Anda di halaman 1dari 20

PENGENDALIAN SEKTOR PUBLIK

DI SUSUN OLEH:

NAMA KELOMPOK: 1. PAULINA PENU DABA (2023755600)


2. REYHAN TRIXIO FIRDAUS (2023755601)
3. RISA YULINDA MANU (2023755602)
KELAS /SEMESTER: A / 3

JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI


KUPANG
BAB III
PENGENDALIAN SEKTOR PUBLIK
3.1 SEJARAH PENGENDALIAN INTERN
3.1.1. KOMPONEN – KOMPONEN PENGENDALIAN INTERN

Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan sebagai
berikut:

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi


kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi
kesadaran pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Beberapa
faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian antara lain integritas dan nilai
etik, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, gaya manajemen dan
gaya operasi, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, praktik dan
kebijkan SDM. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang lingkungan
pengendalian untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen, dan dewan
komisaris terhadap lingkungan pengendalian intern, dengan mempertimbangkan baik
substansi pengendalian maupun dampaknya secara kolektif.

2. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifkasi
organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan
keuangan yang disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen risiko menganalisis hubungan
risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan,
pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan. Risiko yang relevan dengan pelaporan
keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan
secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas,
dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain

perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru
atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru,
restrukturisasi korporasi, operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin


bahwaarahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan
audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan review
terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas. Aktivitas
pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Pengendalian Pemrosesan Informasi


2. pengendalian umum
3. pengendalian aplikasi
4. otorisasi yang tepat
5. pencatatan dan dokumentasi
6. pemeriksaan independent
7. Pemisahan tugas
8. Pengendalian fisik
9. Telaah kinerja

 
4. Informasi Dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran


informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dalam pelaporan keuangan yang
meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,
menganalisa, mengklasikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi serta menjaga
akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi meliputi penyediaan deskripsi tugas
individu dan tanggung jawab berkaitan dengan struktur pengendalian intern dalam
pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem
informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami :
Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan
Bagaimana transaksi tersebut dimulai
Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang
tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan untuk
mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

5. Pemantauan / Monitoring

Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern


sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat
waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai
kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan
pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas
pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar
seperti keluhan pelanggan dan respon dari badan pengatur yang dapat memberikan
petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen
pengendalian intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas.
Komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan ukuran entitas,
karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan
kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan,
mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan
peraturan.

3.1.2 TUJUAN PENGENDALIAN INTERN


,Tujuan adanya pengendalian internal adalah agar perusahaan bisa mencapai
tujuannya dengan cara mendapatkan kesempatan dan keuntungan serta mencegah adanya
kerugian.
Selain itu, ada beberapa tujuan lainnya yaitu.
 Menghasilkan informasi seperti laporan keuangan yang bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan
 Memastikan segala aktivitas perusahaan sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.
 Meningkatkan efisiensi dan mencegah adanya pemborosan pengelolaan sumber daya
perusahaan.
 Memastikan segala anggota perusahaan atau organisasi mengetahui dan mematuhi
kebijakan yang telah dibuat.
 Menjaga aset perusahaan.
 Menjamin keamanan operasional perusahaan.
Hal yang paling jelas adalah tentu mencegah adanya tindak kecurangan karyawan
seperti administration fraud atau financial fraud.

3.1.3 JENIS – JENIS PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan tujuannya, pengendalian internal dibagi ke dalam dua jenis yaitu:


 Pengendalian internal akuntansi 
Yang meliputi persetujuan, keandalan data, pemisahan fungsi operasi, penyimpanan,
pencatatan, hingga pengawasan aset atas kekayaan.
 Pengendalian internal administrasi 
Yang meliputi efisiensi usaha, kebijakan direksi, analisis risiko, manajemen sumber
daya hingga pengendalian mutu

3.2. DEFINISI RUANG LINGKUP PENGENDALIAN SEKTOR PUBLIK


3.2.1 KARAKTERISTIK SISTEM PENGENDALIAN SEKTOR PUBLIK YANG
BAIK
Setiap organisasi baik public maupun organisasi swasta memiliki tujuan yang
hendak di capai . untuk tujuan organisasi tersebut di perlukan strategi yang di jabarkan
dalam bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi memerlukan sistem
pengendalian manajamen untuk memberikan jaminan di laksanakannya strategi organisasi
secara efektif dan efesien sehingga tujuan organisasi dapat di capai. Pengendalian
manajamen meliputi:

