Anda di halaman 1dari 9

Analisa Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan di

Hotel Bintang 4 dan Bintang 5 di Surabaya

Maria Tampubolon, Perdani Sukmaningrum


Alumni Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya

Serli Wijaya
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Surabaya
E-mail: serliw@peter.petra.ac.id

ABSTRAK
Senior market merupakan salah satu pasar yang cukup menjanjikan bagi bisnis jasa, termasuk bagi bisnis jasa hotel di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengukur kepuasan tamu lanjut usia yang menginap di hotel bintang 4 dan 5 di
Surabaya. Kepuasan diukur menggunakan metode derived satisfaction dengan cara membandingkan harapan dan persepsi
senior market terhadap kualitas layanan. Kualitas layanan didasarkan pada lima variabel, yaitu keterandalan, kecepatang-
gapan, jaminan, empati, dan fasilitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gap antara harapan dan persepsi,
dimana harapan lebih besar daripada persepsi, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden belum puas dengan seluruh
atribut layanan yang disediakan.
Kata kunci: harapan, persepsi, kepuasan, senior market, kualitas layanan, hotel, Surabaya.

ABSTRACT
Senior market is one of the most prospective segments to be targeted for hospitality industry, including hotel business
in Indonesia. This research aims to examine senior guest satisfaction toward service quality of four and five star hotels in
Surabaya. Employing derived satisfaction method, guest satisfaction is measured by comparing guests’ expectation with the
perception. Five variables of service quality are used to measure the service provided, namely reliability, responsiveness,
assurance, empathy and tangibles. The result shows that there is a gap between senior market’s expectation and perception,
in which the expectation is above the perception. Thus, it can be concluded that respondents have not satisfied yet with the
quality of service delivered.
Keywords: expectation, perception, guest satisfaction, senior market, service quality, hotel, Surabaya.

PENDAHULUAN pensiun. Jenis pengeluaran yang dilakukan senior


market golongan ini tidak hanya untuk mencukupi
Salah satu kelompok usia yang saat ini mulai kebutuhan sehari-hari mereka, melainkan mampu
banyak diperhatikan oleh para produsen adalah memenuhi kebutuhan sekunder seperti berlibur dan
kelompok usia lanjut atau yang seringkali disebut melakukan perjalanan wisata (Simatupang, 2005).
senior market. Menurut Biro Pusat Statistik Indone- Lebih lanjut, dalam penelitian yang dilakukan Wono-
sia, senior market adalah orang-orang yang berusia 65 seputro terhadap senior market di Belanda, terungkap
tahun ke atas (2000). Jumlah kelompok ini di Indo- bahwa sebagian besar kelompok lanjut usia di negara
nesia menunjukkan peningkatan yang sangat signifi- ini masih sehat secara fisik, memiliki semangat hidup
kan dimana pada tahun 2000, jumlah penduduk usia yang tinggi, tertarik pada produk dan jasa baru, serta
65 tahun ke atas ini mencapai lebih dari 12 juta orang, yang paling penting adalah kelompok ini memiliki
dan bertambah dua kali lipat lebih menjadi 27 juta pendapatan untuk membeli produk dan jasa baru
orang hanya dalam waktu 5 tahun. tersebut (2005).
Jumlah penduduk usia lanjut diprediksikan akan Di Indonesia, dapat dijumpai bahwa dalam lima
terus bertambah terlebih pada 15 sampai 20 tahun tahun terakhir ini, sudah mulai banyak produsen
lagi, dimana hal ini secara langsung akan memicu consumer goods yang memperhatikan kebutuhan dari
konsumsi produk dan jasa yang sesuai dengan senior market. Contohnya adalah produsen produk
kebutuhan usia mereka. Bahkan bagi senior market susu merek Anlene Gold, Calcimex, dan Entrasol
yang status sosial ekonominya termasuk dalam Gold yang memang dikhususkan menyasar segmen
golongan menengah ke atas, daya beli mereka akan lanjut usia. Contoh yang lain adalah dalam hal
tetap relatif besar sehingga tetap dapat memenuhi entertainment, salah satu stasiun televisi di Indonesia
kebutuhan hidup meskipun telah memasuki masa menyiarkan acara Tembang Kenangan yang di-
Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
135
136 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.9, NO. 2, SEPTEMBER 2007: 135-143

