Anda di halaman 1dari 11

1.

Defisiensi Vitamin A
Vitamin A merupakan mikronutrien yang sangat penting untuk menjadi bagian dari
asupan makanan. Tubuh manusia tidak memiliki kemampuan memproduksi sendiri vitamin A
sehingga harus mengandalkan asupan dari luar. Makanan yang kaya akan vitamin A antara
lain hati, minyak hati ikan, telur, biji-bijian, daging, produk olahan susu.
Defisiensi vitamin A adalah salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi.
Penyebab utamanya adalah kurangnya kandungan vitamin A dalam makanan
secara kronis sehingga gagal memenuhi kebutuhan fungsi tubuh normal
seperti pertumbuhan jaringan, metabolisme normal dan ketahanan terhadap infeksi.
Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena
kekurangan vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Dengan
tingginya defisiensi vitamin A telah dialami oleh lebih dari 100 juta anak di seluruh dunia
sehingga mudah diserang penyakit infeksi dan kebutaan. Defisiensi vitamin A merupakan
masalah gizi utama pada masyarakat miskin, terutama di negara berpenghasilan rendah
(WHO 2009).
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data Survei Diet Total (SDT) yang dilakukan
Kementerian Kesehatan dengan menggunakan metode food recall 1 x 24 jam. Jumlah subjek
sebanyak 58 014 orang dewasa berusia 19-49 tahun. Penerapan pada penduduk dewasa
Indonesia menunjukkan prevalensi defisiensi vitamin A di indonesia 44.8%
 
Penyebab Kekurangan Vitamin A
Bila ditinjau dari konsumsi makanan sehari-hari, kekurangan vitamin A disebabkan oleh :
1. Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro-vitamin A
untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif.
3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi
lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A
dalam tubuh.
4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A, seperti pada penyakit-penyakit, antara lain
penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehinggga
kebutuhan vitamin A meningkat.
5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kurang gizi dan hepatitis (radang liver) kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-
albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.
Selain mengganggu kesehatan mata, dampak kekurangan vitamin A yang dapat terjadi antara
lain:
1. Kulit kering
2. Mudah terserterserang infeksi
3. Risiko kanker meningkat
4. Gangguan pertumbuhan pada anak
5. Masalah kesuburan
 
Dampak yang ditimbulkan akibat defisiensi vitamin A, diantaranya:
1. Berpengaruh terhadap
sintesis protein, sehingga juga mempengaruhi  pertumbuhan sel. Karena itulah maka, anak
yang menderita defisiensi vitamin A akan mengalami kegagalan pertumbuhan.
2. Kurang gizi mikro (vitamin A dan zinc)
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian kurang gizi kronis (stunting).
3. Defisiensi vitamin A tingkat berat dapat mengakibatkan keratomalasia, dan kebutaan.
Telah diketahui vitamin A berperan pada integritas sel epitel, imunitas, dan reproduksi. KVA
pada anak Balita dapat mengakibatkan risiko kematian sampai 20-30% Mortalitas anak Balita
yang mengalami buta karena keratomalasia dapat mencapai 50-90%.
4. Daya tahan tubuh menurun
Tercukupinya vitamin A dalam tubuh juga berfungsi penting untuk menjaga dan bantu
meningkatkan kekebalan tubuh. Ini bisa mengakibatkan gangguan pada kulit dan rambut,
bahkan melemahnya sistem imun tubuh.
5. Mengganggu perkembangan janin dan ibu hamil
Selain anak-anak, ibu hamil pun menjadi golongan yang rentan mengalami kekurangan
vitamin A. Risiko ini paling tinggi dialami saat trimester ketiga, di mana pertumbuhan janin
berlangsung dengan pesat. Namun demikian, ini bukan berarti ibu hamil bisa seenaknya
mengonsumsi suplemen vitamin A. Perlu diingat, bahwa konsumsi vitamin A yang
sembarangan hingga berlebih justru dapat membahayakan janin.
 
