Anda di halaman 1dari 18

Febrile Neutropenia

Febrile Neutropenia merupakan emergency situation dimana jumlah absolute


neutrophil <0.1>

Berikut langkah2 dalam penanganan terhadap patient yang di duga mengalami


febrile neutropenia :

Check suhu badan, tekanan darah, pulse, pernafasan dan saturation oksigen
( sebaiknya di lakukan secara manual)

beritahu team medisnya

lakukan Blood Culture baik secara peripheral atau dari CVDA sebelum
memberikan anti-pyretic)

Lakukan pemeriksaan darah FBC and UEC

Urine dan sputum sample

lakukan swab pada CVAD atau dari luka jika ada

CXR

berikan obat anti-pyretic seperti paracetamol


monitor vital sign 2-4 jam sekali atau sesuai dengan kondisi patient

monitor Strict fluid balance ( keseimbangan cairan tubuh)

IV antibiotic immediately setelah pengambilan culture ( Cefepime 2 g BD and


Gentamycin 3 mg/kg daily)

Jika masih panas sebaiknya di lakukan blood culture setidaknya sekali dalam 24
jam
 

Endotracheal Intubation merupakan "gold standard" untuk penanganan airway


/airway management. Procedure ini dapat di lakukan pada sejumlah kasus pada
patient yang mengalami penyumbatan jalan nafas, kehilangan protective reflexes,
removal of pulmonary secretions and juga pada segala jenis gagal nafas.

Endotracheal Tubes (ETT) dapat dilakukan melalui hidung ataupun mulut.


Masing2 cara memberikan keuntungan tersendiri sebagai contoh bahwa nasal
route lebih baik di lakukan pada patient yang masih sadar dan cooperative.
Sedangkan oral route lebih pada patient2 yang mengalami comatose,
uncooperative dan ketika emergency intubation di butuhkan pada patient yang
mengalami cardic arrest. Komplikasi menggunakan nasal tracheal intubation
adalah epistaxis, paranasal sinusitis dan necrosis pada nasal mucosa. Lain halnya
pada orotracheal intubation yang komplikasinya adalah trauma pada gigi,
penyumbatan tube (ketika bitting tube) dan kerusakan posterior larynx.

Untuk memastikan ETT pada posisi yang benar dapat di gunakan beberapa cara
diantaranya melalui direct laryngoscopic visualisation ketika tube masuk melewati
vocal cords, dengan capnography, mendengarkan bilateral breath sound dan yang
terakhir adalah melalui CXR.

Ref :

Marino, L.P .(1998). Ventilator-Dependent Patient in The Icu Book Second


Edition. chap.28;pp.449-454. Williams and Wilkins; USA.

Nicholson, L and O'Brien, M (2007). Intensive Care/ High Dependancy


Orientation Program Introductory Learning Package.Assessing The Adequacy of
Ventilation and Oxygenation. pp.9 POWH :Sydney Australia.

video from youtube

posted by nur ali bn, rn at 11:22 am 0 comments links to this post    

labels: ett, intubation

monday, january 26, 2009

Perawatan Arterial Line

Arterial line pada umumnya di pakai pada perawatan pasien critical di intensive
care unit yang di gunakan untuk memantau tekanan darah secara komprehensive.
Ini di gunakan terhadap pasien yang terutama hypotensive ataupun hypertensive
sehingga memerlukan obat2 secara intravenous untuk mengontrol tekanan darah
hingga dalam batas normal atau sesuai dgn yang di inginkan. Disamping itu
arterial line juga di gunakan untuk pengambilan darah sampling terutama blood
gas analisa. Dan hal yang paling penting untuk di perhatikan bahwa line ini bukan
untuk medication karena ada pengalaman bahwa ada yang memberikan obat
melalui art. line.

Memasang arterial line menjadi tugas medical officers tetapi tidak menutup
kemungkinan juga seorang clinical nurse support dapat melakukannya setelah
mengikuti bebagai course terlebih dahulu. Dan seharusnya dalam pemasangan
arterial line dibutuhkan minimal 2 orang dalam melakukannya. Seorang medical
officer yang melakukan insertion sedangkan 1 Registered nurse yang
bepengalaman ICU menyiapkan hal2 yang diantaranya tranducer, pressure bag,
fluid, arterial board, tape, dressing dan keperluan2 lain.

Hal2 yang penting dalam perawatan arterial line ;

Arterial dressing harus di ganti minimal 2 hari sekali oleh 2 RN kalau posisi atau
kondisi dressing berubah sehingga mempengaruhi hasil bacaan di monitor.

