PDF LP Intranatal
PDF LP Intranatal
DHAE>
LAS[ 3939
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL
(ASUHAN PERSALINAN NORMAL)
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Intranatal care (persalinan) adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Nugroho, 2011).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan spontan adalah
persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melaluai jalan lahir. Persalianan buatan adalah persalinan
forceps atau dilakukan dengan operasi cesarean. Persalianan anjuran adalah persalinan
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri, tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan
lahir.
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Menurut Manuaba dkk, 2010 terjadinya persalinan belum dapat diketahui. Besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama sehingga pemicu persalinan
menjadi multifaktor. Teori kemungkinan terjadinya persalinan, antara lain:
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi pada saat kehamilan 28 minggu karena terjadi
penimbunan jaringan ikat. Pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehigga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah mencapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh hypofisis posterior. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesterone akibat
tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkat aktivitas.
d. Teori Prostalglandin
Konsentrasi prostalglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostalglandin saat hamil menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
;. Poeon Masahae
Nyeri
melahirkan
Nyeri melahirkan
Nyeri melahirkan
Nyeri melahirkan
4. Klasifikasi
Menurut Manuaba, 2008 persalinan dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam
yaitu:
1. Menurut definisi/cara persalinan :
a. Persalinan spontan
Proses lahirnya bayi dengan kekuatan/tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan.
2. Menurut umur kehamilan dan berat badan yang dilahirkan sebagai berikut :
a. Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan. Umur hamil sebelum 28 minggu. Berat janin kurang dari 1000
gram.
b. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin
kurang dari 2499 gram.
c. Persalinan aterm
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di
atas 2500 gram.
d. Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-
tanda post maturitas.
e. Persalinan presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
5. Gejala Klinis
Menurut (Manuaba dkk, 2010) tanda-tanda persalinan antara lain :
1) Kekuatan his semakin serig terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah).
2) Kala II
sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa meneran. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 —
60 menit, dan multipara 15-30 menit.
plasenta memisah.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a) Perdarahan
b) Kelengkapan plasenta
c) Ada tidaknya plasenta suksenturiata
d) Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
e) Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri
f) Pemberian uterotunika bila perlu
g) Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan
hanya proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali
hubungan yang baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensive karena perdarahan dapat terjadi,
misalnya karena atonia uteri, robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata
jumlah perdarahan normal adalah 100 — 300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc
maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh ditinggalkan sendiri dan
belum boleh dipindahkan ke kamarnya.
Hal — hal yang harus diperhatikan
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
2) Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
3) Pemeriksaan darah.
b. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah
tersebut disebut fungtum maksimum.
e. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung
janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian
keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan
jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama
7. Penatalaksanaan Medis
10) Analgesia
Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan pasien.
11) Lengkapi partogram
a) Keadaan umum parturien (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
b) Pengamatan frekuensi — durasi — intensitas his.
c) Pemberian cairan intravena.
d) Pemberian obat-obatan.
12) Amniotomi
a) Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang
diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat pada diri dokter
yang bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan amniotomi
dengan alasan:
a. Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
b. Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium
(yang merupakan indikasi adanya gawat janin) berlangsung
lebih cepat.
meneran.
2) Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
Pada kala II sangat diperlukan kerjasama yang baik antara parturien dengan
penolong persalinan.
1) Persiapan:
a) Persiapan set “pertolongan persalinan” lengkap.
b) Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba
kandung kemih diatas simfisis pubis.
c) Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan
disinfektan.
d) Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien.
e) Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri
(sepatu boot, apron, kacamata pelindung dan penutup hidung & mulut).
2) Pertolongan persalinan:
a) Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur
persalinan.
b) Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang
tidak terlampau renggang dengan kedudukan yang sama tinggi.
3) Persalinan kepala:
a) Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka
akibat dorongan kepala dan terjadi “crowning”.
b) Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum biasanya
menjadi lebih mudah dilihat.
c) Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan terjadi
penipisan perineum dan selanjutnya terjadi laserasi perineum secara
spontan.
d) Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan
Manuver Ritgen:
atas. Tangan kiri melakukan tekanan ringan pada daerah oksiput. Maneuver ini
dilakukan untuk mengatur defleksi kepala agar tidak terjadi cedera berlebihan
pada perineum.