Prospek penanggulangan Defisiensi vitamin A
Penanggulangan defisiensi vit. A dapat melalui penyuluhan dan pendidikan gizi agar
masyarakat secara teratur mengonsumsi makanan sumber vitamin A. Meski vitamin A hanya
terdapat pada makanan hewani yang relatif mahal. tetapi kita dapat memanfaatka karotenoid
yang banyak terdapat dalam sayur dan buah. Kembali masalahnya perilaku atau kebiasaan
mengonsumsi buahjuga belum membudaya, sementara kebiasan mengonsumsi sayur
umumnya sudah membudaya di kalangan masyarakat kita, tetapi besar porsi serta frekuensi
konsumsinya masih perlu ditingkatkan.Untuk masa yang akan datang, tantangan yang perlu
diatasi adalah advokasi dan sosialisasi pada pengambil kebijakan berserta seluruh pemangku
kepentingan di Kabupaten/Kota, karena pada era otonomi dan desentralisasi ini merekalah
yang lebih berperan. Pengadaan kapsul vitamin A dapat terhambat karena bagi pengusaha
lokal, keuntungan finansialnya tidak begitu besar. Di samping itu begitu cepat mutasi yang
terjadi di lingkungan pemerintah daerah juga dapat berpengaruh pada kemapanan program
penanggulangan vitamin A. Tantangan berikutnya yaitu kita tidak dapat selalu mengandalkan
pada kapsul vitamin A yang nota bene buatan pabrik Farmasi PMA, sehingga pengadaannya
memerlukan dana yang tidak sedikit. Menggali potensi sumber daya alam seperti karotenoid
dalam minyak sawit menjadi salah satu opsi, karena kita mempunyai kebun kelapa sawit yang
sangat luas dan pengolahan produknya masih belum optimal. Opsi berikutnya adalah merintis
dan mengembangkan fortifikasi vitamin A ke dalam makanan. Jika pada era Orde Baru
dirintis fortifikasi Vitamin A ke dalam bumbu penyedap atau vetsin (monosodium glutamat)
dan ternyata gagal karena vetsin berubah warna dan tidak diterima konsumen. Sekarang
sedang dirintis fortifikasi vitamin A ke dalam minyak goreng, semoga rintisan ini tidak
mengalami nasib seperti fortifikasi vitamin A ke dalam vetsin. Fortifikasi merupakan salah
satu bentuk program yang paling murah dan memberikan hasil paling tinggi (cost efektif),
tetapi harus dirancang dengan matang untuk mendapatkan makanan pembawa vitamin yang
paling efektif.
Sumber : Herman S. 2007. Masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Prospek
penaggulangannya. Media Litbang Kesehatan. 17(4): 40-44.
 
2. Defisiensi Vitamin C
Vitamin C (Asam Askorbat) merupakan salah satu vitamin larut air. Berfungsi sebagaiv
antoksidan, dan berperan dalam fugsi biologis tubuh untuk tubuh dan berkembang. Vitaminn
C juga penting untuk menjaga kesehatan seseorang (1). Manusia tidak dapat mensintesis
Vitamin C dalam tubuh dikarenakan tidak memilki enzim L-gulonolactone oxidase , sehingga
ketersediaan vitamin C dalam tubuh bergantung pada asupan makanan sehari-hari (2).
Defisiensi vitamin C didefinisikan jika konstrasi serum kurang dari 11,4µmol/L (2).
Prevalensi vitamin C di dunia sangat beragam, di Amerka cukup rendah, sebesar 7,1%
sedangkan di India Utara mencapai 73,9% (2). Prevalensi Defisiensi vitamin C di Indonesia
untuk dewasa sendiri menurut perhitungan dengan probability methode (PBM) mencapai
71,4% sedangkan dengan metode Cut-off Poit Methode (CPM) mencapai 81,7% (3).
Penyebab dan faktor resiko defisiensi vit c
1. Skorbut adalah penyakit yang ditandai oleh kegagalan dari pembentukan osteoblastik,
dengan berkurangnya tulang atau biasa disebut osteoporosis, dan meyebabkan
pendarahan superiosteal dan submukosa. Penyakit ini timbul pada bayi selama 6-12
bulan yang tdak mendapatkan vitamin C yang cukup. Gambaran klinis nya bayi sakit
berat, pendarahan pada mukosa mulut, gusi.
2. Sariawan kita pasti pernah mengalaminya ya temen2, yaitu radang pada rongga mulut
(bibir dan lidah) yng disebabkan karna jamur candida albucans dan kurangnya
mengkonsumsi vit c. Oral trush adalah lapisan atau bercak2 putih kekuningan yang
timbul di lidah yang dikelilingi oleh daerah kemerahan.
3. Gingivitis suatu peradangan yang disebabkan kurangnya mengkonsumsi vitamin c
dan infeksi bakteri . Ditandai dengan inflamasi gingiva berupa perubahan warna,
perubahan tekstur permukaan pada gusi. Maka terjadinya peradangan pada gusi.
 