khususkan untuk usia dewasa (middle-aged) dan usia nilai dan kepuasan kepada konsumen melalui pe-
lanjut (Simatupang, 2005). nyampaian produk dan jasa berkualitas dengan harga
Meskipun demikian, perkembangan produk bagi bersaing.
senior market di Indonesia masih sebatas pada Menurut Kotler & Armstrong, definisi mengenai
produk-produk yang non-jasa dan belum diimbangi kepuasan konsumen dapat diartikan sebagai tingkat
dengan jasa (services). Penulis mengamati bahwa perasaan seseorang setelah membandingkan hasil
belum ada hospitality business yang memfokuskan yang dirasakan dengan harapannya. Seorang konsu-
marketnya hanya untuk senior market saja. Sebalik- men dapat mengalami berbagai tingkat kepuasan.
nya, sebagian besar bisnis jasa masih memberikan Apabila kinerja produk tidak sesuai dengan harapan,
perlakuan yang sama baik kepada orang-orang usia konsumen akan merasa tidak puas. Sebaliknya,
lanjut maupun kepada konsumen lainnya. apabila kinerja produk melampaui harapan, maka
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maga- konsumen akan puas (2001, p. 46).
zine of the American Association of Retired Person, Lebih lanjut, dalam memenuhi kepuasan kon-
orang-orang yang berusia 50 tahun ke atas lebih sumen, Kotler & Armstrong berpendapat bahwa
sering melakukan perjalanan dan menginap di hotel perusahaan hendaknya lebih berusaha untuk mening-
dalam jangka waktu lebih lama dari pada orang yang katkan harapan konsumen dan diimbangi dengan
berumur di bawah 50 tahun (Miller, 1996). yang dihasilkan. Perusahaan juga harus dapat mem-
Di luar negeri, bisnis hotel sudah lebih banyak buat konsumen merasa sangat puas, karena konsumen
yang menaruh perhatian khusus terhadap kebutuhan yang hanya menyatakan cukup puas, masih mudah
dari senior market. Contohnya di Amerika, Hotel berganti produk lain jika mendapat tawaran yang
Radisson memberikan paket-paket khusus untuk lebih baik (p. 47).
senior market selama menginap di hotel. Kemudian
Best Western International menawarkan membership Metode Mengukur Kepuasan Konsumen
card untuk senior market (Koss, 1994, p. 37). Contoh
Menurut Kotler seperti dikutip dalam Tjiptono
lain adalah Econo Lodge dan Rodeway Hotel mena-
(2001, p.35), beberapa metode yang dapat digunakan
warkan kamar yang didisain khusus untuk tamu usia
untuk memantau dan mengukur tingkat kepuasan
lanjut antara lain pemasangan lampu kamar yang
konsumen adalah sebagai berikut:
lebih terang serta pesawat telepon dengan tombol
1) Sistem keluhan dan saran (Complain and sug-
tekan yang lebih besar (Miller, 1996).
gestion system)
Penulis mengamati bahwa di Indonesia, khusus-
Dengan metode ini, perusahaan memberikan
nya di Surabaya, penyediaan fasilitas fisik serta
kesempatan yang luas kepada pelanggannya untuk
tingkat layanan yang spesifik bagi tamu yang berusia
menyampaikan saran dan keluhan. Untuk menge-
lanjut belum begitu diperhatikan oleh pihak hotel.
tahui seberapa jauh tingkat kepuasan pelang-
Berdasarkan fakta di atas, rumusan masalah yang
gannya, setiap perusahaan baik penyedia jasa
ingin digali dalam penelitian ini adalah bagaimana
maupun manufaktur dapat memberikan kesem-
sebenarnya harapan tamu yang berusia lanjut pada
patan kepada pelanggannya untuk menyampaikan
saat mereka menginap di hotel, khususnya hotel
keluhan dan saran kepada perusahaan. Dengan
berbintang 4 dan 5 di Surabaya. Selain itu penulis
demikian maka perusahaan dapat memperbaiki
juga ingin mengungkap bagaimana persepsi atau
kekurangannya atau mungkin lebih meningkatkan
penilaian tamu usia lanjut setelah mereka menginap
pelayanannya. Media yang biasa digunakan
dan menikmati produk dan layanan di hotel.
adalah kotak-kotak saran yang diletakkan di
Pengukuran harapan dan persepsi dilakukan berdasar
tempat-tempat strategis.
pada lima dimensi kualitas layanan dari Parasuraman
2) Ghost Shopping
yaitu keterandalan (reliability), kecepat-tanggapan
Adalah metode dengan memperkerjakan beberapa
(responsiveness), jaminan (assurance), empati
orang untuk bersikap sebagai pembeli potensial
(empathy), dan bukti fisik (tangible).
terhadap produk perusahaan dan pesaing. Ghost
shopping merupakan salah satu cara untuk menilai
Konsep Kepuasan Konsumen
kepuasan pelanggan. Dalam hal ini perusahaan
Kepuasan konsumen adalah sentral dari konsep menyewa orang untuk berpura-pura sebagai
pemasaran. Persaingan yang semakin ketat menye- pembeli guna melaporkan pengalaman konsumen
babkan setiap perusahaan harus menempatkan tujuan ketika membeli produk perusahaan dan produk
utamanya pada kepuasan konsumen. Kunci utama pesaing. Dengan demikian akan dapat disajikan
untuk memenangkan persaingan adalah memberikan masalah yang spesifik untuk menguji apakah