Harus di lakukan zeroing setiap minimal satu shif sekali atau kalau di perlukan

Check peripheral perfused sekitar tempat insertion site terhadap kemungkinan


adanya komplikasi.

Pressure bag harus memberikan tekanan 300 mmHg untuk tetap memberikan 3
mls/hour flushing melalui artetial line.

Perhatikan trace terhadap adanya overdamping atau underdamping yang sanagt


mempengaruhi hasil di layar monitor terutama hasil SBP ( systolic blood
pressure), DBP dan MAP (Mean Arterial Pressure.

Why does a patient need an arterial line? 


Critically ill or injured patients frequently have profound abnormalities in their
blood pressure. The arterial line provides a way to constantly measure a patient's
blood pressure and may be essential to the stabilization of the patient. Arterial
lines may be useful in patients with very high or low blood pressures. The arterial
line also provides access for frequent blood sampling. Blood can be withdrawn
from the patient through the arterial line tubing without having to use a needle for
each blood draw.

How is an arterial line inserted?


Arterial lines may be inserted in the wrist (radial artery), armpit (axillary artery),
groin (femoral artery), or foot (pedal artery). The arterial line is inserted into the
artery by the same technique used to insert a regular peripheral IV. The arterial
line is usually sutured (sewed) to the overlying skin to assure that it remains in the
artery. An arterial line insertion causes the similar discomfort to that associated
with the insertion of a regular peripheral IV. The arterial line tubing is connected
to the bedside monitor, where the patient's blood pressure is constantly displayed.

How long is an arterial line used?


Typically, an arterial line is required for a short period of time. If the information
from the arterial line is required for more than five to seven days, a new arterial
line may be required. Are there any potential complications associated with use of
an arterial line? The major complications associated with the arterial line are
bleeding, infection, and rarely, a lack of blood flow to the tissue supplied by the
artery.

Sebagian Sumber dari ; http://www.icu-us.com/

posted by nur ali bn, rn at 3:52 am 0 comments links to this post    

labels: arterial line

sunday, january 18, 2009

Ventilator Setting
Hal yang paling penting dalam pengaturan ventilator adalah
memahami jenis ventilator yang di pakai terlebih dahulu karena ada beberapa
product yg memakai setting yg berbeda.

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

Indikasi Pemasangan Ventilator


Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
Pasien dengan operasi teknik hemodilusi.
Post Trepanasi dengan black out.
Respiratory Arrest.

Kriteria Pemasangan Ventilator


Tachypnic/ Respiratory rate lebih dari 30/ mnt
PO2 <70
PCO2 > 60 mmHg
Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
Volume Cycled Ventilator.
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru
pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus
parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

Mode-Mode Ventilator.
Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan
ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode
ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien
berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan
ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive
Pressure Ventilation)

Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten


Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan
nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada
frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau
ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu
pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga
pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.

Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport


Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal.
Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

CPAP : Continous Positive Air Pressure.


Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah
menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan
harus dipasang dalam kondisi siap.

Pelembaban dan suhu.


Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan
dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu
udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat,
pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat
menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa
mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit
dilakukan penghisapan.

Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga
aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thorax paling positif.

Efek Ventilasi mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila
kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia
lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga
berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga
berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu
bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih
besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung)
tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:
Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti
hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax
darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)


Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
Pada paru
Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
Infeksi paru
Keracunan oksigen
Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
Aspirasi cairan lambung
Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
Kerusakan jalan nafas bagian atas

Pada sistem kardiovaskuler


Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik
dengan tekanan tinggi.

Pada sistem saraf pusat


Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat
dari hiperventilasi.
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur.

Pada sistem gastrointestinal


Distensi lambung, illeus
Perdarahan lambung.