Dampak kekurangan vitamin C dirasakan setelah 8-12 minggu asupan yang tidak adekuat.
Gejala awal seperti iritasi dan anoreksia. Setelah gejala awal ini, kekurangan vitamin C akan
berdampak pada penyembuhan luka yang lebih lama dan buruk, pembengkakan gingiva,
perdarahan gusi, petekie mukokutan (perdarahan mukosa), ekimosis, dan hyperkeratosis.
Perdarahan perifollicular sering terlokalisasi pada ekstremitas bawah, karena kerapuhan
kapiler tidak mampu menahan tekanan hidrostatik yang bergantung pada gravitasi. Ini dapat
menyebabkan edema. Kekurangan vitamin Cjuga berdampak pada kuku seperti koilonychia
(kelainan atrofi pada kuku) dan pendarahan pada sempalan kuku. Masalah-masalah
reumatologis terjadi, termasuk hemarthrosis dan perdarahan subperiosteal. Pendarahan ini
disebabkan oleh kerapuhan pembuluh darah dari gangguan pembentukan kolagen (3).
Kekurangan vitamin C tigkat sangat berat dapat menyebabkan  scurvy atau skorbut. Kondisi
ini disebabkan oleh peran asam askorbat dalam sintesis kolagen. Kolagen tipe IV adalah
konstituen utama dari dinding pembuluh darah, kulit, dan khususnya, zona membran dasar
yang memisahkan epidermis dari dermis. Vitamin C memungkinkan hidroksilasi dan
pengikatan silang pro-kolagen yang dikatalisis oleh lisil hidroksilase. Kekurangan vitamin C
mengurangi transkripsi pro-kolagen. Selain itu, kekurangan asam askorbat menyebabkan
hipermetilasi DNA epigenetik dan menghambat transkripsi berbagai jenis kolagen yang
ditemukan di kulit, pembuluh darah, dan jaringan (2).
Penanggulangan agar tidak terjadinya defisiensi vitamin C adalah
1. Riskesdas 2007 telah membuat kartu peraga dalam rangka program Indonesia sehat
2010 untuk sosialisasi bagi masyarakat indonesia.
2. Sosialisasi mengenai Angka kecukupan Gizi (AKG) agar masyarakat mengetahui
kebutuhan atau asupan gizi perhari.
3. Memperbanyak kaderisasi posyandu dan ketenagaan kesehatan di seluruh daerah
Indonesia dalam pemantauan dan pemeriksaan rutin untuk masyarakat. terutama pada
ibu dan balita
4. Di wajibkan atau diharuskan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C dalam bentuk asli, diolah, maupun suplemen.
 
