Anda di halaman 1dari 190

Permata Yang

Dirindukan
Daftar Isi

Pengantar Penulis....................... Sebuah Catatan Untuk Seseorang di dalam


Ucapan Terima Kasih................. Sembilu........................
Prolog.......................................... First smile..................................
Permata yang indah...................
Second smile............................. Flashback...............................
Dalih.......................................... Ketiadaanmu di sisiku...........
Ternyata salah.......................... Kamu menitipkan luka..........
Fase kebodohan........................ Terlalu khawatir...................
Takut........................................ Terlalu indah.........................
Terlalu besar............................ Pilihan kedua.........................
Berikan waktu aku sejenak..... Akulah yang jauh...................
Semoga kau datang.................. Seandainya kau tau...............
Kenapa kau tak datang........... Kenapa tidak aku saja..........
Lanskap.................................... Aku tidak kalah....................
Bagaimana dengan pertemuan kita Andai saja.............................
selanjutnya?............................. Entahlah................................
Seberapa lebar kamu Love the sound.....................
Membuka................................ Apakah sudah waktunya......
Pilu........................................... Mimpi.....................................
Kebenaran mutlak................... Hanya kamu...........................
Tuhan saja mampu.................. Pulang...................................
Sadar....................................... Pupus....................................
Ternyata bukan hanya aku..... Kenapa kau datang?.............
Sebelum kepergianku............. Sahabatmu............................
Majnun.................................... Kupatahkan penaku.............
Tersampaikan sudah.............. Berbincang tentangmu.........
Bingung .................................
Pengantar Penulis

Segala puji bagi Allah Swt. yang senantiasa


memberikan hamba-hambanya segala sesuatu yang
mereka pinta. Entah itu terkabul dalam kehidupannya
ataupun terkabul nanti ketika setiap ruh bertemu
dengan kehadirat-Nya.

Shalawat beserta salam tidak pernah


terlupa dari sanubari setiap manusia kepada junjungan
alam nabi besar Muhammad SAW. Seorang manusia
pilihan yang sempurna, tidak ada noda setitik pun yang
terbersit dalam hati junjungan ini. Ia mengajarkan cinta
dan kasih kepada ummatnya. Sehingga tidak ada
seorangpun dari ummatnya yang tidak merindukan
pertemuan dengannya.

buku ini merupakan sebuah karya yang


bergenre roman. sebelumnya, ini hanyalah sebuah
tulisan tulisan kecil yang saya rangkum dalam
lembaran-lembaran buku tentang kisah cinta yang saya
alami sebelum menulisnya dalam sebuah buku. Orang-
orang menyebutnya sebagai buku harian.

Tatkala saya membacanya berulang ulang


terbersit dalam benak saya untuk mengumpulkan
semua kisah yang ada dalam lembaran-lembaran itu
kemudian menulisnya dalam sebuah buku kecil.

Tujuan saya menulis buku ini adalah untuk


mengabadikan kisah cinta saya bersama seorang
perempuan yang selama ini saya rindukan di kejauhan
sana.

Buku ini juga saya tulis sebagai hadiah


untuknya ketika Tuhan memberikan kesempatan
kepada saya untuk bertemu nanti dikemudian hari.
entah kapan waktunya. apakah satu tahun kemudian ,
dua tahun ataukah tiga tahun kemudian. saya
menunggu waktu yang tepat untuk memberikan ini
kepadanya.
Buku ini hanyalah karya kecil yang
memang saya peruntukkan untuk sang kekasih. karena
Ialah yang paling berhak membacanya. akan tetapi
jikalau memang ada yang ingin mengetahui isinya
maka saya mempersilahkan siapapun untuk
membacanya.

akan tetapi, satu hal yang perlu pembaca


ketahui bahwa saya bukan orang yang tau tata bahasa,
bagaimana cara menulis dengan baik dan benar. maka
tidak heran jika ada kesalahan kata dalam
pemulisannya. maka dari segala kekurangan yang
mungkin didapati di dalamnya saya memohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Kerongkong, Senin 23 Juni 2022

Penuls
Ucapan Terima
Kasih

Segala puji bagi tuhan semesta alam


yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menghadirkan buku kecil untuk tambatan hati
yang masih terhalang oleh jarak. shalawat beserta
salam kepada Nabi mulia Muhammad SAW. yang
telah meninggalkan jejak tentang bagaimana
seharusnya seseorang menikmati sebuah rasa yang
dinamakan dengan cinta.

Pada kesempatan ini saya ingin


mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang
telah membantu saya dalam merealisasikan
pembuatan buku ini. terutama kepada Fatin dan
naziha. mereka berdua adalah sahabat dari seorang
perempuan yang saya tuliskan kisahnya dalam buku
ini tanpa sepengetahuan darinya.
Awalanya saya kesulitan mendapatkan
informasi tentangnya karena saya pun kesulitan
berinteraksi dengannya. sehingga saya menemukan
ide untuk mencari sahabat dekatnya yang mungkin
bisa memberikan saya informasi yang lebih tentang
dia dan pada akhirnya, saya menemukan mereka
melalui akun instagram mereka. al hasil mereka
berdua sangat membantu saya untuk
menyempurnakan penulisan buku ini.

Pada awalnya juga buku ini merupakan


saya akan tulis dalam sebuah novel. akan tetapi saya
rasa novel terlalu sulit sebab informasi tentangnya
sangatlah sedikit sehingga menyulitkan saya untuk
memilih alur yang tepat untuk menjadikannya
sebagai karya yang memuaskan saya.

Saya sempat berunding dengan Naziha


sahabatnya tentang genre yang cocok untuk karya
ini. tapi, dia mengatakan kepada saya bahwa untuk
membuat novel maka saya harus bertanya langsung
kepada sumbernya sehingga memberikan info yang
autentik.

Tapi, bagaimana bisa saya akan bertanya


langsung kepadanya jika satu pesan saya saja dibalas
berhari hari bahkan berminggu-minggu. Sehingga
saya memutuskan untuk membuatnya dalam karya
yang bergenre roman. karena walaupun saya
mendapatkan info rmasi yang bisa dibilang sedikit
tidak begitu menyulitkan saya dalam merangakaikan
kata untuk membuat alurnya.

Terima kasih untuk kalian berdua.


Fatin dan Naziha.
Prolog

Terhadap garis waktu aku tetap berjalan


kemana saja ia membawaku. Berjalan mengikuti arus,
berjuang menikmati pahitnya kenyataan hidup. Aku
sering kali berfikir bahwa semua elemen di dunia dapat
aku raih selama aku tetap berusaha. saking
semangatnya dalam berusaha mengejar cita-cita, aku
lupa bahwa pikiranku acap kali membawaku menuju
utopia kehidupan yang mustahil diraih oleh siapapun.
utopia yang aku rangkai di dalam benakku sering kali
tak bisa ku capai karena dihalangi oleh berbagai
macam rintangan. kelemahan diri dalam berusaha,
kurangnya hubungan vertikal dengan Sang Maha
Pencipta, atau mungkin ekspektasi yang terlalu tinggi.

Berjalan sesuai Qadar ketetapan tuhan


memanglah menyenangkan. tapi terkadang menerima
dan memulai ketetapan itu sering kali membuatku
kesulitan,bersamamu misalnya. Bersamamu merupakan
ketetapan yang mungkin masih tersimpan rapi dicatatan
tuhan dan belum terealisasikan. sedangkan tidak
bersamamu merupakan momen dari ketetapan tuhan
yang aku nikmati sedari dulu saat pertama kali aku
memandang indahnya parasmu hingga saat ini.

Aku bisa saja berjalan sesuai ketetapan


disaat aku tidak bisa bersamamu. mungkin mulut ini
bisa bungkam tidak lagi berdebat dengan tuhan atas
kehendaknya yang menyayat ini. Aku tidak sedang
mendemonstrasikan bahwa diriku sedang menuntut
tuhan untuk menuruti setiap kemauanku. itu hanya
merupakan satu sayatan pedang yang bisa disembuhkan
dengan seribu satu macam cara.

Aku hanya yakin pada tuhan bahwa suatu


saat nanti Ia memberikanku skenario hidup yang lebih
indah dari apa yang telah aku pinta. Tidak bersamamu
merupakan satu hal yang yang tidak ku permasalahkan.
tapj kehilanganmu nantinya? kemungkinan akan
menjadi masalah yang cukup besar. lalu apalagi harap
yang akan aku minta jika nantinya kau ditakdirkan
menghilang dari relung hati seseorang yang sedang
menanti dan merindukan kebersamaan denganmu ini?

Kehilangan dirimu adalah contoh dari


hidup di dalam nestapa. Momen dimana nanti aku tidak
mendapatkanmu adalah sebuah kegagalan yang
dipertontonkan oleh seorang laki-laki yang lemah. hati
senantiasa bertengkar dengan mulut .

Mungkin ketidakselarasan antara keduanya


merupakan sebab dari suasana batin yang mencekam.
dan sekarang aku merasakan hal itu. batin tersiksa
ketika aku mencoba untuk melupakan tentang dirimu.
pada waktu itu aku merasakan bahwa pikiran dan hati
tidak lagi bersahabat. Pikiran mengatakan aku harus
membuangmu jauh dari hatiku di ufuk sana. tapi hati
berbisik : untuk apa?
Sebuah Catatan Untuk Seseorang
di dalam Sembilu....

Padamu tulisan ini kupersembahkan.

Sajak dan irama yang kurangkai dengan penuh rindu.

Tentang hal yang dulu pernah ada, dan terbingkai rapi

di dalam jiwa.

Tentang siapa yang menjadi kekasih bagi hati yang

senantiasa bergumam menunggu akan datang seorang

yang membawa ketenagan untuknya.

Tentang harapan yang mungkin bermuara pada

kekeceawaan apabila “sang dia” tidak lagi

menghiraukannya.

Tentang diri yang berada pada titik jemu yang

menyakitkan.
Yang pada akhirnya memilih jalan mendekatimu yang

mungkin menurutnya sebagai kemustahilan.

Padamu tulisan ini kupersembahkan.

Kusampaikan padamu perihal terima kasih

karna telah datang di waktu silam dan kemungkinan

pergi sehingga diri merasa terasingkan.

Tentang betapa dulu aku pernah berada pada titik yang

paling kelam.

Yang nantinya dipaksa menerima sebuah kepergianmu

di saat hati mulai merasa nyaman.

Tentang hiruk pikuk alur nestapa yang kusembuhkan

sendirian.

Tapi, tak dapat dipungkiri bahwa semua itu bagiku

sebagai warna dari kehidupan.

Mungkin tanpa hadirmu, tulisan in tidak

akan pernah ada dalam rekam jejakku,


Tanpa luka yang kusayat sendiri karenamu mungkin

aku tidak akan pernah mengerti bahwa ternyata luka

mampu membawa seseorangsatu langkah lebih kuat

dan mungkin lebih baik.

Terima kasih
Karna yang paling salah
dari jatuh cinta adalah ketika
seseorang terbang terlalu tinggi
pada ekspektasi yang ia buat
sendiri, dari harap yang ia
bangun sendiri.

Sampai-sampai ia lupa
Menyadari bahwa
kenyataannya ia sedang mecintai
seorang diri.
Termasuk sebuah bencana
ketika seseorang mencintai tapi
yang dicintainya mencintai orang
lain.

(Al Imam Syafi’i RA)


CFirst Smile

Pada tulisan ini, namamu kuabadikan.


Agar ketika rindu menyapa, bisa dengan mudah
kutemukan kembali dirimu.

Walau hanya sebentuk kata-kata sederhana.

