling (DEM)
DEM merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam
mengumpulkan, processing, dan penyajian informasi medan. Susunan
nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan,
distribusi spasial diwakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horizontal
X Y dan karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem
koordinat Z (Tempfli, 1991 dan Purwanto, 2015 dalam Duantari Novita,
2017).
8
BAB III
PELAKSANAAN KERJA
3.2. Peralatan
Aplikasi Pendukung :
1. DJI GO 4
2. Pix4D
3. Agisoft
4. QGIS
5. Drone DJI phantom 4 pro
6. Motor
7. Remote Control
9
Berikut adalah langkah-langkah dalam perencanaan foto udara:
1. Membuat rencana pelaksanaan kegiatan pemotretan udara yang
meliputi alat peralatan yang digunakan, waktu yang diperlukan dan
kegiatan yang akan dilakukan.
2. Menyiapkan peta kerja atau daerah yang akan diteliti (luasnya).
3. Mengetahui kontur atau ketinggian daerah yang akan diteliti.
4. Memasang GCP (Ground Control Point) di setiap sudut AOI, yang
biasanya dilakukan dengan pemberian patok yang dikombinasikan
dengan pengukuran terestris atau pengamatan statik dengan GNSS/GPS
Geodetic.
5. Mempelajari peraturan tentang menerbangkan pesawat nirawak yang
didapat dari pembelajaran selama perkuliahan, studi literatur, atau dari
berbagai sumber referensi sehingga saat praktikum
6. Mengumpulkan data/peta sebagai pedoman pembuatan jalur terbang
yang akan mempengaruhi apakah pemotretan dilakukan secara otomatis
atau manual. Pemotretan otomatis atau autopilot menggunakan
perencanaan yang telah dibuat melalui aplikasi atau software
perencanaan jalur terbang, sedangkan pemotretan secara manual
membutuhkan data jalur terbang seperti take off dan landing, interval
pemotretan, lokasi pemotretan, dan lainnya.
7. Merencanakan persentase tampalan kedepan dan kesamping, tinggi
terbang serta skala foto udara yang akan dibuat.
8. Merencanakan jalur terbang dan menghitung jumlah waktu yang
digunakan dalam pemotretan udara.
10
mengoperasikan drone DJI. Aplikasi ini tersedia untuk smartphone
berbasis iOS dan Android. Aplikasi ini juga bisa mengaktifkan berbagai
fitur penerbangan canggih DJI. Fitur-fitur seperti RTH atau Return to
Home, Active Track, Tap Fly dan lain sebagainya. Dalam aplikasi DJI
GO 4 ini, juga bisa menampilkan berbagai notifikasi peringatan yang
akan muncul, memberitahu jika terjadi hal yang tidak beres pada drone.
Terdapat tiga mode penerbangan yang bisa ditampilkan pada aplikasi
DJI GO 4 :
1) Mode-P (Positioning Mode): Mode P yakni saat semua sensor
drone aktif dan drone dapat terbang stabil. Bisa dibilang ini
mode paling aman untuk menerbangkan drone. Ketika Anda
melepaskan tuas kontrol, maka drone akan otomatis mengerem
dan melayang pada posisinya.
2) Mode-A (Attitude atau ATTI Mode): Pesawat Drone DJI akan
berganti ke mode ATTI ketika sinyal GPS lemah atau tidak ada
sinyal sama sekali. Jika kondisi terlalu gelap untuk mengaktifkan
vision system. Drone akan tetap melayang menjaga
ketinggiannya.
3) Mode-S (Sport Mode): Dengan mengaktifkan mode Sport, drone
dapat terbang dengan kecepatan maksimal dengan pemosisian
menggunakan GPS. Namun, forward dan downward vision
system akan nonaktif, jadi drone tidak sanggup merasakan dan
menghindari rintangan.
11
control drone yang sudah dinyalakan sebelumnya. Koneksikan/
hubungkan smartphone dengan RC menggunakan kabel connector yang
sudah disediakan saat membeli drone dengan paket remote controller.
Step selanjutnya yaitu hidupkan drone kalian dengan cara menekan
tombol power sebanyak 2 kali, dengan tekanan pertama selama 1 detik
dan tekanan kedua selama 5 s/d 7 detik sampai terdengar bunyi dan
baling baling drone bergerak, cara menyalakan drone dji ini sama seperti
kalian menyalakan remote controller.
