Pengantar Ilmu Hukum. Isi
Pengantar Ilmu Hukum. Isi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang
tak terhitung jumlahnya, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak. Solawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, maupun kita semua
yang mengikuti jejak langkahnya hingga hari kiamat kelak.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta sangat banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu besar
harapan kami agar teman-teman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
supaya kami dapat menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.
Harapan yang paling besar bagi penulis adalah bahwa makalah yang berjudul
( Kajian tentang kaidah sosial sebagai perlindungan kepentingan manusia ) ini dapat
memberi manfaat, baik untuk diri pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil hikmah dari makalah ini, atau sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3
A. Kesimpulan .........................................................................................................12
B. Saran……………………………………………………………………………
…
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau keagamaan ,kaidah
kesusilaan , kaidah sopan santun ,dan kaidah hukum ,yang dikelompokkan sebagai
berikut .
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kita sudah mengetahui, bahwa kaidah itu merupakan patokan atau pedoman
kehidupan. Namun dalam kehidupan itu ternyata terdapat beberapa aspek, yang
secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aspek kehidupan pribadi dan aspek
kehidupan antar pribadi (personal dan transper sonal atau interpersonal). Dan setiap
aspek kehidupan itu mempunyai kaidah yang dalam masing-masing golongan itu
dibedakan atas dua macam tata kaidah.
4
b. Kaidah kesusilaan (sittlichkeit atau moral, etika dalam arti sempit) yang tertuju
pada kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani dan akhlak (geweten).
a.Kaidah sopan santun (dainty) yang gunanya untuk kesedapan hidup bersama
(pleasant living together);
b. Kaidah hukum yang tertuju pada kedamaian hidup bersama (peaceful living
together).
a. Kaidah Keagamaan;
5
Ketentuan-ketentuan di bawah ini yang oleh para pengikut atau pemeluknya
dianggap sebagai perintah Tuhan, merupakan kaidah keagamaan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Surat Al Isra' ayat 32)
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang
siapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh, karena sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan. (Surat Al Isra' ayat 33)
Janganlah kamu membunuh. (Kitab Keluaran 20: 13)
Janganlah kamu berbuat zina. (Kitab Keluaran 20:14)
Adapun pegangan untuk berbuat kirti, ialah jangan durhaka terhadap sahabat.
Durhaka ialah menginginkan kecelakaan (kematiannya). Jangan durhaka
terhadap orang yang dipercaya serta yang percaya kepada dirimu. Juga jangan
durhaka terhadap yang memberi penghidupan padamu. Pun jangan durhaka
terhadap orangyang bersewaka (meminta perlindungan) padamu, karena
Krtaghna (pengkhianatan) namanya dosa yang demikian tak akan menemui
kebahagiaan buat selama-lamanya.(Sloka 327 Sarasamucchaya)
6
hanya menunaikan kewajiban, menaati, dan melaksanakan kaidah kepercayaan atau
keagamaan.
b. Kaidah Kesusilaan
Asal atau sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat
otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusia juga. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar
kaidah kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang
memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran kaidah kesusilaan, misalnya,
pencurian atau penipuan, akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar rasa
penyesalan, rasa malu, takut, dan bersalah sebagai sanksi atau reaksi terhadap
pelanggaran kaidah kesusilaan tersebut.
7
bertujuan menciptakan perdamaian, tata tertib, atau membuat "sedap" lalu lintas
antarmanusia yang bersifat lahiriah. Sopan santun lebih mementingkan yang lahir
atau yang formal: pergaulan, pakaian, bahasa. Bahkan tidak hanya ditujukan kepada
sikap lahir saja, tetapi sering kali sudah puas dengan sikap semu atau pura-pura saja.
Jadi, tidak semata mata menghendaki sikap batin. Sopan santun menyentuh manusia
tidak semata-mata sebagai individu, tetapi sebagai makhluk sosial, jadi menyentuh
kehidupan bersama. "Tak tahu sopan santun, tak tahu adat," kata-kata ini dilemparkan
dalam pergaulan sebagai celaan terhadap pelanggar kaidah sopan santun.