Bagiku tidak mengapa, setidaknya rindu


terbayar walau tidak pernah lunas.

Semoga awal dari indahnya senyumanmu


berakibat baik nantinta jika kita ditakdirkan bermuara pada
satu ikatan.

A
had, 14 November 2021. Hari itu
memang menyenangkan. Tanpa kau
sadari, kita sedang berada di sebuah
lingkaran permainan.

Aku ingat ketika itu, kau terkena hukuman karna


melakukan kesalahan dalam permainan itu.
Ketika itu aku berada tidak jauh dari tempat
dudukmu-sedang memperhatikan gerak gerikmu
mungkin-, kau tersenyum indah.

Aini? Apakah kau tau? Aku memandangmu. Itu


merupakan kali pertama aku melihat senyuman yang
begitu indah dari dirimu.

“Dan senyummu itu masih


terbayang sampai sekarang”
Permata Yang Indah

Cinta seringkali tidak menginginkan


sepasang kekasih selalu ada di sampingnya. Apalagi
pada dimensi yang belum pantas menurut definisi agama.

Bahkan ada yang mungkin lebih


dahulu dipersiapkan agar ia siap bertemu dengan
tambatan hatinya.
I
ngin sekali aku menulis panjang lebar tentangmu
di lembaran kecil ini. Tapi sayang, terhalang oleh
“manuskrip Tuhan”. Ia bak tabir yang
merenggangkan.

Renggang bukan berarti memisahkan. Tapi menyuruh


agar ia “ sang manuskrip Tuhan” didahulukan.

Tidak akan kuhabiskan rangkaian kata ini. Kecuali, aku


tidak ada lagi di atas hamparan tuhan ini.

Percayalah, walaupun aku hanya ditemani oleh


lembaran-lembaran dan sebuah pena ini, kamu tetap
ada dan akan tetap ada. Walaupun hanya sebatas
banyangan.
“Semoga tuhan senantiasa
menjagamu. Permata yang indah”
Second Smile

Pernah aku bertemu denganmu untuk


kedua kalinya?.

setelah pertemuan waktu itu. Manis


senyummu masih tersimpan dalam memori sampai saat ini.
W
alaupun kamu hanya mengenalku hanya
lewat chat yang kita rangkai bersama,
aku akan tetap menapaki tempat dimana
aku berpijak tapat saat pertama kali sang aku
mengenalmu.

Hanya tau namaku, darimana aku berasal kamu tidak


tau, apalagi mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku
tidak akan menjelaskan siapa diriku. Sangat tidak
penting.

Kamu akan tau aku disaat kamu meminta jawaban atas


pertanyaanmu. Tapi, pertanyaan itu tidak pernah ada.

Tanpa kamu bantahpun, jawabanku sudah terangkai


dalam benakku,”buat apa juga kamu bertanya
tentangku, seseorang yang bukan siapa-siapa dalam
hidup”.
Aku juga sama sekali tidak tau, apa sebenarnya ini.
Rasakah? Rindu? Cinta?. Bagiku mungkin.

Bagimu?
Entahlah! Karna aku hanya berbicara seorang diri.

Matamu semakin jelas. Kamu selalu menampakkan


diri. Seolah-olah jelas ada di hadapanku.

Pernah aku bertemu denganmu untuk kedua kalinya


setelah pertemuan waktu itu. Manis senyummu masih
tersimpan dalam memori sampai saat ini.

Sempat kubertanya kepadamu tentang pertemuan -kali


kedua-itu. Via whatsapp, tapi kamu Cuma bilang “ Aini
ga inget. Lucu juga kamu kan sama sekali tidak tau
bagaimana rupa wajahku.

Aku juga tidak tau apakah ini rasa yang dititipkan oleh
tuhan atau cobaan untukku yang sedang berusaha
menyelesaikan amanah tuhan, bainda nabi, dan orang
tua ini.
Pondok kecil ini menjadi saksi bisu akan tulisan ini.
Shalawat dari surau telah dikumandangkan.

Udah dulu.
Walaupun sebenarnya masih banyak yang ingin aku
abadikan tentangmu di kertas kecil ini.

Darinya yang tak terketahui..


Dalih

“Kata-kata adalah dalih. Ikatan batinlah


yang membuatnya dekat. Bukan kata-kata.”
S
eketika kamu menghampiriku dalam bayang,
seketika itu pula ingatanku kembali tentang
frasa indah Maulana Jalaludin Ar Rumi.

“Kata-kata adalah dalih. Ikatan


batinlah yang membuatnya dekat. Bukan kata-kata.”

Tapi aku merangkai kata di lembaran kertas ini hanya


untuk menumpaskan rasa rindu. Hanya buku yang bisa
aku andalkan ketika bayangmu mulai datang.

Kenapa? Kamu pasti tau!

Karna kamu yang kurindukan tidak akan pernah bisa


datang. Akupun tidak memiliki jalan untuk
menutarakannya langsung kepadamu.

Thanks for you, paper! Kamu rela membiarkan dirimu


tergores oleh penaku ketika siperindu ini merindukan
sang permata di kejauhan sana.
Ternyata Salah

Aku hanya ingin bertanya satu hal, “jika


senja ini lenyap, apakah kamu akan tetap berada di sisiku?”
sebab senja itu memberikan arti kenyamanan yang tak bisa
kupungkiri.

Sebagaimana aktivitas senja, ia akan


menghilang ketika malam akan tiba. Apakah kamu juga akan
berlaku demikian?
S
uatu ketika, aku bertanya tentangmu kepada
temanku-temanku dulu di bangku
SMA/MAMIN dulu-.

Walaupun dia juga tidak tau banyak tentangmu. Dia


juga tau karna dia juga bertanta kepada temannya yang
tentunya dekat denganmu. Dia hanya penyambung
lisanku.

Dia memberitahuku kalau kamu sudah punya ikatan


dengan orang lain. Ternyata kamu sudah berpunya!
Sudah dimiliki oleh orang lain.

Dan luar biasanya lagi, kekasihmu berasal dari satu


wilayahyang sama denganku, hanya berjarak beberapa
kampung saja. Tidak jauh.
Aku sempat bertanya siapa dia yang mejadi orang
berada disampingmu itu. Tapi temanku acuh tidak mau
memberitahuku. Entah apa alasannya.

Yang inginku katakan ialah bahwa ternyata salah !

Salah dalam mencintaimu!


Fase Kebodohan

Percintaan merupakan cara terbaik untuk


menyakiti diri sendiri.

Aku memang sedang terlukadan punya


keinginan yang kuat. Namun, kehadirannya adalah ketenangan
yang menyembuhkan.
K
adangkala, aku sendiri merasa jengkel
dengan diriku sendiri. Memikirkan keadaan
yang tak pasti. Menunggu orang yang ku
sebut dengan “ si permata” yang sedang berada di
kejauhan.

Aku bertanya, kebodohan macam apa ini?

Adakah kebodohan yang paling besar selain mencintai


orang yang sama sekali tak mengenal dirimu?

Tidak!

Justru inilah yang dimaksud oleh baginda nabi.


Dijanjikan dengan sebuah kematian suci karna
membawa cintanya yang begitu murni, tidak
dilecehkan oleh perbuatan yang membawanya pada
kesalahan. Bagaimana cintanya bisa dianggap sebagai
suatu kesalahan sedangkan dia hanya mengisi cintanya
dengan kerinduan?
Apakah kamu berani menganggao si majnun sebagai
orang bodoh terhadap segala perbuatan yang dia
lakukan terhadap kekasihnya ,Laila?

Cintanya begitu murni karna tidak pernah ada satupun


satu perbuatan yang melecehkan cintanya terhadap
Laila kekasihnya. Karna ia hanya mengisinya dengan
rindu.

Lantas siapa yang berani menyalahkan orang yang


merindu, sedangkan rindu tidak pernah sengaja dibuat-
buat kedatangannya? Hanya datang secara tiba-tiba?
Apakah ketika seorang tamu datang
kepadamu secara tiba-tiba tanpa sebuah pemberitahuan
sebelumnya, lantas kamu langsung meyalahkan dan
mengusirnya dari rumahmu tanpa menjamunya
walaupun dengan secangkir air?
Takut

Aku mencoba setia dalam merindu. Namun


terkadang kejam, kau adalah milikku, tapi memilih untuk tidak
datang dan menjauh pergi.

Tanpamu mungin aku tak berdaya.


S esekali aku mencoba menjauhkan banyangmu dari
benakku dengan satu alasan, takut!.

Takut nantinya berada dalam keterpurukan.

Hari ini malah aku tidak lagi percaya terhadap


kemungkinan. Kemungkinan untuk memilikimu, sangat
mustahil!.

Aku mencoba melepaskanmu, memilih menaruh hati


dan harap kepada wanita lain. Tapi, setiap kali aku
ingin, seketika bayanangmu datang, seolah berbisik.

“jangan!”
Baiklah, aku akan mengikuti bisikan itu.

Terlalu Besar
Cinta bukanlah karya mereka yang
lemah grmulai. Cinta adalah karya para petarung.

Mereka yang yang menjadi pelayan cinta


adalah para penguasa yang beruntung.
S
ebenarnya semua orang
harus percaya kepada
kemungkinan. Kemungkinan
kalah atau menang, mendapatkan atau kehilangan.

Mungkin orang di luar sana memilih


sisi positif dari kemungkinan yang ia dambakan dengan
kepercayaan diri yang mereka miliki, itu sudah pasti!

Tapi aku?.

Kenapa malah memilih sisi negatif


darinya?.

Aku kehilangan kepercayaan diri!

Harap yang terlalu besar memaksaku


untuk mengikhlaskan kehilanganmu nantinya jika
memang takdir tidak datang menjadi hakim yang
mempertemukan, apalgi mempersatukan!
Berikan Aku
Waktu Sejenak

Sunyi adalah bahasa tuhan.


Yang lain adalah terjemahan yang buruk.

Apalagi hanya sebatas ekspektasi besar


tentang dirimu.
M
alam ini begitu mencekam, udara yang
begitu dingin, ditemani dengan
senyapnya suasana pondok yang
menyebabkan para penguninya sedikit melapisi tubuh
mereka dengan tambahan selimut agar tidak terluka
dengan dinginnya udara malam sehingga mereka bisa
tertidur dengan pulas.

Tapi, kenapa Aku masih terjaga?


Aku ingin sekali istirahat!

Karna aku butuh banyak tenaga untuk memulai


kegiatanku esok harinya. Yang ku sebut dengan
“manuskrip tuhan” belum tuntas kuhafalkan.

Ayolah aini!

Enyah dulu dari fikiranku, berikan aku waktu


beristirahat sejenak! Apakah kau dengar?
Semoga Kau Datang

Aku menginginkan kehadiranmu walaupun hanya sekedar hadir


dalam sebuah mimpi.

“Semoga Kau Datang”


M
alam yang suntuk dan aku masih
bermain dengan penaku. Pandanganku
masih tertuju pada beberapa gores
kalimat yang belum lama kurangka ini.

Tuhan...!

Aku mengundangnya untuk datang malam ini.


Sampaikan pesan ini kepadanya agar dia bisa
menyempatkan diri untuk menerima undanganku.

Bukankah salah satu hak seorang muslim terhadap


muslim yang lain adalah menghadiri undangannya?

Aku menginginkan kehadiranmu walaupun hanya


sekedar hadir dalam sebuah mimpi.

“Semoga Kau Datang”


Kenapa Kau Tak
Datang?

Kesendirian sesaat di dalam


kamarmu, akan terbukti lebih berharga dari
apapun yang diberikan kepadamu.