2. Menyiapkan aplikasi tambahan untuk pemetaan udara (Pix4D)
Setelah selesai menyiapkan aplikasi dji go 4 selanjutnya
menyiapkan aplikasi untuk pemetaan udara (Pix4D). Pix4D adalah
aplikasi Fotogrametri yang sangat mudah penggunaannya. Aplikasi
berbasis Web ini menawarkan kepada pengguna cara instan dalam
pemetaan menggunakan drone. Mulai dari merencanakan penerbangan,
pengolahan data, sampai pada export data hasil penerbangan. Setelah
menginstal aplikasi Pix4D langkah selanjutnya yaitu :
a. Membuat flight plan di Pix4D
Langkah – langkah membuat flight plan pada Pix4D.
1) Membuka Browser, kemudian buka link www.pix4d.com.
Pastikan anda sudah mendaftar akun.
2) Membuat misi atau rencana, klik pada tanda biru di bagian kiri
bawah, kemudian pilih Plan a map flight. Keterangan :
- Add a Folder : Untuk membuat folder baru (misalnya sebuah
project, dimana di dalam folder tersebut kita bisa membuat
banyak flight plan).
- Upload Images : Fungsi ini digunakan untuk mengupload
gambar hasil penerbangan, untuk diolah menjadi orthophoto.
- Plan a progress report flight : Sama seperti sebuah pemetaan,
tapi penerbangan jenis ini hanya akan melalui garis yang kita
buat. Sangat cocok untuk tipe Corridor Mapping, seperti
mengikuti alur sungai, Jalan tol dan lain sebagainya.
- Plan a map flight : Untuk membuat rencana penerbangan,
12
inilah yang akan kita bahas pada Tutorial pemetaan
menggunakan Pix4D ini.
3) Mensetting side overlap dan front overlap 80%-90% sesuai
kebutuhan. Pada aplikasi Pix4D terdapat terdapat fitur side
overlap dan front overlap yang bisa diatur sesuai kebutuhan pada
pengaturan lanjutan. Keterangan:
- Sidelap : Untuk mengatur Side Overlap foto, Semakin tinggi
angka Sidelap, Semakin rendah jarak antara dua garis misi.
Semakin bagus pula hasil pengolahan nantinya. Rendahnya
sidelap bisa berakibat pada tidak terprosesnya foto pada saat
mosaicking.
- Frontlap : Digunakan untuk mengatur Forward Overlap foto,
semakin tinggi angka Frontlap, semakin dekat jarak
mengambil foto, semakin bagus.
4) Mensetting ketinggian 100-150 meter
Sesuai dengan peraturan menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun
2020 mengatur banyak hal soal pengoperasian pesawat nirawak
atau yang biasa disebut drone. Salah satunya tidak boleh terbang
di atas 120 meter atau 400 feet. Maka setel drone pada ketinggian
120 meter apabila sudah mendapatkan izin dari pada instansi atau
pemerintah daerah mengenai batasan ketinggian drone yang akan
melakukan mapping maka sesuaikan ketinggian drone sesuai
dengan batasan ketinggian yang sudah diizinkan oleh pemerintah.
5) Menyiapkan 1 buah sepeda motor jika sewaktu waktu drone jatuh
Menyiapkan satu buah kendaraan dalam pelaksanaan akuisisi
data menggunakan drone adalah sebuah standar operasional kerja
yang berlaku dalam pemetaan udara. Karena dalam pelaksanaan
pemetaan, medan yang sering dilakukan pemetaan adalah pada
daerah-daerah yang belum begitu terjemah dan banyak hambatan-
hambatan maka, standar operasional kerja dalam pemetaan udara
menggunakan drone ini memutuskan menggunakan sepeda motor
dalam sarana evakuasi drone sebagai salah satu cara tercepat dan
13
yang mampu menerjang medan yang sulit dalam menyelamatkan
drone apabila drone terjadi malfungsi atau gangguan eksternal
yang terjadi saat penerbangan.
