Anda di halaman 1dari 113
Perpustakaan Nasional Ri. Data Katalog dalam Terbitan (KOT) Biografi Mohammad Natsir: kepribadian, pemikiran , dan perjuangan / [penulis], Lukman Hakiem ; editor, Artawilaye. — Jakarta 1688 him, ; 25 em, 1SBN978-979-592-834-8, 11. Moharnmad Natsi, 1908-1993. |. Lukman Hakiem, 1 Artawiaya ‘92 {Natsie) BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR Kepribadian, Pemikiran, dan Perjuangan Penulis: Lukman Hakiem Editor = Artawiiya PewajahSampul —_: Oomenemo ata Letak eho S Cetakan Pertama, Agustus 2019 (Hard Cover) Penerbit PUSTAKA AL-KAUTSAR sin, Cipinang Muara Raya 63, Jakarta Timur 13420 Telp. (021) 8507580, 8506702 Fax. 85912403, brite & saran: customer @kautsarcoid Email markoting@kautsarcouid,redaksi@tautsar.coid Website tps wwuckautsaccoid ‘anpaaners dan peer A highs eserves Dipl dengan ConScamer Konfrontasi dalam Suasana Toleransi. Kembali kepada Tuntunan ahi. KATA BERJAWAB GAYUNG BERSAMBUT.. Sutan Takdir Alisjahbana versus Natsir.ssssssse Satu Partai Dua Tafsir... Desekularisasi Pancasila Mari Kita Teruskan Titik Pertemuan Ini DEKRIT PRESIDEN SEBAGAI LANDASAN BERSAMA.... Badan Penyelidik dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, PENGUMUMAN BALATENTARA.. Panitia Delapan . Panitia Sembilan Orang. Ultimatum terhadap Repub! Panitia Kompromi..... Dekrit Diterima Secara Aklamasi ... PRRI-PERMESTA DEKADE PERGOLAKAN DAERAH.. Kabinet Parlementer dalam Struktur yang Timpan, Ketidakpuasan di Kalangan Sipil dan Militer Mengapa Meninggalkan Jakarta.. Bung Hatta Mau Datang ke Padang Piagam Perjuangan dan Respon Masyumi Bukan Pengkhianat... TIDAK BERHENTI TANGAN MENDAYUNG ... Tidak Rela Masyumi Menerima Nasakom Menyelamatkan Mereka yang Terpelantin Surat untuk Tengku Abdul Rahman... RENUNGAN TENTANG DEMOKRAS1... Tidak Ada Barat Tidak Ada Timur Kekacauan Sesudah Merdeka ... Partai dan Bung Hatta Sebagai Tertudul Tidak Dramatis dan Tidak Heroil PESAN KEPADA JAMAAH BULAN BINTANG ... ABRI Menolak Rehabilitasi Partai Masyumi.... Tokoh dan Pemimpin Masyumi Dilarang Muncul Jangan Mau Dipecah Orang! .. Dipl dengan ConScamer akibat Tafarrug 515 BERDAKWAH MEMBANGUN NEGER! Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Enam Langkah Strategis .....sesssssssssesesssesse Lembaga Islam untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Kelemahan Umat Islam..... Image, Natsir, dan Ali Murtop. Penghargaan Raja Faisal... HUBUNGAN ISLAM DAN KRISTEN ... Ini Rumah Keluarga Muslim. Kecemasan dan Optimisme Natsir .. Musyawarah yang Gagal MENYAHUTI PERKEMBANGAN ZAMAN Jangan Golput . Menolak Kecenderungan Sistem Partai Tunggal .. Rancangan Undang-undang Perkawinan 1973 Rancangan GBHN 1978 dan P4 Libur Sekolah di Bulan Puasa... Jilbab pada Seragam Sekolah ....-cc:-nrenennecnneeneeen PETISI LIMA PULUH Bulan Madu yang Singkat. Pernyataan Keprihatinan Natsir: Kita Pilihlah Jalan yang Terbail Doctor Honoris Causa yang Digagalkan... JANGAN MENGAGAMAKAN PANCASILA JANGAN MEMPANCASILAKAN AGAMA. Buku PMP Mendiskreditkan Pancasil Mustika yang Hilang .. ASAS KEYAKINAN AGAMA KAMI Impian Politik Soeharto..... Pandangan Kritis... ‘Asas: Sumber Motivasi dan Inspirasi Makin Jauh dari Pancasila. Tidak Berlaku Lagi.... Dipl dengan ConSoamer Optimisme dan Keinginan yang Belum Tercapai EPILOG.. PEMIMPIN PULANG DAFTAR PUSTAKA.... RIWAYAT HIDUP M. NATSIR..... TIM PENYUSUN BUKU BIOGRAFI...... TENTANG PENULI. Dipl dengan Concer PROLOG Da’wah Iallah Oleh: M. Natsir BERSYUKUR kita kepada Allah 3¢ atas tercapainya maksud kita untuk mengadakan silaturrahmi dan tasyakur 24 tahun berdirinya Dewan Dawah Islamiyah Indonesia. Sayang saya sendiri tidak dapat duduk bersama-sama di hari-hari yang berbahagia ini, berhubung dengan kesehatan saya sedang terganggu pula. Memang, ini gejala pembawaan umur yang disebut syaikhukhah. Demikianlah sunnatullah yang patut kita syukuri, Alhamdulillah ‘ala kul haal. Pada saat-saat seperti sekarang ini, kita dengan sendirinya ingat saudara-saudara seperjuangan kita, semenjak kita memulai perjuangan di berbagai macam bidang itu. Dalam masa enam puluh tahun lebih, kita umat Islam Indonesia bangkit di berbagai bidang, seperti bidang sosial, pendidikan, politik, dan ekonomi; yang itu semua melingkupi apa yang kita sebut Da'wah Ilallah. Sejarah Indonesia menyaksikan sendiri bahwa dalam tiap-tiap perjuangan itu, terutama sejak permulaan abad XX, Islam telah mengambil peran perintis jalan. Sejarah menyaksikan! Di bidang ini, banyak sekali nama-nama yang perlu disebut yang bertebaran di seluruh Indonesia, Tetapi pada saat ini baiklah kita membatasi beberapa nama yang belum lama meninggalkan kita, di tengah-tengah mereka asyik sama-sama memimpin dan mengarahkan perjuangan kita ini. —— 1 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN, Dipl dengan ConScamer Saudara-saudara dari daerah-daerah tentu akan lebih mengingat nama mereka masing-masing, yang tidak akan dapat melupakannya. Dalam lingkungan terbatas, kita umpamanya tidak dapat melupakan Ustadz kita; K.H. Taufiqurrahman; pemimpin dan pelopor kita: KH. Fagih Usman, Pak Prawoto Mangkusasmito, Pak Sukiman Wirjosandjojo, Buya Hamka, Buya Datuk Palimo Kayo, Pak KH. Ahmad Azhari, Pak Mohamad. Roem, Pak Sjafruddin Prawiranegara, Pak Burhanuddin Harahap, dan lain Jain, Ini hanya sebagian dari mereka. Semoga Allah $8 menganugerahkan rahmat-Nya bagi arwah mereka. ‘Aamiin ya rabbatalaamiin. Alhamdulillah saya dapat mengikuti persiapan-persiapan untuk pertemuan yang berbahagia ini, Dan saya doakan, mudah-mudahan berhasil sebagaimana yang kita cita-citakan. Ingatlah kita semua kepada beberapa hadits Rasulullah 2% dalam penutup Khutbatul wada’, antara lain: Aku wariskan kepada kamu sekalian dua perkara, jika kamu berpegang kepada keduanya, kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnatun Nabiyyih. Demikianlah kata Rasulullah sebagai pencakup risalah beliau selama dua puluh tiga tahun itu. Yang satu bernama Kitabullah, Al-Quran Al- Karim; dan yang kedua Sunnah Rasulullah sebagai petunjuk untuk memahami Kitabullah itu. Dan dalam sejarah, kita menyaksikan sendiri, bahwa umat Islam sekalipun menghadapi bermacam-macam cobaan, dan terkadang sempat bercerai-berai, tetap ada seruan Kitabullah dan Sunnah Rasulullal, yang memanggil mereka kembali ke jalan yang benar. Demikianlah dahulu. Begitu sekarang. Dan, demikianlah pula di masa-masa yang akan datang. Dalam Khutbatul wada’ itu pula, kita masih ingatbagaimana Rasulullah 4 menunjukkan perhatian kita kepada satu kalimat, yaitu: 2 NS BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. .KEPRIUADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer Sesungguhnya masa berubah, zaman berganti. Dalam hidup di dunia ini, perubahan masa dan pergantian zaman tetap berlaku, sesuai dengan firman Ilahi, bahwa hidup adalah cobaan dan ujian. Dan sungguh Kami akan uji kamu sckalian dengan kesusahan dan kesenangan, yaitu sebagai ujian, Yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lainnya. Dua-duanya berjalan, bersamaan, atau berganti-ganti. Itulah arti hidup. Kadang-kadang kita diuji dengan rasa kesenangan, ada kalanya kita diuji dengan rasa putus asa, Kedua-duanya adalah ujian, apakah kita dapat mengatasi kedua perasaan itu atau tidak. Maka, marilah kita melihat tiap-tiap persoalan yang kita hadapi dari masa ke masa, sekarang atau masa yang akan datang, sebagai ujian, sebagai ibtilaa’ yang silih berganti. Dan tidak usah kita menyembunyikan diri daripadanya, tetapi kita harus hadapi dengan iman, dengan warisan Rasulullah 2: Kitabullah wa Sunnatun Nabiyyih. ‘Ada syair dari Syauqi Beik. Dalam rangka ini, saya ingin sama-sama mengingatnya, Tegaklah kamu selama hidup ini sebagai mujahid mempertahankan pendirianmu. sebab sesungguhnya yang dinamakan hidup itu ialah tak lain dari akidah dan jihad. Mudah-mudahan demikianlah.