Tapi menurutku Mungkin jika saat


itu kau datang dalam mimpi itu, itu akan lebih
baik.
T
adi malam, aku menulis beberapa rangkaian
kalimat untukmu. Dalam kesunyian, suara
pena senantiasa terdengar diatas lembaran
kertas yang terluka karna goresan.

Malam itu, entah kenapa mataku seakan -akan


melarang untuk dipejamkan.

Alasannya hanya satu. Yaitu kamu!

Tapi badan terasa lelah, dan yang ku inginkan hanyalah


istirahat.

Aku sudah membuat undangan untukmu tadi malam.


Mengundangmu untuk hadir dalam mimpiku.

Akan tetapi, kenapa kau tidak datang?


Lanskap

Memejamkan mata dan


membayangkan seolah olah kamu tersenyum di
hadapanku,

Begitulah caraku mengobati


rindu.
M
alam itu bagiku sangat membosankan.
Kamu tidak tahu kalau aku beberapa
bulan tidak lagi memegang si kotak
persegi itu di pondok ini. . Smartphone maksudku.

Yah, untuk menyelesaikan menyelesaikan manuskrip


tuhan ini. Merelakan untuk tidak memegangnya untuk
beberapa waktu.

Aku jengkel dengan kawan-kawanku yang terlalu sibuk


dengan si persegi panjang itu.

Tapi, tidak lama setelah itu, salah satu dari mereka


pergi dan meninggalkan smartphonennya.

Aku tidak terlalu berfikir lama untuk mengambilnya,


karna mereka tidak tahu bahwa itu yang sedang aku
tunggu, walapun sedikit menjengkelkan.
Aku langsung mengambilnya sebari mengetab aplikasi
facebook untuk mencari salah satu akun dari teman
satu organisasi yang kamu ikuti.

Kamu pasti mengenal Syafi’i Syarif? Aku juga


mengenalnya tapi tidak terlalu dekat. Hanya sekedar
tau.

Kenapa?

Karna landskap fotomu bersama teman-temanmu


terupload diakunnya.

”hanya untuk melihat senyum manismu Aini”


Bagaimana dengan
Pertemuan Kita
Selanjutnya?

Sebernarnya jarak bukan satu-satunya


alasan perihal seberapa jauh atau dekatnya seseorang.
Sebab yang bersekatanpun jika tanpa melibatkan
perasaan, akan terlampau jauh dari sekedar jutaan
kilometer yang membentang.

Ketidakmampuanku untuk
menemuimu setiapa hari menjadi alasanku untuktetap
rindu.
H
anya dua kali kita dipertemukan di tempat
yang berbeda. Pertemuan yang bisa di
hitung oleh jari itu tidak lantas membuatku
tidak mampu lagi menulis rangkaian kalimat ini
untukmu. Sudah banyak kisah yang Aku rasakan
kemudian kuabadikan di atas lembaran kecil ini.

Aku tumpahkan semua rasa rindu di sini. Tapi


terkadang ada beberapa kisah yang tidak bisa kutulis
dan jelaskan.

Begitu pula dengan rasa yang senantiasa menggebu ini.


Tidak banyak yang mampu aku jelaskan. Mungkin
Habiburrahman El Syairazi dan Asma Nadia mampu
membantuku untuk menjelaskan rasa yang tidak
mampu Aku utarakan ini. Tapi apa mungkin?

Sayangnya manisnya gula tidak akan pernah bisa


dijelakan hanya bisa dirasakan. Begitu pula dengan
rasa rindu yang senantiasa ada ini.
Segelumit kisah telah dan akan ku abadikan hanya
dengan dua pertemuan yang tidak kita rencanakan.

Lantas...?

Bagaimana dengan pertemuan kita selanjutnya? Tidak


akan pernah habis!
Seberapa Lebar
Kau Membuka

Saat seseorang melakukan sesuatu dari


jiwanya, dia akan merasakan sungai mengalir yang dinamaan
dengan kebahagiaan.
R
embulan sedang berada pada poros
sempurna. Sinar bulan purnama yang
mampu menyinari gelapnya malam.

Kehenianganpun mulai terasa.

Cahayanya begitu terang. Tapi sial, sinarnya tidak bisa


masuk menembus ke dalam kamarku. Sebuah ruangan
kecil yang tertutup pintu, jendela, dan semua lubang
yang ada padanya. Yang terbuka hanya pentilasi udara,
itupun jumlahnya hanya beberapa saja.

Kenapa di dalamnya begitu gelap? Padahal di luar sana


cahaya sang rembulan sedang berada pada keadaan
sempurna?
Maulana Arrumi pernah menuturkan dalam baitnya
syairnya :

“Seberapa lebar kau membuka, maka sebesar itu pula


yang kau dapatkan”
Walaupun sinarnya begitu terang, mampu
menyelamatkan malam dari kegelapan. Akan tetapi
kalau pintu dan jendela dari rumah-rumah ini tertutup
apakah sinarnya bisa kau nikmati?

Aku mencoba membuka ruang hatiku selebar-lebarnya


untuk menyambut kehadiranmu.

Permataku! Akulah yang membuka pintu rumah itu dan


kaulah cahaya rembulan yang ku maksud.
Pilu

Bagian terburuk dari jatuh cinta adalah


ketikatahu bahwa diriku ini tidak baik untukmu tapi tetap saja
keraas kepala ingin mencintaimu.

Terkadang, cinta memang ahli dalam


melumpuhkan logika.
S
uatu masa, seorang ratu hidup di kerajaan
yang sangat megah. Sang ratu sangatlah
masyhur. Siapa gerangan yang tak
mengenalnya?.

Akan tetapi, bukan singgasana dan kerajaan yang


megah berlapis emas permata yang mebuatnya terkenal
sampai penjuru negeri.

Akan tetapi, kenggunan watak dan wajah membuat


rakyat takjub kepadanya. Kebijaksaanya memberikan
pelukan hangat kepada rakyat yang dia pimpin.

Suatu hari, datang seorang pengemis mengetuk pintu


kerajaannya. Apabila pintu itu tersentuh dengan
ketukan maka seisi kerajaanpun akan mendengarkan
ketukan itu.
Si pengemis datang dengan penuh harap agar sang ratu
keluar menemuinya kemudian memnuhi beberapa
permintaannya.

Sangat pilu.

Sang ratu tak kunjung keluar menemuinya. Harapan


pun dengan rela ditelan dengan penuh kepahitan.

Aini!

Akulah pengemis yang rela menelan pahitnya harap


menerima kenyataan ini. Dan kaulah ratu yang tak
kunjung keluar menemuiku.

Ada apa?

Kau tak menghiraukan kehadiranku!


Kebenaran Mutlak

Kebajikan cinta itu adalah ibu. Kita adalah


anak-anaknya. Dia bersinaar dalam diri kit. Terlihat tak kasat
mata.dan di kala kita kehilangan kepercayaan dan merasakannya.
Dia akan tumbuh kembai.
K
ebenaran merupakan sebuah elemen yang
harus ada adalah segala hal. Dialah yang
membuat segala sesuatu menjadi indah.

Mungkin kau tau, ketika kamu melihat bangunan yang


begitu megah dan indah, tapi ada sebuah lubang kecil
yang belum terselesaikan pengerjaannya.

Ketika setiap orang melewati bangunan itu mengatakan


“betapa indahnya bangunan ini dan alangkah lebih
indah apabila lubang itu segera di perbaiki”. Itulah
permisalan dari sebuah kebenaran.

Ketika kamu melakukan kebaikan, apakah kau yakin


kebaikan yang kau lahukan adalah sebuah kebnaran
dalam waktu yang bersamaan, atau sebaliknya?
Kebaikan itu ibarat bangunan yang megah sedangkan
lubang yang ditutup sehingga ia tak lagi nampak adalah
kebenaran. Itulah yang mebuatnya semakin indah.

Ketika kebenaran mendampingi kebaikan, apakah kau


akan ragu bahwa ia akan menjadi sebuah keindahan
yang kau dambakan?

Cinta merupakan kebaikan yang membutuhkan


kebenaran sekkalagus pembenaran dalam
menjalankannya.

Ketika kebenaran mutlak dari cinta telah kau temukan,


siap yang bisa melarang untuk kau suarakan? Apakah
si pemilik bangunan yang megah itu dilarang untuk
memperbaiku tembok yang berlubang itu?.

Aini!.

Jika kau menolak, kamu sama sekali tidak bisa


melarang sipapun dalam menyuarakan kebenaran cinta!
Karna aku telah menemukannya.!

Tuhan Saja Mampu

Tuhan membolak-balikkan pearasaanmu dan


mengajari hal-hal yang bertolak belakang dengan keinginanmu.
Agar kau tau bahwa kau memiliki dua sayap
untuk terbang, bukan hanya satu.
T
uhan segala yang ada menurut kadarnya,
tidak akan pernah tertukar, terbalik, apalgi
sia-sia. Tuhan menciptakan segala yang ada
menurut kehendaknya dan diberikan kepada hambanya
yang dikendaki-Nya juga.

Tuhan yang menentukan dimana akan diletakkan


sebuah rasa cinta dan rindu, kepada hati siapa ia akan
tinggal.

Tuhan memberikan ruang khusus untuk cinta di dalam


hati seseorang sehingga dia bisa merasakan keindahan
yang luar biasa dalam hidupnya.

Rasa diciptakan oleh tuhan agar seseorang mampu


mengiba melihat keadaan orang lain yang berada dalam
keterpurukan.

Begitu pula dengan rindu. Rindu disiptakan oleh tuhan


agar seseorang bisa menjadi perindu yang memberikan
kasih kepada sesamanya.
Cinta yang sebenarnya hanya bisa dimiliki oleh
seseorang yang memahami inti daripadanya. Bukan
berasal dari pandangan mata, kemudian timbul secara
tiba-tiba sebuah rasa yang kita anggap sebagai cinta.
Bukan! Tapi lebih dari itu.

Cinta tuhan diciptakan agar kamu yang mengaku


menjadi “pecinta” agar kamu merasakan kebenaran dan
keindahan yang ada pada-Nya.

Tuhan bertitah dalam firman-Nya :

”Cintaku wajib bagi hamba-hambaku yang duduk


bersamaku”

Tuhan mampu menerima siapa saja yang mau duduk


beesimpuh dengan_Nya. Lantas kamu yang diberikan
kesucian oleh tuhan masih memilih siapa yang berhak
duduk bersamamu?
Sengaja menutup rapat relung hatimu untuk seseorang
yang menginginkan dirinya masuk menikmatinya?

Kamu yang mengaku telah diberikan pemahaman


terhadap kesempurnaan cinta masih saja berlaku
demikian?

Tuhan saja mampu berlaku adil sehingga kasih akan


terus dirasakan oleh sekalian alam dalam pelukan
mereka. Lantas kamu?

Apakah lazim?
Sadar

Bukankah lebih baik tenang dalam


kesendirian daripada merasa sakit dalam keramaian?

Hanya satu rangkaian frasa yang menjadi


tirai bagiku bersiul kotor “tidak salah merasa sakit untuk
kebahagiaan orang lain”
I
bnu ato’illah menuturkan bahwa kekuatan
semangat tidak akan bisa menembus tirai
kepastian yang telah ditetapkan oelh tuhan.

Aku sadar akan kelemahan yang pada diri ini. Aku


tidak bisa menaruh rasa yang telah lama ku pendam ini
ke ke dalam hatimu agar kamu bisa merasakannya.
Karna , aku lemah.

Seandainya aku mampu, aku akan segera menaruhnya


agar kau bisa mendengar dan merasakan kerasnya
detakan jantungku ketika bayangmu mulai datang. Tapi
aku juga lemah akan hal itu.

Aku adalah seorang hamba, begitupula dengan dirimu.


Tidak ada pembeda diantara kita dihadapannya. Kita
selalu sama ketika kita datang kepada-Nya.
Aini!
Kita sama-sama lemah!
Walaupun tuhan telah menetapkan kelemahan kepada
diriku, setidaknya aku memliki keinginan dan
semangat.

Memilikimu adalah keinginanku!

Jika memang tuhan tidak tidak menakdirkanmu untuk


berada di sampingku, paling tidak semangat dari
keinginanku ini menjadi bukti yang akan ku
perlihatkan di hadapan-Nya nanti. Ketika alam yang
fana ini telah sirna.

Ternyata Bukan Hanya


Aku
Tengoklah ke dalam, dan temukan dari mana
orang mencintai.

Itulah kenataannya, bukan bermuara apa


ang mereka katakan.
M
alam ini, -di pondok kecil ini- aku
berkumpul bersam para pembina yang
tinggal di pondok ini. Mereka dua tahun
lebih dewasa dariku, bahkan ada juga yang empat
tahun lebih dewasa.

Aku tidak mengira pembicaraan kami menjurus pada


persoalan cinta. Aku terdiam mendengar kisa pilu yang
telah mereka alami selama mengenal cinta.

Yang tidak pernah aku duga, salah satu dari mereka


sedang memendam cintanya yang ia temukan 2 tahun
yang lalu.

Sangat pilu!

Ternyata bukan hanya aku yang sedang merasakan


pahitnya sebuah percintaan!
Aku sungguh mencintaimu, Aini!
Sebelum
Kepergianku

Ini hanya sebatas pilihan. Aku hanya mampu


mengaminkan. Prihal Tuhan membawaku kesana atau tidak. Itu
hak preogratifnya. Aku tidak perlu mencampurinya.

Tapi tidak salah mengaminkannya.


C
ukup indah cerita untuk malam ini. Tidak tau
esoknya bagaimana. Intinya aku sangat
menikmatinya. Malam ini pimpinan pondok
berpesan padaku : kamu juga harus pergi sejauh mana
yang kamu mampu!

Seketika itu semua rencanaku tahun ini pudar begitu


saja. Sebenarnya aku akan masuk kuliah tahun ini. Tapi
karna pimpinan pondok mendoakan seperti itu, tidak
ada yang bisa ku lakukan selain mengaminkan.

Fikiranku lansung tertuju pada negeri yang dikenal


dengan “negeri piramida”. Pusat peradaban dan ilmu
pengetahuan islam. Pusat pengkaderan singa-singa
Allah.

Saat itu pula, fikiranku langsung tertuju padamu. Aini?,


jikalau takdir tuhan mengizinkanku untuk memenuhi
pesan itu, aku akan mengungkapkan segala rasa yang
telah lama ku pendam ini sebelum kepergianku
meninggalkanmu untuk sementara waktu.
Insya allah!
Majnun

Dan jika setiap jalan tertutup di hadapanmu,


jalan rahasia akan memperlihatkan lorong tersembunyi yang tak
dapat di lihat oleh mata orang lain.

Mungkin si majnun telah mnemukan lorong


tersembunyi dalam dunia percintaan sehingga apa yang ia lihat
tentang kekasihnya tak akan pernah sama.
M
aulana Rumi pernah menulis sebuah
kisah dalam bukunya –fihi ma fihi-.
Beliau menceritakan bahwa ada seorang
raja menemui Qais al mulawwah yang dikenal dengan
sebutan “majnun”.

Raja tersebut datang dengan membawa beberapa gadis


pilihan yang memiliki paras yang sangat mempesona.

Sang raja berkata kepada majunun: apa gerangan yang


membuatmu begitu cinta pada Laila?
Di hadapanmu telah aku bawakan gadis-gadis jelita
untukmu!.
Qais terdiam dan tidak berani mengangkat kepalanya
sedikitpun untuk melihat pesona gadis-gadis yang
dimaksud oleh raja. Lantas raja bertanya: apa gerangan
denganmu? Lihatlahlat apa yang ada di hadapanmu!

Qais dengan lugas menyambut perkataan sang raja :


ketahuilah, cintaku pada Laila bagaikan pedang yang
terhunus. Aku takut tatkala aku membuka mata
kemudian melihat mereka itu akan melukai mereka!

Aku bisa Aini!


Aku hanya tertuju padamu!
Percayalah!
Tersampaikan sudah

Apa yang kutulis adalah apa yang ingin


kuabadikan.
Cinta itu sederhana.

Yang membuat sulit adalah harapan yang


terlalu tinggi untuk memiliki.
M
enakjubkan, temanku yang telah
kuceritakan sebelumnya mengalami hal
yang cukup indah. Ia yang aku maksud
telah memendam cintanya sejak dua tahun silam telah
mengungkapkan perasaannya kepada gadis idamannya.

Apalagi yang akan menghampirinya selain


kebahagiaan. Akhirnya dia sedikit memiliki konsentrasi
dalam menghafal manuskrip tuhan yang belum selesai
ia tuntaskan.

Aku apa kabar?

Sampai kapan aku akan memendam?

Apakah aku harus menunggu penantian yang lebih


lama dari itu kemudian aku sampaikan?.

Terlalu lama Aini!


But, i wanna say thank for you. Because what? Aku
melihat storymu di akun instagram milikmu tadi
malam.

Memandang wajah anggunmu. Bukan bermaksud apa-


apa. Aku hanya ingin menumpaskan rasa rinduku
padamu.

Selain itu, aku juga ingin say thanks untukmu bahwa


storymu cukup menjadi reminder untukku: “dunia
hanyalah mimpi dan kamu akan terbangun ketika kamu
telah mati”.

Apakah kamu juga bagian dari mimpi itu?


Bingung

Hai apa kabar?

Segala sesuatu ada masanya untuk beristirahat.

Termasuk hubungan, apalagi hubungan ini yang


belum pasti. Mungkin butuh spasi untuk kembali memperbaiki,
Butuh ruang untuk berjeda agar tidak lupa bahwa
sebaik-baiknya cinta adalah saling mendo’a.
H
ai aini, apa kabar? Semoga tuhan selalu
menemani setiap langkah dalam hidupmu.
Kadangkala seorang diharuskan mengalami
kebingungan, entah itu dipaksa oleh keadaan atau
ulahnya sendiri.

Itu yang aku rasakan saat ini. Bingung yang tercipta


karna ulahku sendiri. Bingung menganggapmu seperti
apa dalam hidupku.

Apakah kau seperti senja yang memancarkan warna


yang indah di ufuk barat sana?

Ataukah menganggapmu seperti pasang surut air laut


yang sedikit memberikan suara bising ketika berada di
dekatnya?

Atau malah menganggapmu seperi fatamorgana di


tengah padang pasir yang tandus?
Ataukah seperti oase yang mampu menyihir siapapun
sehingga semua orang tertuju padamu tapi mereka lupa
bahwa itu adalah sebuah tipuan mata?

Tatkala aku menganggap hadirmu seperti senja yang


akan mewarnai kehidupanku dengan indahnya jingga
yang kau miliki, aku akan malah akan kehilanganmu
karna seisi dunia tau bahwa senja akan tenggelam pada
maktunya. Warna jingga yang ia miliki berubah
menjadi warna hitam pekat yang menakutkan. Aku
akan kehilangan.

Tatkala aku menganggapmu seperti air laut,. Pasang.


Yang membantu para pelaut yang hidup di pesisir
pantai berlayar untuk pulang menikmati hasil lautnya,
aku juga akan kehilangan karna pasir pantai
memberitahuku bahwa air laut juga akan surut pada
waktunya. Ketika para pelaut telah memulai
aktifitasnya di tengah samudra. Mereka akan semakin
jauh dari pandangan mata.
Atau malah seperti fatamorgana di tengah panasnya
gurun di Sahara? Aku menganggapmu ada. Akan tetapi
ketika aku mendekat, apa yang aku inginkan darimu
tidak aku dapatkan.

Seperti kisah Siti Hajar yang berjalan di tengah


gersangnya gurun mencari air untuk anaknya, Ismail.
Tapi, semuanya fana. Begitupula keadaanku kepadamu,
seperti fatamorgana yang aku buat sendiri.
Flasback

Rindu bukan berarti ingin mengulang masa


lalu.

Perihal aku masih merindu atau tidaknya aku


padamu. Jangan tanyakan padaku, karena bibir ini bisa
saja menipu.
Cukup amati saja jatuhnya air mata, di sanalah
kamu akan menemukan jawaban yang sesungguhnya
P
agi itu sangat cerah. Sang mentari cukup
memberikan kehangantan pada kulit yang
baru saja terluka dengan dinginnya udara
malam.

Aku rindu perjumpaan itu. Duduk di sebuah lingkaran


permainan bersamamu. Kendati di sana bukan hanya
aku dan kamu. Tetapi, apakah aku salah ketika itu aku
menggapmu hanya bersama denganku?

Ketika para jama’ah sudah memulai takbirnya, dia


merasa bahwa pada waktu itu yang ada hanyalah ia dan
tuhan . walaupun sang imam memperindah bacaannya.
Walaupun ia berada di tengah keramaian jama’ah. Tapi
yang ia rasakan keberadaanya adalah hanya ia dan
tuhan.

Aku tidak sedang menyamakan keeberadaanmu dengan


tuhan. Tapi aku hanya menjelaskan kepadamu bahwa
itulah yang aku rasakan kendati waktu itu kita berada
di tengah-tengah keramaian.
Dalam lingkaran itulah sang aku dan sang kamu
dipertemukan. Aku jatuh cinta, tidak tahu alsannya apa.
Tidak mengerti apa yang sebenarnya ada. Apapun
alasannya aku tidak menghiraukannya.

Senyummu begiu indah.

Aku ingin mengulang perjumpaan itu. Saat itu aku


seperti pemuda yang baru mengenal cinta. Jika
memang berjodoh, walaupun saat itu kita hanya sebatas
bertemu. Percayalah kalau kamu akan ditakdirkan
untukmu.

Tuhan selalu memiliki alsasan untuk mempertemukan


kembali dengan caranya sendiri.
Ketiadannmu di
Sisiku

Hidup itu penuh dengan kejutan. Seperti


kamu yang tak pernah kuduga, ternya menjadi alasanku
bahagia.
A
ku merindukanmu. Begitu suara parau itu
terdengar di seberang sana. Sekarang kita
memang berjauhan. Rindu hanya bisa
terbayarkan sebatas di layar kaca. Melihat sua fotomu
di sosial media.

Namun aku percaya bahwa apa yang aku pendam saat


ini akan terwujud pada waktunya. Yakinlah cintaku
akan tetap utuh meski jarak membuat raga jauh. Kamu
selalu memenuhi fikiranku.

Hidup itu penuh dengan kejutan. Seperti kamu yang tak


pernah kuduga, ternya menjadi alasanku bahagia.

Kamu Menitipkan
Luka

Baca dan pahamilah kalimat ini.


Sesakit apa punkehilangan yang seseorang almi
hari ini, pada suatu saat nantiakan datang hari di mana hari itu
dia akan menjadi seseorang yang bruntung.

Merasa sakit hari ini ini merupakan hal yang patut


disyukuri. Sebab, Tuhan tidak akan tidak akan mungkin
mengambil sesuatu tanpa mengembalikan sesutu yang lebih baik
Mungkin luka yang kubuat sendiri juga akan
terobati dengan kedatanagnnmu.
P
ada awalnya, tidak terlintas di fikiranku
bahwa kamu telah dimiliki oleh orang lain.
Rasa yang terlalu penasaran ternya
membuatku terluka.