G
a
m
b
a
r
14
3.4
Tahap
Gambar 3.4 Sampel 3 Gambar 3.5 Sampel 4
b. Penjabaran
1. Buka aplikasi Agisoft Photoscan
16
2. Lalu masukkan data foto drone dengan cara sorot ke workflow
lalu klik Add Photos
4. Setelah itu, buka menu workflow dan pilih Align Photo. Maka
akan ditampilkan seperti berikut
17
Align foto digunakan untuk identifikasi titik – titik yang ada di
gambar. Proses ini akan membuat matching point dari 2 atau
lebih foto. Proses ini menghasilkan 3D model awal dan sparse
point clouds yang akan digunakan untuk tahapan berikutnya.
- Accuracy = Memilih tingkat akurasi kecocokan titik dalam
proses matching point
- Low : Akurasi lemah, proses cepat
- Medium : akurasi sedang proses sedang
- High : Akurasi bagus, Proses lambat
- Pair Selection = tipe kecocokan point yang dipilih
- Generic : untuk foto yang sudah built in geotagged (DJI
dll sudah ada GPS di kamera)
- Ground Control : untuk foto dengan geo tagged manual
18
6. Selanjutnya klik menu Workflow, lalu klik Dense Cloud.
Maka akan ditampilkan seperti berikut.
19
Gambar 3.21 Hasil build dense cloud
A.3.3 Interpolation
1. Interpolated digunakan untuk
menginterpolasi beberapa gap yang
terdapat diantara foto yang tidak
terproses.
2. Extrapolated tidak digunakan dalam
Orthophoto
20
9. Setelah proses Mesh selesai, gambar pada aplikasi sudah
terlihat seperti 3D (gambar 3d yang dihasilkan tergantung
pada pemilihan kualitas yang dipilih. Semakin tinggi
kualitas yang dipilih hasilnya akan semakin bagus namun
prosesnya akan jauh lebih lama)
21
10. Lalu proses texture melalui menu workflow.
22
13. Setelah proses DEM selesai, kita dapat melihat bentuk
DEM yang dihasilkan melalui pilihan “DEM” yang
tersedia
23
15. Setelah proses Orthomosaic telah selesai, kita dapat
melihat hasil nya dengan mengklik pada pilihan Orthomosaic
yang telah ada.
24
2. Lalu Pilih Add
3. Lalu pilih Job Type lalu masukan job yang ingin dipakai
dan setting yang digunakan
25
3.5.3 Hasil Foto Dari Aplikasi Agisoft
1) Buka Aplikasi QGIS lalu masukan file Dem dengan format TIF
26
yang sudah anda save sebelumnya di aplikasi Agisoft
27
Gambar 3.36 Tampilan menu contour
28
Gambar 3.38 Tampilan pada saat perubahan warna
7) Lalu atur Layout sesuai dengan keinginan anda seperti dibawah ini
29
3.6.1 Hasil Pemetaan Foto
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan praktikum fotogrameteri, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktikum ini berfokus pada mengoperasikan alat dan membuat
perencanaan pemotretan udara menggunakan drone, serta
mengetahui proses pengolahan data fotogrametri menjadi
pemetaan fotogrametri.
2. Dalam perencanaan data, akuisisi data, pengolahan data, dan
pemetaan diperlukannya Aplikasi untuk memprosesnya seperti
Pix4D untuk akuisisi data, agisoft untuk pengolahan data dan
QGIS untuk Pemetaan.
3. Hasil dari pemetaan fotogrametri ini berupa peta digital yang
didapat berdasarkan pada GCP lapangan pada disetiap sudut
AOI, yang dilakukan dengan pemberian patok yang
dikombinasikan dengan pengukuran terestris atau pengamatan
statik dengan GNSS/GPS Geodetik.
4.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum yang dapat diberikan untuk
kegiatan pemetaan menggunakan drone kedepannya yaitu:
1. Melakukan pengecekan kembali terhadap metode pengukuran
dan peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
tingkat ketelitian yang baik agar data yang akan diperoleh sesuai
rencana dengan daerah yang akan dipetakan.
2. Menyiapkan perangkat Laptop atau Pc yang cukup memumpuni
dalam proses pengolahan data sehingga dihasilkan kualitas
pemetaan foto yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan serta
dapat mencegah kesalahan teknis yang tidak diinginkan.
31
3. Mengolah data dengan teliti agar menghasilkan kualitas data
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pengkajian kembali terhadap kekuatan jaring titik GCP
(Strength Of Figure) serta melakukan pre-analisis mengenai
kesalahan yang dihasilkan tiap titik Ground Control Point
(GCP).
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34