{] Disampaikan dalam Silaturrahmi dan Tasyakkur 24 Tahun Dewan Dawah Islamiyah Indonesia, 24 Mei 1991. TS — 3 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN, Dipl dengan ConScamer Dipl dengan ConScamer wy ¢ 1! ALAHAN PANJANG - BANDUNG Dipl dengan ConScamer ALAHAN PANJANG - BANDUNG Menumpang Sekolah MOHAMMAD NATSIR, sering ditulis M. Natsir, dan pada papan nama di teras rumahnya, Jalan H.O.S. Tjokroamninoto 46, Jakarta, tertulis Mohd. Natsir; dilahirkan pada 17 Juli 1908 di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, buah cinta kasih pasangan suami-istri Idris Sutan Saripado-Khadijah. Idris yang seorang juru tulis kontrolir, terus mendorong anak laki- lakinya itu untuk mendalami Islam. Dalam adat Minangkabau di masa itu, seorang anak laki-laki berusia 7-8 tahun, pada malam hari harus tidur di surau bersama teman-teman sebayanya. Jika seusia itu masih tidur di rumah, sang bocah akan diejek “masih tidur di rumah ibu!” Rumah Idris yang tidak jauh dari masjid, menyebabkan sejak usia dini Natsir telah menjadikan mengaji sebagai makanan schari-hari. Dorongan Idris kepada anak lelakinya agar giat mempelajari Islam, melahirkan dampak positif. Natsir kecil terdorong juga untuk mengikuti pelajaran di pendidikan formal. Natsir sangat berhasrat untuk mengikuti pendidikan di sekolah dasar Hollandsche Inlandsche Schoolen (HIS, yang didirikan pertama kali oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1914 untuk memberikan pendidikan dasar yang lebih maju bagi orang Cina dan kaum Bumiputera), tapi gaji ayahandanya yang cuma seorang juru tulis, tidak cukup untuk membiayainya bersekolah di HIS. Di masa itulah, Natsir sempat “menumpang” belajar di Sekolah II, di kelas dua. Sekolah Il artinya sekolah rakyat yang bahasa pengantarnya bahasa Melayu, bukan bahasa Belanda. Seperti diceritakan Natsir dalam surat kepada anak-anaknya,’ beberapa bulan lamanya dia menumpang belajar tanpa harus membayar © Sitti Muchliesah, Aba Mf. Natsr Sebagai Cahaya Keluargo, Jakarta, Yayasan Capita Selecta, 2008, halaman 147. Kecvall ada catatan lan, uralan mengenal kehidupan M. Natsirhingga masuknya Jepang ke Indonesia dan masa sesudahnya, bersumber dari buku ini. 6 NS BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIUADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer uuang sekolah, juga tanpa terdaftar sebagai murid. Jika suatu saat Pengawas (Inspektur) Sekolah datang mengontrol ke Sekolah II tempat Natsir menumpang belajar, guru kelas dua memberi isyarat kepada Natsir supaya bersembunyi atau supaya pulang dulu. Nanti kalau Inspektur Sekolah sudah pergi, Natsir boleh kembali ikut belajar. “Lucu juga kalau sekarang mengenangkan masa itu. Main kucing-kucingan dengan Tuan Inspektur.” kenang Natsir hampir lima puluh tahun kemudian. Setelah beberapa bulan bersekolah secara kucing-kucingan, Natsir diajak oleh kakaknya, Rabiah, pindah ke Padang. Dengan sukacita Natsir mengikuti kakaknya karena dia tahu di Padang ada HIS. Natsir mendaftar ke HIS. Ternyata ditolak. HIS Padang hanya menerima anak pegawai negeri yang bergaji besar, atau saudagar kaya. Karena Idris Sutan Saripado hanya seorang juru tulis, bukan pegawai negeri bergaji besar, bukan pula saudagar kaya raya, maka Natsir tidak bisa masuk HIS. Natsir kecil yang kecewa, mulai bertanya-tanya: “Apakah yang boleh maju dan pintar, hanya anak- anak orang kaya?” Pada belasan pertama abad XX itu, beberapa pemimpin pergerakan makin menyadari nasib mereka sebagai bangsa terjajah dan mulai bergerak untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa terjajah dengan mendirikan sekolah-sckolah partikelir. Dengan ikhtiar itu, para pemimpin pergerakan sekaligus menemukan jalan keluar bagi anak-anak bangsa yang tidak dapat diterima bersekolah di HIS milik pemerintah. Di Padang, para pemimpin itu mendirikan HIS Adabiyah. Sebuah sekolah swasta yang waktu belajarnya sore hari. Natsir mendaftar di HIS Adabiyah, dan diterima, Bukan main besarnya hati Natsir. Dia tekun belajar, meskipun untuk mencapai HIS Adabiyah dia harus berjalan kaki selama 35 menit. Setiap berangkat dan pulang dari HIS Adabiyah, Natsir harus melewati HIS Pemerintah yang menolaknya masuk. Diam-diam tumbuh tekad kuat di hati Natsir untuk membuktikan dirinya bisa berprestasi, meskipun ditolak masuk HIS Pemerintah. “Biarlah sekarang aku tidak dapat masuk gedung batu itu, tapi aku pun bisa belajar sekarang, walaupun dalam rumah kayu beratap rumbia”Para pengajar di ee 7 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN, Dipl dengan ConScamer HIS Adabiyah semuanya para pejuang yang sangat ingin melihat anak- anak didiknya maju, otak Natsir juga tidak tumpul, ditambah rasa geram lantaran ditolak masuk sekolah pemerintah, maka Natsir bersungguh- sungguh belajar di HIS Adadiyah supaya bisa meraih prestasi terbaik. Baru beberapa bulan Natsir bersekolah di HIS Adabiyah, tersiar kabar pemerintah membuka HIS di Solok. Pada saat yang hampir bersamaan, ayahanda Natsir dipindahtugaskan ke Alahan Panjang, maka Idris dengan bersemangat membawa anak laki-lakinya itu mendaftar ke HIS Solok. Lagi-lagi terdengar lagu lama yang sumbang: “Tidak ada tempat buat seorang anak juru tulis!” Terdengar pula berita: "Hanya tersedia satu tempat di kelas dua.” Dengan penuh keyakinan, Natsir menantang supaya dirinya disertakan sebagai calon murid Kelas dua. Sesudah melalui berbagai ikhtiar dan perdebatan, akhirnya Natsir dipersilakan mengikuti pelajaran di kelas dua selama beberapa hari, sebagai uji coba. Ternyata Natsir mampu melewati masa ujicoba itu dengan mulus. Malah dalam beberapa hal, Natsir mampu melampaui kawan-kawannya satu kelas. Natsir bersyukur, dan dia menyadari prestasinya itu tidak lepas dari bimbingan para guru pejuang di HIS Adabiyah. ‘Tercapai juga cita-cita Natsir belajar di sekolah negeri! Selama di Solok, Natsir tinggal di rumah seorang saudagar yang baik hati, Haji Musa, Saudagar yang budiman ini mempunyai anak laki-laki bernama Ubaidillah, Anak Haji Musa itu adalah adik kelas Natsir di HIS Solok. Sclama tinggal di rumah Haji Musa, Natsir sungguh-sungguh merasakan budi baik saudagar itu, Tidak pernah Haji Musa membeda- bedakan antara Ubaidillah dengan Natsir. Haji Musa memperlakukan Natsir seperti anaknya sendii . Tidak pernah pula Haji Musa bicara soal uang makan atau uang Kost. Natsir tahu pula menempatkan diri. Sesudah shalat Shubuh, tanpa diperintah, Natsir menyapu dan mengisi air. Sore hari, Natsir membersihkan, meminyaki, dan menyalakan lampu. Selain itu, berbagai pekerjaan rumah dia kerjakan, Begitulah cara Natsir membalas kebaikan hati Haji Musa. a BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR: KEPRIBADIAN, PENIKIRAN, DAN PERIUANGAN Dipl dengan ConScamer Saat Natsir tinggal di Solok, ayahandanya dipindahtugaskan menjadi sipir di Makassar, Sulawesi Selatan, Meskipun berpindah tugas sangat jauh, tetapi penghasilan ayahandanya tetap seperti sedia kala. Selain belajar di HIS pada pagi hari, di siang hari Natsir belajar di ‘Madrasah Diniyah. Baik di HIS maupun di Madrasah Diniyah, Natsirbelajar dengan bersungguh-sungguh. Selain belajar di HIS dan Madrasah Diniyah, Natsir juga belajar bahasa Arab dan mengaji kitab di malam hari. Melihat Natsir rajin belajar, para guru tertarik. Maka kepada Natsir diberikan pelajaran tambahan (ekstra kurikuler), membaca kitab berbahasa Arab yang lazim disebut kitab kuning karena warna kertasnya agak kekuning- kuningan. Dengan bimbingan guru-gurunya yang bersemangat, dan minat belajar Natsir yang tinggi, lama-lama Natsir bisa membaca kitab kuning. Berkat kesungguhannya itu, ketika, duduk di kelas tiga Diniyah, Natsir terpilih menjadi guru bantu untuk mengajar di kelas satu dengan honor 10,00 Guiden. Dengan uang saku sebesar itu terpikir oleh Natsir untuk membayar uang makan, Akan tetapi, Allah 3 rupanya berkehendak lain. Rabiah, meminta Natsir kembali ke Padang untuk tinggal bersamanya. Demikianlah, dengan penuh rasa haru, Nasir berpamitan kepada Haji Musa dan keluarganya untuk pindah ke Padang tinggel di rumah kakaknya, dan melanjutkan sekolah di HIS Padang. Natsir masuk kelas lima di sekolah yang empat tahun silam menolaknya, lantaran Natsir hanya anak pegawai kecil. Tiga tahun lamanya