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
Tampubolon: Analisa Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan 137

karyawan perusahaan menanganinya dengan baik layanan memiliki peran yang sangat penting bagi
atau tidak. kesuksesan bisnis jasa. Dalam bisnis jasa, interaksi
3) Lost Customer Analysis konsumen dengan penyedia jasa sangat tinggi,
Dengan metode ini, perusahaan menghubungi mengingat pada sebagian besar bisnis jasa, pelanggan
para pelanggan yang telah berhenti membeli atau dituntut keterlibatan dan partisipasinya dalam proses
yang telah pindah ke produk pesaing untuk produksi dan konsumsi. Dengan demikian, pelanggan
memahami mengapa hal ini terjadi. Apabila memiliki kesempatan untuk menilai secara kritis
jumlah pelanggan yang hilang semakin tinggi, kualitas jasa yang disediakan. Pelanggan akan meni-
maka hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lai kualitas pelayanan dengan membandingkan antara
gagal memuaskan pelanggannya. pelayanan yang diperoleh dengan pelayanan yang
4) Survei Kepuasan Konsumen (Customer Satisfac- diharapkan. Karena itu, kualitas jasa memainkan
tion Survey) peran penting dalam memberi nilai tambah terhadap
Sistem keluhan dan saran tidak dapat dipandang pengalaman jasa secara keseluruhan.
telah dapat menggambarkan secara lengkap Menurut Lewis dan Booms (1983) dikutip dalam
kekecewaan pelanggan. Perusahaan yang respon- Parasuraman, Zeithaml & Berry (1985, p. 42), kua-
sif perlu melakukan pengukuran langsung atas litas jasa adalah ukuran untuk mengukur seberapa
kepuasan pelanggannya dengan melakukan survei baik pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan
secara teratur dengan cara mengirimkan kuisioner harapan konsumen. Memberikan kualitas pelayanan
atau menelepon pelanggan yang sudah ada untuk berarti menyesuaikan dengan harapan konsumen
mengetahui perasaan pelanggan dalam mengkon- pada dasar yang konsisten.
sumsi atau menggunakan produk dan jasa Senada dengan pernyataan Lewis dan Booms,
perusahaan. Survei kepuasan dapat dilakukan Smith dan Houston (1982) menegaskan bahwa
dengan berbagai cara, di antaranya: kepuasan terhadap pelayanan berhubungan dengan
a. Directly reported satisfaction kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap harapan.
Pengukuran dilakukan secara langsung melalui Smith dan Houston mendasarkan penelitiannya
pertanyaan seperti, “Ungkapkan seberapa puas kepada paradigma ketidaksesuaian, yang mengan-
saudara terhadap pelayanan?”. Skala yang dung arti bahwa kepuasan itu berhubungan dengan
digunakan berupa: sangat tidak puas, tidak ukuran dan langsung terarah pada pengalaman
puas, netral, puas, sangat puas. ketidaksesuaian, dimana ketidaksesuaian berhubung-
b. Derived satisfaction an dengan pengalaman pertama seseorang dalam
Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal menggunakan sebuah produk atau jasa (dikutip dalam
utama, yakni besarnya harapan pelanggan Parasuraman, Zeithaml dan Berry, 1985, p. 42).
terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja Pelayanan yang memuaskan akan memberikan
yang dirasakan. gambaran yang baik terhadap produsen. Sebaliknya
jika pelayanan yang kita berikan sangat mengece-
c. Problem Analysis
wakan, maka kesan yang tercipta akan buruk jadinya.
Pelanggan yang dijadikan responden diminta
Kualitas pelayanan dapat memberikan suatu dorong-
untuk mengungkapkan dua hal pokok. Yang
an yang kuat pada pelanggan untuk membentuk suatu
pertama merupakan masalah yang dihadapi
hubungan yang baik dengan badan usaha. Dalam
berkaitan dengan penawaran. Kedua saran- jangka panjang, hubungan tersebut mengharuskan
saran untuk melakukan perbaikan. badan usaha untuk lebih memahami secara lebih
d. Importance-performance analysis seksama harapan serta kebutuhan pelanggan.
Dalam teknik ini, responden diminta untuk Menurut Zeithaml and Bitner (2003, p. 84)
meranking berbagai atribut dari penawaran kualitas layanan lebih menekankan pada persepsi dari
berdasarkan derajat kepentingan setiap atribut konsumen terhadap keunggulan atau kelebihan dari
tersebut sebuah jasa/pelayanan. Karena kualitas pelayanan
merupakan persepsi konsumen, maka untuk
Konsep Kualitas Layanan mengevaluasi kualitas layanan, salah satu kriteria
Penyajian layanan yang berkualitas dipertim- yang diterapkan adalah apakah kualitas layanan yang
bangkan sebagai suatu strategi untuk sukses dan tetap diberikan sudah sesuai dengan persepsi konsumen.
Apabila tidak sesuai dengan persepsi konsumen maka
hidup dalam lingkungan persaingan saat ini. Layanan
dapat dikatakan bahwa suatu layanan tidak atau
adalah suatu kegiatan yang memberikan manfaat atau
kurang berkualitas. Demikian pula sebaliknya, apabila
kepuasan yang ditawarkan untuk dijual ke konsumen.
telah sesuai dengan persepsi konsumen maka sebuah
Kandampully (2000) menyatakan bahwa kualitas layanan dapat dikatakan berkualitas.