1. Perencanaan
2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi
3. Komunikasi informasi
4. Pengambilan keputusan
5. Motivasi orang-orang dalam organisasi agar perilaku sesuai dengan tujuan organisasi
6. Pengendalian, dan
7. Penilaian kinerja
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian karna sistem
pengendalian manajamen berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat
pertanggungjawaban

3.2.2 ORGANISASI PENGENDALIAN SECTOR PUBLIK

Akuntansi sebagai alat pengendali organisasi :

 Alat pengendali organisasi bisnis lebih bertumpu pada mekasisme negosiasi


 Alat pengendali organisasi sector public berupa peraturan biokrasi
 Informasi akuntansi sebagai alat financial control dan organizational control

3.3. KONTROVERSI
3.3.1. PERENCANAAN VS PENGENDALIAN
A. PENGERTIAN PERENCANAAN
  Dalam proses akuntansi, yang menjadi titik awalnya adalah perencanaan. Jadi bagai
awal kita melakukan proses akuntansi sebelum kita melakukan pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan.
Dalam pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara lain:

 Perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasar kan pada fakta, data dan keterangan
kongkret.
 Perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi
dan kesanggupan melihat kemasa yang akan datang.
 Perencanaan mengenai masa yang akan dating dan menyangkut tindakan-tindakan apa
yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.

           Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana
sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan
rencana kegiatan tertentu.
B. PENGERTIAN PENGENDALIAN

Pengendalian akuntansi merupakan suatu istilah yang umum dan makin banyak
digunakan dalam berbagai variasi kepentingan dan pengertian. Kadang-kadang digunakan
untuk pemeriksaan rutin intern, Misalnya pada penyusunan kembali pembukaan. Biasanya
interprestasi yang lebih sempit ini ternyata merupakan salah satu kegiatan dari pada
struktur pengendalian akuntansi yang luas itu. Pengendalian akuntasi adalah semua usaha
perusahaan yang mencakupmetode, prosedurdanstrategiperusahaan yang mengacu pada
efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan, agar dipatuhinya kebijakan akuntansi serta
tercapainya tujuan perusahaan.

3.3.2. BIROKRASI VS FLEKSIBILITAS


A. PENGERTIAN BIROKRASI

Birokrasi adalah fenomena kehidupan yang setidaknya sejakabad 19, telah menjadi
actor sedemikian penting dalam sejarah umat manusia secara teoritis pengertian birokrasi
dapat dipahami secara simple sebagai aparatur Negara, secara praktis pengertian birokrasi
ini masih sering menimbulkan kontroversi pada konsepsi yang paling luas. Birokrasi sering
disebut sebagai badan / sector pemerintah, atau dalam konsepsi bahasa Inggris disebut
public sector, ataujuga public service atau public administration.

B. PENGERTIAN FLEKSIBILITAS

Fleksibilitas adalah rentang gerakan yang mungkin dilakukan pada sendi tertentu


atau kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi dalam berbagai gerakan. Ini
merupakan rentang gerakan yang mungkin dilakukan pada sendi tertentu atau kemampuan
untuk menggerakkan otot dan sendi dalam berbagai gerakan.
3.5. ORGANISASI DAN STRUKTUR PENGENDALIAN

3.5.1. KONSEP BIROKRASI

A. Apa itu Birokrasi

Birokrasi adalah fenomena kehidupan yang setidaknya sejak abad 19, telah menjadi
aktor sedemikian penting dalam sejarah umat manusia. Apabila orang ditanya tentang
organisasi apakah yang paling mereka butuhkan dalam hidup, maka jawaban semua orang
adalah hampir pasti :Birokrasi.Sejak sebelum lahir sampai meninggalnya, seorang manusia
yang hidup di dunia modern akan senantiasa berurusan dengan institusi pemerintah yang
kita kenal dengan nama birokrasi itu.

