Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Disusun Oleh:
Rika Ami Baizuri (1905905010045)

Dosen Pembimbing: Ilham Mirza Saputra,M.A.P.

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH 2022/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Meulaboh 6 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi dan Tujuan Produksi............................................7
B. Prinsip-prinsip Produksi.......................................................................8
C. Faktor-faktor Produksi............................................................................
D. Kebijakan Perusahaan Islam dalam Produksi.......................................10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemilihan kepala daerah (pilkada) merupakan sarana demokrasi untuk

mewujudkan kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Karena

itu pilkada harus diselenggarakan secara lebih berkualitas dengan partisipasi

rakyat yang seluas–luasnya, dan dilaksanakan dalam suasana kondisi yang

diwarnai dengan situasi dan kondisi yang tertib, tentram dan aman. “Adalah

keniscayaan bahwa pemilihan kepala daearah secara langsung oleh rakyat tidak

serta-merta (taken for granted) menjadikan kualitas demokrasi di daerah

meningkat. Harapan untuk meningkatkan kualitas demokrasi akan bisa

mengaburkan pemahaman tentang strategi demokratisasi dalam pilkada, jika

tidak memiliki aspek-aspek penting pilkada (Prihatmoko,2008:157).

Untuk penyelenggaraan pilkada tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU)

mendapat dana hibah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari

masing-masing pemerintah daerah yang akan menyelenggarakan pilkada. Hal

ini sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu

dan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Menurut

Permendagri Nomor 44 Tahun 2015 yang diubah dengan Permendagri Nomor

51 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil

Walikota, pendanaan pilkada dibebankan pada APBD, berupa dana hibah

langsung kepada KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu.

4
1.2 Rumusan Masalah

 Jelaskan pengertian kebijakan fisikal?


 Jelaskan prinsip-prinsip kebijakan fisikal dalam ekonomi islam?
 Jelaskan instrumen fisikal islami?
 Jelasakan kebijakan fisikal pada masa nabi,sahabat dan khulafaur
rasyidin serta abad pertengahan ?

1.3 Tujuan Penulisan

 Memahami pengertian kebijakan fisikal


 Memahami prinsip-prinsip kebijakan fisikal dalam ekonomi islam
 Memahami instrumen fisikal islami
 Mengetahui kebijakan fisikal pada masa nabi,sahabat dan khulafaur
rasyidin serta abad pertengahan

5
BAB III PEMBAHASAN

2.1 Pilkada 2024


Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik Indonesia telah mengalami

suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan

perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia melalui Amandemen

UndangUndang Dasar Tahun 1945. Amandmen Undang-Undang Dasar Tahun

1945 telah meletakan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara dengan

meletakan kedaulatan berada ditangan rakyat.1Agenda politik nasional strategis

dan memiliki aspek pemerintahan dan kemasyarakatan yang luas dengan segala

konsekuensinya bagi masa depan sistem politik Indonesia adalah Pelaksanaan

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Bukan hanya mengejar target

keserentakan pencalonan, dinamika kampanye, dan pelantikannya, tetapi juga

kesejalanannya dinamika di daerah dengan agenda pembangunan yang

dicanangkan Pusat agar dapat mencapai sasaran dengan hasil maksimal.

Konstruksi politik beroperasinya sistem presidensial yang tidak terpencar

masing-masing kegiatannya di tingkat lokal sebagai akibat latar belakang politik

kepala daerahnya yang beragam dengan pemerintah koalisi di Pusat, adalah

sintesa besar dari pembahasan substansi penting dari demokrasi pilkada sebagai

agenda nasional.

Pemilihan Umum (pemilu) merupakan konsekuensi logis dari negara demokrasi,

dan demokrasi adalah cara aman untuk mempertahankan kontrol atas negara

hukum.Pada Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menjelaskan

bahwa Indonesia adalah negara hukum yang demokratis. Demokratis berarti

kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

6
3.3 Persiapan Pilkada 2024

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan dilaksanakan Tahun 2024:
Pemungutan suara pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak akan dilaksanakan pada
hari Rabu, 27 November 2024, pemilihan ini untuk memilih gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota
Untuk mengantisipasi berbagai potensi kekacauan hukum, Anggota Komisi II DPR
Rifqinizami Karsayuda menyaranan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (perpu) terkait jadwal Pilkada
Serentak 2024. Menurutnya, perppu tersebut diperlukan untuk mengantisipasi berbagai
potensi kekacauan hukum terutama hukum administrasi masa jabatan kepala daerah.
Pemungutan suara Pilkada 2024, ujarnya, idealnya dilaksanakan sebelum bulan
November 2024 dengan mempertimbangkan sejumlah masalah. Juga, perlu
dipertimbangkan jeda waktu yang cukup antara pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg)
2024 yang diusulkan KPU yaitu 21 Februari. “Hasil pileg harus memiliki kepastian hukum
agar dapat dijadikan syarat pendaftaran calon kepala daerah dari jalur partai politik,"
kata Rifqi dalam keterangannya. Rifki mengungkapkan, beberapa alasan mengapa perlu
dikeluarkannya Perppu terkait jadwal Pilkada 2024. Salah satunya adalah, bahwa jadwal
Pilkada 2024 di bulan November memiliki konsekuensi pelantikan kepala daerah terpilih
baru bisa dilaksanakan secepat-cepatnya pada Januari 2025. Perkiraan jadwal
pelantikan tersebut, belum termasuk jika terjadi sengketa administrasi, pidana maupun
perselisihan hasil pemilihan umum di Mahkamah Konstitusi (MK). Akibatnya, jeda
waktu yang dibutuhkan akan bertambah panjang sekaligus penuh ketidakpastian.
Alasan berikutnya, pemerintah harus menyiapkan sebanyak 270 Pejabat (Pj) kepala
daerah untuk mengisi kekosongan jabatan kepala daerah yang berakhir masa
jabatannya pada 31 Desember 2024. Kepala daerah yang masa jabatannya berakhir
pada tahun 2022 dan 2023 telah diisi Pj kepala daerah terlebih dahulu hingga memiliki
kepala daerah definitif hasil Pilkada 2024. "Pengisian Pj kepala daerah di 542 daerah itu
bukan pekerjaan mudah bagi pemerintah karena akan menyedot energi sejumlah
pejabat Eselon I dan II di pemerintahan untuk melaksanakan tugas ganda," katanya.
Alasan ketiga, Pilkada 2024 yang dilaksanakan pada November merupakan sebuah
pekerjaan rumah bagi presiden dan wakil presiden hasil Pilpres 2024. Karena itu, dia
menilai, Pilkada 2024 akan membuat pemerintahan yang baru terbentuk pada Oktober
2024 langsung menghadapi tugas berat seperti menghadapi pemungutan suara,
termasuk potensi sengketa hasil pilkada dan berbagai potensi pasca-tahapan. "Karena
itu, Perppu menjadi solusi yuridis ketatanegaraan di tengah telah disepakatinya
ketiadaan revisi UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada dan UU Nomor 7 Tahun

7
2017 tentang Pemilu," katanya. Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi II DPR, Luqman Hakim
menuturkan jadwal Pemilu 2024 sudah mulai dibahas dan ditargetkan selesai dalam
waktu dekat. Komisi II DPR sebelumnya menggelar rapat internal dalam rangka
menyusun agenda rapat pada masa sidang III tahun 2022 ini. Salah satu fokus
pembahasan dalam rapat internal ini yakni terkait penetapan jadwal pelaksanaan
pemilihan umum (Pemilu) 2024. "Kami harap sudah menyelesaikan hal penting yaitu
tanggal Pemilu. Jadi sebelum fit and proper test (Calon Anggota KPU-Bawaslu) kita
targetkan jadwal Pemilu sudah selesaikan dulu,” kata Luqman

Sebenarnya kebijakan fiskal sejak lama dikenal dalam teori ekonomi Islam, yaitu
sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian
dikembangkan oleh para ulama’.

Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan,
ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam, yaitu Islam
menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan demokrasi
yang tinggi. Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung
ekonomi masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan dan menyebarkan
ajaran Islam.

Kebijakan Fiskal dalam Islam ada beberapa instrument berikut:


1) Jizyah, adalah pajak perlindungan yang diberikan kepada penduduk non-
Muslim pada suatu negara dibawah pengaturan Islam.
2) Ghanimah, adalah harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu
wilayah yang didahului dengan peperangan.
3) Fa’I, yakni harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu wilayah
tanpa melalui peperangan artinya penduduk kabur, tidak mengadakan
perlawanan, atau terjadinya kesepakatan damai.
4) Zakat, adalah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang yang
beragama islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (mustahiq zakat).
5) Ushr, merupakan pajak yang harus dibayar oleh para pedagang muslim
maupun non-muslim atau dikenal dengan bea cukai.
6) Kharaj, merupakan pajak yang dibebankan kepada tanah-tanah yang
ditaklukkan ole kaum muslim yang dibiarkan tetap dimiliki sebelumnya
guna untuk produktivitaskan tanah tersebut (hasil pertanian).

8
7) Nawaib, merupakan pajak yang dibebankan kepada orang kaya muslim
dikarenakan negara kekurangan dana akibat perang yang panjang dan
menghabiskan kas negara.
8) Amwal Fahla, berasal dari harta kaum muslim yang meninggal tanpa ahli
waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang
meninggalkan negrinya.

1.4 Kebijakan Fisikal Pada Masa Nabi,Sahabat, Kurafaur Rasyidin Serta Abad
Pertengahan

 Masa Rasulullah

Pada masa pemerintahan Rasulullah, beliau telah meletakkan dasar-dasar


berupa nilai-nilai dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam
melakukan aktifitas perekonomian. Dan sistem ekonomi yang diterapkan beliau
berakar dari prinsip-prinsip Qur’ani, ketika itu Al-Qur’an menjadi sumber
rujukan dan dasar dalam menentukan aturan yang mengatur manusia dalam
semua aspek kehidupan yang dijalaninya, salah satunya termasuk perilaku
ekonomi.

Dalam bidang perdagangan, Beliau telah meletakkan aturan yang


harus/wajib di lakukan oleh manusia, misalnya dalam melakukan jual beli harus
jujur, larangan melakukan jual beli yang mengandung unsur tipuan, pelarangan
riba. Mekanisme pasar yang diterapkan Nabi adalah sistem pasar bebas, harga-
harga barang dipasar diserahkan interaksi permintaan dan penawaran. Adapun
yang menjadi sumber pendapatan negara pada masa Rasulullah adalah:

o Zakat mal
o Khums min al-ghanaim
o Jizyah
o Kharaj
o Usyur
o Fai
o Harta warisan kalalah.
o Wakaf, sedekah.

9
Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman itu
dilakukan dengan berdasarkan keihlasan sebagai kegiatan dari dakwah yang
ada. Dengan adanya perang badar pada abad ke-2 Hijriah, negara mulai
mempunyai pendapatan 1/5 rampasan perang (ghanimah) yang disebut
Khums, sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 41 :

‫فأن للَّه مخسه وللرسول ولذي القرىب واليتامى واملساكني‬


َّ ‫واعلموا أمنا غنمتم من شيء‬
‫وابن السبيل إن كنتم آمنتم باللَّه وما أنزلنا على عبدنا يوم الفرقان يوم التقى اجلمعان‬
‫واللَّه على كل شيء قدي‬

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai


rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rosul,
kerabat Rosul anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu Sabil, jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

 Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Dalam sistem ekonomi Islam dan kebijakan fiskal pada masa sahabat,
sebenarnya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Para sahabat masih
meneruskan apa yang telah dirintis dan di tegakkan oleh beliau.

a. Pada masa Abu Bakar (51 SH-13H/584-644 M):

1. Tugas berat yang pertama harus dilalui dan dihadapi adalah memerangi
orang murtad.
2. Menegakkan hukum bagi orang yang tidak mau membayar zakat dan pajak.
3. Memerangi nabi palsu.
4. Secara individu Abu Bakar seorang praktisi akad-akad perdagangan.

b. Pada masa Umar ibn Khatab (40 SH-23H/584-644 M):

1. Undang-undang perubahan milik tanah.

10
2. Pengembangan pajak pertanian.
3. Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan
dan
pakaian terhadap warganya.

c. Pada masa Usman Bin Affan (47 SH-35H/577-656 M):

1. Pembangunan pengairan.
2. Pembangunan gedung-gedung pengadilan.
3. Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.

d. Pada masa Ali Bin Abi Thalib (40 H/600-661 M):

1. Adanya kebijakan pengetatan anggaran.


2. Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.