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
138 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.9, NO. 2, SEPTEMBER 2007: 135-143

Dimensi Kualitas Layanan KERANGKA PEMIKIRAN


Menurut Parasuraman (dikutip dalam Pei, Akbar segmen senior market menginap di hotel bintang 4 dan bintang 5 di Surabaya
& David , 2005) kualitas layanan dapat dikategorikan
Pengukuran kepuasan dengan metode derived satisfaction
menjadi 5 dimensi yaitu:
1. Berwujud (tangibles), merupakan penampilan
fisik fasilitas, peralatan, personil dan material Harapan Persepsi

komunikasi.
2. Keterandalan (reliability), merupakan kemampuan Dimensi Kualitas Layanan :
untuk menampilkan pelayanan yang dijanjikan 6. Berwujud
7. Keterandalan
dengan dapat diandalkan dan akurat. Yang ter- 8. Kecepattanggapan
9. Jaminan
masuk dimensi reliablity adalah: 10. Empati
a. Menyediakan pelayanan yang telah dijanjikan
GAP
b. Penanganan pelanggan yang dapat diandalkan
c. Memberikan pelayanan yang benar pada
Harapan > Persepsi Æ Harapan = Persepsi Æ Harapan < Persepsi Æ
waktu pertama kali Tidak Puas Puas Puas
d. Memberikan pelayanan sesuai dengan waktu
yang telah dijanjikan Gambar 1. Kerangka Pemikiran
e. Memberikan informasi kepada tamu kapan
pelayanan akan diberikan Hipotesis
3. Kecepat-tanggapan (responsiveness), yang me- Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
ngandung makna berupa kesediaan untuk mem- tentang senior market, diduga harapan terhadap
bantu pelanggan dan menyediakan pelayanan kualitas layanan hotel bintang 4 dan bintang 5 di
yang tepat. Dimensi ini meliputi: Surabaya melebihi persepsi; sehingga kepuasan tamu
a. Menyediakan pelayanan yang tepat bagi pe- belum tercapai.
langgan
b. Kesediaan untuk membantu pelanggan METODE PENELITIAN
c. Kesiapan untuk merespon permintaan tamu Jenis Penelitian
4. Jaminan (assurance), merupakan pengetahuan
dan sopan santun serta kemampuan karyawan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
untuk membangkitkan kepercayaan dan keper- dimana penelitian ini bertujuan untuk menggambar-
cayaan diri. Dimensi jaminan ini terdiri dari: kan bagaimana tingkat kepuasan kelompok lanjut usia
a. Karyawan yang menanamkan kepercayaan dengan cara membandingkan antara harapan dan
terhadap diri pelanggan persepsi dari kelompok ini terhadap kualitas layanan
yang disediakan oleh hotel bintang 4 dan 5 di
b. Membuat pelanggan merasa nyaman dalam
Surabaya.
melakukan transaksi
c. Karyawan yang sopan Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan Data
d. Karyawan yang memiliki pengetahuan untuk
menjawab pertanyaan pelanggan Populasi penelitian ini adalah senior market yang
5. Empati (empathy), merupakan bentuk perhatian berusia 65 tahun ke atas yang pernah atau sedang
secara individual yang disediakan perusahaan menginap di salah satu hotel berbintang 4 atau hotel
kepada tamu; yang meliputi: berbintang 5 di Surabaya. Khusus untuk senior
a. Memberikan perhatian secara individu kepada market yang pernah menginap, penulis menetapkan
batasan waktu minimal yaitu menginap di hotel
tamu
berbintang 4 atau 5 terakhir kali adalah maksimal 1
b. Karyawan yang memperlakukan tamu dengan
bulan terakhir, dengan pertimbangan untuk memu-
penuh perhatian dahkan responden dalam mengingat hal-hal yang
c. Karyawan yang mengerti kebutuhan tamu berhubungan dengan kualitas layanan yang mereka
nilai.

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
Tampubolon: Analisa Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan 139