Seorang manusia bersentuh dengan birokrasi, dimulai tatkala ibu bapaknya


menikah di KUA. Dokumen surat nikah bapak – ibunya di KUA ini nantinya
dibutuhkannya untuk mengurus akte kelahiran. Kemudian selama manusia masih dalam
kandungan, mereka juga memerlukan pemeriksaan di Puskesmas yang juga merupakan
unit organisasi birokrasi. Selanjutnya ketika manusia sekolah, bekerja, berpergian,
berdagang, dan melakukan aktivitas lainnya senantiasa pula berhubungan dengan institusi
birokrasi Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Kepolisian, Badan
Pertanahan dan sebagainya. Ketika seseorang meninggal dia masih harus pula berhubungan
dengan Dinas Pemakaman yang tidak lain sebuah institusi birokrasi.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam kehidupan di era modern, birokrasi


menempati posisi yang sangat penting dan sekaligus menjadi institusi yang paling
dibutuhkan (the most important dominant institution) dalam masyarakat. Hampir dapat
dikatakan tidak mungkin proses kehidupan masyarakat modern berlangsung tanpa adanya
intervensi peran borokrasi. Semua organisasi, apakah itu organisasi agama, bisnis,
pendidikan, LSM, partai politik, jasa industry, payuguban seniman, dari pedalaman hutan
sampai metropolitan, dari puncak gunung sampai pesisir, semuanya dalam ranah garis
kekuasaan dan pengaruh intitusi birokrasi.
Namun ironisnya, walaupun birokrasi merupakan institusi yang paling dibutuhkan
ia juga sekaligus merupakan institusi yang paling dibenci oleh sebagian besar masyarakat.
Tidak heran di berbagai Negara maju hanya sebagian kecil saja masyarakat yang mau
bekerja sebagai pegawai negeri, disamping karena gaji yang kecil, juga utamanya karena
citra birokrasi yang buruk.

Sebagaimana telah sedikit disinggung di muka, institusi birokrasi merupakan ruang


mesin Negara. Di dalamnya berisi orangorang (pejabat) yang digaji dan dipekerjakan oleh
Negara untuk memberikan nasehat dan melaksanakan kebijakan politik Negara. Walaupun
secara teoritis pengertian birokrasi dapat dipahami secara simpel sebagai aparatur Negara,
secara praktis pengertian birokrasi ini masih sering menimbulkan kontroversi pada
konsepsi yang paling luas. Birokrasi sering disebut sebagai badan / sector pemerintah, atau
dalam konsepsi bahasa Inggris disebut public sector, atau juga public service atau public
administration.Konsepsi itu mencakup institusi atau orang yang penghasilannya berasal
secara langsung atau tidak langsung dari uang Negara atau rakyat yang biasanya tercantum
dalam APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah). Akan tetapi di banyak Negara, ada beberapa kelompok bidang profesi
seperti guru, pegawai BUMN, angkatan bersenjata, yang walaupun penghasilannya berasal
dari uang Negara, tapi tidak dimasukkan sebagai bagian dari badan pemerintah atau Public
sector.

