Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang
tak terhitung jumlahnya, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak. Solawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, maupun kita semua
yang mengikuti jejak langkahnya hingga hari kiamat kelak.

Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta sangat banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu besar
harapan kami agar teman-teman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
supaya kami dapat menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.

Harapan yang paling besar bagi penulis adalah bahwa makalah yang berjudul
( Kajian tentang kaidah sosial sebagai perlindungan kepentingan manusia ) ini dapat
memberi manfaat, baik untuk diri pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil hikmah dari makalah ini, atau sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.

Pancor,12 November 2022

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................................1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan ..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................4

A. Proses Terjadinya Kaidah ................................................................................... 4


B. Macam-macam Kaidah ........................................................................................5
a. Kaidah kepercayaan dan keagamaan ..............................................................5
b. Kaidah Kesusilaan ..........................................................................................7
c. Kaidah Sopan Santun ......................................................................................7

BAB II PENUTUP ........................................................................................................12

A. Kesimpulan .........................................................................................................12
B. Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk melindungi kepentingan manusia didalam masyarakat terdapat beberapa


kaidah sosial.Semula beberapa kaidah tersebut tdiak dibedakan .Baru setelah melalui
proses yang lama manusia membedakan kaidah-kaidah tersebut .

Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau keagamaan ,kaidah
kesusilaan , kaidah sopan santun ,dan kaidah hukum ,yang dikelompokkan sebagai
berikut .

a) Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi menjadi :


1. Kaidah kepercayaan atau keagamaan
2. Kidah kesusilaan
b) Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang dibagi menjadi :
1. Kaidah sopan santun atau adat
2. Kaidah hukum
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya kaidah?
2. Apa saja pembagian dalam kaidah sosial tersebut ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bagaimana kaidah sosial itu terjadi untuk melindungi
kepentingan manusia
2. Kaidah sosial ini terbagi menjadi beberapa bagian ada yang bersangkutan
antarpribadi ada juga yang besifat pribadi oleh karna itu kita harus tau apa
saja yang ada didalam pembagian tersebut

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROSES TERJADINYA KAIDAH

Baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, manusia seringkali


tidak menyadari bahwa di dalam kehidupannya itu ia bersikap tindak dengan
memakai suatu pola tertentu. Hal ini antara lain disebabkan manusia itu sejak lahir
sudah berada pada suatu pola dan mematuhinya dengan jalan mencontoh orang lain
(imitation) atau berdasarkan petunjuk yang diberikan kepadanya (education).

Di dalam suatu pola kehidupan tertentu tadi, manusia biasanya mengharapkan


kebutuhan dasarnya, yang seperti telah disebutkan pada halaman 10, dapat terpenuhi.
Jika kebutuhan dasar tersebut tidak dapat terpenuhi, manusia akan merasa khawatir.
Kekhawatiran itu mungkin sifatnya ekstern (reality anxiety) atau intern (neurotic and
moral anxiety). Dan apabila rasa khawatir itu demikian memuncak, kemungkinan
yang terjadi adalah bahwa manusia akan merasa tidak puas atas pola yang telah ada
yang ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Sehingga pada akhirnya ia
menghendaki suasana dan pola yang baru pula.

Kita sudah mengetahui, bahwa kaidah itu merupakan patokan atau pedoman
kehidupan. Namun dalam kehidupan itu ternyata terdapat beberapa aspek, yang
secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aspek kehidupan pribadi dan aspek
kehidupan antar pribadi (personal dan transper sonal atau interpersonal). Dan setiap
aspek kehidupan itu mempunyai kaidah yang dalam masing-masing golongan itu
dibedakan atas dua macam tata kaidah.

Dalam aspek kehidupan pribadi menurut Poernadi Purbacaraka dan Soerjono


Soekanto" tercakup kaidah-kaidah:

a.Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan


beriman (devout life),

4
b. Kaidah kesusilaan (sittlichkeit atau moral, etika dalam arti sempit) yang tertuju
pada kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani dan akhlak (geweten).

AMMIAL HALAX Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kaidah-kaidah


tersebut di atas mencakup patokan atau pedoman guna kehidupan pribadi yang pada
umumnya memberi keteguhan pribadi atau personality dan mencegah atau
memperkecil ketidakseimbangan rohani serta perasaan rendah diri mau pun rasa
superior.