Penulis menetapkan sampel sebanyak 100 orang. 1. Memberikan pelayanan seperti yang telah
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dijanjikan
non-probability sampling dimana teknik yang diambil 2. Kemampuan menangani masalah dengan
adalah judgement sampling, dimana yang dimaksud baik
dengan judgement sampling adalah pengambilan 3. Memberikan layanan yang benar sejak
sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti awal
seperti yang tertuang dalam karakteristik populasi. b. Kecepat-tanggapan (responsiveness)
Metode yang digunakan oleh penulis untuk Definisi operasional dari kecepat-tanggapan
mengumpulkan data primer adalah melalui metode adalah kesediaan atau kesiapan karyawan da-
survei, dengan menyebarkan kuesioner yang dilak- lam memberikan pelayanan yang cepat. Indi-
sanakan mulai awal Mei 2006. Jumlah kuesioner kator empirik:
yang disebarkan sebanyak 120 lembar, sebagai 1. Kesiapan merespon kebutuhan tamu
antisipasi terhadap kuesioner yang tidak valid untuk 2. Kesediaan untuk membantu
diolah. Dalam kuesioner yang disebarkan, terdapat 5 c. Jaminan (assurance)
pertanyaan screening dan 18 pernyataan yang telah Definisi operasional dari jaminan adalah pe-
diklasifikasikan ke dalam dimensi-dimensi kualitas ngetahuan dan kemampuan staf hotel untuk
layanan menurut Parasuraman. menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya
diri konsumen. Indikator empirik:
Definisi Operasional Variabel 1. Kesopanan dan keramahan staf
2. Kemampuan untuk menjawab pertanyaan
Definisi operasional merupakan suatu definisi
tamu
yang dinyatakan dalam kriteria atau operasi yang
3. Peralatan dan lingkungan yang aman dan
dapat diuji secara khusus. Dalam penelitian ini,
nyaman
operasional variabel yang digunakan adalah sebagai
d. Empati (empathy)
berikut :
Definisi operasional dari empati adalah
1. Harapan
berupaya untuk memahami kebutuhan tamu
Merupakan keinginan responden lanjut usia terha-
hotel secara individu. Indikator empirik:
dap kualitas layanan sebelum menginap di hotel,
1. Perhatian staff secara individu kepada tamu
dimana harapan ini mencakup 5 dimensi kualitas
2. Memahami kebutuhan khusus tamu
layanan, yaitu reliability, responsiveness, assuran-
3. Pelayanan staff yang berkesan
ce, empathy, tangible. Skala pengukuran harapan
e. Fasilitas fisik (tangible)
yang digunakan adalah dengan five-point Likert-
Definisi operasional dari fasilitas fisik adalah
scale dimana 1= sangat tidak penting, 2=tidak
merupakan tampilan dari fasilitas fisik,
penting, 3=netral, 4=penting, 5=sangat penting.
peralatan dan seluruh staf hotel. Indikator
2. Persepsi
empirik:
Merupakan penilaian responden lanjut usia
1. Papan penunjuk arah mudah dilihat
terhadap kualitas layanan setelah menginap di
2. Fasilitas ekstra memadai
hotel, dimana persepsi ini juga mencakup 5
3. Lampu di kamar cukup terang
dimensi kualitas layanan, yaitu reliability, respon-
4. Porsi makanan cukup
siveness, assurance, empathy, tangible. Skala
5. Jadwal, informasi, dan menu mudah untuk
pengukuran harapan yang digunakan adalah
dibaca
dengan five-point Likert-scale dimana 1= sangat
6. Fasilitas pengobatan yang baik
tidak puas, 2= tidak puas, 3= netral, 4= puas, 5=
7. Pintu yang lebar untuk tamu lanjut usia
sangat puas.
yang menggunakan kursi roda
3. Kualitas Layanan
Definisi kualitas layanan adalah ukuran untuk
mengukur seberapa baik pelayanan yang diberikan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dibandingkan dengan harapan konsumen, yang
mengacu dari 5 dimensi menurut Parasuraman, Deskripsi Profil Responden
yaitu :
Dari sejumlah 120 kuesioner yang disebarkan
a. Keterandalan (reliability)
Definisi operasional dari keterandalan adalah dan kemudian diedit, diperoleh 88 kuesioner yang
kemampuan hotel untuk menampilkan pela- valid untuk diproses dalam pengolahan data. Dengan
yanan yang dapat diandalkan dan akurat demikian, response rate responden dalam penelitian
kepada konsumen. Indikator empirik: ini sebesar 73,33%.

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
140 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.9, NO. 2, SEPTEMBER 2007: 135-143