Setelah lahir, kepala janin terkulai keposterior sehingga muka janin
mendekat pada anus ibu. Selanjutnya oksiput berputar (putaran restitusi) yang
menunjukkan bahwa diameter bis-acromial (diameter tranversal thorax) berada
pada posisi anteroposterior Pintu Atas Panggul dan pada saat itu muka dan
hidung anak hendaknya dibersihkan Seringkali, sesaat setelah putar paksi luar,
bahu terlihat di vulva dan lahir secara spontan. Bila tidak, perlu dilakukan
ekstraksi dengan jalan melakukan cekapan pada kepala anak dan dilakukan
traksi curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dibawah arcus pubis.
Untuk mencegah terjadinya distosia bahu, sejumlah ahli obstetri
menyarankan agar terlebih dulu melahirkan bahu depan sebelum melakukan
pembersihan hidung dan mulut janin atau memeriksa adanya lilitan talipusat.
Persalinan sisa tubuh janin biasanya akan mengikuti persalinan bahu tanpa
kesulitan, bila agak sedikit lama maka persalinan sisa tubuh janin tersebut
dapat dilakukan dengan traksi kepala sesuai dengan aksis tubuh janin dan
disertai dengan tekanan ringan pada fundus uteri. Jangan melakukan kaitan
pada ketiak janin untuk menghindari terjadinya cedera saraf ekstrimitas atas.
5) Membersihkan nasopharynx
Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka, hidung dan mulut anak setelah
dada lahir dan anak mulai mengadakan inspirasi, untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya aspirasi cairan amnion, bahan tertentu didalam cairan
amnion serta darah.
6) Lilitan talipusat
plasenta
Tehnik melahirkan plasenta:
1) Tangan kiri melakukan elevasi uterus (seperti tanda panah) dengan tangan kanan
mempertahankan posisi talipusat.
2) Parturien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta dengan meneran.
3) Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar plasenta dengan menarik
talipusat keatas.
4) Plasenta dilahirkan dengan gerakan “memelintir” plasenta sampai selaput
ketuban agar selaput ketuban tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena
Tehnik:
1) Setelah anak lahir, ditentukan apakah tidak terdapat kemungkinan adanya
janin kembar.
2) Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U i.m
(atau methergin 0.2 mg i.m bila tidak ada kontra indikasi)
3) Regangkan talipusat secara terkendali (“controlled cord traction”):
a) Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah terdapat
kontraksi, lakukan dorongan bagian bawah uterus kearah dorsokranial
b) Tangan kiri memegang klem talipusat, 5—6 cm didepan vulva.
c) Pertahankan traksi ringan pada talipusat dan tunggu adanya kontraksi
uterus yang kuat.
d) Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan tarikan terkendali pada talipusat
sambil melakukan gerakan mendorong bagian bawah uterus kearah
dorsokranial.
e) Penarikan talipusat hanya boleh dilakukan saat uterus kontraksi.
7) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan injeksi oksitosin
kedua dan ulangi gerakan-gerakan diatas.
8) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit:
a) Periksa kandung kemih, bila penuh lakukan kateterisasi.
b) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
c) Berikan injeksi oksitosin ketiga.
Dua jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan
neonatus. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu
baru melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus sedang menyesuaikan
kehidupan dirinya dengan dunia luar. Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan
neonatus untuk memastikan bahwa keduanya berada dalam kondisi stabil dan dapat
mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk mengadakan stabilisasi.
Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
2) Periksa tekanan darah — nadi — kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5) Biarkan ibu beristirahat.
6) Biarkan ibu berada didekat neonatus.
7) Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat
8. Komplikasi
sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut
jantung janin yang tidak normal. Pada keadaan awal, jika segera diketahui dan
ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan
janin. Namun, jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak,
dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak,
dan bayipun dapat diselamatkan. Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan
pertolongan darurat lainnya, sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU.
Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu, hal ini mengakibatkan
suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan
kematian janin dan ibu. Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan
sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri
yang berulang. Namun, jika Anda hamil lagi, diperlukan pengawasan yang ketet
selama kehamilan, kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar.
b. Trauma Perineum
Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus.
Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan. Hal
ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan
nyeri yang bertahan selama beberapa minggu setelah melahirkan. Anda dapat pula
mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim.
