Anda di halaman 1dari 3

Critical Review Sub Topic : Political Economic of South Korea Since 1945

Source : The Political Economy of East Asia by Kevin G.Cai


Tresea
07041181823027

Sub topik mengenai ekonomi dan politik di Korea Selatan sejak tahun 1945 dari buku
karya G.Cai ini telah cukup komprehensif dan terstruktur dalam menjelaskan mengenai keadaan ekonomi
politik Korea Selatan pada masa itu. Secara umum dalam sub topik ini lebih merujuk dan berusaha
menunjukan kepada pembaca mengenai ekonomi politik Korea Selatan sejak tahun 1945. Terlihat pula
diawal penjelasan mengenai ekonomi politik Korea Selatan ini, Kevin G.Cai menjelaskan dari awal
bagaimana Perang Dingin yang membuat Jepang harus dikalahkan dan Korea Selatan berada di bawah
bayang-bayang Amerika Serikat. Hingga pada akhirnya Korea Selatan dengan Amerika serikat menjadi
aliansi dan resmi melolak bentuk komunisme, namun Korea Selatan di sini jelaskan bahwa mendapatkan
bentuk treatment yang cukup baik dari segi ekonomi, misalnya saja adanya bantuan ekonomi, transfer
senjata, dan bahkan investasi yang diberikan oleh Amerika. Sedangkan Korea Utara di sisi sebaliknya.
Tidak hanya membahas mengenai pengaruh dari AS di Korea Selatan pada masa itu saja, tetapi melalui
sub topik ini Kevin G.Cai berusaha menunjukan juga kepada pembaca bagaimana transformasi ekonomi
politik Korea Selatan yang sempat mengalami perang semenanjung Korea, dan menyisakan dampak yang
tidaklah sedikit, tapi nyatanya setelah paska perang tersebut, Korea Selatan mulai bangkit dan mulai
menerapkan kebijakan seperti misalnya industrilisasi, melakukan bentuk promosi industri, bahkan pula
menerapkan strategi pembangunan yang sifatnya lebih berorientasinya ke luar. Lalu pada akhirnya Korea
Selatan mampu bangkit setelah akhir Perang Korea di tahun 1953 yang dibuktikan dengan data yang
disajikan oleh Kevin G.Cai yang mengatakan bahwa setelah selama 5 dekade, Korea Selatan mampu
menaikan ekonomi mereka yang awalnya stagnan dan menjadi industri yang modern. Mulai adanya
kenaikan dan pertumbuhan ekonomi inilah yang membuat pertumbuhan lainnya juga mengikuti, misalnya
adanya keuntungan dari investasi, kegiatan perdagangan ekspor dan impor antar sesama regional yang
juga pada masa itu mampu mendukung perumbuhan ekonomi Korea Selatan. Khususnya kerjasama
dengan Jepang. Meskipun terdapat krisis keuangan yang pernah dirasakan oleh Asia dan juga berdampak
pada Korea Selatan, tetapi di dalam buku ini dikatakan bahwa Korea Selatan mampu eluar dari krisis ini
dengan melalui beberapa program seperti restrukturisasi ekonomi.
Jika dilihat dari pembahasan buku tersebut mengenai ekonomi politik di Korea Selatan, penulis
lebih melihat mengenai pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan yang memang hingga detik ibi juga terus
mengalami peningkatan. Maka dari itu penulis setuju dengan pernyataan dari sub bab ini. Hal ini sendiri
dapat didukung dan dilihat dengan teori ekonomi pembangunan yang diutarakan oleh Blackman et al.
yang mana menurut Blackman sendiri ia mengelompokan kajian mengenai pembangunan ekonomi
menjadi 8 pokok yaitu melihat kepada petumbuhan ekonomi, lalu melihat kepada perubahan penduduk,
kemudian perkembangan ekonomi, perdagangan dan juga melihat kepada industrialisasi, selain itu pula
melihat dari bantuan kepada negara lain, peran pemerintah, adanya penyesuaian struktur dan juga adanya
stabilisasi (Taryono, tt). Adanya aspek-aspek yang disampaikan oleh Balckman et al ini dapat
menunjukan bahwa dari segi peran pemerintah sendiri, Korea Selatan mempunyai andil dan
berpengaruh besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Seperti yang telah
disampaikan oleh Kevin G.Cai dalam buku di atas bahwa kebijakan-kebijakan seperti misalnya
menggalakan perdagangan, investasi mampu menjadi salah satu pendorong pertumbuhan
ekonomi. Bahkan kebijakan tersebut tetap dilaksanakan oleh Korea Selatan hingga sekarang. Hal
ini dibuktikan dengan adanya bentuk perencanaan dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
Korea mulai dari adanya rencana pembangunan untuk lima tahun ke depan, lalu ada juga tahun
ke tujuh, dan rencana pembangunan ekonomi lainnya (US, 2018). Selain itu juga jika melihat
dari industrialisasi tentu Korea Selatan tidak diragukan lagi, pasalnya Korea Selatan sendiri
menjadi salah satu dari Newly Industrialized Countres (NICs) di Asia karena kemajuan teknologi
dan industrinya, apalagi jika melihat total ekspor impor mereka (Fransman, tt). Jika berkaca dari
intra-produksi Korsel, kita dapat melihat bagaimana dalam menerapkan kebijakan untuk
ekonominya, khususnya di dalam industri untuk meningkatkan ekspornya, negara Korea Selatan.
Dalam persentase ekonomi yang di alami oleh Korea Selatan, tercatat mampu melampaui
pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, bahkan pertumbuhan ekonomi yang pesat ini telah
dimulai sejak tahun 1961 (Holcombe, 2013). Untuk mendukung pernyataan ini kita dapat total
ekspornya menurut laporan dari trandingeconomics di tahun 2020 mengatakan bahwa terjadinya
peningkatan total ekspor, misalnya saja unutk ekspor Chip mencapai 11,8%, lalu untuk ekspor
mobil mereka mencapai 23% dan sedangkan peralatan rumah tangga yang banyak digandrungi
ini mencapai 30,2% (tradingeconomics, Ekspor Korea Selatan, 2020). Bahkan beberapa produk
dari Korea Selatan telah terdapat bentuk penambahan nilai yang meningkatkan harga dari produk
ekspor tersebut, khususnya di industri baja dan industri otomotif, tidak heran jika negara ini
mendapat julukan mother of industry-nya negara-negara kawasan Asia. GDP mereka untuk tahun
2018 saja mencapai 1,619 T USD (tradingeconomics, Trading Economics of South Korea, 2020).
Maka dari itu berdasarkan data-data ini beserta dengan landasan konsep teori menurut Blackman
ini menjadi pendukung pernyataan penulis untuk setuju terhadap tulisan mengenai Political
Economic of South Korea Since 1945 yang disampaikan oleh Kevin G.Cai.
Selain dilihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi dari Korea Selatan yang hingga
sekarang tumbuh dengan pesat, penulis beranggapan bahwa penting sekali bagi negara lain untuk
menjalin mitra dagang dengan Korea Selatan. Apalagi untuk kawasan ASEAN. Karena seperti
yang kita ketahui bahwa selama ini industri maupun perdagangan serta investasi di ASEAN
banyak didominasi oleh Jepang dan juga China. Namun dari sisi Korea Selatan sendiri
menjadikan ASEAN sebagai mitra dagang kedua setelah Uni Eropa (CEIC, 2020) . Ini artinya
dari Korea Selatan sendiri melihat potensi pasar yang ada di ASEAN, dan menurut penulis
ASEAN juga harusnya juga memanfaatkan itu untuk menjadikan Korea Selatan sebagai mitra
dagang barunya. Apalagi Korea Selatan menjadi salah satu negara yang industrialisasinya maju
di dunia yang dibuktikan dengan adanya pertumbuhan ekonomi negara ini yang melesat jauh dan
mampu menyaingi negara-negara maju lainnya, khususnya di kawasan Asia.

DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2019). Pasardana. Retrieved from Investasi Korea Selatan Perkuat Industri Manufaktur Dasar di
Indonesia: https://pasardana.id/news/2019/2/27/investasi-korea-selatan-perkuat-industri-
manufaktur-dasar-di-indonesia/
CEIC. (2020). South Korea Foreign Direct Investment. Retrieved from CEIC:
https://www.ceicdata.com/en/indicator/korea/foreign-direct-investment
Fransman, M. (tt). Explaining the Success of the Asian NICs: Incentives and technology. Retrieved from
core ac uk: https://core.ac.uk/download/pdf/43541515.pdf
Holcombe, R. G. (2013). South Korea’s economic future: Industrial policy, or economic democracy?
Journal of Economic Behavior & Organization 88 , 4.
Taryono. (tt). Pengantar Teori Ekonomi Pembangunan. Retrieved from repository UT:
http://repository.ut.ac.id/4234/1/MMPI5204-M1.pdf
tradingeconomics. (2020). Ekspor Korea Selatan. Retrieved from tradingeconomics:
https://tradingeconomics.com/south-korea/exports
tradingeconomics. (2020). Trading Economics of South Korea. Retrieved from Trading Economics:
https://tradingeconomics.com/south-korea/gdp
US. (2018). The Government Role in Economic Development. Retrieved from Country Studies:
http://countrystudies.us/south-korea/47.htm

Anda mungkin juga menyukai