Dibandingkan dengan subyek ilmu pengetahuan yang lain, sesungguhnya eksistensi


birokrasi baik sebagai fenomena politik administrasi maupun sebagai subyek ilmu
pengetahuan dapat dikatakan masih relatif baru. Eksistensi birokrasi secara institusional
muncul setelah manusia mulai mengenal bentuk negara modern. Sedangkan sebagai obyek
kajian ilmu pengetahuan, kajian terhadap birokrasi mulai dilakukan pada waktu di sekitar
revolusi Perancis pada abad ke-18 (1760-an). Secara literal, istilah birokrasi itu sendiri
mulai diperkenalkan oleh filosof Perancis Baron de Grimm dan Vincent de Gournay dari
asal kata “bureau” yang berarti meja tulis, di mana para pejabat (saat itu) bekerja di
belakangnya (Albrow, 1970, h. 16). Kita mengetahui dari sejarah bahwa pemerintah
Perancis (dan Negara Eropa lainnya) pada saat itu dikenal memiliki kinerja yang sangat
buruk, serta mengeksploitasi rakyatnya secara berlebihan. Para pejabat sebagai abdi raja,
gemar mengadakan pesta mewah di tengah kelaparan dan kesengsaraan rakyat, memungut
pajak yang sangat tinggi, kejam terhadap mereka yang kritis, serta gemar menjilat para raja
dan bangsawan. De Gournay (dikutip dalam Albrow, 1970.h. 17) saat itu mengemukakan
bahwa, “..sangat dikeluhkan para pejabat, para jurnalis, para sekretaris, para inspektur,, dan
para Intendan yang diangkat bukannya memberikan keuntungan pada kepentingan umum,
melainkan kepentingan umum justru terabaikan karena adanya pejabat…….” Untuk
menyindir kinerja pejabat yang buruk itu, dipakailah istilah bureaumania yang kemudian
memunculkan varian kata bureucratie (bahasa perancis), burocratie (jerman), burocrazia
(Italia) dan bureaucracy (Inggris). Istilah –istilah tersebut itulah yang kemudian dipakai
untuk menunjukkan pengertian akan suatu organ/ institusi pelaksana kegiatan
pemerintahan dalam sebuah Negara, sebagaimana didefinisikan oleh Hague, Harrop &
Breslin (1998, h. 219) bahwa birokrasi adalah “organisasi yang terdiri dari aparat bergaji
yang melaksanakan keputusan kebijakan” (the bureaucracy consists of salaried officials
who conduct the detailed business of government, advising on and appliying policy
decisions).

B. Birokrasi Menurut Para Ahli

Para ahli memiliki berbagai macam pengertian dan definisi tentang birokrasi, mulai
dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Beberapa definisi itu
terangkum sebagai berikut :
1. Birokrasi adalah Organisasi yang terdiri dari aparat bergaji yang melaksanakan
detail tugas pemerintah, memberikan nasehat dan melaksanakan
keputusankebijakan “ (the bureacraucracy consists of salaried officials who
conduct the detailed business of government, advising on and applying policy
decisions)” (Hague, Harrop & Breslin, 1998, h. 219).
2. Didalam konsep sosial, istilah birokrasi ….digunakan untuk menggambarkan
pengaturan/pemerintahan yang dilakukan oleh pejabat yang tidak dipilih, mesin
administrasi kerja pemerintah, dan bentuk organisasi rasional (in the social
sciences, the concept of bureaucracy….refers to phenomena as different as rule by
nonelected officials, the administrative machinery of government, and a rational
mode of organization)” (Heywood, 2002, h. 359).
3. Birokrasi adalah “institusi....yang berada padasektor Negara.…yang memiliki
karakteristik adanya kewajiban, memiliki hubungan dengan hukum dan
berhubungan dengan pertanggungjawaban kepada publik dalam menjalankan
tugasnya (institutions ….its location in the state ..its cumpalsory character, its
particular relation to the law (and) the public accountability of its operations)”
(Beetham, 1987 h. 3-4).
4. Birokrasi adalah Organisasi dengan sebuah hierarki penggajian, pejabat tetap/penuh
waktu yang menyusun rantai komando (organizations with a hierarchy of paid full
time officials who formrd a chain of command) (Weber, 1978, dikutip dlam
Krieken, 2000, h. 283).
5. Birokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan, sebuah control/kekuasaan yang
sepenuhnya di tangan pejabat yang kekuasaan mereka merenggut kebebasan dari
rakyat kebanyakan ( a system of government, the control of wich is so completely
in the hands of officials that their power jeopardizes the liberties of ordinary
citizens)” (Harold Laski, dikutip dalam Buechner, 1984, h. 46).
6. Birokrasi adalah Sistem manajemen kerja yang hierarkis dimana orang
diperkerjakan untuk bekerja mendapatkan upah (a hierarchically stratified
managerial employment sytem in which people are employed to work for wage or
salary)” (Jacques, 1976).

3.5.2. STRUKTUR PENGENDALAIAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

A. Sistem Pengendalian Organisasi Sektor Publik

Setiap organisasi publik maupun swasta memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut diperlukan strategi yang dijabarkan dalam
bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi memerlukan sistem pengendalian
manajemen untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif
dan efisisen sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi
beberapa aktivitas, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Koordinasi antar berbagai bagian dalam
organisasi, (3) Komunikasi informasi, (4) Pengambilan keputusan, (5) Memotivasi
orang-orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi agar
berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi, (6) Pengendalian, (7) Penilaian kinerja.

Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena adanya kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses
pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen sektor publik berfokus pada
bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efesien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Sistem pengendalian manajemen tersebut harus didukung dengan
perangkat yang lain berupa struktur organisasi yang sesuai dengan tipe pengendalian
manajemen yang digunakan, manajemen sumber daya manusia, dan lingkungan yang
mendukung.

Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen,


karena sistem pengendalian manajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagaui pusat
pertanggungjawaban tersebut merupakan basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian
kinerja. Manajemen sumber daya manusia harus dilakukan sejak proses seleksi dan
rekruitmen, training, pengembangan, dan promosi hingga pemberhentian karyawan. Faktor
lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi, sosial, keamanan, dan sebagainya. Ke
semua unsur tersebut hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi organisasi.

B. Struktur Pengendalian Organisasi

Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang


baik. Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban
(responsibility centers). Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin
oleh manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Suatu organisasi merupakan kumpulan dari berbagai pusat
pertanggungjawaban tersebut adalah:

1.      Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya;
2.      Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi;
3.      Memfasilitasi terbentuknya goal congruence;
4.      Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi
sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat;
5.      Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan;
6.      Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisisen; dan
7.      Sebagai alat pengendalian anggaran;

Tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan


hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output
dihasilkan, kemudian dikaitkan dengan target kinerja. input diukur dengan jumlah sumber
daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah produk/output yang
dihasilkan.

Pada dasarnya terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban, yaitu:

1.      Pusat biaya (expense center)


Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan. Suatu unit organisasi disebut sebagai pusat
biaya apabila ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya yang telah digunakan (bukan nilai
output yang dihasilkan. Contoh pusat biaya adalah Departemen Produksi, Dinas Sosial, dan
Dinas Pekerjaan Umum.

2.      Pusat Pendapatan (revenue center)


Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
dinilai berdasarkan pendapatan yang dihasilkan. Contoh pusat pendapatan adalahDinas
Pendapatan Daerah dan Departemen Pemasaran.

3.      Pusat Laba (profit center)


Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang membandingkan input (expense)
dengan output (revenue) dalam satuan moneter. Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba
yang dihasilkan. Contoh: BUMN dan BUMD, obyek pariwisata milik PEMDA, Bandara,
dan Pelabuhan.

4.      Pusat investasi (investment center)


Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamakan pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contoh pusat investasi adalah Departemen Riset
dan Pengembangan dan Balitbang.

Melalui pusat pertanggungjawaban tersebut anggaran dibuat, dan jika disahkan


anggaran dikomunikasikan kepada manajer level, menengah, dan bawah untuk
dilaksanakan.

3.5.3. PROSES MANAJEMEN PUBLIK

Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan


dengan menggunakan saluran komunikasi formal dalam organisasi yang meliputi:
1.      Rumusan strategi (strategy formulation)
2.      Perencanaan startegik (strategic plannning)
3.      Penganggaran
4.      Operasional (pelaksanaan anggaran), dan
5.      Evaluasi kinerja
Saluran komunikasi informal dapat dilakukan melalui komunikasi langsung,
pertemuan informal, diskusi, atau melalui metoda management by walking around.
Sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dirancang untuk mempengaruhi
orang-orang didalam organisasi tersebut agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi.
Pengendalian organisasi dapat berupa aturan dan prosedur birokrasi atau melalui
pengendalian dan manajemen informasi yang dirancang secara formal.

Dalam tujuan organisasi setiap orang memiliki tujuan personal (individual goal).
Untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya suatu “jembatan” yang mampu mengantarkan
organisasi mencapai tujuannnya, yaitu tercapainya keselarasan antara individual
goal denganorganization goal. Dalam hal ini, sistem pengendalian manajemen hendaknya
dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan adanya goal congruence, yaitu keselarasan
antara tujuan organisasi dengan tujaun personal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi goal congruence tersebut dapat dikategorikan


dalam dua kelompok, yaitu faktor pengendalian formal dan faktor informal. Faktor
pengendalian formal misalnya adalah sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules
of the game), dan reward & funishment system. Sementara itu, faktor informal terdiri atas
faktor eksternal dan internal. Faktor pengendalian informal misalnya etos kerja dan
loyalitas karyawan (dalam sistem pemerintahan dikenal istilah “abdi negara dan abdi
masyarakat”, sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur organisasi, gaya
manajemen (management style), dan gaya komunikasi (communication style).