Gangguan psikologi

Prosedur Pemberian Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan
awal adalah sebagai berikut:
Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-
5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan
perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil
analisa gas darah (Blood Gas)
.
Kriteria Penyapihan/ Weaning ventilation :
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Pasien tidak dalam sedative
Spontanious breathing
Minimal Fio2 yang di gunakan dalam ventilator (Fio2 25-30%, PEEP 8 And PS
8)
Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
Volume tidal 4-5 ml/kg BB
Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
Hasil ABG Po2 >70 mmHg and Pco2 <40 color="#ff0000">Ventilator setting
untuk pasien baru :
Untuk ICU :
Ventilation : PVC/Time cycled
Mode : SIMV + PPS
PVC Pressure : 15
Insp. Time : 1.20 Sec
Machine Rate : 12 BPM
Max.Flow : 160 LPM
Fio2 : 50%
PEEP/CPAP : 10cm
Sensitivity : 1cm H2O
Pos.Pres.Sup :15cm H2O
Apnea Rate :12BPm
High Insp.Pres: 35cm H2O
Low Insp.Pres : 20cm H2O
High Mech.Vol : 1000ml
Low Mech.Vol : 400ml
Low Spont.Vol :0 ml
Low Minute Vol : 4.8l
Low PEEP/CPAP : 8cm H2O
High Resp.Rate : 35BPM
Apnea : 30sec.

Untuk ED :
Ventilation : Volume Cycled
Mode : SIMV+PPS
Tidal Volume : 700ml
Machine Rate : 12bpm
Peak Flow : 60 lpm
Fio2 : 100%
PEEP/CPAP : 5cm H2O
Sensitivity : 1cmH2O
Insp.Pause : 0.5sec
Wave form
Pos.Pres.Sup : 15 cmH2O
Sigh Vol : 700 ml
Sigh Rate : 0SPH
Multiple Sighs : 1
Apnea Rate : 12 bpm
High Insp.Pres : 70 cmH2O
Low Insp.Pres : 20cmH2O
Low Mech.Vol : 600ml
Low Spont.Vol : oml
Low minute Vol : 4ml
Low PEEP/CPAP : 3cmH2O
High Resp.Rate : 30bpm
Apnea :30 sec

Ref ; -Orientation Book Prince of wales hospital Sydney


-Perawat Gawat Darurat
- Sebagian pengalaman di ICU

posted by nur ali bn, rn at 8:58 pm 0 comments links to this post    

labels: ventilator
friday, december 19, 2008

Emergency Button

Keadaan emergency kadang membuat kita sebagai seorang


perawat menjadi bingung terhadap apa yang akan kita lakukan. Terutama kalau
kita merawat pasien di ruangan isolasi yang jika kita teriak minta tolong sedikit
kemungkinan untuk bisa didengar oleh teman sejawat. Nah disinilah kita baru
mengetahui betapa pentingnya tombol emergency. Tombol ini hampir dipasang di
setiap ruangan termasuk ruangan perawatan pasien, ruang obat, ruang peralatan,
ruang perawat dan ruang2 lain seperti bathroom dan dapur juga. Jadi bagi
perawat jangan bingung kalau diruang perawatan tiba2 melihat pasien yang
cardiac arrest tinggal press aja button merah yang bertuliskan emergency. Tetapi
Tombol ini jangan di buat mainan dan perlu diperhatikan tingkat kekritisan
pasien. Karena tombol ini akan berdering di seluruh ruangan sampai ruang
sebelah sehingga para perawat dan medical officers akan berdatangan sambil
membawa emergency trolley. Alternatif lain jika pasien tidak terlalu emergency
sebaiknya press tombol yang bertuliskan help yang berada di dekat tombol
emergency. Tombol help biasanya di dekatkan pada pasien sehingga mereka
mudah memanggil perawat. Jadi pada intinya fasilitas tombol baik itu emergency
ataupun help hanya untuk memudahkan access kepada petugas kesehatan yang
termasuk juga team medis.

posted by nur ali bn, rn at 4:53 pm 0 comments links to this post    

labels: emergency button

wednesday, december 10, 2008

Small Emergency Transport Pack


Perlu kita ketahui bahwa ada beberapa macam emergency transport pack yang
seharusnya dipersiapkan dan di bawa terutama dalam menghadapi kasus2
emergency seperti jika ada panggilan cardiac arrest, transport pasien baik itu
antar ruangan dalam rumah sakit ataupun antar rumah sakit.