Sumber : Aina,M. & Dawan S. 2014. Uji Kualitatif vitamin C pada berbagai makanan dan
pengaruhnya terhadap pemanasan
. Prasetyo, TJ., Hardinsyah., Baliwati, YF., Dadang, S. (2017). Prevalensi Defisiensi Asupan
Gizi Mikro Penduduk Dewasa Indonesia Menggunakan Metode Probabilitas serta Elastisitas
Konsumsi Pangan. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92648
Khan, Rabia M., Iqbal, MP. (2006) Deficiency of Vitamin C in South Asia. Pakistan Journal
of Medical Science
Crane, JS., Maxfield, L. (20190. Vitamin C Deficiency (Scurvy). National Center for
Biotechnology Information.
3. Defisiensi Ca
Prevalensi defisiensi zat gizi  mikro termasuk defisiensi Ca penduduk dewasa Indonesia
menggunakan metode  probabilitas (PBM) dan cut off point (CPM) serta elastisitas konsumsi
pangan. Penerapan PBM pada penduduk dewasa Indonesia menunjukkan prevalensi 
defisiensi kalsium sebesar 54.2%, sementara dengan CPM-100 diketahui  prevalensi
defisiensi kalsium, sebesar 63.9%. Dan secara khusus, prevelens defisiensi kalsium pada
wanita pra hamil sebesar 68.0%. (Madanijah et al. 2013). Kemudian, hasil studi berbagai
elastisitas pangan sumber zat gizi mikro  menunjukkan bahwa elastisitas harga sendiri
cenderung inelastis dan bernilai  negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan
harga pangan maka  konsumsi masyarakat terhadap pangan tersebut akan menurun. Hasil
studi  mengenai elastisitas pendapatan memiliki kecenderungan inelastis dan bernilai  positif.
Hal ini menunjukkan bahw semakin tinggi pendapatan maka konsumsi  pangan sumber zat
gizi mikro semakin meningkat.
Penyebab deficiensi Ca :
 Hipoparatiroidisme.
Merupakan kondisi di mana kadar hormon paratiroid dalam tubuh rendah. Hal ini bisa terjadi
ketika kelenjar paratiroid mengalami kerusakan selama operasi kelenjar tiroid.
Hipoparatiroidisme menyebabkan Anda tidak bisa mengontrol kadar kalsium dalam darah
karena hormon paratiroid tidak cukup dihasilkan tubuh. Kondisi lain yang juga berhubungan
dengan hormon paratiroid sehingga menyebabkan kadar kalsium darah rendah adalah
pseudohipoparatiroid dan DiGeorge syndrome.
Hipomagnesemia,
Adalah kadar magnesium dalam darah rendah. Hal ini menyebabkan aktivitas hormon
paratiroid menjadi berkurang. Akibatnya, mengganggu kadar kalsium dalam darah.
Malnutrisi
Merupakan kondisi di mana tubuh tidak bisa menyerap vitamin dan mineral dari makanan
yang Anda makan. Hal ini bisa disebabkan oleh penyakit, seperti penyakit
celiac dan pankreatitis. Akibatnya, walaupun Anda sudah banyak mengonsumsi makanan
sumber kalsium, tapi tubuh tidak bisa menyerap kalsium dari makanan.
Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium menurut Almatsier
(2004) dan Witjaksono (2003), diantaranya adalah:
1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.
2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang.
Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga
terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang
makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor.
Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak
diencerkan yang mempunyai rasio kalsium : fosfor rendah.
3. Kurangnya kalsium dan paparan sinar matahari pagi dan sore akan menyebabkan
elemen tulang tidak dapat mengendap secara normal, sehingga timbul penyakit
rachitis. Ciri-ciri utamanya adalah kelainan pada tulang rusuk (dada ayam), kaki tipe
O atau X.
4. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau,
akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika tubuh
diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene tanda bahaya
di dalam tubuh.
5. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan.
Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi tersebut pada
anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur, menangis di malam
hari, dan hiperaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah tegang, emosi dan
merosotnya daya koordinasi saraf.
6. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal tersebut
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.
7. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan
osteoporosis.Untuk mencegah tubuh kekurangan kalsium, berikut
 Ikan laut, seperti ikan teri, salmon dan sarden.
 Buah-buahan, seperti buah jeruk, kiwi, plum, stroberi, papaya, buah ara, atau kurma
 Kacang-kacangan, seperti kedelai, almond, dan edamame.
 Sayuran, seperti brokoli, okra, bok choy, dan bayam.
 Susu dan produk olahan susu, seperti keju dan yoghurt.
 Roti gandum dan sereal yang diperkaya kalsium.•
 Selain makanan dan minuman alami, suplemen kalsium bisa dimanfaatkan untuk
mengatasi dan mengurangi risiko kekurangan kalsium.
4. Defisiensi Fe