Saat persalinan, terkadang dokter melakukan episiotomi, yaitu menggunting
perineum untuk mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan
mencegah robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan episiotomi, perineum
digunting agar jalan lahir lebih luas. dengan demikian perlukaan yang terjadi dapat
diminimalkan
dan vulva membuka, gelisah, pada waktu his kepala janin tampak di vulva,
meningkatnya pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul,
perasaan panas dan tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut,
gelisah, ketidakpercayaan dan merintih.
d. Monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas), keadaan janin
(penurunan janin melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan
darah
e. Durasi kala II → kemajuan pada kala II: Primigravida berlangsung 45— 60
menit, multipara berlangsung 15 — 30 menit
@oho GGG
a. Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10
mmhg, kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan
kedinginan, mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran
atau perubahan pernafasan
b. Data obstetric Perubahan uterus (discoid-globular), uterus bundar dan keras,
keadaan kandung kemih penuh atau kosong, perdarahan pervagina, normalnya
250-300 ml, janin lahir efisiotomi
c. Pengkajian setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat, pelepasan
melahirkan seperti: pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama
dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
b. Pemeriksaan fundus dan tingginya, selama waktu itu pengosongan kandung
kemih mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.
c. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung
kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi.
d. Lochia: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat
hasil dan bekuannya
e. Perineum: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring
dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan
mengangkat bokong untuk melihat perineum
f. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama
rentang waktu satu jam pertama, kenaikan pada periode ini mungkin
berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan
menurun(5) kepercayaan
Tampak tegang
O Keluhan pusing O Temani pasien untuk
O Sulit tidur
menurun(5) mengurangi kecemasan, jika
Gejala Dan Tanda Minor
O Anoreksia menurun(5) memungkinkan
Subjektif : O Pahami situasi yang membuat
O Palpitasi menurun(5)
O Mengeluh pusing ansietas
O Diaphoresis menurun (5)
O O Dengarkan dengan penuh
O
Anoreksia Tremor menurun(5)
O Palpitasi perhatian
O Pucat menurun(5)
O Gunakan pendekatan yang
O Merasa tidak O Konsentrasi membaik (5)
tenang dan meyakinkan
berdaya O Pola tidur membaik(5)
Objektif : O Tempatkan barang pribadi
O Frekuensi pernafasan (5)
yang memberikan
O Frekuensi napas O Frekuensi nadi menurun
kenyamanan
meningkat (5) O Tekanan darah
O Motivasi mengidentifikasi
O Frekuensi nadi menurun (5) O Kontak mata
situasi yang memicu
meningkat membaik (5) O Pola kecemasan
O Tekanan darah berkemih membaik(5) O O Diskusikan perencanaan
Orientasi membaik(5)
meningkat realistis tentang peristiwa
O Diaphoresis yang akan datang
O Tremor Edukasi :
O Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
O Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
O Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
O Kolaborasi dengan
komplementer genitalian
dikaji pengeluaran lendir
bercampur darah, bila
cairan kemungkinan
ketuban
Nyeri Melahirkan Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Risiko Perdarahan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan pendarahan
O Trauma Edukasi
O Hemoglobin membaik (5)
O Kurang terpapar O Jelaskan tanda dan gejala
O Hematokrit membaik (5)
informasi tentang perdarahan
O Tekanan darah membaik
pencegahan perdarahan O Anjurkan pengunaan kaos
(5)
O Proses keganasan kaki saat ambulasi
O Denyut nadi apical
O Anjurkan peningkatan asupan
membaik (5)
Kondisi Klinis Terkait : cairan untuk menghindari
O Suhu tubuh membaik (5)
O Aneurisma konstipasi
O Koagulopati O Anjurkan menghindari aspirin
intravaskuler atau anti koagulan
diseminata O Anjurkan meningkatkan
O Sirosis hepatis asupan makan dan vitamin K
O Ulkus lambung O Anjurkan segera melapor jika
O Varises terjadi pendarahan
O Trombositopenia Kolaborasi
O Ketuban pecah O Kolaborasi pemberian obat
sebelum waktunya pengontrol pedarahan , jika
O Plasenta perlu
previ/abrupsio O Kolaborasi pemberian produk
O Atonia uterus darah, jika perlu
O Retensi plasenta O Kolaborasi pemberian
O Tindakan pelunak tinja, jika perlu
pembedahan
O Kanker
O Trauma
DAFTAR PQSTAKA
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Wogyakarta: Nuha
Medika.
Nurhayati. 2007. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indnesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI
Mengetahui
( ) ( )
NIP: NIM: