Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tresea

NIM : 07041181823027
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Mata Kulia : Regionalisme dalam Ekonomi Politik Asia Pasifik
Dosen Pengampu : Nurul Aulis, S.IP.,MA
Studi Independen Ekopol (Indralaya B)
Soal
1. Apakah yang dimaksud dengan ‘Flying Geese’ Model (Model Angsa Terbang) dalam
pembangunan ekonomi di Asia? Jelaskan beserta dengan gambarnya!
2. Newly Industrialized Countries (NICs) di kawasan Asia diantaranya adalah Korea Selatan,
Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Pilihlah salah satu dari negara tersebut.
3. Kemudian, identifikasi dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendukung
pembangunan ekonomi negara tersebut!
Jawaban
1. Flying Geese’ Model atau yang dikenal juga dengan singkatan FG model merupakan model
dari pertumbuhan ekonomi yang pertama kali lahir di Jepang dan diperkenalkan pertama kali
oleh Kaname Akamatsu pada tahun 1930 yang kemudian model FG ini merebak hingga ke
para akademisi dunia (Kojima, 2000). Di dalam model FG ini terdapat poin penting yaitu
berupa penjelaskan mengenai bagaimana proses dari negara-negara industrialisasi untuk
mengejar ketertinggalan mereka yang terlambat yang mana keterlambatan ini dilihat kepada
beberapa aspek seperti intra-industri, lalu melihat kepada aspek antar-industri, dan yang
terakhir adalah melihat kepada aspek internasional (GRIPS, tt). Penjelasan lebih lanjut
mengenai ketiga aspek di atas yaitu dapat dilihat pada gambar di berikut :

Sumber : Kojima, 2020


Berdasarkan gambar di atas yang dikutip dari Journal of Asian Economics karya Kojima
dapat menunjukan kepada kita mengenai bagaimana negara-negara akan melakukan proses
pengejaran ketertinggalan industrialisasi mereka melalui ketiga aspek yang telah disebutkan
seblumnya. Adapun yang dimaksud pada aspek intra-industri ini lebih kepada upaya yang
dilakukan negara dalam pengembangan produk tertentu mereka, dan biasanya dihitung
industrinya tersebut dengan memperhatikan sisi impor, sisi produksinya, dan bahkan juga
memperhatikan sisi ekspornya juga.
Lalu kemudian yaitu melihat kepada aspek antar-industri, yang dimaksud dengan aspek
ini ialah perlu adanya industri yang diversifikasi dan dari industri tersebut juga perlu ada
bentuk peningkatan, misalnya saja dapat berupa peningkatan nilai dari barang konsumsinya
yang kemudian berubah menjadi barang atau produk yang lebih canggih. Selanjutnya yaitu
yang terakhir adalah aspek internasional, di dalam aspek ini lebih kepada bagaimana selama
dalam proses mengejar ketertinggalannyam terdapat relokasi industri yang dilakukan oleh
negara maju ke negara berkembang (GRIPS, tt).