Tabel 1. Tabulasi Silang Asal Responden dan Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa 50%
Tujuan Menginap di Hotel dari total responden lanjut usia yaitu sebanyak 44
Tujuan Asal Responden
orang menyatakan bahwa menginap di hotel bintang
Total 4 dan bintang 5 di Surabaya, sehubungan dengan
Menginap di hotel Surabaya Luar Surabaya
berlibur 15 6 21 aktivitas bisnis yang mereka lakukan. Sedangkan
bisnis 24 20 44 separuh sisanya yaitu 44 orang lainnya menginap di
mengunjungi keluarga/teman 6 4 10 hotel dalam rangka berlibur ataupun mengunjungi
lain-lain 11 2 13
Total 56 32 88
keluarga ataupun teman yang tinggal di Surabaya.
Sumber: data primer, diolah
Hasil Pengukuran Kepuasan Pelanggan Terha-
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar dap Kualitas Layanan Hotel
responden usia lanjut yang terlibat dalam penelitian
ini (yaitu sebanyak 56 orang dari 88 orang) berasal Bagian berikut memaparkan hasil pengukuran
dari kota Surabaya, dan sebanyak 32 orang berasal kepuasan responden usia lanjut atas kualitas layanan
dari luar kota Surabaya. Selanjutnya, dari kedua yang disediakan oleh pihak hotel bintang 4 dan
kelompok ini, sebagian besar sama-sama menyatakan bintang 5. Menggunakan metode derived satisfaction,
bahwa tujuan mereka menginap di hotel adalah untuk penulis mengukur gap antara harapan dan persepsi
kepentingan bisnis. Sisanya menyatakan bahwa responden. Nilai harapan merupakan besarnya skor
menginap di hotel dalam rangka berlibur dan yang diberikan responden mengenai kualitas layanan
mengunjungi keluarga dan teman. Tujuan menginap hotel yang diharapkan akan diperoleh sebelum
“lain-lain-lain” dinyatakan oleh beberapa responden mereka menginap. Sedangkan persepsi merupakan
yaitu saat mereka mengikuti kegiatan-kegiatan besarnya skor yang diberikan responden mengenai
pembinaan spiritual selama beberapa hari sehingga kualitas layanan hotel setelah mereka mendapatkan
harus menginap di hotel. layanan dari pihak hotel. Kelima variabel kualitas
layanan hotel dipecah menjadi 18 indikator atribut
Tabel 2. Tabulasi Silang Nama Hotel dan Jangka
Waktu Responden Menginap layanan untuk memudahkan pengukuran terhadap
harapan dan persepsi responden.
Lama Menginap
Nama Hotel lebih dari 1 Total
1 hari 2 - 3 hari 4 - 7 hari
minggu Tabel 4. Gap Antara Mean Harapan dan Persepsi
Majapahit 3 10 4 2 19 Responden Terhadap Kualitas Layanan
Shangri-la 3 11 2 3 19
J.W.Marriot 3 11 4 1 19 Mean Gap
Variabel Indikator
Garden Palace 5 10 2 0 17 H P ( P-H)
Equator 2 3 0 0 5 Memberikan pelayanan
4,24 3,93 -0,31
Lain-lain 1 6 1 1 9 sesuai yang dijanjikan
Total 17 51 13 7 88 Pelayanan menangani
Reliability 4,37 3,72 -0,65
Sumber : data primer, diolah komplain dengan baik
Memberikan layanan yang
4,09 3,83 -0,26
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 88 respon- benar sejak pertama kali
den usia lanjut, sebagian besar dari mereka (yaitu Reliability secara
4,23 3,82 -0,41
keseluruhan
sebanyak 57 orang) memilih untuk menginap di hotel
Kesiapan merespon
bintang 5 di Surabaya, yaitu Hotel Majapahit, Hotel kebutuhan tamu
4,38 3,90 -0,48
Shangri-la dan Hotel J.W. Marriot, dimana paling Responsivenes
Kesediaan staf hotel untuk
banyak menyatakan bahwa jangka waktu menginap 4,44 4,06 -0,38
membantu
di ketiga hotel ini adalah selama 2 sampai 3 hari. Responsiveness secara
4,40 3,97 -0,43
keseluruhan
Tabel 3. Tabulasi Silang Nama Hotel dan Tujuan Kesopanan dan
4,35 3,99 -0,36
Responden Menginap keramahan staf
Pengetahuan untuk
Tujuan Menginap Assurance menjawab pertanyaan 4,05 3,64 -0,41
Nama Hotel berlibur bisnis mengunjungi lain- Total tamu
keluarga/teman lain
Peralatan dan lingkungan
Majapahit 7 10 0 2 19 4,27 3,75 -0,52
Shangri-la 4 12 2 1 yang aman dan nyaman
19
J.W.Marriot 5 8 4 2 19 Assurance secara
4,22 3,79 -0,43
Garden Palace 3 8 4 2 17 keseluruhan
Equator 1 3 0 1 5 Perhatian staf secara
Empathy 3,83 3,64 -0,19
Lain-lain 1 3 0 5 9 individu kepada tamu
Total 21 44 10 13 88 Memahami kebutuhan
3,95 3,68 -0,27
Sumber : data primer, diolah khusus tamu

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
Tampubolon: Analisa Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan 141