Kaidah sopan santun menentukan perbuatan atau sikap lahir kita, misalnya,
berpakaian rapi (sopan) kalau bertamu, makan dengan sendok dan garpu bagi
golongan tertentu, tidak "antob" atau "bersendawa" (mengeluarkan suara dari mulut)
sewaktu makan, dan tidak kentut di muka umum. Sopan santun menghendaki agar
dua orang yang sudah saling mengenal saling menegur atau menganggukkan kepada
apabila bertemu di jalan, sekalipun dalam hati mereka saling membenci.
Mendahulukan anak-anak dan wanita dalam keadaan tertentu merupakan sikap sopan:
ini lazim disebut unggah-ungguh atau etiquette, yaitu kebiasaan dalam pergaulan.
Kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam berpakaian merupakan kaidah sopan santun juga:
tidaklah sopan, misalnya, apabila kita menghadiri peringatan hari ulang tahun teman
hanya dengan menggunakan singlet dan sandal jepit saja.
Beda sopan santun dalam pergaulan (etiquette) dengan fashion atau mode
terletak pada sifat perubahannya. Mode mengalami perubahan yang lebih cepat.
"Gelung cioda" yang lahir di zaman pendudukan Jepang, baju "you can see", rok
"new look" misalnya tidak pernah kita jumpai lagi, tetapi bahwa orang saling
menegur apabila bertemu di jalan kalau saling mengenal, sampai sekarang masih
tetap berlaku.
8
membalas tegurannya karena ia sudah lebih dulu menegurnya. Seorang wanita yang
tidak mendapatkan tempat duduk dalam bus kota yang penuh sesak tidak dapat
menuntut agar seorang penumpang pria menyerahkan tempat duduknya kepada
wanita tersebut.
Setiap pelanggaran ketiga norma atau kaidah tersebut di atas akan terkena
sanksi. Sanksi tidak lain merupakan reaksi, akibat atau konsekuensi pelanggaran
kaidah sosial. Sanksi dalam arti luas dapat bersifat menyenangkan atau positif, yang
berupa penghargaan (ganjaran) seperti respek (rasa hormat), simpati, pemberian
penghargaan seperti satya lencana atau bintang dan sebagainya, dan yang bersifat
tidak menyenangkan atau negatif berupa hukuman seperti sikap antipati, celaan, atau
pidana.
Yang dimaksud dengan sanksi lazimnya adalah yang bersifat negatif. Dengan
ancaman hukuman hendak dicegah oleh masyarakat penyimpangan atau pelanggaran
kaidah sosial. Sedangkan penghargaan digunakan untuk mendorong atau merangsang
agar setiap orang mentaati atau mematuhi kaidah.
9
Sebagai perlindungan kepentingan manusia, kaidah kepercayaan atau keagamaan,
kaidah kesusilaan, dan kaidah sopan santun atau adat dirasakan belum cukup
memuaskan, sebab:
Bagi setiap kaidah sosial tersebut, sanksinya tidak dirasakan secara langsung
di dunia ini dengan cukup memuaskan, sehingga masih dirasakan kurang cukup
memberi jaminan perlindungan kepentingan manusia. Ini tidak berarti bahwa ketiga
kaidah tersebut tidak mempunyai manfaat: ketiga kaidah sosial tersebut mempunyai
peranan dan kegunaannya di dalam masyarakat.
10
Jadi, kepentingan manusia di dalam masyarakat dirasakan belum cukup
terlindungi oleh ketiga kaidah sosial tersebut di atas. Oleh karena itu, diperlukan
perlindungan kepentingan atau kaidah sosial lain yang melindungi lebih lanjut secara
lebih memuaskan kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapat
perlindungan dari kaidah sosial yang telah disebutkan dan melindungi kepentingan-
kepentingan manusia yang belum mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah sosial
tadi. Kaidah sosial ini adalah kaidah hukum.
11
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam upaya penegakan hukum, siapapun itu tanpa pandang bulu, harus
memahami kaidah-kaidah hukum yang berlaku. Itu lakukan demi tegaknya keadilan
dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari. Kaidah itu mencakup aturan-aturan
umum yang harus difahami dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
12
Daftar Pustaka
13