Zat besi dalam tubuh dapat berkombinasi dengan protein sehingga mampu menerima dan
melepaskan oksigen dan karbon dioksida. Jumlah zat besi dalam tubuh bervariasi menurut
umur, jenis kelamin,, status gizi, dan jumlah zat besi cadangan. Zat besi merupakan mineral
esensial. Sumber zat besi yang baik antara lain hati, daging, kacang-kacangan, padi-padian,
sereal yang telah difortifikasi, tepung kedelai dan sayuran hijau gelap. Anjuran kecukupan zat
besi untuk orang dewasa adalah 7-18 mg dan ibu hamil 27 mg.

Prevalensi defisiensi Fe di Indonesia 72,3%. Kekurangan   besi   pada   remaja


mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya  konsentrasi  belajar.
Penyebabnya, antara   lain:   tingkat   pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat
pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi  Fe,  Vitamin  C,  dan  lamanya
menstruasi. Jumlah   penduduk   usia remaja   (10-19 tahun)  di Indonesia  sebesar  26,2% 
yang  terdiri  dari 50,9%   laki-laki   dan   49,1% perempuan Prevalensi Defisiensi Fe di
Dunia. menurut World Health Organization  (WHO),  prevalensi  anemia  dunia berkisar 40-
88%. Menurut WHO, angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara
berkembang    sekitar    53,7%    dari    semua    remaja putri,   anemia   sering menyerang
remaja   putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makanan

Zat besi digunakan untuk sintesis enzim-enzim pernafasan, Fe dalam plasma darah, produksi
Hb dan sel darah merah dalam tulang, hati, limfa,dll. Konsumsi daging sapi, ayam, ikan dan
vitamin C akan meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati sampai 3x lipat.

Defisiensi zat besi biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan kekurangan asupan zat besi
setelah kehilangan darah atau ketika wanita hamil dan melahirkan. Kekurangan zat besi
dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya anemia. Dan kondisi kelebihan zat
besi akan mengakibatkan siderosis atau hemosiderosis. Hal ini terjadi karena kegagalan tubuh
dalam mengatur jumlah zat besi yang telah diserap.