Variabel Indikator
Mean Gap Selanjutnya gap terbesar yang kedua adalah pada
H P ( P-H) indikator peralatan dan lingkungan yang aman dan
Pelayanan yang berkesan 3,75 3,69 -0,06
Empathy secara
nyaman, dengan nilai gap sebesar -0,52, dimana
3,84 3,67 -0,17 apabila dilihat dari jawaban deskriptif responden atas
keseluruhan
Papan penunjuk arah indikator ini, sebanyak 47,7% responden menjawab
4,28 3,69 -0,59
mudah dilihat sangat penting dan sebanyak 35,2 % responden
Fasilitas ekstra memadai ( menjawab penting. Sedangkan jawaban responden
3,92 3,69 -0,23
mis : selimut )
Lampu di kamar cukup
dari sisi persepsi, sebagian besar responden (53,4%)
4,25 3,89 -0,36 menyatakan puas, dan sebanyak 30,7% responden
terang
Tangibles Porsi makanan cukup 3,72 3,58 -0,14 menjawab netral. Dari hasil antara harapan dan
Jadwal, menu dapat dibaca persepsi tersebut terlihat bahwa meskipun separuh
3,95 3,67 -0,28
dengan jelas
responden telah menyatakan puas dengan peralatan
Fasilitas pengobatan yang
3,75 3,36 -0,39 dan lingkungan yang aman dan nyaman yang telah
baik
Pintu yang lebar untuk diberikan selama menginap di hotel, namun
3,92 3,34 -0,58
akses kursi roda responden yang menilai bahwa peralatan dan
Tangible secara lingkungan hotel aman dan nyaman adalah biasa-
3,97 3,60 -0,37
keseluruhan
Sumber: data kuesioner, diolah
biasa saja jumlahnya masih cukup banyak, sehingga
hal ini harus mendapat perhatian dari manajemen
Dari tabel 4 terlihat bahwa keseluruhan 18 indi- untuk langkah-langkah peningkatan.
kator layanan menunjukkan gap yang negatif yaitu Ketiga, untuk indikator papan penunjuk arah
skor mean harapan yang lebih besar dari skor mean mudah dilihat, dengan gap sebesar -0,59, dimana bila
persepsi dari responden pada kelima variabel kualitas dilihat dari hasil jawaban deskriptif responden atas
layanan yang disediakan oleh pihak hotel bintang 4 indikator ini, terungkap bahwa sebanyak 48,9%
dan bintang 5. Nilai negatif berarti harapan responden responden menjawab sangat penting dan sebanyak
akan kualitas layanan yang mereka inginkan akan 37,5% menjawab penting. Sedangkan saat ditanyakan
diperoleh saat menginap di hotel berbintang 4 dan 5, persepsi responden atas kinerja indikator ini,
lebih besar atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan sebanyak 56,8% responden menjawab puas dan
persepsi atau penilaian mereka setelah menginap. sebanyak 21,6% responden menjawab netral. Dari
Dengan kata lain, pihak hotel dipersepsikan belum hasil ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas hotel
mampu menyediakan kualitas layanan seperti yang
berupa papan penunjuk arah yang mudah dilihat
diharapkan oleh tamu lanjut usia.
dianggap penting oleh responden. Akan tetapi setelah
Pembahasan Hasil Penelitian responden menginap, sebagian besar hanya sampai
pada tingkat puas, sisanya menyatakan biasa saja,
Dari tabel 4 terlihat bahwa terdapat 4 indikator bahkan sebanyak 9% merasa tidak puas. Hal ini perlu
yang memiliki gap terbesar. Pertama, indikator diperhatikan oleh pihak hotel misalnya hotel dapat
kemampuan staf dalam menangani komplain dengan menambah jumlah papan penunjuk dan membuat
baik, dimana nilai gap-nya adalah sebesar -0,65. papan penunjuk (signage) yang lebih jelas.
Apabila dilihat dari jawaban deskriptif responden Gap keempat yang terbesar adalah pada indikator
mengenai harapan atas indikator ini, sebanyak 52,3% pintu yang lebar untuk akses kursi roda dengan gap
responden menyatakan bahwa kemampuan staf sebesar -0,58. Pada indikator ini, jawaban desktiptif
dalam menangani komplain dengan baik sangat dari responden adalah sebanyak 43,2% responden
penting dan sebagian responden yaitu sebanyak menjawab penting, sebanyak 28,4% menjawab sangat
37,5% menjawab penting. Sebaliknya dari sisi penting, dan 20,5% menjawab netral. Sedangkan dari
persepsi responden, hanya 59% responden yang sisi persepsi, sebanyak 59% responden menjawab
menjawab puas dan 9% yang menyatakan sangat netral. Hal ini menunjukkan bahwa bagi sebagian
puas atas indikator ini. Sedangkan yang menjawab besar reponden, tersedianya fasilitas pintu yang lebar
netral cukup banyak yaitu 28,4% dari total responden. untuk akses kursi roda adalah tidak terlalu diharapkan.
Hal ini berarti sebagian besar responden meng- Hal ini mungkin dikarenakan sebagian responden
ganggap bahwa kemampuan staf hotel untuk dapat masih kuat untuk berjalan dan tidak memerlukan
menangani komplain dengan baik adalah penting. kursi roda. Namun demikian terdapat 5,68% senior
Namun setelah responden menginap di hotel, jumlah market yang merasa tidak puas dengan fasilitas ini.
responden yang menyatakan bahwa mereka belum Hal ini menandakan bahwa di hotel dimana
puas karena harapannya belum terpenuhi juga masih responden menginap belum disediakan pintu yang
cukup besar. lebar untuk akses kursi roda.

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
142 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.9, NO. 2, SEPTEMBER 2007: 135-143