Standart Minimal yang harus di persiapkan atau di bawa ketika transport pasien:

Emergency Transport Pack; ini merupakan peralatan yang terpenting karena


berisi berbagai macam obat dan peralatan intubation. Untuk peralatan yang harus
ada diantaranya peralatan intubasi /intubation equipment yang berisi;
laryngoscope handle, blades size 3 & 4, ETT size 6, 7, 8 and 9, Magills forcep, KY
jelly, stylet /introducer, 10ml syringe, long suction catheter, white tape,
Nasopharyngeal airways size 7 and 8 dan yang terakhir 2 pairs of glove/sarung
tangan. Sedangkan untuk obat2 yang harus tersedia di pack termasuk;
suxamethonium x2 amps & 5 ml syringe, Recuronium 1x vial & 5 ml syringe,
Midazolam 20mg & 20 ml syringe, Propofol 20mg & 20 ml syringe, Aramine 2
amps & 20 ml syringe, Adrenaline minijet 2x, Atropine minijet 2x and 10 ml saline
amps x6. Keperluan lain di antaranya Hydration stuff seperti gelofusion x1 and
blood pump set x1. Dan yang paling terpenting emergency pack ini harus di check
setiap sehabis di pakai untuk bisa di lengkapi ulang termasuk pengecekan expired
date. Dan minimal pengecekan emergency pack ini satu kali tiap shift.
Ambubag; ini merupakan peralatan penting untuk memberikan bantuan
pernafasan di saat pasien gagal nafas dan ini harus di sambungkan ke tabung
oxigen kecil.

White pack; pack ini berisi mask size kecil, sedang dan besar, juga berisi
Oropharyngeal Airway size small, medium and large.

Oxygen transport; Ini di lengkapi dengan suction dan tabungnya. sedangkan untuk
tabung oxygennya bisa di gunakan tabung yang kecil karena ini sifatnya hanya
sementara atau emergency.

posted by nur ali bn, rn at 6:09 pm 0 comments links to this post    

labels: emergency transport pack

thursday, december 4, 2008

Apakah Certificate Training Menjamin Anda Bisa


Apakah anda salah seorang pemegang certificate2 training? berapa banyak yang
ada telah kumpulkan? Dan dari mana aja anda mendapatkan certificate?
Pertanyaan selanjutnya Apakah certificate itu menjamin anda bisa melakukan
sesuatu yang seperti di ajarkan dalam training? Apakah di tempat anda bekerja
tidak ada manual protap and protokol/ policy?

Sebuah training kesehatan terutama masalah emergercy seperti CPR ( cardio


Pulmonary Resuscitation), BLS (basic Life suport), BTCLS (basic taruma life
support), ACLS ( advanced cardiac life support) ataupun certificate2 lain sekarang
banyak dan mudah didapatkan baik yang di adakan melalui instansi2 kegawat
daruratan ataupun melalui online. Dan bagi anda petugas kesehatan sudah
seharusnya mendapatkan courses semacam itu terutama yang setiap hari
berhadapan dengan situasi gawat darurat/ emergency. Sebagian mungkin sudah
ada dalam kurikulum pendidikan dan mungkin sebagian lagi memang perlu
didapatkan dari instansi2 penyelenggara training. Sehingga anda akan
mendapatkan certificate pengakuan bahwa anda telah mengikuti dan lulus
training. Tetapi apakah dengan mempunyai certificate anda yakin mampu
melakukan tindakan2 seperti yang di ajarkan dalam training. Mungkin Certificate
mampu membuat rasa percaya diri anda meningkat tetapi belum seratus persen
menjamin anda memahami dan mampu melakukan. Bisa2 anda kena tuntutan
karena salah melakukan.

Jika anda bekerja di sebuah instansi kesehatan tentu anda akan menemukan
standart procedure/ protokol tentang tindakan2 tertentu sehingga anda akan lebih
terjamin dalam melakukannya. Protap dan protokol seharusnya di galakkan dan
dikembangkan diinstansi tempat anda bekerja sehingga anda akan lebih
memahami dan terjamin secara hukum. Di samping itu anda juga akan mampu
melakukan procedure tanpa ada suatu keraguan. Sehingga pelatihan2 secara
periodik dan berkelanjutan perlu di adakan untuk menjamin bahwa staff
memahami semua protokol yang ada. Kalau ini di kembangkan dengan baik tentu
akan lebih menjamin daripada harus mendapatkan sebuah certificate pengakuan
dari tempat lain. Mungkin sebuah training/ certificate akan sangat diperlukan bagi
mereka yang bekerja di agency2, perusahaan2, pertambangan ataupun
masyarakat umum yang memang mereka belum pernah mendapatkan pendidikan
dan pengalaman. Tetapi bagi mereka yang bekerja di sebuah Rumah Sakit apalagi
di emergency dan ICU cukup membenahi dan melengkapi standart protapnya
sehingga dapat diikuti oleh semua karyawan2nya.

posted by nur ali bn, rn at 12:30 pm 0 comments links to this post    

labels: certificate training

Older Posts

Subscribe to: Posts (Atom)

Anda mungkin juga menyukai