2. Adapun negara Newly Industrialized Countries (NICs) di kawasan Asia yang saya ambil
adalah negara Korea Selatan

3. Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu negara yang industrialisasinya maju di dunia
yang dibuktikan dengan adanya pertumbuhan ekonomi negara ini yang melesat jauh dan
mampu menyaingi negara-negara maju lainnya, khususnya di kawasan Asia. Faktor penyebab
atau pendorong yang membuat Korsel tidak heran jika masuk ke dalam NICs di jajaran negara
di kawasan Asia pertama-tama dapat kita lihat dari faktor intra-produksi mereka, sesuai
dengan model FG yang telah disampaikan sebelumnya. Adapun yang dimaksud dengan aspek
intra-industri ini lebih kepada upaya yang dilakukan negara dalam pengembangan produk
tertentu mereka, dan biasanya dihitung industrinya tersebut dengan memperhatikan sisi impor,
sisi produksinya, dan bahkan juga memperhatikan sisi ekspornya juga (GRIPS, tt).
Jika berkaca dari intra-produksi Korsel, kita dapat melihat bagaimana dalam menerapkan
kebijakan untuk ekonominya, khususnya di dalam industri untuk meningkatkan ekspornya,
negara Korea Selatan. Dalam persentase ekonomi yang di alami oleh Korea Selatan, tercatat
mampu melampaui pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, bahkan pertumbuhan ekonomi
yang pesat ini telah dimulai sejak tahun 1961 (Holcombe, 2013). Hal ini sendiri tidak begitu
mengejutkan dikarenakan negara ini merancang ekonominya sendiri berdasarkan ekspor dan
mereka juga menerapkan bentuk impor yang terbilang ketat, dan kebijakan seperti ini masih
bertahan hingga sekarang, guna mempercepat pertumbuhan dari produk dalam negeri yang
mana ini juga sebagai bentuk kebijakan industri mereka.
Bahkan jika dianalisa dengan balik kembali kepada sejarah ekonomi yang pernah terjadi
di Korea Selatan, maka dapat diidentifikasikan bentuk fase atau periode pembangunan yang
berbeda-beda. Adapun fase atau periode tersebut yaitu seperti periode substitusi impor, lalu
terdapat juga bentu pengembangan industri yang dalam hal ini juga didorong juga dengan
adanya ekspor,lalu ada juga bentuk pengembangan industri dengan teknologi yang tinggi,
bahkan dari fase-fase yang telah disebutkan tersebut, telah mampu membuat pertumbuhan
ekonomi khususnya pendapatan negara Korea Selatan menjadi stabil (Shirley, 2014).
Di dalam fase subsitusi impor inilah dapat dijelaskan dengan model FG yang dimana
impor bisa dilakukan oleh negara industri ini apabila impor barang dan konsumsi dari
manufaktur dari negara seperti negara-negara maju, khususnya Korea Selatan tidak berjalan
atau bahkan mengalami penurunan (Kojima, 2000). Sedangkan untuk ekspor dapat dijelaskan
dengan model FG pada tahap ketiga yang dimana industri ekspor yang ada di dalam negeri
menjadi industri barang konsumsi. Di Korea Selatan saja untuk ekspornya industri ekspornya
berjalan dengan sesuai penerapan model FG, bahkan beberapa produk dari Korea Selatan
telah terdapat bentuk penambahan nilai yang meningkatkan harga dari produk ekspor tersebut,
khususnya di industri baja dan industri otomotif, tidak heran jika negara ini mendapat julukan
mother of industry-nya negara-negara kawasan Asia.
Adapun faktor yang mendukung lainnya dalam pembangunan ekonomi Korea Selatan
sebagai NICs yaitu kuatnya investasi Korea Selatan di dalam bidang manufaktur dan peran di
dalam forum internasional. Untuk di bidang investasi manufaktur sendiri dapat dibuktikan
dengan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan negara-negara
berkembang lainnya seperti Indonesia dalam investasi industri baja (Adi, 2019). Sedangkan
untuk forum internasional dibuktikan dnegan aktifnya Korea Selatan di forum seperti G20 dan
forum-forum interansional lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2019). Pasardana. Retrieved from Investasi Korea Selatan Perkuat Industri Manufaktur
Dasar di Indonesia: https://pasardana.id/news/2019/2/27/investasi-korea-selatan-perkuat-
industri-manufaktur-dasar-di-indonesia/
GRIPS. (tt). GRIPS Development Forum. Retrieved from The Flying Grees Model:
https://www.grips.ac.jp/forum/module/prsp/FGeese.htm
Holcombe, R. G. (2013). South Korea’s economic future: Industrial policy, or economic
democracy? Journal of Economic Behavior & Organization 88 , 4.
Kojima, K. (2000). The “flying geese” model of Asian economic development: origin,
theoretical extensions, and regional policy implications. Journal of Asian Economics 11,
376.
Shirley, B. M. (2014). IR Infro. Retrieved from The Asian Tigers from Independence to
Industrialisation: https://www.e-ir.info/2014/10/16/the-asian-tigers-from-independence-
to-industrialisation/

Anda mungkin juga menyukai