Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rifa’i & Anni (2009: 100) “konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama”. Belajar konsep merupakan hasil
utama pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun berpikir dan dasar bagi
proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi.
Menurut Rosser sebagaimana dikutip oleh Dahar (2011: 63), “konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang
mempunyai atribut yang sama”.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai
konsep menjadi hal yang sangat penting dalam pembelajaran fisika untuk
mengantarkan dalam memahami suatu materi secara utuh. Pemahaman konsep
merupakan kemampuan seorang siswa untuk tidak sekedar mengingat namun dapat
merekonstruksi makna hubungan dari sekelompok fenomena untuk dapat
menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Pemahaman konsep adalah
kemampuan pengungkapan makna suatu konsep yang meliputi kemampuan
membedakan, menjelaskan, menguraikan lebih lanjut, dan mengubah konsep.
2.1.2 Indikator Pemahaman Konsep
Menurut Bloom dalam Ruseffendi (2006:220), pemahaman merupakan
salah satu aspek dari tujuan pendidikan di daerah kognitif. Secara hirarkis, aspek-
aspek itu jika diurutkan dari yang paling mudah (sederhana) kepada yang paling
sukar (kompleks) adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan eavaluasi
(evaluation). Ini merupakan taksonomi kognitif Bloom versi dasar atau awal yang
hanya terdiri dari satu dimensi, yaitu dimensi kognitif. Dimana selanjutnya oleh
Anderson dan Krathwohl direvisi menjadi dua dimensi kognitif (cognitive process)
dan dimensi pengetahuan (types of knowledge).
Dalam taksonomi Bloom revisi A Anderson dan Krathwohl, aspek pemahaman
tetap berada pada posisi kedua dimensi kognitif, berikut urutan kognitif berdasarkan
taksonomi Bloom hasil revisi :
1. Menghafal (remember), yang terdiri dari mengenali (recognizing) dan
mengingat (recalling).
2. Memahami (understand) yang terdiri dari menafsirkan (interpreting),
9
pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok,
sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orangtua atau guru, yang
lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang-orang yang memerlukan
lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih suka menggelar segala
sesuatunya supaya dapat terlihat.
Menurut (DePorter & Hernacki, 2008:112-113) gaya belajar dibagi menjadi 3
tipe berdasarkan cara menerima informasi yaitu gaya belajar dengan tipe visual,
gaya belajar dengan tipe auditorial, dan gaya belajar dengan tipe kinestetik. 3 tipe
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1 Gaya belajar visual
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang
dengan melihat apa yang sedang ia pelajari. Menurut Subini (dalam Anggraeni &
Suyahya, 2016:72), gaya belajar visual adalah gaya belajar yang menjadikan mata
sebagai peranan penting, karena mengutamakan indera penglihatan. Artinya
informasi-informasi harus dibuktikan dengan diperlihatkan dulu secara langsung
kepada mereka agar dapat dipahami. Seseorang dengan tipe gaya belajar ini akan
lebih memahami informasi yang disajikan melalui data teks tulisan, gambar atau
simbol. Menurut DePorter & Hernacki (2008: 116), orang yang mengandalkan
visual dalam gaya belajarnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Apa yang dilihat dapat diingat.
b) Tidak merasa terganggu jika ada keramaian.
c) Nada bicaranya cepat.
d) Menulis catatan pelajaran dengan rapi.
e) Teliti.
f) Sangat memperhatikan penampilan saat presentasi.
g) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak.
h) Cara mengingatnya menggunakan asosiasi visual.
i) Bermasalah dalam mengingat perintah langsung kecuali jika ditulis, bahkan
sering minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.
12
visual, auditorial, dan kinestetik. Seseorang dengan tipe gaya belajar visual
lebih menekankan pada indera penglihatan, sedangkan seseorang dengan tipe
gaya belajar auditorial lebih menekankan pada indera pendengaran, dan
seseorang dengan tipe gaya belajar kinestetik lebih menekankan pada gerakan
atau sentuhan. Pada penelitian ini akan menggunakan ketiga jenis gaya
belajar tersebut, yakni gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya
belajar kinestetik. Setelah dikelompokkan menurut gaya belajar, maka akan
dilakukan tes kemampuan berpikir kritis.