Terlalu penasaran tentangmu siapa kamu, dari mana


asalmu, bahkan tentang siap yang sedang berada
disampingmu. Kekasihmu maksudku.

Aku menyesal bertanya terlalu luas tentangmu.


Jawaban itu pastinya bukan dari pemberitahuanmu
kepadaku.

Aku menyesal karna aku mendapatkan ujung yang


menitipkan luka untukku yang baru saja mencintaimu.

Aku tidak sedang menyalahkanmu. Itu kesalahanku


karna terlalu akhir mengenal hadirmu.
Tetap Bertahan
Dengan Perasaan Yang
Dibangun Sendiri

Malam ini hujan, lalu larlang kendaraan seketika


sepi. Seerti halnya kamu dalam mtaku.
Tapi kepalaku tetap ramai akan tentangmu.
Seperti derasnya rintik hujan yang gemuruh.
Ingin sekali rasanaya kubenturkan kepalaku ke
tembok lalu menjadi anesia karena aku ingin tahu bagaimana
rasanya sehari tidak mengingatmu
A
da yang sedang termangu di dalam
kamarnya. Raganya dia mematung, sedang
hatinya cemas mencari sebuah jawaban dari
ketidakpastian. Prihal sedang apa dan dengan siapa
seseorang yang dicintainya.

Ada yang sedang menitipkan rindunya dalam sebuah


do’a. Meyakinkan dirinya bahwa suatu saat nanti
rindunya akan terbalaskan meski tanpa tau pasti kapan
akan terjadi.

Ada yang sedang terengah-engah mengejar agar


langkahnya selalu sejajar. Melakukan segala hal,

bahkan rela menjadi orang lain dengan harapan kelak


keberadaannya daat dianggap ada oelh sepaasang mata
yang dicintainya.

Ada yang malam ini bertanya prihal apakah namanya


berada di hati seseorang yang dianggapnya istimewa.
Padahal ia tahu jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Tetapi memilih tidak peduli. Ia tetap percaya kelak
akan menjadi satu-satunya puan di hati seseorang yang
sedang didamba. Lalu ada yang berfikir dan mulai
menyadari. Tapi pada akhirnya, pilihannya tetap sama.

Tetap bertahan dengan perasaan yang dibangun sendiri.


Tetap menunggu, padahal ia tahu bahwa ia sedang
menunggu ketidakpastian.
Terlalu Khawatir

Akan ada pada waktunya.


Jatuh cinta padamu membuatku menyadari bahwa
ternyata kehilangan itu bukan hanya perihal seseorang yang ada
kemudian tidak ada. Tapi, seseorang yang dianggap selalu ada
tapi tak pernah terlihat keberadaannya.
Aku terlalu khawatir tentangmu.
Bagaimana keadaanmu di kejauhan sana?
Dengan siapa kamu tertawa?
Kepada pundak siapa kau bersandar ketika kau tengah
mengiba?
Kepada siapa kau merindu ketika perasaan itu mulai
menghampiri?
Dengan siapa kamu mencinta?

Kepada siapa kau menceritakan kesih dan keluh


kesahmu?

Hanya saja kamu tidak tahu bagaimana aku


memikirkanmu. Aku tidak peduli tentang kamu yang
sama sekali tidak mengenal siapa diriku.
Aku hanyalah seseorang yang mencintaimu dari
kejauhan. Tanpa kuundang kau selalu datang.
Bayanganmu selalu nampak di depan mata.

Apakah ini adalah sebuah tanda bahwa aku terlalu


menitipkan harap? Mungkin saja. Melihat kelakuanku
yang tak biasa, bukan tidak mengkin kalau aku
menaruh harap yang lebih kepadamu.
Terlalu Indah

Lambu bisa saja berbeda, cahaya tetaplah cahaya.


Akan memberikan keindahan.

Kesabaran bukanlah duduk dan menunggu.


Melainkan memandang kke depan.
Memandang duri san melihat mawar.
Memandang malam dan melihat siang.

Para pecinta akan tetap sabar dan tau baha bulan


butuh waktu untukmenjadi purnama yang sempurna hingga ia
menjadi indah.
A
ku ingin kau tau bahwa aku di sini sedang
menanti kehadiranmu. Menunggu
kehadiran sang permata yang sedang berada
di kejauhan sana.

Tapi, bagaimana bisa?

Aku memang menantikan kehadiranmu tapi jarak


begitu buas menjadi pemisah diantara kita.

Andai saja jarak dijadikan barang dagangan yang


dipasarkan, mungkin akulah orang yang pertama akan
membelinya kemudian aku jadikan ia sebagai budak
yang bisa ku perintahkan agar tidak lagi menjadi
pemisah yang terlalu buas dan berhenti dan berhenti
menjadi tabir antara aku dan dirimu.

Tapi sayang mimpi itu terlalu indah sehingga


membuatku tak kunjung bangun dari tidurku yang
begitu lelap.
Pilihan Kedua

Wanita merupakan kekuatan besar. Ia dapat


mengikat simpul di dada seseorang dan hanya nafas Than yang
dapat melepaskannya.

Jangan anggap remeh pesonanya.


A
ku tidak pernah menganggap sebuah
kebodohan jika aku harus mencoba untuk
tetap menunggu. Walaupun aku tahu
sebelumnya dijanjikan dengan sebuah kepaastian oleh
semesta.

Dikarnakan aku tidak memiliki keahlian untuk


melawan kata hati. Sekalipun aku berusaha
melawannya, sejauh apapun aku melawannya, sejauh
apapun aku berlari, pada akhirnya cinta akan memutar
balik langkah untuk kembali.

Pilihan kedua hanyalah menjadi alasan untuk tetap


bertahan menatap hadirmu di sisiku yang sedang
menikmati ketersendirian. Menetap dan kemudian
memilikimu.

Apa mungkin?

Apakah harus aku tanyakan kepada tuhan prihal


kemustahilan?
Tidak! Ternyata tuhan telah dahulu bertitah jika dia
ingin maka terjadilah. Apakau mendengarnya.
Kemungkinan tidak menjadi sifat bagi tuhan apalagi
mensifatinya dengan sebuah kemustahilan. Tidak
mustahil aini.

Apakah kau dengar?


Akulah yang jauh

Seseorang yang menemukan cinta di balik luka dan


kesedihan akan lenyap dalam kekosongan dengan ribuan tujuan
yang baru.

Karena kerinduan adalahinti misteri. Kerinduan


sendiri akan membawa kesembuhan.
Dan satu-satunya aturan adala rasakan
penderitaannya.
S
uasana siang yang mencekam sedang keringat
bercucuran dengan derasnya. Menitik seakan-
akan telah menjadi kebutuhan. Lelah yang tak
diundangpun tiba-tiba menyapa tubuh.

Seorang sedang mengisi kekosongan diri di sebuah


kamar kecil sebari mengobati goresan kekecewaan
yang dibuat sendiri olehnya. Karna ia tak mungkin
menyalahkan sang permata, karna ia tak pernah
berinteraksi dengannya.

Lantas kenapa kekecewaan itu tetap ada?

Kecewa terhadap diri itu sebuah kewajaran. Prihal


seseorang tidak bisa berbuat adil terhadap hati dan
akalnya yang selalu bertengkar itu juga hal yang
lumrah bagi setiap orang yang baru saja terluka dengan
cinta yang sedang dibangun di dalam ketersendirian.
Ketika seseorang baru saja membangun sebuah cinta
dalam dirinya kemudian dia berkhayal berandai-andai
dengan pujaan hatinya, prihal apa yang akan ia tempuh
nantinya itu juga hal yang wajar.

Maka kau tidak perlu menyalahkan aku yang berlaku


seperti itu, karna aku baru saja membangun sebuah
cinta, berkhayal perihal bagaimana aku nantinya
bersama permata pujaan hati yang aku rindukan.

Di manakah kau pujaan hatiku?


Bagaimana keadaanmu disana?

Adakah kekasihmu memberi ketenangan?


Sudahkah kau tertawa hari ini?

Seandainya kau hadir disini, mungkin keadaan hatiku


baik-baik saja. Tapi kenapa kau begitu jauh? Atau aku
yang tidak berani mendekat?.
Suatu waktu seorang berkata kepadaku : dia dekat, tapi
kamulah yang sebenarnya jauh! Kamu hanyalah laki-
laki yang pandai dan hanya berani mencintai seseorang
dari kejauhan bayang-bayang yang kau ciptakan
sendiri. Lalu bagaimana bisa kamu begitu menikmati
keadaanmu?

Dalam hati aku bergumam, seorang Qais al mulawwah


tidak pernah mempermasalahkan jauh apa tidaknya
Laila. Karna baginya semuanya sama, dekat dan sangat
dekat. Dia tidak pernah mempermasalhkan Laila yang
memilih menjauh, karna dialah -Qais- yang tidak
mampu mendekat.

Akulah yang jauh bukan kamu!

Seandainya Kau Tahu


Sejak mengenalmu, cinta tidak cukup hanya
diungkapkan dengan kata-kata.

Namun harus diteriakkan dengan suara sekencang-


kencangnya.

Dan menyedihkan, setelah itu yang kudengar


hanyalah pantuln suaraku sendiri.
L
antunan manuskrip tuhan terdengar indah
melalui telinga. Keluar lirih dari lisan
seorang santri yang sedang sibuk menghafal
dan mengulang apa yang ia dapatkan saat itu. Sedikit
memberikan ketenangan atas gusarnya keadaan hati.

Kamulah yang aku nanti, hadirmu bukan bayangmu!


Kau tau? Bayangmu terlalu sering menghampiri, tanpa
aku minta. Sedangkan dirimu yang sebenarnya tidak
mampu ku datangkan. Mustahil jika itu yang aku pinta
darimu.

Bukan tidak mampu akan tetapi bagaimana aku bisa


meminta bantuan kepada orang yang tidak berada di
dalam rumahnya. Aku bisa melisankan permohonan
itu, tapi akankah orang yang tiada akan keluar
menemuiku?

Aku juga tidak tahu bagaimana cara mendatangkan


hadirmu. Kamu saja enggan membalas pesan yang aku
tulis untukmu dari ponselku. Lalu bagaimana mungkin
kau akan datang?

Bagiku mendatangkan hadirmu di hadapanku


merupakan sesuatu yang tidak mudah. Seandainya kau
tau, aku di sini selalu mendambakan kehadiranmu.
Melihat kau berdiri tepat di hadapanku.
kenapa Tidak Aku
Saja?

Setelah aku tahu jika pada akhirnyamuara cintamu


bukan pada hatiku.

Aku belajar mendalamilagi apa artidari sebuah


pertemuan lalu dipisahkan.

Ternyata aku menemukan jawabannya,, yaitu


mendewasakan.
Aini.
Aku ingin bercerita denganmu. Apakah kau tau kalau
yang aku butuhkan adalah perasaanmu?. Aku tidak
terlalu peduli dengan jarak yang selama ini masih
menjadi tabir diantara kita walaupun ia acap
mengganggu fikiranku.

Kadang kala aku berfikir bahwa yang selalu nampak di


hadapan mata tidak akan senantiasa ada, mengilang
karna terpaksa atau dipukul mundur oleh kekalahan? Ia
senantiasa ada di hadapan mata akan kalah oleh pujaan
yang senantiasa menetap di dalam hati.