Sebaliknya, terdapat 2 indikator yang memiliki Adapun gap yang terbesar antara harapan dan
gap terkecil. Gap terkecil yang pertama diperoleh dari persepsi responden lanjut usia atas layanan hotel
indikator pelayanan yang berkesan, dengan gap terjadi pada 4 indikator layanan antara lain: 1).
sebesar -0,06, dimana dari jawaban deskriptif kemampuan staf dalam menangani komplain dengan
responden terlihat bahwa indikator ini tidak termasuk baik; 2). peralatan dan lingkungan yang aman dan
indikator yang sangat diharapkan atau tidak dianggap nyaman; 3). papan penunjuk arah mudah dilihat; 4).
sangat penting bagi responden dan bagi responden pintu yang lebar untuk akses kursi roda. Sebaliknya,
merupakan aspek yang biasa saja. Hal ini terbukti dari gap harapan dan persepsi yang terkecil terdapat pada
sebanyak 45,4% responden menjawab penting dan 2 indikator layanan yaitu 1). pelayanan yang
yang menjawab sebanyak 33% responden menjawab berkesan; dan 2). porsi makanan cukup.
netral. Sedangkan untuk persepsi, sebanyak 51,1% Mengingat bahwa tamu yang berusia lanjut
menjawab puas dan 36,4% menjawab netral. diprediksikan jumlahnya akan meningkat di masa
Gap terkecil yang kedua nampak dari indikator yang akan datang, maka pihak hotel khususnya hotel
porsi makanan cukup, dengan gap sebesar -0,14. Dari bintang 4 dan 5 dituntut untuk lebih proaktif dalam
jawaban deskriptif responden atas indikator ini, melayani kebutuhan senior market ini yang dalam
terlihat bahwa sebanyak 44,3% responden menjawab beberapa aspek memang berbeda dengan segmen
penting dan sebanyak 31,8% menjawab netral. yang lainnya. Perbaikan kualitas layanan harus
Sedangkan untuk persepsi, sebanyak 46,6% men- dilakukan terutama pada aspek-aspek yang menurut
jawab puas dan 40,9% menjawab netral. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan gap antara harapan dan
prosentase di atas, dapat dikatakan bahwa mirip persepsi relatif besar.
dengan indikator sebelumnya yaitu indikator pela- Dari hasil penelitian di atas, beberapa reko-
mendasi diberikan oleh penulis guna meningkatkan
yanan yang berkesan, indikator porsi makanan cukup
kinerja layanan pihak hotel untuk kelompok tamu
menurut sebagian responden bukanlah aspek layanan
berusia lanjut. Pertama, manajemen hotel khususnya
yang terlalu penting. Meskipun demikian, sebanyak
pimpinan departemen sumber daya manusia (HRD
17% dari total responden menilai bahwa aspek ini manager) diharapkan dapat memberikan training
tetap merupakan aspek yang sangat penting untuk kepada staf hotel berkenaan dengan cara menangani
dapat disediakan oleh pihak hotel dengan tepat. komplain yang baik, misalnya terkait dengan kata-
kata dan intonasi suara yang dipergunakan staf hotel
KESIMPULAN DAN SARAN saat berkomunikasi dengan tamu usia lanjut.
Secara keseluruhan, responden yang merupakan Selanjutnya sehubungan dengan penyediaan
tamu hotel yang berusia lanjut menyatakan bahwa peralatan dan lingkungan hotel yang aman dan
sebelum menginap di sebuah hotel bintang 4 ataupun nyaman untuk senior market, maka pihak hotel dapat
bintang 5, mereka mempunyai harapan yang tinggi secara khusus memberikan kamar yang lokasinya
bahwa pihak hotel dapat menyediakan aspek layanan tidak di lantai yang terlalu atas.
yang berhubungan dengan keterandalan (reliability), Selain itu, pihak hotel juga dapat menyediakan
kecepat-tanggapan (responsiveness), jaminan (assu- fasilitas penunjang yang lebih informatif dengan cara
menyediakan papan penunjuk arah (signage) yang
rance), empati (empathy), dan bukti fisik (tangible).
mudah dilihat dan terbaca oleh senior market,
Setelah menginap, secara keseluruhan responden
misalnya dengan cara mencetak papan penunjuk arah
memiliki persepsi bahwa aspek layanan yang ber- dengan huruf yang berukuran lebih besar dari ukuran
hubungan dengan keterandalan (reliability), kecepat- standar, ataupun memberikan warna yang lebih
tanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), terang. Bahkan apabila pihak hotel secara khusus
empati (empathy), dan bukti fisik (tangible) yang menempatkan kamar atau lantai tertentu dalam hotel
disediakan oleh pihak hotel sudah cukup baik. Namun sebagai kamar untuk tamu-tamu berusia lanjut, maka
demikian, antara apa yang diharapkan oleh responden papan penunjuk arah dapat ditempatkan berdekatan
akan diterima dengan apa yang telah mereka terima dengan lokasi kamar dari tamu lanjut usia ini.
setelah menginap di hotel bintang 4 dan 5, masih
lebih besar tingkat harapan daripada persepsinya, DAFTAR PUSTAKA
sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan responden
lanjut usia terhadap kualitas layanan hotel masih Biro Pusat Statistik. (n.d). http://www.bps.go.id
belum sepenuhnya tercipta. Dengan demikian, hipo- (diakses tanggal 10 April 2006).
tesis penelitian ini yang menduga bahwa harapan
terhadap kualitas layanan hotel bintang 4 dan bintang Kandampully, J., 2000, The impact of demand fluc-
tuation on the quality of service : A tourism
5 di Surabaya melebihi persepsi sehingga kepuasan industry example. Managing Service Quality,
tamu belum tercapai, dapat diterima. 10, (1). pp. 10-18.

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
Tampubolon: Analisa Kepuasan Senior Market Terhadap Kualitas Layanan 143

Kotler, P. and Amstrong, G., 2001, Principles of mar- Pei, M. L., Akbar A. K., & David, Y.G. F., 2005,
keting 8th edition, New Jersey. Prentice Hall. September). Service quality: A study of the
luxury hotels in Malaysia. The Journal of
Koss, L., February 1994, Hotels developing special American Academy of Business. Cambridge, 7,
packages to attract senior travelers. Hotel & (2), pp. 46-55.
Marketing Magazine, p. 37.
Simatupang, D. S., April 2005, Mengincar pasar
Lovelock, C., Wirtz, J., 2004, Service marketing: yang bakal booming. Majalah Marketing, 5,
People, technology, strategy (5th ed). New (4), pp. 26-27.
Jersey: Upper Saddle River. Tjiptono, F., 2001, Strategi pemasaran. Edisi I. Andi
Miller, J., 1996, Golden opportunity. Hotel & Motel Offset,Yogyakarta.
Management, 211, pp.1-2. Wonoseputro, A., Maret 2005,. Can children and
elderly be served in the same restaurant?.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L, Jurnal Manajemen Perhotelan, 1, (1), p. 33-38.
1985, A conceptual model of service quality
and its implications for future research. Journal Zeithaml, V. A., & Bitner, M. J., 2003, Service
of Marketing, 49, (Fall), pp. 41-50. marketing: Integrating customer focus across
the firm. New York. McGraw-Hill.

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN

Anda mungkin juga menyukai