Sedangkan yang termasuk dalam golongan aspek kehidupan antarpribadi meliputi:

a.Kaidah sopan santun (dainty) yang gunanya untuk kesedapan hidup bersama
(pleasant living together);

b. Kaidah hukum yang tertuju pada kedamaian hidup bersama (peaceful living
together).

B. MACAM-MACAM KAIDAH PADA UMUMNYA

Didalam kehidupan masyarakat terdapat beberapa macam kaidah yang digu


nakan sebagai pedoman untuk bersikap tindak. Pada umumnya kaidah itu adalah
sebagai berikut:

a. Kaidah Keagamaan;

Kaidah kepercayaan atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman.


Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya
sendiri. Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agama
yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan.Tuhanlah yang
mengancam pelanggaran-pelanggaran kaidah kepercayaan atau agama itu dengan
sanksi.

5
Ketentuan-ketentuan di bawah ini yang oleh para pengikut atau pemeluknya
dianggap sebagai perintah Tuhan, merupakan kaidah keagamaan.

 Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Surat Al Isra' ayat 32)
 Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang
siapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh, karena sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan. (Surat Al Isra' ayat 33)
 Janganlah kamu membunuh. (Kitab Keluaran 20: 13)
 Janganlah kamu berbuat zina. (Kitab Keluaran 20:14)
 Adapun pegangan untuk berbuat kirti, ialah jangan durhaka terhadap sahabat.
Durhaka ialah menginginkan kecelakaan (kematiannya). Jangan durhaka
terhadap orang yang dipercaya serta yang percaya kepada dirimu. Juga jangan
durhaka terhadap yang memberi penghidupan padamu. Pun jangan durhaka
terhadap orangyang bersewaka (meminta perlindungan) padamu, karena
Krtaghna (pengkhianatan) namanya dosa yang demikian tak akan menemui
kebahagiaan buat selama-lamanya.(Sloka 327 Sarasamucchaya)

Kaidah kepercayaan atau keagamaan ini bertujuan untuk penyempurnaan


manusia oleh karena kaidah ini ditujukan kepada umat manusia dan melarang
manusia melakukan perbuatan jahat.

Dengan demikian tidak dikehendaki adanya penjahat penjahat. Kaidah


kepercayaan ini tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi kepada sikap batin manusia.
Diharapkan dari manusia bahwa sikap batinnya sesuai dengan isi kaidah kepercayaan
atau keagamaan.Kaidah kepercayaan atau keagamaan ini hanyalah membebani
manusia dengan kewajiban-kewajiban semata mata dan tidak memberi hak. Adanya

6
hanya menunaikan kewajiban, menaati, dan melaksanakan kaidah kepercayaan atau
keagamaan.

b. Kaidah Kesusilaan

Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena


menyangkut kehidupan pribadi manusia. Sebagai pendukung kaidah kesusilaan
adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai
anggota masyarakat yang terorganisir. Kaidah ini dapat melengkapi
ketidakseimbangan hidup pribadi, mencegah kegelisahan diri sendiri.Kaidah
kesusilaan ini ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi
guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat.
Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh kaidah
kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga bertentangan dengan (kaidah)
kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Kaidah kesusilaan hanya membebani
manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.

Asal atau sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat
otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusia juga. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar
kaidah kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang
memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran kaidah kesusilaan, misalnya,
pencurian atau penipuan, akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar rasa
penyesalan, rasa malu, takut, dan bersalah sebagai sanksi atau reaksi terhadap
pelanggaran kaidah kesusilaan tersebut.

c. Kaidah Sopan Santun, Tata Krama, atau Adat

Kaidah sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatutan atau kepantasan


yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah sopan santun ditujukan kepada sikap lahir
pelakunya yang konkret demi penyempurnaan atau ketertiban masyarakat dan

7
bertujuan menciptakan perdamaian, tata tertib, atau membuat "sedap" lalu lintas
antarmanusia yang bersifat lahiriah. Sopan santun lebih mementingkan yang lahir
atau yang formal: pergaulan, pakaian, bahasa. Bahkan tidak hanya ditujukan kepada
sikap lahir saja, tetapi sering kali sudah puas dengan sikap semu atau pura-pura saja.
Jadi, tidak semata mata menghendaki sikap batin. Sopan santun menyentuh manusia
tidak semata-mata sebagai individu, tetapi sebagai makhluk sosial, jadi menyentuh
kehidupan bersama. "Tak tahu sopan santun, tak tahu adat," kata-kata ini dilemparkan
dalam pergaulan sebagai celaan terhadap pelanggar kaidah sopan santun.