Dimana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda potensial
yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. Hubungan
ini sering dituliskan dan dikenal sebagai Hukum Ohm:
𝑉 = 𝐼𝑅
Semua alat listrik, dari pemanas sampai bola lampu hingga amplifier stereo,
memberikan hambatan terhadap aliran arus. Umumnya, kawat penghubung
memiliki hambatan yang sangat kecil dibandingkan dengan hambatan filamen atau
kumparan kawat. Kebanyakan rangkaian, terutama pada alat-alat elektronik,
resistor digunakan untuk mengendalikan besar arus (Giancoli, 2001: 67-69).
16
a. Hambatan Jenis
𝐼 4𝐼
𝑅 = 𝜌1 = 𝜌 𝜋𝑑2 (2.4)
𝜋𝑑2
4
Jika ada dua kawat yang terbuat dari bahan yang sama atau hambatan jenisnya
sama, maka perbandingan hambatan kedua kawat dapat ditulis sebagai berikut:
𝐼 𝐼
𝑅1 : 𝑅2 = 𝑑12 = 𝑑22 (2.5)
1 2
(Kamajaya, 2016:11).
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa arus yang masuk melalui titik cabang P
adalah I1 dan I2, sedangkan arus yang keluar dari titik cabang P adalah I3, I4, I5
sehingga :
∑ 𝐼𝑖𝑛 = ∑ 𝐼𝑜𝑢𝑡
𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3 + 𝐼4 + 𝐼5
atau
𝐼1 + 𝐼2 − 𝐼3 − 𝐼4 − 𝐼5 = 0
18
2) Hukum II Kirchoff
Dasar dari Hukum II Kirchoff adalah hukum kekekalan energi yang artinya
muatan yang bergerak mengelilingi suatu loop (berangkat dan berakhir pada titik
yang sama), harus memperoleh energi yang sama besar dengan energi yang hilang.
Hukum II Kirchoff menyatakan bahwa jumlah aljabar dari ggl (gaya gerak listrik)
sumber tegangan dan beda potensial dalam sebuah rangkaian tertutup (loop) sama
dengan nol. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑𝜀 = ∑𝑉 (2.8)
dengan V adalah beda potensial antara dua titik dan ε adalah ggl sumber, seperti ggl
dari baterai.
19
Lebih jelasnya perhatikan sebuah rangkaian tertutup sederhana pada gambar 2.2.
sebuah rangkaian tertutup (a-b-c-d-a) ysng terdiri atas sebuah sumber tegangan 𝜀,
dengan hambatan dalam r dan sebuah hambatan luar R. Berdasarkan Hukum II
Kirchoff, pada rangkaian tersebut berlaku:
−𝜀 + 𝐼𝑟 + 𝐼𝑅 = 0
𝐼 (𝑟 + 𝑅 = 𝜀 )
𝜀
𝐼 = 𝑟+𝑅 (2.9)
𝜀
Persamaan 𝐼 = 𝑟+𝑅 dapat digunakan untuk menghitung kuat arus listrik dalam
suatu rangkaian tertutup, jika 𝜀, r, dan R pada rangkaian tertutup tersebut diketahui.
Dapat juga ditulis menjadi 𝐼𝑅 = 𝜀 − 𝐼𝑟 dengan 𝐼𝑅 adalah 𝑉𝐶𝐷 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑑𝑎
potensial antara titik c dan d, dan (𝜀 − 𝐼𝑟) adalah 𝑉𝐵𝐴 yaitu beda potensial antara
titik b dan a. Dengan demikian, 𝑉𝐶𝐷 = 𝑉𝐵𝐴 dan disebut tegangan jepit yaitu
tegangan ujung-ujung baaterai pada saat ada arus listrik.
3) Rangkaian Hambatan Listrik
Dua atau lebih resistor sering dirangkai atau dihubungkan secara seri, paralel,
dan gabungan seri paralel. Rangkaian beberapa resistor tersebut dapat diganti
dengan sebuah resistor yang sama nilainya. Besar tahanan resistor pengganti
tersebut dinamakan tahanan ekivalen atau tahanan pengganti.