Natsir tinggal di Padang, menyelesaikan pendidikan di HIS dari kelas V hingga kelas VII. Menceritakan masa belajar di HIS Padang, sebagai anak berusia sekitar 11 tahun, Natsir merasa mendapat pelatihan hidup yang agak berat juga. Menunggu saat dapat tinggal di rumah kakaknya, Natsir tinggal bersama seorang yang dia sebut Macik Rahim, seorang yang mencari nafkah dengan memilih biji kopi di pabrik kopi di pinggir pantai, Pendapatannya sehari sekitar 70 sampai 80 sen. Pendapatan yang tak seberapa itu, dibaginya sedikit kepada Natsir, —_ 9 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN, Dipl dengan ConScamer Hidup berdua dengan Macik Rahim, Natsir harus memasak nasi sendiri, membuat sambal sendiri, dan mencuci sendiri. Pagi-pagi sekali sesudah shalat Shubuh, Natsir pergi ke dapur untuk menanak nasi. Sekali bertanak, sekaligus untuk sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Sore sebelum mandi, seringkali Natsir pergi ke tepi laut untuk mencari kayu bakar. Di pinggir laut biasanya ada saja kayu yang terdampar dibawa ombak. Hidup seperti itu bagi anak berusia belasan tahun, kelihatan berat, tetapi Natsir menikmatinya dengan perasaan enak. Pertama, Natsir dapat belajar di sekolah yang lima tahun silam menolak Natsir mentah-mentah, “Ada perasaan menang” kenang Natsir, Kedua, walapun hidup amat sederhana dan dalam keadaan sempit, Natsir merasa lega, sebab merasa bebas mengatur diri sendiri. Pengalaman ditolak kemudian diterima di HIS milik pemerintah, menanamkan dua hal di sanubari Natsir. Pertama, keyakinan bahwa apabila sudah tertanam niat yang kuat dalam hati untuk mencapai satu maksud, dan berusaha sungguh-sungguh dengan gigih, melakukan apa yang dapat dilakukan, maka Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim akan membukakan jalan bagi tercapainya cita-cita itu. Walaupun melalui jalan yang tidak terduga-duga. Kedua, hati Natsir sclalu sedih apabila melihat suatu ketidakadilan dalam masyarakat atau dalam sistem yang dipergunakan, Natsir tidak bisa membiarkan begitu saja bila ada orang yang berada dalam kesempitan hidup. Adapun mengenai pengalaman hidup selama lima bulan bersama Macik Rahim, menyadarkan Natsir pada dua hal. Pertama, rasa bahagia itu tidaklah terletak pada kemewahan dan keadaan segala cukup. Rasa bahagia itu lebih banyak timbul dari kepuasaan, dari hati yang tidak tertekan, dan bebas. Kedua, asal kita mau menggertamkan gigi dan bersedia menyesuaikan diri dengan keadaan, kita dapat juga menempuh dan mengatasi kesulitan-Kesulitan hidup. Itulah yang dinamakan “tidak mau menyerah kepada keadaan” atau tidak berputus asa. Itu pula rupanya yang dinamakan percaya kepada kekuatan yang ada pada diri sendiri. 10 Ts: BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIUADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer Melanjutkan Sekolah atau Bekerja? ALMANAK menunjukkan tahun 1923 ketika Natsir menyelesaikan masa pendidikannya di HIS Padang dengan nilai baik Lulus dari HIS, semangat belajar Natsir makin berkobar. Dia ingin melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreide Lagere Onderwijs (MULO, Pendidikan Rendah Lebih Luas, sekarang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Natsir sadar, untuk bisa masuk MULO diperlukan biaya, sedangkan ayahandanya hanya pegawai kecil. Kakaknya, juga bukan orang berada. Dalam keadaan bimbang antara keinginan melanjutkan pelajaran dan kemampuan keuangan, Natsir mendengar kabar bahwa MULO Padang memberikan beasiswa kepada pelajar yang nilai pelajarannya bagus, dan itu harus dibuktikan pada masa percobaan selama tiga sampai enam bulan. Mendengar kabar itu, Natsir yang lulus HIS dengan nilai baik, mencoba peruntungannya, Dia mendaftar ke MULO Padang. Antara harap dan cemas, pada tiga bulan pertama, Natsir belajar bersungguh-sungguh. Semua perhatian dia tumpahkan kepada pelajaran. Natsir berharap dapat melewati masa percobaan tiga bulan itu dengan baik sehingga dia bisa melanjutkan pelajaran. Natsir juga cemas, jangan-jangan dia gagal dalam masa percobaan itu sehingga terpaksa berhenti bersekolah. Alhamdulillah! Allah $< ternyata meridhai kerja keras Natsir. Pada kwartal pertama, Natsir meraih nilai baik untuk seluruh_ mata pelajaran. Seorang gurunya mengatakan, nilai yang diraih Natsir pada kuartal itu adalah yang terbaik di kelasnya. Dengan nilai seperti itu selain lulus masa percobaan, Natsir mendapat beasiswa 20,00 Gulden setiap bulan. Dengan beasiswa sebesar itu, dapatlah Natsir membantu uang dapur Rabiah, kakaknya, juga untuk membeli buku, dan keperluan lain. Ketika bersekolah di MULO, untuk pertama kalinya Natsir duduk bersama dalam satu kelas dengan murid-murid bangsa Belanda. Sebelum duduk di MULO, ketika masih belajar di HIS, Natsir menyangka bahwa anak-anak bangsa Belanda itu adalah sejenis manusia ———$_— " BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer yang lebih segala-galanya dari bangsa pribumi, Memang dalam status kewarganegaraan, orang Belanda adalah warga negara kelas satu dibandingkan kaum pribumi yang diletakkan sebagai warga negara kelas tiga, Warga negara kelas dua adalah orang-orang Timur asing seperti Arab, Cina, India, dan Jepang. Para kuli dan mandor perkebunan menyebut administratur perkebunan bangsa Belanda dengan panggilan: “Tuan Besar’. Sesudah duduk satu kelas bersama warga negara kelas satu itu, Natsir mendapati kenyataan sesungguhnya warna kulit mereka tidak menjamin bahwa mereka lebih hebat dari kaum pribumi yang berwarna kulit sawo matang. Di antara orang-orang Belanda itu banyak juga yang tinggal kelas, ada juga yang bahasa Belandanya kocar-kacir, tetapi lagaknya luar biasa besar. Mereka menyebut bangsa kita sebagai vuile Inlanders (bumi putera yang kotor). Padahal banyak murid berkulit sawo matang yang prestasi belajarnya lebih unggul dari orang-orang Belanda itu. Di masa belajar di MULO inilah, Natsir mulai mengembangkan bakat seninya, Dia mulai belajar menggesek biola. Di MULO pula Natsir menjadi anggota pandu Natipij (Nationale Indoneisische Padvinderij), organisasi kepanduan Jong Islamieten Bond (JIB), organisasi pemuda Islam yang didirikan di Yogyakarta pada 1 Januari 1925. Perkumpulan seperti JIB, dan Jong Sumatera bertambah luas. Betul, perkumpulan-perkumpulan ini bukan partai politik, akan tetapi kehadiran mereka telah menumbubkan kesadaran akan martabat dan harga diri kaum pribumi menghadapi kecongkakan kaum penjajah, Belanda. Jong Sumatera dan JIB telah berperan besar di dalam mengader generasi muda yang pada masanya kelak tampil menjadi pemimpin bangsa Indonesia, Dari Jong Sumatera lahir tokoh-tokoh seperti Bahder Djohan, dan Mohammad Yamin Dari JIB lahir tokoh-tokoh seperti Sjamsuridjal Tentang JIB lebih lanjut, lihat antara lain Deliar Noer, “Jong Islomieten Bond (Persatuan Pemuda Islam)" dalam Soemarso Soemarsono, Mohamad Roem 70 Tahun Pejuang Perunding, Jakarta, Bulan Bintang, 1978, him. 240-255. Tentang Bahder Djohan, lihat: Prof. Drs. H. Amura dkk (Penyusun), Bahder Djohan Pengabdi Kemanusiaan, Jakarta, Gunung Agung, 1980. Tentang Muhammad Yamin, lihat: LR. Baskoro dkk (Tim Penyunting), Muhammad Yamin Penggages indonesia yang Dihujat dan Dipuja, Jakarta, KPG, 2015. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, ipa! dengan Concer (Walikota Jakarta tahun 1950-an), Kasman Singodimedjo? Mohammad Roem,' Prawoto Mangkusasmito” dan tentu saja Natsir sendiri. Berbeda dengan masa belajar di HIS yang berpindah-pindah, masa belajar di MULO dilalui Natsir dengan lancar. Di ruang kelas tidak kesulitan menghadapi pelajaran, di luar sekolah masih dapat aktif di dalam organisasi. Nilai angka pelajaran juga baik. Memasuki kelas tiga, dan semakin dekat ke masa ujian akhir, Natsir mula bertanya-tanya, what next? Apa sesudah ini? Melanjutkan sekolah, atau mencari kerja? Di masa itu, seorang lulusan MULO bisa mendapatkan gaji sebesar 90 Gulden. Dengan uang sebesar itu, rasanya Natsir dapat membantu ayah dan ibunya. Apalagi saat itu ayahnya sudah pensiun sebagai pegawai. Akan tetapi, hasrat Natsir untuk melanjutkan pendidikan, juga tidak kurang besarnya. Apalagi, sejak 1919, lulusan MULO diarahkan untuk melanjutkan ke Algemene Middelbare Schoolen (AMS, Sekolah Lanjutan Umum) dengan maksud mempersiapkan Iulusannya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Semangat Natsir untuk melanjutkan sekolah ke AMS, juga didorong oleh cita-citanya menjadi seorang sarjana di bidang hukum atau Meester in de Rechten (Mr). Pada saat itu, seorang Mr di dalam pandangan masyarakat adalah seorang yang luar biasa. Ketika pulang pada liburan terakhir, Natsir mencoba menyelami isi hati kedua orangtuanya. Ternyata tidak sepatah kata pun keluar dari bibir kedua orangtuanya keluhan mengenai beratnya biaya hidup, atau mahalnya ongkos menyekolahkan Natsir. Yang terdengar oleh Natsir justru obrolan ayah bundanya mengenai ke mana sebaiknya anak lelakinya itu melanjutkan sekolah, Alangkah lega hati Natsir mendengar obrolan kedua orangtuanya. Dia merasa terbebas dari dilema melanjutkan sekolah atau bekerja untuk membantu orang tua. Natsir sangat bersyukur memiliki ayah bunda yang ‘Tentang Kasman Singodimedjo, lihat: Panitia Peringatan 75 Tahun Kasman, Hidup Itu Ber- juang Kasman Singodimedjo 75 Tahun, Jakarta, Bulan Bintang, 1982. ‘Tentang Mohamad Roem, lihatlah Soemarso Soemarsono, op. Cit. Tentang Prawoto Mangkusasmito, lihat: S.U. Bajasut dan Lukman Hakiem (Editor), Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito Ketua Umum (Terakhir) Partai Mo- ‘syumi, Jakarta, PT Kompas Media Nusantara, 2014, —— — 13 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR [KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer di dalam keterbatasan tetap memikirkan masa depan anaknya. Dengan sikap kedua orangtuanya yang seperti itu, bulatlah tekad Natsir untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Persoalannya, dalam keterbatasan keuangan orangtuanya, dari mana dan bagaimana cara Natsir membiayai sckolahnya kelak? Di tengah pertanyaan seperti itu, Natsir mendapat kabar bahwa murid. MULO yang telah mendapat beasiswa, dapat pula memperoleh beasiswa dari AMS di Bandung. Kabar itu tentu saja membahagiakan Natsir, dia mengajukan beasiswa ke AMS Bandung. Semua nilai dari kelas satu sampai nilai hasil ujian akhir dilampirkan, Permohonan Natsir dikabulkan. Natsir diterima di AMS Bandung, dan tiap bulan dia mendapat beasiswa 30 Gulden. Jumlah yang cukup besar di masa itu. Bukan main girang Idris Sutan Saripado dan Khadijah mendapati kenyataan anak laki-lakinya diterima bersekolah di Jawa, di AMS Bandung, dengan beasiswa pula! Sebagai orang kebanyakan dengan pendapatan kecil, Idris dan Khadijah sangat bersyukur anaknya bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah yang bergengsi itu. Padahal di masa itu, hanya anak orang kaya dan berpangkat tinggi sajalah yang bisa memasukkan anaknya ke AMS. Idris dan Khadijah bangga, dengan otak cemerlang anak laki-lakinya yang diterima di AMS tanpa harus membayar, malah dibayar. Natsir mengenang kegembiraan ayah bundanya, “Kepada tiap-tiap teman yang datang, dan kepada siapa saja yang mau mendengar, mereka ceritakan kabar baik itu dengan mata yang penuh kegembiraan, dan kebanggaan” Walaupun terasa lucu, tetapi itulah pancaran kebahagiaan dan kegembiraan Idris dan Khadijah melihat tekad kuat dan keberhasilan anaknya, Mengangkat Nama MULO Padang DENGAN KAPAL Van Nont, Natsir berlayar meninggalkan kampung halaman di Pulau Sumatera menuju pelabuhan Tanjung Priok di Pulau 14 Rn BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan Concer Jawa. Di pertengahan 1927, Natsir yang berusia 19 tahun, untuk pertama kalinya berpergian menggunakan kapal laut. Di kapal, Natsir bertemu dengan anak-anak muda sebayanya yang juga akan melanjutkan sekolah ke Jawa. Di antara mereka ada juga yang sudah bertahun-tahun di Jawa, dan hendak kembali ke tempat belajar sesudah menghabiskan masa liburan di kampung halaman. Natsir ingat, selama dalam perjalanan di kapal, yang paling banyak bercerita ialah Abu Hanifah (kelak menjadi dokter, tokoh Partai Masyumi, dan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Kabinet Republik Indonesia Serikat, 1950). Maklum, Abu Hanifah saat itu sudah bersekolah di School tot Opleiding van Inlandsche Arsten (STOVIA, Sekolah untuk Pelatihan Dokter Bumiputera) di Jakarta. Sesudah berlabuh di Tanjung Priok, Natsir melanjutkan perjalanan menuju Bandung. Di kota kembang ini, Natsir tinggal di rumah sepupunya, Latifah, di Cihapit yang tidak jauh dari sekolah tempatnya belajar, AMS (A- 1). Sekolah ini, AMS Afdeling A, adalah satu-satunya sekolah menengah di waktu itu yang memberi pelajaran bahasa Latin dan kebudayaan Yunani. Bulan Juli 1927, mulailah Natsir belajar di sekolah yang oleh Natsir disebut istimewa itu. Sejak hari pertama masuk AMS, Natsir menyadari dirinya kurang fasih berbahasa Belanda. Tidak sefasih teman-teman satu kelasnya yang berasal dari Jawa. Kalau untuk membuat karangan tertulis, Natsir tidak merasa kesulitan, tetapi untuk berbicara, ia merasa amat sukar. Kesan kedua ialah bahasa Latin sebagai mata pelajaran pokok yang dirasakan benar-benar sulit dan berat. Perlu mempelajarinya dengan sungguh-sungguh agar mata pelajaran pokok itu cepat masuk ke otak. Tiga bulan pertama, Natsir bertekun mempelajari bahasa Latin. Pukul 15 sampai 16:30, dia berkonsentrasi mempelajari mata pelajaran pokok itu. Selesai mempelajari bahasa Latin, barulah Natsir menekuni pelajaran lain. Demikian Natsir mengatur jadwal belajarnya selama enam hari. Tidak pernah dalam sepekan itu Natsir keluar rumah untuk berleha-leha. ——— — 15 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer Kesungguhan belajarnya itu, tidak sia-sia. Pada kuartal pertama, Natsir mendapat nilai sembilan untuk bahasa Latin, padahal di antara kawan satu kelasnya ada yang mendapat nilai empat, bahkan ada pula yang mendapat nilai tiga. Untuk bahasa Latin, Natsir mendapat nilai sembilan, tetapi untuk bahasa Belanda hanya dapat nilai lima. Melihat nilai bahasa Belandanya yang tidak bagus, seorang guru bertanya kepada Natsir, “Engkau berasal dari MULO mana?” Ketika Natsir menjawab, dari MULO Padang, sang guru berkata dengan nada mengejek,“Wah! Pantaslah.” Pedih hati Natsir. MULO Padang memang menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu, tetapi sekolah tempatnya belajar diejek, Natsir tidak rela. Sejak itu Natsir memberanikan diri terus mencrus berbahasa Belanda. Dia masuk ke perpustakaan. Buku-buku berbahasa Belanda dilahapnya. Dalam satu pekan, ditamatkannya satu buku. Di rumah, bila sedang sendirian, Natsir membaca beberapa bagian dari buku dengan suara keras. Seorang kerabat Natsir, Bachtiar Effendi yang duduk di kelas lain, bahasa Belandanya lebih baik dari Natsir. Kepada kerabatnya itu Natsir belajar, Kerabatnya itu, pandai pula berdeklamasi. Natsir pun belajar berdeklamasi dalam bahasa Belanda. Bachtiar menunjukkan kepada Natsir bagaimana cara berdeklamasi yang baik. Dia tunjukkan bagaimana suara harus turun-naik. Bagaimana ekspresi wajah. Bagaimana gerak tangan. Bagaimana gerak-gerik tubuh. Pokoknya semua yang berkaitan dengan berdeklamasi_yang baik diajarkan oleh Bachtiar. Kepandaian Natsir berbahasa Belanda meningkat. Pada akhir tahun pelajaran, ada lomba deklamasi berbahasa Belanda. Tanpa ragu, Natsir mendaftar. Dia mengambil puisi karya Multatuli berjudul “De Bandjir’. Beberapa kali Natsir berlatih membaca puisi itu di depan Bachtiar yang terus mengoreksi dan memperbaiki. Ketika tiba saatnya, Natsir tampil dengan penuh percaya diri mendeklamasikan “De Bandjir’. Sesudah selesai, tepuk tangan bergemuruh. Mata Natsir melirik. Guru yang pernah mengejek MULO Padang, turut pula bertepuk tangan, BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, 16 ipa! dengan Concer walaupun senyumnya masih tampak sinis, “Tak apa,” kata Natsir, dalam hati, Juri memutuskan Natsir menjadi juara pertama. Dia mendapat hadiah buku karangan Wetenenk, Waar Mensen Tigger Buren Zijn (Di Mana Manusia dan Harimau Hidup Sejiran). Hati Natsir puas. Bukan lantaran dia menjadi juara pertama, tetapi karena dia telah membuktikan bahwa lulusan MULO Padang dapat pula berbahasa Belanda dengan baik. Dengan cara itu, Natsir merasa telah mengembalikan dan mengangkat martabat MULO Padang. Ketika Natsir pulang berlibur, ditunjukkannya hadiah juara pertama lomba deklamasi itu kepada ayah dan ibunya. Wajah keduanya tampak berseri-seri. ‘Tugas yang Membuka Mata DIKELAS 5 A (AMS dimulai dari kelas 4), Natsir bertemu lagi dengan guru yang pernah mengejek MULO Padang. Guru ini mengajar Ilmu Bumi, tepatnya Imu Bumi-Ekonomi. Hati Natsir sedikit panas karena sang guru suka menyindir dan mengejek pergerakan politik kaum nasionalis. Dia tidak setuju murid-murid AMS ikut membicarakan politik. Terlepas dari sikapnya itu, cara mengajar guru Ilmu Bumi-Ekonomi ini menarik. Dia tidak hanya menyuruh muridnya menghapal buku atau diktat, Dia suka mengajak diskusi. Dimajukannya satu soal, lalu murid- muridnya diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Ramai dan hiduplah kelas dengan diskusi. Pada suatu hari, guru Ilmu Bumi-Ekonomi ini menawari kepada seluruh murid di kelas untuk membahas secara tertulis “Pengaruh Penanaman Tebu dan Pabrik Gula bagi Rakyat di Pulau Jawa’. Entah karena tertarik kepada tema yang ditawarkan, atau panas oleh sikap politik sang guru kepada kaum pergerakan nasional, Natsir cepat mengacungkan jari, menerima tantangan menulis makalah. Terlihat bibir guru Imu Bumi- Ekonomi itu tersenyum sinis waktu mencatat nama Natsir sebagai murid ——_—— 7 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR [KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer yang akan menulis karangan dalam bahasa Belanda mengenai pengaruh penanaman tebu, Natsir mendapat waktu 15 hari untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam masa dua pekan itu, Natsir membaca buku-buku mengenai pabrik gula di Perpustakaan Gedung Sate. Dia kumpulkan majalah-majalah yang diterbitkan oleh kaum pergerakan. Dipelajarinya notulen perdebatan di Volksraad (Dewan Rakyat). Sesudah mempelajari semua bahan, ditulislah oleh Natsir satu makalah, lengkap dengan angka-angka statistik, mengenai nasi rakyat di Pulau Jawa, di mana ada pabrik gula. Pada waktu yang telah ditentukan, Natsir membacakan karya tulisnya yang berbahasa Belanda itu di depan kelas, disimak secara saksama oleh guru Ilmu Bumi-Ekonomi yang memberinya tugas. Empat puluh menit lamanya Natsir menyampaikan bukti-bukti yang nyata bahwa tidak benar rakyat di Jawa mendapat keuntungan besar dari beroperasinya pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang diuntungkan oleh pabrik gula itu ialah para pemilik modal dan para bupati yang memaksa rakyat supaya menyewakan tanahnya kepada pabrik gula dengan harga rendah. Sistem pabrik gula itu menyebabkan petani yang miskin tetapi merdeka berubah menjadi buruh pabrik yang terikat kepada upah dan tidak pernah terbebas dari hutang terus menerus. Sclama Natsir membacakan karya tulisnya, suasana kelas hening. Di suatu sudut, guru Ilmu Bumi-Ekonomi terlihat menyimak secara saksama dengan wajah yang kadang-kadang menunjukkan rasa tidak suka. Tempo- tempo dia memperlihatkan mimik heran, Barangkali dia tidak menyangka ada murid kelas 5 AMS yang mengemukakan analisa tajam mengenai pengaruh pabrik gula bagi rakyat di Jawa dalam bahasa Belanda yang fasih. Mungkin dia juga kaget, analisa yang keluar dari murid kelas 5 AMS itu berbeda dari yang dia harapkan. Di lubuk hatinya yang paling dalam, Natsir merasa berterima kasih kepada guru IImu Bumi-Ekonomi yang telah memberinya tugas membuat makalah itu. Dengan tugas itu, terbukalah mata Natsir terhadap penderitaan BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur akibat penjajahan Belanda yang kapitalistik. Natsir juga berterima kasih, karena untuk pertama kalinya dia mampu melakukan penyelidikan mengenai masalah yang terjadi di masyarakatnya. Sesudah menyelesaikan tugas dari guru Ilmu Bumi-Ekonomi, Natsir makin tertarik kepada kegiatan politik. Dia makin tertarik menyimak pendapat tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan seperti Haji Agus Salim, dan Tjipto Mangunkusumo. Setelah mata pelajaran di sekolah tidak lagi menjadi beban berat, makin intenslah Natsir berkomunikasi dengan tokoh- tokoh pergerakan nasional. Di Depan Hotel Homan MESKIPUN tekun belajar, Natsir bukanlah jenis manusia yang melupakan kebutuhan untuk berekreasi. Tiap Sabtu petang, Natsir memiliki acara khusus. Sesudah mandi di Sabtu petang itu, Natsir memakai baju yang telah disterika licin, memakai pantalon lengan panjang, dan berjas tutup. Anak muda yang sudah tampil parlente itu kemudian pergi berjalan kaki ke suatu lokasi favoritnya di depan kantor polisi. Di sana, Natsir makan sate Madura di kedai Madrawi. Sesudah menghabiskan sate Madura, Natsir berkeliling di Pasar Baru, sekadar untuk mencuci mata, mengendurkan syaraf-syaraf yang tegang sesudah menguras otak belajar di sekolah selama satu pekan, Lalu, dengan berjalan kaki, Natsir pulang dari Pasar Baru melalui Hotel Homan. Di sana ada sesuatu yang menarik yang terlampau sayang untuk dilewatkan. Di depan Hotel Homan, Natsir berdiri mendengarkan suara musik yang mengalun merdu dari hotel. Itulah suara musik orkestra Hotel Homan yang dimainkan setiap Sabtu petang. Di antara alunan suaramerdu orkestra, Natsir menikmati dengan penuh minat suara gesekan biola. Mendengar suara biola, Natsir teringat kepada biolanya. Natsir rindu kepada biolanya. Akan tetapi, karena takut pelajarannya terganggu, biola —— — 19 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR [KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer kesukaannya itu untuk sementara disingkirkan dulu. Baik secara fisik maupun dari ingatannya.(] —— +s __ 20 ST BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer ¢ +7 JALAN HIDUP BERUBAH Dipl dengan ConScamer JALAN HIDUP BERUBAH Menjawab Dr. Christoffel PADA MASA bersekolah di AMS inilah Natsir berkenalan dengan Ahmad Hassan (1887-1957).* Natsir menyapa Guru Utama Persatuan Islam (Persis, didirikan di Bandung pada permulaan tahun 1920-an)° kelahiran Singapura berdarah Indonesia dan India itu dengan panggilan Tuan A. Hassan, Adalah sahabat karib Natsir, Fachruddin, yangmemperkenalkannya kepada Hassan. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1927. Natsir tertarik kepada kesederhanaan Hassan, kepada kerapihannya, kepada kealimannya, juga kepada ketajamannya ketika bertukar pikiran. Dalam pandangan Natsir, Hassan adalah seorang alim yang original, seorang ulama besar yang berkepribadian tinggi, seorang ahli perusahaan yang praktis, dan seorang ahli debat yang tidak canggung menyampaikan pendapatnya. Dengan ketertarikan dan penilaian seperti itu, seringlah Natsir berkunjung ke rumah Hassan yang terletak di belakang gedung pegadaian, Bandung. Di bagian kanan rumah Hassan ada mesin cetak yang dijalankan dengan tangan. Hassan mempunyai usaha percetakan. Untuk mengoperasikan percetakan itu dia dibantu tiga orang karyawan. Dua orang zetter (tukang ketik), dan seorang drukker. Hassan sendiri yang mengatur opmaak (perwajahan, tata letak) Ketika Natsir berkenalan dengan Hassan, tokoh yang kelak menjadi guru sekaligus sahabatnya itu sedang menyusun tafsir Al-Qur'an yang diberi judul Tafsir Al-Furgan, Hassan sendiri yang menulis, dia yang mengoreksi, Tentang Ahmad Hassan selanjutnya, lihat: Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 41900-1942, Jakarta, LP3ES, 1988, him. 97-100. Lihat juga "Ahmad Hassan: Guru Utama Per- sis" dalam Dadan Wildan, Yong Da'r Yong Poltikus Hayat don Perjuangan Lima Tokoh Persis, Bandung, Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam dan PT Remaja Rosdakarya, 1999, him. 19-50. Deliar Noer, op.Cit, him. 95. Dalam keterangan resmi situs www persis.or.i, lembaga ini berdiri pada tahun 1923. (edt.) BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN 22 ipa! dengan Concer dia mengajari karyawannya bagaimana cara menjilid, dia sendiri pula yang mengatur bagaimana dan ke mana memasarkan kitabnya itu. ‘Natsir sungguh-sungguh tertarik kepada Tuan Hassan! Setiap ada waktu senggang, Natsir berkunjung ke rumah Hassan, Kadang-kadang bersama Fachruddin, sering pula sendirian. Setiap Natsir berkunjung, selalu didapatinya Hassan sedang bekerja. Entah sedang di tempat zefterij percetakan, entah sedang mengoreksi naskah yang sudah dizet, entah sedang membaca buku, entah pula sedang menulis Tafsir Al- Furgan, Setiap kali Natsir datang, Hassan selalu menghentikan pekerjaannya untuk melayani anak muda itu bercakap-cakap, bertukar pikiran. Oleh sikap Hassan seperti itu, Natsir merasa tidak enak. Dia merasa telah mengganggu Hassan bekerja. Oleh karena itu, Natsir balik badan, hendak meninggalkan kediaman Hassan. Akan tetapi, Tuan Hassan rupanya melihat kedatangan Natsir. Diapun memanggil anak muda itu, “Natsir, jangan pergi. Duduklah!” Natsir menjawab panggilan Hassan.“Tuan, teruslah bekerja. Tidak perlu menghentikan pekerjaan. Saya datang tidak untuk keperluan khusus,” kata Natsir, Akan tetapi, Hassan tidak menghentikan kebiasaannya itu. Setiap kali Natsir datang, Hassan selalu menghentikan pekerjaannya dan melayani Natsir bertukar pikiran, Bagi Hassan, bertukar pikiran dengan Natsir rupanya dianggap lebih penting dari semua pekerjaannya. Begitulah, Setiap kali Natsir datang, Hassan melayani anak muda itu bertukar pikiran mengenai masalah-masalah Islam, soal-soal politik, dan hal ihwal kemasyarakatan, Semua percakapan itu membekas di hati dan pikiran Natsir, apalagi Hassan menghadiahi Natsir satu tafsir Quran berbahasa Inggris karya Mohammad Ali. Perkenalan dengan Tuan A. Hassan, mendorong Natsir untuk mendalami kembali pelajaran agama Islam yang sudah dimulainya sekian tahun yang lalu di Solok dan yang kini terbengkalai. Dari hari ke hari Natsir makin tertarik mempelajari kembali ajaran Islam. ‘Ada satu peristiwa di masa itu yang makin mendorong Natsir untuk - 23 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer lebih mendalami Islam. Suatu hari seluruh murid satu kelas diundang oleh guru menggambar untuk mendengarkan pidato seorang Domine (Pendeta Kristen Protestan) di suatu gereja. Ada dua pidato yang disampaikan sang Pendeta di gereja itu. Pidato pertama berjudul “Quran en Evangelie (Perbandingan antara Quran dengan Ajaran Nabi Isa)”. Pidato kedua berjudul“Muhammad als Profeet (Muhammad sebagai Rasul)”. Baru sekali itu Natsir masuk ke dalam gereja untuk mendengarkan Khutbah seorang pendeta. Cara Dr. Christoffel menyampaikan khotbahnya cukup baik, halus, dan tidak memaki-maki Islam. Akan tetapi, kalau diresapi terasa juga serangannya kepada Islam yang halus tetapi tajam. Christoffel memulai ceramahnya dengan memuji agama Islam dan Nabi Muhammad, tetapi kesimpulannya; yang benar-benar rasul hanyalah Nabi Isa Al-Masih. Pedih hati Natsir menyimak khotbah Christoffel. Mau menyanggah tidak bisa, karena ceramah di gereja itu bersifat monolog. Puas atau tidak puas, pendengar hanya boleh mendengarkan ceramah itu tanpa boleh protes. Untunglah keesokan harinya sebagian ceramah Dr. Christoffel itu dimuat di surat kabar Algemene Indish Dagblad (AID), schingga Natsir memiliki hak dan kesempatan untuk membantah ceramah Christoffel itu. Didorong oleh keinginan memberi bantahan yang bermutu, Natsir membaca beberapa buku, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Inggris, mengenai Islam dan riwayat Nabi Muhammad 3%, Dalam rangka menyiapkan bantahan terhadap pidato Dr. Christoffel, hampir setiap sore Natsir datang ke ramah Hassan, untuk meminta petunjuk dari tokoh yang dia yakini kedalaman ilmu dan keluasan pengetahuannya itu. Akan tetapi, Tuan Hassan tidak mau memberi petunjuk instan apalagi mengunyahkan bagaimana cara membantah pendapat pendeta Kristen Protestan itu. Yang dilakukan oleh Hassan ialah memberi tahu di kitab atau buku mana terdapat alasan kuat untuk membantah pidato Christoffel. Natsir disuruh mempelajari sendiri buku dan kitab-kitab itu, dan menyusun sendiri tulisan untuk membantah pendapat Christoffel. Baik atau buruk bantahan itu, harus menjadi hasil pemikiran dan tanggungjawab Natsir sendiri. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, 24 ipa! dengan Concer M. Natsir duduk paling kiri dan A. Hassan nomor dua dari kanan bersama anggota Persatuan Islam di Bandung. M. Natsir dan A. Hassan dan para aktifis Persatuan Islam di rumah H. Tamim di Bandung. bemeorany ate ae 25 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN ipa! dengan ConSoamer Sesudah bersusah payah dan bersungguh-sungguh, akhirnya tulisan Natsir selesai, dan dimuat di surat kabar AID. Itulah untuk pertama kali Natsir mengumumkan pendiriannya di media massa. Karangan Natsir itu oleh A. Hassan kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul, Quran en Evangelie, Muhammad als Profeet.!° Natsir selalu datang menemui Hassan dengan membawa permasala- han. Sesudah persoalan dibentangkan, lalu dikaji bersama. Sering kali, Natsir dan Hassan berdebat, Di lain kesempatan, Hassan yang melontarkan masalah, Jika Natsir tidak mampu memecahkan masalah yang dilemparkan, maka Hassan membawakan sejumlah buku untuk dipelajari, Pada pertemuan berikutnya, Natsir harus dapat menguraikan persoalan yang diajukan oleh Tuan Hassan, Begitulah kiranya cara Tuan A.Hassan membimbing anak muda, Mohammad Natsir dan Ustad Ghozie AQ, cucu dari A. Hassan © Muhammad als Profeet kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Abdul ‘Aziz dan dimuat dalam M. Natsir, Kebudayaan Islam dalam Perspektf Sejarah, Jakarta, Girimukti Pasaka, 1988, him, 3-32. 6 — BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIDADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN Dipl dengan ConSoamer Menempuh Jalan Perkhidmatan SEMENJAK peristiwa Chirtoffel itu, makin besar minat dan perhatian Natsir terhadap soal-soal kemasyarakatan dan perkembangan di sekitar, lebih-lebih yang berkenaan dengan soal-soal Islam dan kaum Mustimin, Diantara yang menarik perhatian Natsir ialah para pemuda dan pelajar seusia Natsir yang pergaulan sehari-harinya tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam. Mereka tidak bangga dengan identitas kemuslimannya. Mereka tidak lagi menjalankan ibadah sebagaimana mestinya. Natsir berhasrat untuk “memanggil mereka” agar kembali meng- hormati agamanya, dan berangsur-angsur menaati ajaran agama, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun yang berkenaan dengan ibadah seperti shalat, dan puasa di bulan Ramadhan. Natsir tahu, bahkan merasakan sendiri, betapa hebat pengaruh buku-buku Barat (Belanda, Inggris, dan lain-lain) terhadap para pemuda, pemudi, dan murid-murid sekolah menengah, sehingga mereka seringkali tidak menghormati agamanya sendiri. Dengan pengetahuan keislamannya yang masih terbatas, Natsir ingin memanggil mereka kembali ke pangkuan Islam, Dengan niat seperti itu, Natsir memberanikan diri memberi pelajaran agama Islam di MULO, dan di Sekolah Guru “Gunung Sahari” di Lembang. Selain giat menimba ilmu kepada Tuan Hassan dan mengajar, Natsir aktif di JIB cabang Bandung Di JIB, Natsir mulai memberi ceramah agama Islam, dan berdebat. Di masa inilah Natsir bertemu dengan Kasman Singodimedjo (1904-1982), Mohamad Roem (1908-1983), Prawoto Mangkusasmito (1910-1970), dan lain-lain. Di masa ini pula Natsir berkenalan dengan Putti Nurnahar (1905-1991), aktivis JIB Dames Afdeling (IBDA, JIB Bagian Putri) yang kelak menjadi istrinya. Semua ceramah dan pelajaran yang diberikan Natsir di sekolah menengah disampaikan dalam bahasa Belanda, sebab kalau disampaikan dalam bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian dari para pemuda dan pelajar yang mengaku sebagai kaum intelektual itu. Orang yang —— 27 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN Dipl dengan ConScamer menggunakan bahasa Indonesia di masa kolonial Belanda, dianggap tidak intelektual. Saat Natsir duduk di kelas terakhir (kelas VI) AMS, dia menyusun diktat pelajaran shalat dalam bahasa Belanda, berjudul Komt Tot Het Gebed sebagai bahan pelajaran untuk murid-murid sekolah menengah. Selain diktat tersebut, Natsir juga menulis beberapa buku kecil dalam bahasa Belanda yang digemari oleh mereka yang menyebut dirinya kaum intelektual itu. Buku-buku itu adalah Het Islamieten Geloof (Iman), Golden Regels Uit den Quran (Kalimat Emas dari Quran), dan De Islamietische Vrouwen Haar Recht (Hak-hak Seorang Wanita Islam). Walhasil, semakin dekat kepada ujian akhir AMS Afdeling A-II, makin jauh pula minat Natsir kepada gelar Meester in de Rechten yang dahulu menjadi cita-cita dan alasan memasuki AMS. Di tengah berbagai kesibukan mengaji kepada A.Hassan, dan “memanggil pulang” teman-teman segenerasinya, nilai ujian akhir AMS yang tertera di ijazahnya ternyata tetap baik. Dengan nilai akhir yang diperolehnya, Kepala AMS memberitahu Natsir bahwa dengan nilai yang diperolehnya dia berhak melanjutkan pendidikan dengan mendapat beasiswa di Recht High Schoolen (RHS, Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta. Beasiswa juga menjadi hak Natsir jika dia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi di Rotterdam, Negeri Belanda. Kemungkinan ketiga, Natsir bisa mendapat gaji 130,00 Gulden jika menjadi pegawai negeri. Aneh! Kata Natsir dalam surat kepada anak-anaknya, hampir 30 tahun kemudian, semua itu tidak menarik seleranya sama sekali, Anak muda yang baru lulus AMS itu merasa ada sesuatu yang lebih penting daripada melanjutkan pendidikan atau menjadi pegawai, Anak muda itu ingin menempuh jalan lain. Dia ingin berkhidmat kepada Islam secara langsung, Bagi Natsir sendiri sesungguhnya belum jelas benar apa yang hendak dia lakukan, tetapi tanpa banyak berpikir lagi anak muda itu memutuskan tidak akan melanjutkan pendidikan ke fakultas manapun! Sesudah bulat dengan keputusannya itu, Natsir berkirim surat kepada a BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer ayah dan bundanya, memberi tahu jalan hidup yang akan dipilih, yaitu melepaskan cita-cita untuk memperoleh gelar Meester in de Rechten, dan memohon agar kedua orangtuanya merestui jalan yang akan dia tempuh. Cemas juga Natsir menunggu balasan surat dari kedua orang tuanya. Dia Khawatir ayah dan bundanya tidak memberi restu bagi jalan hidup yang akan dia tempuh. Ternyata Idris dan Khadijah mempunyai jiwa yang sangat besar. Dalam surat balasan yang diterima Natsir beberapa waktu kemudian, ayah dan bundanya bukan saja merestui jalan hidup yang akan ditempuh oleh Natsir, keduanya juga mendoakan supaya anak laki-lakinya itu berhasil meraih cita-cita, Mereka tahu, jalan hidup yang akan ditempuh Natsir adalah jalan hidup yang diridhai Allah 3. Dari episode ini, Natsir mencatat hal-hal sebagai berikut: 1. Kecintaan ayah dan bunda kepadanya yang tidak mengenal batas. 2. Lindungan dan bimbingan Tahi yang terus dia rasakan di dalam menempuh hidup. 3. Berkenalan langsung dengan Tuan A. Hassan yang amat besar pengaruhnya terhadap jalan hidup Natsir selanjutnya. 4, Mulai merasakan bagaimana nasib rakyat jajahan, dan 5. Timbul hasrat yang bergelora dan tidak tertahankan, terjun langsung ke masyarakat untuk berbakti kepada Allah 3é dan berkhidmat kepada Islam, dan dengan demikian menolong serta mengangkat derajat rakyat yang sedang ditindas oleh kaum penjajah. Meskipun A. Hassan telah memberi pengaruh besar terhadap jalan hidupnya, namun Natsir mengaku ada tiga orang yang mempengaruhi alam pikirannya. Ketiga tokoh itu ialah Tuan A. Hassan, Haji Agus Salim, dan Syaikh Ahmad Soorkati, pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyah." * Mohammad Natsir, Politik Melalui Jalur Dokwah, Jakarta, Panitia Peringatan Refleksi Seabad Mohammad Natsir Pemikiran dan Perjuangannya bekerjasama dengan Penerbit Media Dakwah, 1429/2008, him. 8-9. Tentang Syaikh Ahmad Soorkati dan Al-Isyad, Deliar Noer, ibid, him. 73-80. EE oe 29 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer Tuan Hassan diakui Natsir sebagai gurunya di bidang keagamaan, Natsir tertarik kepada cara Hassan menginterpretasikan Islam dengan menghubungkannya dengan kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ia memberantas khurafat, kekolotan, dan kebekuan. “Semakin saya ikut ceramah-ceramahnya, semakin bersimpati saya kepadanya.” kenang Natsir sambil menambahkan, “Tuan Hassan selalu menanamkan kebiasaan percaya diri dan jangan takut salah. Jika nanti ternyata salah, perbaiki lagi. Ia selalu memberi tamsil ‘anak itu kalau digendong terus tak akan pandai berjalan”. Dalam bidang politik, Natsir banyak diilhami oleh pemikiran Haji Agus Salim. Bersama Natsir, yang juga banyak menimba ilmu dari Haji ‘Agus Salim adalah Mohamad Roem, Jusuf Wibisono (1909-1982), Kasman Singodimedjo, dan Prawoto Mangkusasmito. Agus Salim juga mendidik generasi muda sama seperti yang dilakukan oleh Tuan Hassan. Jika Natsir datang membawa permasalahan kepada Salim, tokoh itu lalu memberi tahu cara menganalisisnya, tetapi Natsir sendiri yang harus mengambil keputusan. “Para sesepuh (yang benar),” kata Natsir, “biasanya selalu ingin melihat kita memecahkan persoalan sendiri. Setelah benar- benar mengalami kesulitan yang tidak dapat kami pecahkan, barulah ditunjukkan bagaimana memecahkan kesulitan yang dihadapi, itupun dengan cara yang tidak langsung. Dan dengan cara itu tumbuh keberanian dan kedewasaan yang pada akhirnya lahir corak kepemimpinan baru." Dari Syaikh Ahmad Soorkati, Natsir banyak belajar mengenai pemiki- ran Rasyid Ridha. Mengenai Syaikh Soorkati, Natsir punya pengalaman yang tidak dapat dilupakan, Suatu hari, dia datang ke rumah Soorkati di Jakarta. Saat itu di rumah Soorkati sedang ada pengajian. Begitu Natsir masuk, Soorkati memperkenalkan tamunya itu kepada jamaah pengajian, teman-teman Al-Irsyad, “Saudara sekalian, Saudara Natsir tinggal di Bandung. Ia punya kegiatan pendidikan yang lebih besar dari apa yang kita lakukan.” Dingin kuduk Natsir mendengar cara Soorkati memperkenalkan AW. Pratiknya (Penyunting), Percokepan Antar Generasi Peson Perjuongan Seorong Bopak, Jakarta-Yogyakarta, DDII-Labda, 1989, him. 26, 29, dan 30. AW. Pratiknya, ibid, him, 30-31. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN 30 ipa! dengan Concer dirinya, Dia merasa, Soorkati terlampau berlebihan. “Tapi begitulah antara Iain cara Syaikh Soorkati;’ kenang Natsir." Daripertemuannya dengan ketiga tokoh diatas, Natsirmembericatatan penting terhadap cara mereka membimbing generasi muda. Hassan, Salim, dan Soorkati tidak pernah mendiktekan kehendaknya. Natsir dan kawan- kawan diperlakukan sebagai pribadi. Ketiga tokoh itu beranggapan bahwa yang muda itu bisa tumbuh, dan mereka berperan sebagai pembimbing. “Schingga hubungan kami tidak kaku” kata Natsir."> Selain ketiga tokoh tersebut, ada satu tokoh lagi yang memberi kesan mendalam kepada Natsir. Tokoh itu ialah Haji Oemar Said Tjokroaminoto (1882-1934), Untuk pertama kalinya Natsir bertemu dengan tokoh utama Sarekat Islam itu di stasiun kereta api Bandung. Lelaki dengan kumis tebalnya yang khas itu sedang melakukan kegiatan turun ke bawah (turba), dan dijadwalkan akan mengunjungi cabang-cabang SI di daerah Bandung dan sekitarnya. Sebagai aktivis SI, Natsir turut menjemput kedatangan Tjokroaminoto. Begitu bertemu, sudut mata Natsir segera menangkap pemandangan tidak biasa. Pemimpin karismatik yang dijuluki “Raja Jawa tanpa Mahkota” itu, turun dari kereta api sambil menenteng veldbed (tempat tidur yang bisa dilipat), Penasaran dengan pemandangan yang tidak biasa itu, sesudah berkenalan, Natsir langsung menyergap Tjokroaminoto dengan pertanyaan, “Mengapa Tuan membawa veldbed?” Orator ulung dan guru dari banyak aktivis pergerakan kemerdekaan itu tersenyum lebar, Sambil menatap wajah Natsir, Tjokroaminoto berkata: “Saya tidak mau menjadi beban orang yang saya datangi. Dengan veldbed ini saya bisa menginap di mana pun, Di masjid, atau di mana pun”"’ Pembela Islam NATSIR memulai jalan hidup baru berbekal uang 65,00 Gulden hasil | Pratiknya, ibid, him. 31. 