3.6. TEKNIK – TEKNIK PENGENDALIAN

Berikut ini ada berbagai topik yang dapat dikembangkan sebagai alat
pengendalian organisasi sektor publik (Bastian, 2001:70) yaitu:

1. Teknik pemograman. Teknik pengendalian ini merupakan teknik untuk merancang


berbagai aktivitas organisasi menurut waktu, unit moneter dan sumber daya
manusia. Teknik ini merupakan upaya penurunan misi dan tujuan organisasi ke aktivitas.
Ini berarti aspek legal, politik dan ekonomi. Aspek kepatuhan hukum amat
dominan dalam tahap ini.
2. Teknik analisis program. Teknik ini diimplementasikan untuk melakukan analisis
kepatuhan program baik dari sisi lingkungan organisasi dan investasi. Hasil dari
teknik ini dijadikan model untuk memonitor perkembangan kemajuan program.

3. Teknik penyusunan anggaran. Teknik ini dikembangkan untuk melegitimasi tahap


perencanaan secara formal. Terkait dengan teknik pemograman, teknik ini lebih
menekankan pada aspek keuangan, terutama pengendalian biaya.

4. Pengendalian operasi. Teknik pengendalian ini mengeksplorasi teknik pelaporan


keuangan – akuntansi, baik dari pencatatatn sampai analisis pelaporan itu sendiri.
Proses analisis lebih ditujukan untuk mengukur kinerja lembaga dari waktu ke
waktu.

5. Pengukuran output. Teknik ini lebih memfokuskan pada indicator kualitas output.
Indikator output dikembangkan untuk menjembatani analisis antar bagian
organisasi, antar waktu serta aspek kuantitatif dan kualitatif. Proses pembandingan
dengan ukuran industri atau organisasi yang sama seringkali dijadikan pilihan
utama.

6. Pusat pertanggungjawaban. Fokusnya adalah efisiensi dan efektivitas dalam


pemenuhan satu atau beberapa tujuan yang ditetapkan oleh atasan. Tujuan tersebut
akan membantu mengimplementasi rencana strategis manajemen puncak. Efisiensi
adalh ratio antara output terhadap input. Efektivitas adalah hubungan antara output
pusat pertanggungjawaban dan tujuannya.

7. Motivasi. Teknik ini dikaitkan dengan proses pengendalian manajemen yaitu


penetapan jumlah penghargaan kepada bawahan.
8. Restrukturisasi organisasi. Suatu tindakan yang dilakukan perusahaan melalui
perubahan status hokum, organisasi, keuangan, operasional, tatanan structural,
strategi bisnis, dan manajerial untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan
kualitas pelayanan dengan merumuskan kembali visi dan misi organisasi. Yang
menjadi indikator restrukturisasi adalah modal, manajemen dan karyawan,
pengendalian, budaya kerja, efektivitas manajer, kepuasan pelanggan, fasilitas,
anggaran, visi dan misi, teknologi baru, organisasi, insentive, regulator, kompetisi

3.7. PENGENDALIAN PROGRAM

Pengendalian manajemen sektor publik yang ada di Indonesia ini diterapkan dalam
beberapa kelompok, di antaranya:

1. Pengendalian Preventif.
Sesuai dengan namanya, pengendalian ini dilakukan sebelum berjalannya proses
manajemen sehingga meminimalisir kesalahan dan merencanakan strategi untuk mencapai
tujuan organisasi. Strategi tersebut dirumuskan dalam bentuk program-program kerja yang
harus diselesaikan dan mencapai tujuan-tujuan jangka pendek yang dicanangkan.
Perencanaan yang detil akan sangat membantu organisasi beroperasi dengan minim
kesalahan dan hal ini tentu saja berdampak pada efektivitas serta efisiensi kerja.