5. Defisiensi Zn
– Prevalensi defesiensi Zn di Indonesia
Prevalensi kekurangan gizi khususnya Zn di Indonesia, berkisar antara 10 – 90 %.
Tergantung dari kelompok demografi penduduk. Adapun, prevalensi kekurangan Zn pada
anak di bawah lima tahun mencapai 31,6 %.
– Prevalensi defesiensi Zn di dunia
World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi defisiensi seng pada seluruh
populasi dunia adalah 4-73%. Prevalensi seng tingkat sedang sebesar 5-30% terjadi pada
anak – anak maupun remaja di berbagai Negara.  \Defisiensi zinc merupakan kondisi yang
sering terjadi di Negara berkembang. Secara global, prevalensi defisiensi zinc 31% dengan
kisaran 4% hingga 73%. Prevalensi tertinggi didapatkan di Asia Tenggara dan Selatan (34%-
73%).
– faktor risiko
Berbagai masalah dapat timbul akibat defisiensi zinc. Sebuah telaah menunjukkan defisiensi
zinc meningkatkan kejadian diare dan pneumonia. Penelitian Walker menunjukkan defisiensi
zinc menyebabkan 4,4% kematian pada anak di bawah 5 tahun dengan 14,4% di antaranya
diakibatkan oleh diare. Berbagai faktor risiko ditengarai berkonstribusi pada keadaan
defisiensi zinc, di antaranya adalah asupan kandungan zinc yang rendah, kebutuhan
meningkat, maupun ekskresi berlebihan, misalnya pada diare. Diare akan menyebabkan
peningkatan ekskresi zinc dalam tinja, balans zinc yang negative, dan menurunkan
konsentrasi zinc dalam jaringan. Penelitian di Delhi, India, didapatkan prevalensi defisiensi
zinc 73,3% pada anak usia prasekolah dengan diare akut. Penelitian pada diare persisten di
Afrika didapatkan prevalensi defisiensi zincmencapai 47,9%. Pada diare, zinc berperan dalam
inhibisi second messenger induced Cl secretion (cAMP, cGMP, ion kalsium) meningkatkan
absorpsi natrium, memperbaiki permeabilitas intestinal, dan fungsi enzim pada enterosit,
meningkatkan regenerasi epitel usus dan respons imun lokal dengan membatasi bacterial
overgrowth, dan meningkatkan klirens patogen. Peneliti ingin mengetahui kadar zinc pada
anak dengan diare dan kaitannya faktor yang memengaruhinya serta faktor risiko diare akut
menjadi diare melanjut.
Selain itu Kekurangan seng dapat menyebabkan terjadinya stunting pada anak karena seng
mempunyai peran utama dalam sintesis protein, replikasi gen dan pembelahan sel yang
sangat penting selama periode percepatan pertumbuhan baik sebelum maupun sesudah
kelahiran. Seng berperan penting dalam proses pertumbuhan dan pembelahan sel terutama
pada proses sintesa dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat dan
pembentukan embrio. Seng dapat menstimulasi asupan makanan, kemungkinan melalui jalur
hormonal atau neuroendocrine transmitter yang mempengaruhi selera makan sehingga dapat
meningkatkan asupan makanan. Faktor hormonal juga berpengaruh pada pertumbuhan secara
langsung (Sumber Jurnal
– penyebab kekurangan Zn (Seng) adalah kurangnya konsumsi makanan yang mengandung
seng, penyerapan seng yang tidak cukup, atau meningkatnya penggunaan sistem tubuh.
Penyebab utamanya adalah kekurangan makanan yang mengandung seng
6. Defisiensi Yodium
Jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI) masih tinggi. Berdasarkan survei GAKI tahun 2003 diperkirakan 4,5 persen
penduduk hidup di daerah endemik berat (Depkes 2004). Anak yang lahir dan tinggal di
daerah endemik GAKI relatif sulit mengakses makanan setempat yang mengandung iodium.
Sebuah studi menunjukkan anak yang tinggal di daerah endemik GAKI lebih berisiko
mengalami gangguan pertumbuhan (Sudargo et al. 2016). Penelitian di wilayah endemik
GAKI di Nigeria menunjukkan 19,5 persen anak usia sekolah dasar di wilayah tersebut
mengalami stunting (Ugo dan Chinwe 2012). Nilai Ekskresi Iodium Urine (EIU) pada
penelitian di daerah endemik yang lain di negara tersebut menunjukkan 58,3 persen anak usia
sekolah dasar mengalami kekurangan iodium (Ugo et al. 2015).  Data Pemantauan Status Gizi