 Pada Abat Pertengahan

Pada masa Bani Umaiyyah dalam mendukung pembangunan ekonomi ini


Khalifah Abdul Malik ibn Marwan melakukan pembangunan sektor pertanian
dan perindustrian. Hasilnya, di pasarkan ke India dan Asia Tengah melalui
Iskandariah dan Konstantinopel. Pusat perdagangan pada masa ini adalah
Damaskus, Baghdad, dan Makkah. Pada masa ini kekayaannya digunakan untuk
membangun infrastruktur, seperti pembangunan gedung pemerintahan, pabrik-
pabrik, jalan yang dilengkapi dengan sumur agar kafilah dapat minum ketika
melewati jalan tersebut.

Pada masa Abasyiah merupakan masa keemasan (awal abad ke-2 sampai
pertengahan abad ke-4 H) daulah Islamiah. Pada masa ini Islam mencapai puncak
kejayaan dalam seluruh sektor, politik, budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Kebijakan yang dilakukan oleh pendiri daulah Abasiyah Abu Mansur as-safah
dalam bidang ekonomi adalah memindahkan ibu kota negara dari Damaskus ke
Baghdad. Dan kebijakan di sektor perdagangan yaitu memberikan kebebasan
kepada pedagang asing untuk memperdagangkan barang dagangan mereka di
wilayah abasiyah. Di samping itu juga, didirikan baitul mal untuk membantu
proses perdagangan luar negri. Untuk membantu pada sektor pertanian,

11
pemerintah membangun irigasi, memperluas area pertanian dan membangun
sarana trasportasi. Dan dalam sektor industri yaitu pemerintah menaruh perhatian
yang cukup besar dengan melakukan eksplorasi dan pembangunan sumber daya
alam, pertambangan seperti biji besi, emas dan perak.

12
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Setelah penulis menyelesaikan hasil dan pembahasan studi di atas, penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
Secara global kebijakan fiskal adalah sebuah kebijakan pemerintah dalam
pemungutan pajak dan pembelanjaan pajak, yang dimana kebijakan tersebut untuk
membiayai kegiatan ekonomi dan juga kebijakan pemerintah dalam mengatur setiap
pendapatan, pengeluaran negara yang digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam
rangka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar tidak ada hambatan dalam
menjalankan roda perekonomian.

Adapun prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Islam adalah berdasarkan Al-Qur’an


dan hadith, yang dimana kebijakan fiskal dalam suatu negara tentulah diharapkan sesuai
dengan prinsip dan nilai-nilai Islam karena tujuan pokok agama Islam adalah mencapai
kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh.

Adapun fungsi kebijakan fiskal menurut Islam adalah:

a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga petahanan dalam suatu negara.
b. Perumusan dan melakukan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi yang
berdasarkan Al-Qur’an dan hadith.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada dalam APBN.
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
e. Untuk pembangunan insfratuktur dalam negeri.
f. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial, dll.

Dalam kebijakan di bidang ekonomi pada masa Rasulullah beliau menerapkan dari
prinsip-prinsip Qur’ani, pada masa ini Al-Qur’an merupakan sumber rujukannya,
dibidang perdagangan beliau telah meletakkan aturan misalnya harus jujur dalam
perdagangan, pelarangan riba dll. Sedangkan kebijakan fiskal pada masa sahabat tidak
mengalami perubahan, hanya saja pada masa ini para sahabat lebih merinci dan juga
membagi pemasukan, pengeluaran agar kebijakannya lebih merata

13
1.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa, kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2009. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani.

Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan Konsep.
Jakarta: Sinar Grafika.

Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi Hukum.
Surabaya: CV. Putra Media Nusantara.

Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas ekonomi. Jakarta:
Rajawali pers.

Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomiaan, dalam


http://fileperbankansyariah.blogsport.com/ artikel (23 September 2022).

Safitri, Imas, Kebijakan fiskal dalam Islam, dalam http://jendelailmusebi.blogspot.com/


artikel (23 september 2022).

Siddharta, Hendrawinata Eddy, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam


http://www.fiskal.co.id/berita (23 aeptember 2022)

15

Anda mungkin juga menyukai