Kaidah sopan santun menentukan perbuatan atau sikap lahir kita, misalnya,
berpakaian rapi (sopan) kalau bertamu, makan dengan sendok dan garpu bagi
golongan tertentu, tidak "antob" atau "bersendawa" (mengeluarkan suara dari mulut)
sewaktu makan, dan tidak kentut di muka umum. Sopan santun menghendaki agar
dua orang yang sudah saling mengenal saling menegur atau menganggukkan kepada
apabila bertemu di jalan, sekalipun dalam hati mereka saling membenci.
Mendahulukan anak-anak dan wanita dalam keadaan tertentu merupakan sikap sopan:
ini lazim disebut unggah-ungguh atau etiquette, yaitu kebiasaan dalam pergaulan.
Kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam berpakaian merupakan kaidah sopan santun juga:
tidaklah sopan, misalnya, apabila kita menghadiri peringatan hari ulang tahun teman
hanya dengan menggunakan singlet dan sandal jepit saja.

Beda sopan santun dalam pergaulan (etiquette) dengan fashion atau mode
terletak pada sifat perubahannya. Mode mengalami perubahan yang lebih cepat.
"Gelung cioda" yang lahir di zaman pendudukan Jepang, baju "you can see", rok
"new look" misalnya tidak pernah kita jumpai lagi, tetapi bahwa orang saling
menegur apabila bertemu di jalan kalau saling mengenal, sampai sekarang masih
tetap berlaku.

Kaidah sopan santun membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.


Kita wajib bersikap ramah terhadap tamu yang datang di rumah kita, walaupun
datangnya pada waktu biasanya orang tidur. Seseorang tidak dapat menuntut agar

8
membalas tegurannya karena ia sudah lebih dulu menegurnya. Seorang wanita yang
tidak mendapatkan tempat duduk dalam bus kota yang penuh sesak tidak dapat
menuntut agar seorang penumpang pria menyerahkan tempat duduknya kepada
wanita tersebut.

Kekuasaan masyarakat secara tidak resmilah yang mengancam dengan sanksi


bila kaidah sopan santun itu dilanggar. Yang memaksakan kepada kita adalah
kekuasaan di luar diri kita (heteronom). Sanksi ini yang dapat berupa teguran,
cemoohan, celaan, pengucilan, dan sebagainya tidak dilakukan oleh masyarakat
secara terorganisir, tetapi oleh setiap orang secara terpisah yang menghendaki
memberi sanksi: ada yang menegurnya, ada yang memelototi, ada pula yang menutup
pintu rumahnya apabila orang yang tidak sopan itu lewat dan sebagainya. Daerah
berlakunya kaidah sopan santun itu sempit, terbatas secara lokal atau pribadi. Sopan
santun di suatu daerah tidak sama dengan di daerah lain. Berbeda lapisan masyarakat,
berbeda pula sopan santunnya.

Setiap pelanggaran ketiga norma atau kaidah tersebut di atas akan terkena
sanksi. Sanksi tidak lain merupakan reaksi, akibat atau konsekuensi pelanggaran
kaidah sosial. Sanksi dalam arti luas dapat bersifat menyenangkan atau positif, yang
berupa penghargaan (ganjaran) seperti respek (rasa hormat), simpati, pemberian
penghargaan seperti satya lencana atau bintang dan sebagainya, dan yang bersifat
tidak menyenangkan atau negatif berupa hukuman seperti sikap antipati, celaan, atau
pidana.

Yang dimaksud dengan sanksi lazimnya adalah yang bersifat negatif. Dengan
ancaman hukuman hendak dicegah oleh masyarakat penyimpangan atau pelanggaran
kaidah sosial. Sedangkan penghargaan digunakan untuk mendorong atau merangsang
agar setiap orang mentaati atau mematuhi kaidah.