(PSG) 2015 menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting di wilayah Jawa Tengah yang
memiliki riwayat endemik GAKI tergolong tinggi. Wilayah tersebut diantaranya Kabupaten
Purworejo, Wonosobo, Temanggung, dan Magelang dengan prevalensi masing-masing
berturut-turut sebesar 25,5; 28,2; 34,9; dan 35,8 persen (Kemenkes 2016).
Kekurangan asupan iodium berdampak pada gangguan perkembangan fungsi kognitif anak.
Iodium adalah bahan baku utama hormon tiroksin (T4) yang berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan. Salah satu manifestasi dari gangguan fungsi tiroid akibat konsumsi
iodium yang tidak cukup berupa gangguan kognitif yang berakibat pada prestasi belajar yang
rendah (Subasinghe dan Wijesinghe 2006). Anak di daerah endemik GAKI
memilki Intelligent Quotient (IQ) 13,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak yang
tinggal di daerah cukup iodium (WHO 2007). Akses yang rendah terhadap makanan sumber
iodium akan memperburuk perkembangan kognitif terutama pada mereka yang juga disertai
dengan stunting. Penelitian di Wonogiri pada daerah endemik GAKI menunjukkan bahwa
anak stunting memiliki risiko 9,226 kali lebih besar untuk memiliki IQ di bawah rata-rata
dibandingkan dengan anak yang normal (Puspitasari et al. 2011).
Salah satu penanggulangan GAKY adalah peningkatan konsumsi garam beryodium. Menurut
jumlah Kabupaten di Indonesia, terdapat 40,2% Kabupaten termasuk endemis ringan, 13,5%
Kabupaten endemis sedang, dan 5,1% Kabupaten endemis berat. Sedangkan dari hasil survei
nasional evaluasi Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY) tahun 2003,
menunjukkan bahwa 35,8% Kabupaten endemis ringan, 13,1% Kabupaten endemis sedang,
dan 8,2% Kabupaten endemis berat (Tim Penanggulangan GAKI Pusat 2006).
Sumber : Departemen Kesehatan RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Sudargo T, Hadi H, Lestariana W, Kumara A, Freitag H. 2016. Egg, Iodine, and Iron
Supplementation Increase Nutrition: Iodine and Iron Status in Elementary School Children in
Rural Indonesia. Int J Community Med Public Heal. 3(10):2861–5.
Ugo J, Chinwe E. 2012. A Pilot Study of Iodine and Anthropometric Status of Primary
School Children in Obukpa, A Rural Nigerian Community. J Public Heal Epidemiol.
4(9):246–52.
Ugo J, Olawale O, Grace O, Olawale T. 2015. Iodine and Nutritional Status of Primary
School Children in A Nigerian Community Okpuje, in Nsukka LGA, Enugu State,
Nigeria. Der Pharm Letre. 7(7):271–80.
7. Defisiensi Vitamin B
Vitamin B tak hanya ada satu jenis, tetapi ada delapan vitamin berbeda. Semua vitamin B
berperan dalam mengubah makanan menjadi energi dalam tubuh.  Vitamin B penting untuk
memastikan sel-sel tubuh berfungsi dengan baik. Mereka membantu tubuh mengubah
makanan menjadi energi (metabolisme), membuat sel darah baru, dan memelihara sel-sel
kulit yang sehat, sel-sel otak, dan jaringan tubuh lainnya. Kedelapan jenis vitamin B tersebut
disebut dengan vitamin B kompleks. Vitamin B sering terdapat bersamaan dalam makanan
yang sama.
Baca selengkapnya di artikel “Mengenal Jenis-Jenis Vitamin B Serta Manfaatnya Bagi
Kesehatan”. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, tidak lebih dari
10% orang Indonesia yang mengonsumsi buah dan sayuran cukup. Artinya, 90% penduduk
lainnya kurang mengonsumsi buah dan sayur,artinya juga penduduk Indonesia kekurangan
vitamin B.
Selain itu tingkat anemia yang tinggi terjadi pada wanita di Indonesia sekitar 30-46,6 %.
Penyebab anemia adalah nutrisi dan non nutrisi. Anemia bukan hanya kekurangan zat besi,
melainkan karena kekurangan mikronatus mencakup asam folat, B12, B2,B6. Jadi bisa
disimpulkan bahwa angka defisiensi pada wanita indonesia sekitar 30-46,6%. Selain itu juga
defisiensi vitamin B yang terjadi pada penduduk Indonesia terdapat pada pasien diabetes
dimana mengalami defisiensi B12 sekitar 5,8% .
 