Bagiku melupakanmu bukan perkara yang mudah. Aku


tidak semahir orang yang membalik telapak tangan
ketika ingin melupakan, apalagi yang akan kulupakan
adalah dirimu, bagaimana bisa?
Waktu sedikit demi sedikit memutar mengikuti
porosnya. Tidak ada yang mengetahui seperti apa
takdir bekerja. Termasuk takdir kita nantinya.

Misterius!

Barangkali seseorang yang yang kau miliki dan cintai


saat ini, tanpa disadari sebenarnya adalah jodoh yang
sedang dititipkan oleh tuhan kepada orang lain, bukan
untukmu.
Sial, kenapa aku hanya pandai melisankan nasehat
kepada orang lain, padahal kamu yang aku inginkan
juga belum tentu akan menjadi milikku seutuhnya.

Kenapa tidak aku saja?


Aku Tidak Kalah

Aku tidak ingin mendemonstrasikan bahwa aku


adalah seorang laki-laki yang lemah.

Aku tidak ingin kalah kemudian gagal


mendapatimu.

Bagiku mendapatimu adalah perkara yang sulit.


Sesulit apapun itu tidak pernah ada pernyataan bahwa sulitnya
sesuatu itu mustahil akan didapatkan.

Aku tidak percaya kemustahilan itu. Apalagi hanya


sekedar menggenggang hatimu.
S
eorang berkata padaku prihal kenpa aku bisa
kalah hanya dengan satu wanita saja. Apa?
Kalah? Bisakah kau mengulangnya sekali lagi,
kata hatiku bergumam.

Bagiku orang yang telah memahami arti sebenarnya


dari cintatidak akan pernah merasakan kekalahan.
Bahkan orang yang bermain dengan banyak wanitalah
yang akan mengalami banyak kekalahan karna dia
tidak menggunakan hatinya untuk memahami esensi
cinta.

Aku tidak kalah! hanya saja sedang menunggu


kedatangan bendera kemenangan. Walaupun seorang
aku diciptakan oleh Sang Penguasa dalam keadaan
lemah bukan berarti kelemahan itu membuatku
menyerah mengangkat bendera putih arti kekalahan.

Kapan ?
Sahut mereka yang sok mantap mengurusi keadaan
hatiku. Bagiku diam adalah cara untuk menjawab
pertanyaan mereka. Tapi dalam hati kecilku , aku
mengatakan : Tunggu! Ketika tuhan berkehendak,
siapa yang mampu menghalangi hadirmu?
Andai Saja

Aku musafir dari kampung masa depan yang


segaja menjadikanmu tujuan.

Tapi justru kamu memilih untuk tidak


mendekatiku dan pergi untuk tersesat.
K
amu pastinya tidak tau kalau aku sering
melihat akun media sosialmu, akun
instagram tepatnya. Apa tidak boleh
melihatmu diam-diam tanpa sepengetahuanmu sama
sekali?

Dan hari ini, tepatnya 19 jam yang lalu, kamu baru saja
memposting sesuatu di berandamu, videomu mungkin.

Beberapa kali kuputar ulang nyaman dengan dirimu


yang ada di sana sebari mendengarkan lagu. Fokus
kepada lagu, seperti katamu. Fokus kepada lagu sebari
membayangkan kamu berada tepat di hadapanku.

Terima kasih untuk hari ini untuk kamu yang telah


memberikan kebahagiaan walaupun hanya melalui itu.

Bahagia?
Pastinya!
Dan akan lebih bahagia lagi jika aku langsung bertanya
kepadamu tentang dirimu yang berada di sana yang
sedang menikmati kilauan senja.

Bagaimana dengan dirimu?

Andai saja kau tau, itu akan lebih menyenangkan,


sayangnya perandaian tidak pernah bisa menyulap diri
menjadi kenyataan yang didambakan.
Entahlah

Surat untukmu.

Barang kali suatu saat nanti, masing-masing


diantara kitaakan berhadapan pada waktu untuk
menertawakandiri sendiri perihal kebodohan hari ini.
C
erita di ujung selasa. Iya, tiga hari lagi aku
akan pulang ke rumahku untuk mengambil
sedikit perlengkapan, tidak terlalu jauh dari
pondok tempat tinggalku saat ini.

Tapi itu bukan tujuan utama. Karna yang akan aku


lakukan pertama kali ketika sudah berada di sana
adalah mengambil ponselku yang telah lama kutinggal
kemudian bertanya prihal dirimu. Bertanya tentang
kabarmu. Itu saja.

Dan benar , itu yang aku lakukan. Pulang hanya untuk


bertanya tentang kabarmu. Gila!

Aku akan sangat merindukanmu ketika aku telah


kembali lagi ke pondok. Aku membayangkan apakah
kamu kamu akan membalas pesanku atau malah
mengabaikannya.
Semoga kau baik-baik saja. Wahai kecewa! Kamu
enyah dulu ya, jangan merusak suasana yang
menyenangkan ini.
Love The Sound

Bayang wajahmu semakin jelas di


hadapanku bak butterfly yang sedang menari mengepakkan sayap
indah yang dimilikinya di atas indahnya langit di ujung senja.
T
api malam, aku memutar sound yang ada di
beranda instagram milikmu. Bagiku itu lirik
yang sangat indah. Buktinya setiap liriknya
bisa kuresapi dengan cukup baik.

Kata-katanya seakan-akan sengaja mengisahkan diriku


yang sedang menaruh harap kepadamu. Lantas aku
berharap bisa suatu hari nanti bisa mendekatimu
kemudian memilikimu seutuhnya.

Jangan salahkan kenapa aku seperti ini dalam


mencintaimu. Cukup lagu itu menjadi jawaban bagimu
bahwa aku sangat mencintaimu. Rasanya aku sedang
berada di suatu tempat yang indah bersamamu malam
itu.

Bayang wajahmu semakin jelas di hadapanku bak


butterfly yang sedang menari mengepakkan sayap
indah yang dimilikinya di atas indahnya langit di ujung
senja.
Butterfly, itu lagu yang aku maksud. Love the sound?
Bukan kah begitu?

Aini!

Aku mencintaimu dan benar-benar mencintaimu.


Akankah kamu?

Apakah Sudah Waktunya

Aku sebenarnya tidak tahu seperti apa. Prihal


skenario yang harus aku persiapkan dengan matang.

Karna ini bukanlah masalah kecil, menyangkut


kehidupan di kemudian hari bersamamu.

Dan aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu


sekalipun kau memaksa.

Kecuali satu hal----jika ruhku gugur dari jasadku


R
asanya aku harus segera memberitahumu
tentang semua ini. Prihal segala rasa yang
telah lama aku pendam ini. Hatiku tidak
terlalu kuat untuk menahan lebih lama lagi.

Aku tidak sedang mendeklarasikan kelemahan hatiku.


Bukan berarti aku lemah hanya saja engkau yang
menetap di sana.

Aku sebenarnya tidak tahu seperti apa. Prihal skenario


yang harus aku persiapkan dengan matang. Karna ini
bukanlah masalah kecil, menyangkut kehidupan di
kemudian hari bersamamu.

Apakah aku harus bertemu langsung denganmu? Tapi


rasanya mustahil. Suatu yang mustahil jikalau sang aku
dan sang kamu dipertemukan di sebuah tempat dalam
waktu dekat ini.
Lalu bagaimana?

Ataukah aku harus menyampaikannya melalui teman


dekatmu. Ah! Lekaki macam apa aku. Mana
keberanian wahai kau yang mengaku lelaki?

Kalaunpun itu melalui temandekatku, tapi siapa?


Darimana aku tau prihal dengan siapa saja kamu
bergaul. Aku mengetahui tentang keadaanmu saja
membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi yang
lebih jauh dari itu?

Fikiranku semakin bertambah!.

Aku harus mencari tahu siapa teman-teman dekatmu.


Aku harus tau itu kendati aku harus bertanya kepadamu
sekalipun.!
Mimpi

Jika di dalam sebuah mimpi sebilah pedang


menebas leher kepala seseorang, bukan hanya kepalanya yang
masih ituh, tetapi juga kehidupannya pun masih tetap
berlangsung.

Jika dalam mimpi kita melihat diri kita terbelah


menjadi dua, tubuh akan kembali utuh ketika terbangun dari
lelapnya tidur. Tak terasa sakit sedikitpun.
K
atamu dunia adalah sebatas mimpi.
Manusia akan menyadari itu ketika ia telah
mati. Itu yang aku temukan di story
instagrammu.

Jika dalam sebuah mimpi tangan patah itu tidak sakit


sama sekali.

Jika di dalam sebuah mimpi sebilah pedang menebas


leher kepala seseorang, bukan hanya kepalanya yang
masih ituh, tetapi juga kehidupannya pun masih tetap
berlangsung.

Jika dalam mimpi kita melihat diri kita terbelah


menjadi dua, tubuh akan kembali utuh ketika terbangun
dari lelapnya tidur. Tak terasa sakit sedikitpun.

Dalam mimpi aku menginginkan hadirmu, engkau


hadir menghampiriku. Tetapi ketika aku terbangun aku
memintamu kembali datang. Kau tidak mau berbalik
badan. Kau tidak menghiraukannya.
Hanya Kamu

Kamu adalah ganjil yang aku lengkapi dan


aku gelap yang kamu terangi.
Kita berawal dari arah yang berbeda. Aku
harap kita akan berhenti pada satu tujuan yang sama.

Dalam sadarku kamu selalu kudambakan.


Dalam lelapku kamu selalu yang ingin ku impikan.
Walaupun dalam kenyataan kau tetap tiada.
Dalam sedihku, kamu selalu ku hadirkan untuk
menghibur segala lara.
Dalam candaku kamu selalu ucapakan dalam hati –
Seandainya candaku ini bersamamu-.
Ketika berada dalam ketersendirian kamu yang selalu
kurindukan.

Kanya kamu!
Seorang diri!
Bahkan ketika aku bertakhta di samudra yang luas
namun aku menetapkan hasratku pada air di dalam
sebuah kendi, siapa yang akan melarangku
memilikinya walaupun air di samudra yang luas
menghalangiku?

Seperti penambang berlian, tak risau walaupun nyawa


yang akan melayang tertidas bebatuan di dalam tanah.
Siapa yang akan bisa melarangnya untuk mengentikan
penggalian? Karna yang dicari adalah biongkahan
berlian!

Kaulah yang kucari!


Pulang

Kadang kala aku merasakan penyesalan atas


kehidupan ini.

Tapi sekarang aku mulai sadar dan berhenti


mempertanyakan “kenapa semua ini harus terjadi?”

Karna menyesal tidak akan mengubah keadaan.

Mulai sekarang aku mengurahi aktifitas


menyalahkan masa lalu dan memulai membuka lebar hati untuk
menenerim keadaan dan menjalaninya dengan ikhlas
S
uasana kampung yang tidakku jumpai banyak
perbedaaan. Dari dulu keadaanya memang
seperti ini. Hanya orang-orang yang hidup di
dalamnya mengalami sedikit perubahan. Perubahan
umur maksudku. Tidak terlalu ramai tidak pula terlalu
senyap oleh kesibukan para penghuninya.

Berbeda dengan rumahmu di Mataram yang menjadi


ibu kota dua pulau kecil ini. Suasananya yang ramai
tidak terlalu membuat orang-orang yang berada di
dalamnya merasa jenuh walaupun kadang kala mereka
risih dengan suara bising perkotaan.

Kampung di mana aku menghabiskan masa kecil yang


cukup indah untuk dimasukkan dalam sebuah galeri
kenangan. Masa kecil yang sama sekali tidak mengenal
apa itu cinta apalagi mengetahui prihal apa sebenarnya
arti dari sebuah cinta.