20
a. Rangkaian Seri
Tiga resistor dengan tahanan R1, R2, dan R3 yang dihubungkan sebagai
rangkaian seri. Tiap muatan yang melalui R1 akan melalui R2 dan R3, sehingga arus
i yang melalui R1, R2, dan R3 haruslah sama karena muatan tak dapat berubah
jumlahnya.
Rangkaian ketiga resistor tersebut akan diganti dengan suatu resistor tanpa
mengubah keadaan (baik arus maupun tegangan). Pada gambar 2.3 terlihat bahwa:
Arus yang melalui R1, R2, dan R3 sama, yaitu i, sedangkan Vax = iR1, Vxy = iR2,
dan Vyb = iR3 sehingga persamaan 2.11 menjadi :
𝑅𝑒𝑘 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 (2.14)
Dari persamaan 2.14 terlihat bahwa besar tahanan ekivalen suatu rangkaian seri
selalu lebih besar daripada tahanan masing-masing yang terhubung seri.
Secara umum, jika terdapat n resistor yang terhubung seri, dengan cara yang sama,
tahanan ekivalennya adalah:
b. Rangkaian Paralel
Pada gambar 2.4, tiga resistor R1, R2, dan R3 dihubungkan paralel. Arus yang
melalui tiap resistor dalam rangkaian tersebut, pada umumnya berbeda, tetapi beda
potensial pada ujung-ujung haruslah sama.
Gambar 2.4 Tiga Resistor Terhubung Secara Paralel Diantara Titik A Dan B
Jika arus yang melalui masing-masing resistor dinyatakan dengan i1, i2, dan
i3, maka:
Ketiga arus tersebut berasal dari arus yang masuk ke titik a, sehingga:
𝑖 = 𝑖1 + 𝑖2 + 𝑖3 (2.16)
atau
𝑖 1 1 1
= + +
𝑉𝑎𝑏 𝑅1 𝑅2 𝑅3
𝑖 1
=
𝑉𝑎𝑏 𝑅𝑒𝑘
22
Sehingga
1 1 1 1
=𝑅 +𝑅 +𝑅 (2.17)
𝑅𝑒𝑘 1 2 3
𝑅 𝑅
𝑅𝑒𝑘 = 𝑅 1+𝑅2 (2.19)
1 2
Gambar 2.5 Rangkaian Resistor Yang Terpasang Secara Seri Dan Paralel
23
Pada gambar 2.5 tampak bahwa R1 dan R2 terhubung paralel dan R3 dan R4
terhubung secara seri.
Energi listrik diubah menjadi energi panas atau cahaya pada alat-alat seperti
itu karena arus biasanya agar besar, dan ada banyak tumbukan antara elektron yang
bergerak dan atom pada kawat. Pada setiap tumbukan, sebagian energi elektron
ditransfer ke atom yang ditumbuknya. Sebagai akibatnya, energi kinetik atom
bertambah dan dengan demikian temperatur elemen kawat bertambah. Energi panas
yang bertambah ini dapat ditransfer sebagai kalor dengan konduksi dan konveksi
ke udara pada pemanas atau ke makanan pada wajan, dengan radiasi ke roti pada
pemanggang, atau diradiasikan sebagai cahaya (Giancoli, 2001: 74).
Untuk mencari daya yang diubah oleh peralatan listrik mengingatkan bahwa
energi yang diubah bila muatan Q bergerak melintasi beda potensial sebesar V
adalah QV. Maka daya P, yang merupakan kecepatan perubahan energi, adalah
Muatan yang mengalir per detik, Q/t, merupakan arus listrik, I. Dengan
demikian kita dapatkan
𝑃 = 𝐼𝑉 (2.21)
Hubungan umum ini menghasilkan daya yang diubah oleh suatu perangkat,
dimana I adalah arus yang melewatinya dan V adalah beda potensial yang
melintasinya. Rumus ini juga menyatakan daya yang diberikan oleh sebuah sumber
seperti baterai. Satuan SI daya listrik untuk semua jenis daya lainnya, yaitu waat (1
W = 1 J/det).
Kecepatan perubahan energi pada hambatan R dapat dituliskan, dengan
menggunakan Hukum Ohm (V=IR), dalam dua cara:
𝑃 = 𝐼𝑉
= 𝐼 (𝐼𝑅) = 𝐼 2 𝑅
24
𝑉 𝑉2
= (𝑅 ) 𝑉 = (2.22)
𝑅