 Didunia
Dilaporkan 3%-75% terjadi pada yang tidak menerima asupan asam folat. Di Afrika Selatan
90% wanita melahirkan dan wanita menyusui menderita defisiensi asam folat.
Secara global, dengan sekitar 40% wanita hamil menderita anemia. Salah satu penyebab
anemia adalah kekurangan vitamin B12. Tingkat sangat tinggi di Asia selatan dan afrika sub-
sahara; Di beberapa negara mencapai lebih dari 60%. Prevalensi defisiensi vitamin B di India
bagian utara sekitar 47%, dengan pre diabetes 37,76%, dan diabetes 18,25%.
 
 Penyebab Defisiensi Vit B
Penyebab defisiensi asom folat ialah sebagai berikut:
– Diet yang inadekuat: bayi dan anak-anak, orangtua, pemanasan, kemiskinan.
– Malabsorpsi: tropical sprue, blind loop syndrome,steatorrhea, malabsorpsi folat kongenital,
reseksi,jejunum, Crohn’s disease.
– Peningkatan kebutuhan: kehamilan, laktasi prematuritas, anemia hemolitik, keganasan,
inflamasi kronik, hipertiroidisme.
– Obat-obatan: fenitoin, primidon, fenobarbital, kontrasepsi oral, methotrexate.
– Defisiensi enzim bawaan: dihidrofolat reduktase,
5-metil THF transferase.
– Lain-lain: alkoholisme, penyakit hati
 
 Dampak Kekurangan:
1. Kekurangan vitamin B1 pada sebelum konsepsi 0-2 minggu akan
meyebabkan gangguan pada tahap blastositogenesis. Selain itu, dapat
menyebabkan beri-beri, wernicke’s encephalopathy, korsakoff’s psychosis.
2. B2 Penyakit yang ditimbulkan adalah cheilosis (bibir meradang), stomatitis
angular (sudut mulut pecah), glossitis (lidah licin berwarna keunguan), dan
bisa mengakibatkan bayi lahir sumbing dan gangguan pertumbuhan.
3. Gejala kekurangan vitamin B6 berupa dermatitis dan akrodinia (dermatitis
yang terjadi secara simetris dan terutama terdapat di berbagai tempat di
kepala)
4. Dampak kekurangan vitamin b9
5. Anemia megablastik
6. Neural tube defect (NTD) atau defek tuba neuralis adalah suatu kelainan kongenital
yang terjadi akibat kegagalan penutupan lempeng saraf (neural plate) yang terjadi
pada minggu ketiga hingga keempat masa gestasi. Defisiensi folat ternyata dapat
menyebabkan kelainan berat yang mengenai jaringan non hemopoietik, yaitu neural
tube defect NTD yang terjadi dapat merupakan isolate NTD (tanpa disertai kelainan
kongenital lain) yang kekambuhannya dapat dicegah dengan pemberian folat.
Hiperhomosisteinemi pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya trombus pada
arteri spiralis endometrium dan miometrium yang berakibat infark dan insufisiesi
plasenta. Mutasi gen pengatur metabolisme homosistein menyebabkan kelainan
pembuluh darah koroner.
 
 Diantara vitamin-vitamin yang larut dalam air, dikenali keadaan defisiensi berikut
ini :
1. Penyakit beri-beri (defisiensi tiamin)
2. Keilosis, glositis,sebore, dan fotofobia (defisiensi riboflavin)
3. Pellagra (defisiensi niasin)
4. Neuritis perifer (defisiensi piridoksin)
5. Anemia megaloblastik,asiduria metilmalonat dan anemia pernisiosa (defisiensi
kobalamin)
6. Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat)
7. Penyakit skorbut / skurvi (defisiensi asam askorba
Sumber:
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002: 21 – 25 Defisiensi Asam Folat Defisiensi Asam Folat
Helena Anneke Tangkilisan, Debby Rumbajan
jurnal.fkm.unand.ac.id › viewPDF
PDF (Bahasa Indonesia) – Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Dewi, Kusuma, Sari, Ratna. Pinzon, Taslim, Rizaldy. Priatmo, Sapto. 2016. Pemberian
Kombinasi Vitamin B1, B6, B12, Sebagai Faktor Determinana Penurunan Nilai Total Gejala
Pada Pasien Neuropatiperifer Diabetik. Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Duta Wacana.
e-journal.usd.ac.id › 193_DewiPDF
pemberian kombinasi vitamin b1, b6 dan b12 sebagai faktor determinan … – E-Journal USD
Muwakhidah. 2009. Efek Suplementasi Fe, Asam Folat dan Vitamin B12 Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Pejerja Wanita ( Kabupaten Sukuharjo). Semarang.
Univeesitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai