Upaya-upaya demokratisasi yang dilakukan pada masa-masa pemerintahan orde baru untuk meruntuhkan rezim pemerintahan yang otoriter memberikan banyak harapan yang lebih besar bagi penghormatan ham di dunia. Hal ini terjadi karena pada saat berlakunya pemerintahan rezim otoriter di dunia, negara lah yang paling sering melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Gerakan Reformasi di Libya dalam mendemokratisasi pemerintahan Khadafi mencerminkan suatu pandangan bahwa tidak hanya aktor negara yang berpotensi melakukan pelanggaran ham tetapi juga aktor-aktor non negara yang saat dicerminkan dalam tindakan NATO yang ikut mendemokratisasi pemerintahan Khadafi dengan tidak mengindahkan nilai- nilai HAM. Menurut Koen de Feyter, In today’s globalized world, however, human right violations often occur as a consequence of the behavior of a variety of Actors. Di era globalisasi ini memberikan interpretasi yang ambigu terhadap penghormatan HAM, di satu sisi globalisasi memberikan peluang besar untuk peningkatan penegakan HAM, namun disisi lain globalisasi juga memberikan ruang bagi peningkatan pelanggaran HAM. Deklarasi HAM, pasal 1 mengemukakan bahwa semua umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam martabat dan hak-hak asasi manusia. Kita dianugerahi akal budi dan hati nurani serta mestinya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Dalam perkembangannya HAM mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan situasi sosial ekonomi politik dunia. Dimana HAM mengalami empat regenerasi, generasi pertama HAM lebih memfokuskan pada hukum dan politik yang menitik pada usaha-usaha untuk menciptakan atau memperjuangkan kebebasan berbicara dan berkumpul dan hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dari negaranya secara langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih secara langsung, pada generasi kedua mengakui hak-hak ekonomi, sosial dan kultural yang sangat penting bagi martabatnya dan pengembangan secara bebas dari kepribadiannya. HAM generasi ketiga, dibangun pada dimensi kolektif, dan peduli pada hak- hak bangsa atau penduduk yang mempunyai secara bebas kekayaan dan sumber alamnya. HAM generasi keempat, merupakan respon atas perubahan-perubahan dunia yang sangat cepat, sebagai akibat globalisasi. Berbicara mengenai keterkaitan antara globalisasi dan HAM, tampaknya kontribusi globalisasi dalam penegakan ham berada dalam dua sudut yang saling berseberangan. Disisi yang menguntungkan, globalisasi dapat mempromosikan banyak usaha-usaha demokratisasi dalam skala luas. namun disisi yang merugikan globalisasi dapat memarginalkan peran negara, globalisasi membawa ketimpangan sebagai akibat neoliberalisme, suatu model pengorganisasian sistem sosial dan ekonomi ala darwinisme sosial,dan globalisasi menciptakan multitaktor dalam pelanggaran HAM.