Ketika itu ketenangan sudah tentu aku rasakan karna di


dalam benakku hanya terbayang permaianan apa yang
harus aku mainkan hari ini bersama kawan-kawanku.
Prihal dengan siapa aku mengahabiskan hariku untuk
bermain. Dengan siapa aku harus tertawa hari ini dan di
rumah siapa nanti aku akan menginap tatkala senja
mulai tenggelam di ufuk sana.

Lantas bagaimana dengan kesedihan?

Aku hanya perlu menangis ketika orang tuaku tidak


memberi uang jajan saja. Konon katanya karna si aku
belum terlalu dewasa sehingga wajar menagisi masalah
uang. Dan aku juga perlu bersedih ketika kawan-
kawanku tidak lagi memilihku untuk menjadi karibnya.

Ah! Masa kecil kata banyak orang.

Bermain dengan mereka, bercanda ria menghabiskan


hariku bersama mereka sampai akupun lupa akan perut
yang senantiasa merengek meminta agar diisi walaupun
hanya dengan sesuap nasi. Tapi kadang aku tidak
menghiraukan agar bahagia itu tidak terlewatkan.
Aku berlaku demikian karna yang aku butuhkan adalah
prihal bahaimana aku bisa tertawa pada hari itu, bukan
malah kesedihan yang kuinginkan.

Mungkin, dulu aku terlalu bahagia menghabiskan tawa


sehingga pada saat ini aku berkawan baik dengan
kesedihan dan kekecewaan.

Bukan kesedihan karna nominal yang aku miliki saat


ini. Ada atau tidaknya itu tidak terlalu ku hadirkan
dalam fikiranku apalagi sibuk mempermasalahkannya.
Tetapi yang aku maksud adalah kesedihan jiwa dan
perasaan!

Andai sajaa waktu ini dapat diputar kembali, mungkin


aku adalah orang yang pertama memilih untuk kembali
sehingga aku tidak perlu menatap sulitnya menerima
kenyataan.

Ya tuhan! Budakmu ini sedang menceritakan


ketidaksyukurannya. Maafkan aku tuhan.
Sekarang ini aku berada di sebuah tempat. Ummat
islam menyebutnya dengan masjid. Tempat bersujud
meminta harap kepada sang pemilik semesta.

Setelah menyelesaikan beberapa kegiatan di sana. Aku


sedikit mengambil waktu untuk memanjatkan doa
kepada-Nya. Sebari meniupkan bacaan al fatihah
seketika itu pesanmu datang lewat ponselku.

Aku tau itu adalah pesan darimu karna nada notifikasi


telah aku setting sebelumnya. Memberi kode khusus
untukmu.

-izin dulu aja ke orangnya.


-takutnya itu menyangkut privasinya.

Ujarmu berusaha menjawab pertanyaanku tentang


apakah seseorang akan senang dan bangga dibuat
perjalan hidupnya oleh orang lain.
Ingin sekali aku mengatakan bahwa orang yang aku
maksud adalah kamu Aini. Aku sengaja menulis ini
untukmu. Tapi aku harus bersabar. Aku harus memilih
waktu yang tepat untuk berterus terang karna ini
menyangkut perasaan.

Aku harus sedikit bersabar mengikuti skenario tuhan


seperti air yang mengikuti arah aliran membawanya.

But, i have replied your massage. Tapi beberapa waktu


aku menunggu, belum juga kau balas kembali sampai
aku kembali ke pondok tempat tinggalku.

Kepulanganku ke kampung memberikan semangat


baru. Sebabnya hanya satu yaitu kamu yang sudah
memberikan sedikit waktu untuk untuk membalas
pesanku.
Memberikan beberapa detik dari waktumu untuk
merangkai kata denganku walaupun hanya melalui
ponsel kecil ini.

Thanks for your time today!


.
Pupus

Relakan saja.
Sebab yang lebih menyakitkan itubukan tentng
kehilangan. Tapi ketika, memilih tetap tenggelam dalam
kesakitan.

Pergilah sejauh-jauhnya dan jangan pernah


kembali. Mungkin Tuhan tidak ingin mempertemukan kita.

Aku memang mencintaimu, tapi ingatlah terkadang


rasa sakit tidak sanggunp ditahan lagi dapat menjadi alasan
seseorang untuk melepaskan dan beranjak pergi walaupun
sebelumnya tidak pernah memili dan merasa dimiliki.
B
erapa lama aku harus menunggu?
Menghabiskan waktuku hanya untuk
menunggu kapan kau akan membalas
pesanku? Apakah hanya karena cinta
seseorang akan menjadi gila? Nurani memang
dibutuhkan dalam kehidupan sosial. Asal kau tau itu !

Ketidakmauanmu membalas pesan dari seseorang yang


yang sangat mencinta dan merindu di belakangmu,
tanpa kau tau itu. itu sangat menyakitkan.

Di mana hati nurani itu? Dimana rasa empati itu? Aku


menayakan ini karena aku masih menggapmu sebagai
manusia. Bukankah setiap manusia terlahir membawa
nurani yang kelak akan menhiasi segumpal daging itu?
(hati).

Harapanku telah pupus. Kini kau telah tiada. Dan aku


berjanji kau akan hilang dari relung hati ini secepat
mungkin.
Semua orang tau, orang yang benar-benar mencintai
akan mencari jalan apapun untuk mendapatkan
kekasihnya.

Tapi, Kini aku faham antara arti cinta yang


sesungguhnya dengan menyakiti diri sendiri. Nomor
ponselmu akan kubuang sejauh mungkin.

Kini telah hilang.

Tuhan !Aku menyerah!

Hilangkan semua rasa ini. Aku tidak akan pernah bisa


membuka pintu jikalau engkau senantiasa menutupnya!

Engkau yang menggerakkan hatinya. Engkau yang


memilihkannya tamu untuk datang menghampiri
dirinya. Sedangkan aku ? menyerah begitu saja.
Sebelumnya,
Aku pernah mengatakan bahwa aku kuat menahan
segala rasa ini dan akan bersabar menunggu waktu
yang tepat untuk kuutarakan. Dan sekarang saksikan
begitu lemahnya diri ini.

Kini kisah cinta itu telah sirna. Dan


tidak akan terbit lagi. Sedikit tapi menyenangkan,
walaupun begitu banyak rasa sakit yang terselubung
dan menggunung di dalamnya.

Kini tidak adalagi yang namanya


Qurratul Aini. Siapa dirimu? Entahlah!

Aku tidak pernah mengira akhir kisah


cinta ini begitu menyakitkan.
kenapa kau datang?

kedatanganmu itu seakan-akan membawaku kepada


kondisi dahulu dimana aku begitu cinta dan rindu akan hadirmu.

Sekarang bila ditanya apakah aku bahagia


sekarang?

Tentu aku bahagia. Memimpikanmu saja hati begitu


bahagia, apalagi benar-benar ada di hadapan mata.
M
alam itu merupakan malam yang sangat
menyedihkan. Kau datang di saat aku
sedang berusaha mengilangkan segala
rasa yang bersarang selama ini. Kenapa kau datang di
waktu yang tidak tepat?

Aku memimpikanmu. Mungkin kedatanganmu secara


tiba-tiba ini untuk memenuhi undanganku yang belum
dibaca olehmu.

Masihkah kau ingat bahwa dulu aku pernah


mengundangmu untuk hadir dalam mimpiku tapi
malam itu kau tidak datang? Padahal waktu itu aku
sedang merindukanmu.

Mungkin khayalan gilaku tentangmu belum


tersampaikan sehingga membuatmu terhalang
memenuhi undanganku.
Mungkinkah khayalan gila itu tersampaikan sudah?
Sehingga kau datang dengan tiba-tiba? Aku tidak bisa
menceritakan mimpiku denganmu sebegitu detail.

Dan sekarang, kedatanganmu itu seakan-akan


membawaku kepada kondisi dahulu dimana aku begitu
cinta dan rindu akan hadirmu.

Kini aku sadar, melupakanmu dalam hidupku hanyalah


lelucon yang kuanggap sebagai suatu hal yang sia-sia.

Sahabatmu

Ketika pikiran dibuyarkan perihal apa yang


harus aku lakuakan untuk mendkatimu.

Tiba-tiba ada orang baik mau membantuku


untuk menggenggam erat tanganmu.
K
etika di saat semuanya tidak tau arah
kemana akan pergi. Kemana aku harus
membawa hati ini. Fikiran ini menjadi
buntu tak ada pun pikiran yang mampu menenangkan
jiwa.

Setelah aku memimpikanmu malam itu, aku tidak tau


apa yang harus aku lakukan. Kedatanganmu walaupun
sekedar mimpi memberikanku spirit baru bahwa kamu
benar-benar akan dekat denganku.

Lalu apa yang akan aku lakukan setelah itu?apakah


melanjutkan usahaku untuk melupakanmu? Jika tidak,
apa yang harus aku perbuat agar bisa mendapatkan
dirimu?

Tatkala semua pikiran tertuju tentang bagaimana agar


aku bisa dekat denganmu, terbersit di pikiranku untuk
mencari tau tentang sahabatmu.
Tujuanku tiada lain, agar dia bisa membantuku untuk
mencari tau tentangmu lebih jauh lagi.

Tidak lama setelah itu melalui akun instagram, aku


menemukan sahabatmu, Fatin dan Naziha.

Melalui mereka aku merasa lebih leluasa mencari tau


tentangmu, bagaimana keadaanmu waktu itu, dimana
kamu saat itu, dan apa yang sedang kamu kerjakan.
Dari pada aku bertanya langsung kepada mu, mungkin
satu pertanyaanku kamu akan biarkan selama berhari-
hari.
kupatahkan penaku

setelah aku beranjak.


Kamukembali datang membawa serta kerinduan.

Ingatlah sebelum aku memilih melupaknmu, aku


pernah lama menunggumu.

Tapi , abaimu kau lemparkn untuk membalas


penantianku.
D
saat hati ini menggebu-gebu kepadamu.
Pada waktu yang sama kamu malah
menjauh berlari seperti seorang yang tidak
akan kembali di kemudian hari.

Aku pernah bercerita tentangmu pada senja yang


sedang bersinar di ufuk sana. Aku juga bercerita
kepada Rinjani bahwa aku sangat merindukanmu.

“ wahai Rinjani, ini kali kedua aku berjalan di atas


punggungmu, mendaki sejauh mana aku bisa
menggapai puncakmu, menikmati indahnya kalderamu,
menikmati indahnya danau kecilmu. Dekatkan
telingamu. Aku ingin berbisik kepadamu bahwa kali
berikutnya aku ingin sekali mendaki puncakmu
bersama kekasihku, Aini! “

Sayangnya, sebelum semuanya menjadi semu. Tak lagi


terbayang keinginan itu. Kamu lebih dahulu
mematahkan hatiku.
Dua bulan yang lalu aku begitu bersemangat menulis
kisahmu di lembaran ini. Tapi, setelah nestapa itu
mengahampiri aku tidak lagi melanjutkan tulisan itu.

Aku mematahkan penaku. Menutup rapi buku dimana


aku menulis tentangmu. Tapi, setelah kamu datang
dalam sebuah mimpi, aku berhasrat untuk
melanjutkannya lagi.

Aku merasa jikalau kedatanganmu kala itu menyurhku


untuk tidak menghentikan keinginanku itu untuk
membuat repleksi dirimu dalam sebuah buku.
berbincang
tentangmu

hatiku begitu kecil, hampir tak terlihat.


Bagaimana bisa kamu meletakkan kerinduan
yang begitu besar di dalamnya?