Pada hakikatnya sanksi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan tatanan


masyarakat yang telah terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran kaidah dalam
keadaan semula.

9
Sebagai perlindungan kepentingan manusia, kaidah kepercayaan atau keagamaan,
kaidah kesusilaan, dan kaidah sopan santun atau adat dirasakan belum cukup
memuaskan, sebab:

a. masih banyak kepentingan-kepentingan manusia lainnya yang memerlukan


perlindungan, tetapi belum mendapat perlindungan dari ketiga kaidah sosial tersebut;

b. kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari


ketiga kaidah sosial tersebut belum cukup terlindungi, karena dalam hal terjadi
pelanggaran kaidah-kaidah tersebut, reaksi atau sanksinya dirasakan belum cukup
memuaskan:

- kaidah kepercayaan atau keagamaan tidaklah memberi sanksi yang dapat


dirasakan secara langsung di dunia ini,

-kalau kaidah kesusilaan dilanggar hanyalah akan menimbulkan rasa malu,


rasa takut, rasa bersalah, atau penyesalan saja pada si pelaku. Kalau ada
seorang pembunuh tidak ditangkap dan diadili, tetapi masih berkeliaran,
masyarakat akan merasa tidak aman, meskipun si pembunuh itu dicekam oleh
rasa penyesalan yang sangat mendalam dan dirasakan sebagai suatu
penderitaan sebagai akibat pelanggaran yang dibuatnya,

-kalau kaidah sopan santun dilanggar atau diabaikan hanyalah menimbulkan


celaan,umpatan atau cemoohan saja. Sanksi ini pun dirasakan masih kurang
cukup memuaskan, karena dikhawatirkan pelaku pelanggaran akan
mengulangi perbuatannya lagi karena sanksinya dirasakan terlalu ringan.

Bagi setiap kaidah sosial tersebut, sanksinya tidak dirasakan secara langsung
di dunia ini dengan cukup memuaskan, sehingga masih dirasakan kurang cukup
memberi jaminan perlindungan kepentingan manusia. Ini tidak berarti bahwa ketiga
kaidah tersebut tidak mempunyai manfaat: ketiga kaidah sosial tersebut mempunyai
peranan dan kegunaannya di dalam masyarakat.

10
Jadi, kepentingan manusia di dalam masyarakat dirasakan belum cukup
terlindungi oleh ketiga kaidah sosial tersebut di atas. Oleh karena itu, diperlukan
perlindungan kepentingan atau kaidah sosial lain yang melindungi lebih lanjut secara
lebih memuaskan kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapat
perlindungan dari kaidah sosial yang telah disebutkan dan melindungi kepentingan-
kepentingan manusia yang belum mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah sosial
tadi. Kaidah sosial ini adalah kaidah hukum.

11
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah hukum merupakan


patokan atau pedoman kehidupan. kaidah-kaidah tersebut di atas mencakup patokan
atau pedoman guna kehidupan pribadi yang pada umumnya memberi keteguhan
pribadi atau personality dan mencegah atau memperkecil ketidakseimbangan rohani
serta perasaan rendah diri mau pun rasa superior. Namun dalam kehidupan itu
ternyata terdapat beberapa aspek, yang secara umum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu aspek kehidupan pribadi dan aspek kehidupan antar pribadi (personal dan
transper sonal atau interpersonal) yang dimana keduanya merupakan bagian pokok
yang menjadi pedoman kehidupan demi tegaknya hukum di Negeri Pertiwi.

B. Saran

Dalam upaya penegakan hukum, siapapun itu tanpa pandang bulu, harus
memahami kaidah-kaidah hukum yang berlaku. Itu lakukan demi tegaknya keadilan
dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari. Kaidah itu mencakup aturan-aturan
umum yang harus difahami dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

12
Daftar Pustaka

Machmudin,Dr.H Dudu Duswara ,Drs.,S.H.,M.Hum ,Pengantar Ilmu Hukum


(Bandung:PT.Refika Aditama ,2017)

Mertokusomo,Prof.Dr.Sudikmo ,S.H ,Mengenal Hukum (Yogyakarta:Cahaya Atma


Pustaka ,2016)

13

Anda mungkin juga menyukai