2. Pengendalian Operasional.
Tipe pengendalian ini merupakan waktu saat manajemen melakukan pengawasan terkait
pelaksanaan atau operasional organisasi, yaitu dalam bentuk berjalannya program-program
kerja yang disusun. Alat pengawasan pada tipe pengendalian ini adalah anggaran yang
dibuat di awal tahun kerja untuk setiap program kerja yang dibuat. Anggaran dana ini akan
menjadi alat yang menghubungkan antara perencanaan dengan pengendalian

3. Pengendalian Kinerja.
Jika program kerja sudah diselesaikan atau organisasi telah mencapai tahun akhir kerja,
maka manajemen melakukan tipe pengendalian ketiga yaitu pengendalian kinerja melalui
penilaian program kerja dan bagaimana kinerja orang-orang dalam organisasi tersebut.
Evaluasi terhadap kinerja tahun terkait bisa berdasarkan poin-poin yang sudah dicapai pada
setiap program kerja yang sudah direncanakan dari awal atau dibandingkan dengan kinerja
tahun lalu sebagai standar nya.

3.8. PENERAPAN DI INDONESIA

3.8.1 KAJIAN PENGENDALIAN MELALUI PENERAPAN AKUNTANSI BIAYA


PADA ANGGARAN BELANJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Alokasi belanja tertinggi yaitu belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal
berturut turut sebesar 42,51 persen, 28,50 persen, dan 19,93 persen dari total belanja
daerah tahun 2020. Dari sisi kinerja penyerapan, sampai dengan triwulan I 2020 ini,
anggaran belanja pemerintah daerah DIY terserap sebesar 12,94 persen (Rp2 triliun) dari
pagu anggaran. Realisasi belanja modal pada triwulan I 2020 mencapai yaitu 9,29 persen
meningkat dari triwulan 1 2019 yang hanya sebesar 5,72 persen, peningkatan realisasi
belanja modal dapat menjadi stimulan bergeraknya investasi swasta sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan realisasi belanja barang dan belanja hibah
masing-masing 10,04 persen dan 1,2 persen dari realisasi belanja daerah.

Alokasi terbesar belanja daerah berdasarkan urusan (selain Urusan Administrasi


Pemerintahan dan Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan) adalah pendidikan sebesar
24,86 persen, selanjutnya kesehatan yang mendapatkan alokasi 19,53 persen, pekerjaan
umum dan penataan ruang 13,41 persen, ketenteraman, ketertiban dan perlindungan umum
2,38 persen dan pemberdayaan masyarakat dan desa 1,89 persen. Dari sisi kinerja
penyerapan selama triwulan I 2020, penyerapan tertinggi adalah urusan Perhubungan
(14,04 persen), urusan Kesehatan (12,01 persen) dan urusan Pendidikan (10,02 persen).

3.8.2. MODEL PENGENDALIAN MILLER & DESS

3.8.3. MODEL SATUAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH DI


ERA OTONOMI
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat
sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan
keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Berdasarkan pemikiran tersebut,
dikembangkan unsur Sistem Pengendalian Intern yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern. Pengembangan unsur Sistem Pengendalian Intern perlu
mempertimbangkan aspek biaya- manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia,
kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi serta
dilakukan secara komprehensif. Alasan atau latar belakang diterbitkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah sebagai petunjuk pelaksanaan dari
Paket Reformasi Keuangan Negara menuju Good Governance atau tata kelola yang baik
dan Good Geverment. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diadopsi dari konsep
internal control yang dikeluarkan oleh COSO (The Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission) yang berusaha meningkatkan kinerja dan tata
kelola organisasinya menggunakan Manajemen Risiko Terpadu (Enterprise Risk
Management), Pengendalian Intern (Internal Control) dan Pencegahan Kecurangan (Fraud
Detterence). COSO memiliki prinsip dasar good risk management and internal control are
necessary for long term success of all organizations [16]. Unsur-unsur yang ada dalam
SPIP mengacu pada unsur SPI yang telah dipraktekkan di lingkungan pemerintahan di
berbagai negara yang meliputi Lingkungan Pengendalian, Penilaian resiko, Kegiatan
Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, Pemantauan Pengendalian Intern. Menurut
Moeller (2007: 4-5), model internal control versi Coso dapat digambarkan sebagai rubic
cube, dimana penerapan kelima unsurnya saling menguatkan disesuaikan dengan bentuk
organisasinya dengan kepatuhan pelaporan operasi keuangan melalui kegiatan yang efektif
dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan peraturan [11].

Anda mungkin juga menyukai