Tuhan membisiku.
“Matamu lebih jauh lebih kecil. Tetapi, ia
bisa memandang seluruh dunia.”
K
isah cinta merupakan dimensi unik yang
memberi warna pada kehidupan. Kadang ia
berada pada titik putih yang memberikan
rasa nyaman. Kadang juga rapuh tatkala berada pada
titik hitam yang kemudian memberikan rasa sakit.

Terkadang cinta bisa membuat sseorang memilih warna


merah pada cinta untuk mendendam. Tidak berarti
benci pada seseorang yang pernah dicinta . Tapi,
mungkin menaruh dendam pada diri sendiri karena
gagal dalam memiliki.

Seorang seniman tidak pernah memberikan satu warna


pada lukisannya. Bahkan bukan hanya tiga warna,
bahkan berpuluh-puluh warna karena hanya dengan itu
lukisan itakan terlihat elegan.

Itulah warna percintaan yang sedang aku rasakan saat


ini. Mencintaimu memberikanku warna. Walau
terkadang , sesuatu yang tidak aku inginkan kerap kali
datang menghmpiri.
Tapi, aku coba menikmati semua itu. Karena, ia akan
berputar sebagaimna jarum jam. Akan terus berdenting
dan berputar. Sirkulasinya tidak kan pernah terhenti.

Kegagalanku dua bulan yang misalnya .Itu


menunjukkan bahwa aku pernah berada pada titik
hitam percintaan yang hampir membatku frutasi
hingga sahabatku khawatir perihal keadaanku waktu
itu.

Aku mencoba untuk menenangkan fikiranku agar


senantiasa bersahabat dengan keadaan batin yang tak
kunjung terobati.

Tetapi malah dendam yang aku rasakan. Dendam pada


diri sendiri yang baru saja gagal menggengam erat
tanganmu.

Pada akhirnya posisi itu akan kembali pada titik awal


dimana aku memulai perjalanan cinta. Bangkit lagi
untuk merajut rasa yang cukup lama kutinggalkan.
Berbincang tentang dirimu adalah kebahagian yang tak
terkira. Orang bilang itu adalah the meaningful of
happiness. Aku bersyukur bisa menemukan sahabatmu.
Karna ia adalaah tali penghubungku untuk
mengenalmu lebih dekat. Sedikit informasi yang
diberikan kepadaku tapi bagiku itu sudah lebih dari
cukup. Karena dari siapa lagi aku akan berbincang
tentangmu selain mereka. Emang lewat kamu bisa???

Tidak kan ?. Hhe.

Mungkin kamu pernah mendengar pribahasa arab yang


artinya :

“barang siapa yang mencintai seseorang. Maka, ia


akan senantiasa menyebutnya”.

Mencintaimu misalnya. Tidak menyebut namamu satu


kali bisa membuatku merasa kesepian. Mendengar atau
mengucapkan namamu saja, bahagia tak bisa
diutarakan. Apalagi yang berada di dekatku adalah
ragamu.

Akan Pertemuan
Denganmu

Semoga keputusan ini tidak lebih buruk. aku tidak bisa menerka
apakah pertemuan nanti menjadi awal dan akhir dari pertemuan
kita setelah dua pertemuan yang lalu yang tidak disengaja.
Aku hanya ingin memberikanmu buku ini. Semua rasa yang
kupendam lama terpampang di sini. Perihal kamu menerima itu
urusanmu bukan urusanku. Karna aku tidak memiliki kemampuan
untuk menggerakkan hati.

Akanku serahkan semuanya kepada Tuhan perihal apa saja yang


berkaitan tentangmu. Namamu akan terselip dalam setiap untaian
do’a yang kupanjati.

Semoga kamu baik-baik saja.

Pada dasarnya semua akan sama. Dekat juga tidak


memberikan pengaruh besar dari keberlangsungan dari
sebuah ikatan cinta. Jauh juga tidak menentukan bahwa
seseorang dapat di pastikan akan kehilangan sang
permata sebagai tambatan hatinya.

Begitu banyak orang yang raganya sangat dekat tapi


terasa jauh dalam lubuk jiwa. Dan begitu banyak pula
yang begitu jauh dari pelupuk mata tapi jiwanya
tertanam kokoh mengisi ruang khusus di dalam hati
sang pencinta.
Kali ini aku tidak akan mengambil resiko yang lebih
besar. Memang tidak ada yang menginginkan
perpisahan. Tapi siapa yang bisa membendung bahwa
setiap pertemuan pasti akan adanya sebuah perpisahan.
Itu hanya perihal waktu.

Memilikimu saat ini memang perkara yang tidak


mudah, begitu pula melepaskanmu. Aku merelakan
ragamu yang begitu jauh. Tapi , ingatlah suatu hal
jiwamu akan tetap ada sampai kapanpun. Kubukakan
kamu pintu dalam relung hati ini. Kau akan
memasukinya tanpa kau mengetuknya sekalipun, karna
ia telah terbuka.

Jiwa akan menrima dari jiwa yang mengetahui. Raga


mungkin bisa berbohong. Maka raga untuk saat ini
akan kurelakan. Tapi, sebelum nantinya kita berpisah,
aku hanya ingin menyampaikan suatu hal , izin aku
memiliki jiwamu. Izinkan jiwamu tinggal di dalam
sanubariku. Biarkan ia hidup di sana. Terserah ragamu
mau kau apakan. Yang terenting jiwamu telah ada di
genggamanku.
Setelah ini, kemungkinan tidak akan berpihak untuk
merencanakan pertemuan lagi setelah ini. Masalah
besar baru saja menghampiri. Dan masalah itu
memaksaku untuk merelakan ragamu. Akan kuperjelas
sekali lagi :

BUKAN JIWAMU!

Yang aku bisa sekaarang hanyalah menyerahkanmu


kepada Tuhan. Masalah kamu akan membuka hatimu
sebagai tempat tinggalku itu bukan urusanku. Hanya
tuhan yang mampu mengerakkan semua itu.

AKU MERINDUKANMU, KAU ADALAH


PERMATA YANG DIAM-DIAM KURINDUKAN !

Semoga keputusan ini tidak lebih buruk. aku tidak bisa


menerka apakah pertemuan nanti menjadi awal dan
akhir dari pertemuan kita setelah dua pertemuan yang
lalu yang tidak disengaja.

Aku hanya ingin memberikanmu buku ini. Semua rasa


yang kupendam lama terpampang di sini. Perihal kamu
menerima itu urusanmu bukan urusanku. Karna aku
tidak memili kemampuan untuk menggerkkan hati.

Akanku serahkan semuanya kepada Tuhan perihal apa


saja yang berkaitan tentangmu. Namamu akan terselip
dalam setiap untaian do’a yang kupanjati.

Semoga kamu baik-baik saja.


Qurratul Aini
Permata yang
dirindukan
Tentang Dia

Mungkin semua pembaca belum mengetahui siapa


sebenarnya sosok yang saya tulis kisahnya di karya
sederhana ini. Dan sekarang izinkan saya untuk
menggambarkan sedikit tentangnya.

Dia adalah seseorang yang saya temukan dalam sebuah


pertemuan organisasi. Berasal dari keluarga yang
berpunya.

Dia berasal dari ibu kota Nusa Tenggara Barat,


Mataram. Tepatnya di sebuah desa yang bernama
Selagalas. Konon dia pertama kali melihat dunia pada
tanggal 12 November 2003. Berbeda satu tahun lebih
muda dari umurku. Terlahir dari orang tua yang baik
hati yang bernama Bapak Akmaludin dan Ibu Ayuni.
Mungkin dalam waktu dekat saya tidak bisa bejumpa
untuk mengatakan terima kasih kepada mereka karena
telah lapang dada melahirkan dan membesarkan sosok
tambatan hati ini. Maka dari itu, melelui tulisan ini
saya ingin menyampakan ucapan terima kasih.

Konon juga masa kecilnya tidak jauh berbeda dengan


anak-anak lainnya yang menikmati masa kecilnya
dengan bermain, tertawa, menangis meminta sesuatu
kepada orang tuanya agar segera dibelikan. Demikian
pula denganku yang melewati semua itu. Hanya saja,
dia terlahir dari keluarga yang berpunya dan hidup di
sebuah kota dibandingkan denganku yang terlahir dari
keluarga biasa dan merajut masa kecil di sebuah
pedesaan.

Dia mengawali jenjang pendidikannya di sebuah


madrasah swasta yang ada di desanya. Yaitu, MI
Nahdlatul Abror NW Nyangget Selagalas. Setelah
melewati pendidikannya di sana, dia melanjutkan
pendidikannya di sekolah menegah pertama, yaitu di
MtsN 2 Mataram. Setelah itu dia pergi ke Pancor Kota
Santri yang merupakan salah satu pusat pembelajaran
agama di pulau lombok. Tepatnya di sebuah Madrasah
yang khusus unuk perempuan yaitu Madrasah Aliyah
(MA) Mu’allimat NWDI Pancor. Konon katanya dia
mengambil jurusan agama. Agama II. Pada masa inilah
dia mulai aktif berorganisasi dan masih berlalut sampai
sekarang ini. Setelah dia menyelesaikan pendidikannya
di sana. Dia melanjutkan pendidikannya di MDQH
(Ma’had Darul Qur’an wal Hadist) NWDI (Nahdlatul
Wathan Diniah Islamiah) Pancor. Dan dia sekarang ini
baru saja menyelesaikan ujian semester untuk tingkat
satu. Konon saking semangatnya menyelesaikan ujian
di kelasnya, sebagian soalnya di jawab dengan
shalawat. Kenapa saya tau karena saya sendiri yang
merekap nilai kelasnya dan melihat jawanbannya.
Mungkin karena hobi sehingga hobinya pun digunakan
untuk menjawab soal. Tapi, Sama hanlnya denganku
yang berlaku sama sepertinya.
Yang menarik perhatianku disini adalah riwayat
pendidikannya yang selalu bernuansa agama mulai dari
jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Memang tidak salah dia memiliki orang tuanya yang
faham terhadap agama.

Konon, dia juga senang sekali berolahraga. Dia hobi


bersepeda. Makanan yang dia suka adalah salad buah
ditemani dengan minuman boba. Kebetulan sama
dengan saya. Bedanya ,saya tidak suka boba tapi lebih
suka minum saudara tirinya, cupcin.

Konon juga katanya dia mencoba menjadi seorang


pelawak ketika ia berkumpul bersama teman-temannya.
kata orang-orang dia seseorang yang bawaannya
happy-happy aja. Dewasa juga orangnya, cocok jadi
tempat curhat. Tapi untuk yang terakhir ini saya kurang
setuju.

Itulah sedikit gambaran tentangnya.


Tentang Penulis
Bernama lengkap khaerul Majdi, sapaan akrabnya didi.
Mengawali hidup pertama kali pada hari jum’at pahing,
9 Agustus 2002. Berasal dari pelosok desa yang
bernama Banjarsari, Aikmel, Lombok Timur Nusa
Tenggara Barat.

Hobi apa aja asalkan baik sebagaimana yang dilakukan


oleh kebanyakan orang. Minuman kesukaannya adalah
kopi pahit dan capucino capucino cincau , tetapi
sekarang lebih suka minum air putih demi kesehatan.

Riwayat pendidikan :

- SDN 06 AIKMEL , sekarang bertransformasi


menjadi SDN 02 Aimel.
- SMP IT Nurul Huda Nahdlatul Wathan
Banjarsari
- MA Mu’allimin NWDI Pancor
- MDQH NWDI Pancor- sampai sekarang
- Tahun ini ingin mencoba masuk dunia
perkuliahan.

Saya rasa cukup.

Anda mungkin juga menyukai