4% AW. Pratiknya, ibid, him, 31-32. © Nugroho Dewanto dan Redaksi KPG (Tim Penyunting), Natsir Politik Sontun di Antara Dua Rezim, Jakarta, KPG, 2011, him. 73. a 3 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR [KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer dari menghemat beasiswa yang dia peroleh selama tiga tahun belajar di AMS. Bermodalkan uang itu, Natsir menyewa rumah di daerah Ciateul dengan sewa 3,50 Gulden/bulan, dan sewa listrik 1,75 Gulden/bulan. Dibelinya kompor minyak, piring, gelas, dan lain-lain peralatan dapur. Siang hari, Natsir bekerja bersama A.Hassan menerbitkan Majalah Pembela Islam. Malam hari, menelaah tafsir Al-Qur’an, membacakitab-kitab berbahasa Arab, termasuk Majalah Al-Manar, dan buku-buku berbahasa Inggris. Dari Pembela Islam, Natsir mendapat honor 20,00 Gulden/bulan. Cukup untuk sewa rumah, uang makan, dan sedikit uang saku. Sebagai redaktur Pembela Islam, dari hari ke hari Natsir berhadapan dengan soal-soal politik dan masalah-masalah keislaman.Kelak Pembela Islam dikenal sebagai media massa yang responsif terhadap mereka yang menyalahpahami ajaran Islam atau mencela Islam. Ketika seorang perempuan bernama Soewarni (kemudian menjadiistri Mr. A. Karim Pringgodigdo) mengejek poligami, Pembela Islam langsung menyahuti ejekan itu.” Demikian juga ketika dr. Soetomo di Surabaya mengatakan “pergi ke Digul lebih baik daripada pergi ke Makkah’, Pemibela Islam tampil ke depan menjawab Soetomo. Dalam waktu singkat, Pembela Islam sangat popular. Pelanggannya tersebar di seluruh Indonesia, Di mana-mana orang membicarakan Pembela Islam, Ada yang pro, tentu saja ada yang kontra, Oleh pihak yang kontra, Pembela Islam dianggap sebagai media pemecah belah persatuan. Semua makian dan tuduhan itu tidak dipedulikan. Pembela Islam jalan terus. Menjadi pendirian Pembela Islam untuk memisahkan barang yang benar dari barang yang tidak benar, Sebagai redaktur Pembela Islam, sejak awal Natsir sadar bahwa setiap orang yang mempunyai pendirian dan keyakinan serta memperjuangkan Beberapa tahun kemudian, ketika Seorang perempuan bernama Siti Soemandari menista Nabi Muhammad, giliran Berita Nohdlotoel Oelama beberapa nomor berturut-turut, ‘mengecam tulisan Siti Soemandari di surat kabar Bangoen itu. Pada edisi 28 Syawal 1357/1 Januari 1938, Berita Nahdiatoe! Oelama menegaskan pendiriannya: “Penghargaan kita pada persatuan nasional, tidak sekali-kali membuta tuli ridla mengorbankan kesucian aga- ‘ma kita, kehormatan Nabi besar, syariat Islam kita, kebenaran kita, kemuliaan dan umat, dan kebesaran masyarakat kita.” BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, 32 ipa! dengan Concer keyakinannya itu, dia harus membiasakan diri_ mempunyai lawan yang menentangnya. Dia harus yakin bahwa Allah 3¢ membenarkan pendiriannya. SelainmeresponsSoewarnidan Soetomo, Pembela Isiamharusberhadapan dengan Ir. Sukarno (1901-1970), pendiri dan Pemimpin Besar Partai Nasional Indonesia (PND). Sukarno amat tangkas berbicara di atas podium. Retorikanya menyedot perhatian massa, Oleh karena itu, nama Sukarno makin popular. Setiap terdengar kabar dia akan berpidato, dari segenap pelosok orang berduyun-duyun mendatangi tempat Sukarno akan berorasi. Cara pidato Bung Karno mampu membangkitkan semangat perjuangan. . Natsir dan kawan-kawan termasuk yang tertarik kepada pidato Bung Karno. Meskipun Natsir sudah paham isi pidato Sukarno, tetapi cara tokoh_ pergerakan itu menyampaikan pidato tetap memikat hatinya. Akan tetapi lambat laun Natsir dan kawan-kawan yang tergabung dalam JIB merasakan ada perbedaan yang tajam dengan Sukarno. Bung Karno tidak mau membawa agama di dalam perjuangannya. Cukup nasionalisme saja. Karena, kata Sukarno dan kawan-kawan, kalau agama dibawa-bawa akan menceraiberaikan perjuangan. Berbeda dengan Sukarno, Natsir dan kawan-kawan berpendapat, dalam perjuangan mencapai kemerdekaan, dorongan agama Islam justru lebih kuat. Selain perbedaan itu, dalam kampanye PNI dan dalam pidato- pidatonya, Sukarno sering terdengar mengejek ajaran Islam. Kejadian-kejadian itu dibicarakan olch Natsirbersama Fachruddin dan A. Hassan dalam rapat redaksi Pembela Islam. Maka, pada nomor-nomor berikutnya, Pembela Islam menurunkan tulisan yang menjawab opini Bung Karno mengenai Islam. Cara Pembela Islam mengupas persoalan terkenal tajam dan pedas. Natsir sendiri lebih banyak menulis analisa, Natsir berpendapat, gerakan kebangsaan yang dikembangkan oleh Bung Karno pada saat itu, mengandung bibit-bibit perpecahan dan kebencian kepada Islam. Sukarno terkesan memandang enteng kepada Islam. EE oe 33 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer Dalam pada itu, PNI selain bukan satu-satunya partai yang berjuang, menentang penjajahan, juga bukan yang pertama. Berbelas tahun sebelum PNI lahir, sudah ada Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI), menjadi Partai Sarekat Islam (PSI), hingga akhirnya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) di bawah pimpinan H. Omar Said. Tjokroaminoto (1882-1934), dan H.Agus Salim (1884-1954) yang berjuang melawan kolonialisme Belanda.'* Maka Natsir dan Pembela Islam sampai pada kesimpulan harus memperkuat dan menyokong perjuangan politik Islam melalui PSII. Pada 1930, Natsir diminta oleh Ketua PSII Cabang Bandung, Sabirin, untuk masuk menjadi anggota PSII. Permintaan itu dipenuhinya. Mengenai keikutsertaannya di dalam PSH, kepada wartawan Agus Basti, Natsir bercerita, “Sejak saat itu saya berkecimpung dalam politik. Apalagi saya lihat PNT begitu kuat. Makanya saya perlu memperkuat diri di PSII itu.’?Natsir juga tercatat pernah bergiat di dalam Partai Islam Indonesia (PII) yang didirikan oleh Dr. Sockiman Wirjosandjojo (1898-1974) pada 1938, Natsir adalah Ketua PII Cabang Bandung” Tujuan PII menurut Anggaran Dasarnya ialah: Menyiapkan rakyat Indonesia untuk menerima kedudukan sempurna di Indonesia untuk agama Islam dan penganut-penganutnya, Ia akan berusaha mencapai tujuan ini dengan jalan mempererat tali persaudaraan antara umat Islam dan antara organisasi-organisasinya dan dengan jalan menginsafkan rakyat akan haknya, untuk mengatur kehidupannya menurut peraturan agama Islam?! Di sekitar masa inilah lahir tulisan-tulisan Natsir mengenai Islam dan Kebangsaan dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut: 1, Islam bukan semata-mata agama dalam arti ibadah -dengan pengertian 3 Telaah mengenai Sarekat Islam, lhatlah antara lain Anton Timur Djaelani, Gerakan Sarekat {slam Kontribusinya pada Nasionatisme Indonesia, Jakarta, LP3ES, 2017. ® Mohammad Natsir, op.it,, him, 13-14, ® Deliar Noer, op.Ct., him. 177. * AXK.Pringgodigdo S.H., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta, Dian Rakyat, 1977, him. 132. ae BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. KEPRIDADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer sempit- kepada Allah $¢ saja. 2. Islam menentang penjajahan manusia atas manusia. Jadi, umat Islam wajib berjuang untuk mencapai kemerdekaannya. 3. Islam memberi dasar-dasar yang tertentu untuk satu negara yang merdeka (ideologi). 4, Umat Islam wajib mengatur negara yang merdeka itu atas dasar bernegara yang ditetapkan oleh Islam. 5. Tujuan ini tidak akan dapat dicapai oleh umat Islam apabila mereka turut berjuang mencapai kemerdekaan dalam partai kebangsaan semata-mata, apalagi yang sudah bersifat membenci Islam. 6. Oleh karena itu umat Islam masuk dan memperkuat perjuangan mencapai kemerdekaan yang berdasar cita-cita Islam dari semula. Meskipun perbedaan pendapat antara Natsir dan kawan-kawan dengan Sukarno dan para pengikutnya relatif tajam, tetapi tidak pernah terjadi bentrok fisik di antara dua kelompok ini. Dalam hal perbedaan ide, memang akhirnya antara Natsir dan Sukarno ada garis pemisah, tetapi hubungan pribadi mereka tetap dekat. Ketika Sukarno ditangkap, diadili, dan dijebloskan ke penjara Sukamiskin, adalah kelompok Pembela Islam -orang-orang yang dalam hal gagasan tidak sepaham dengan Bung Karno-- yang pertama kali menjenguk Sukarno, “Bukan orang PNI;” kata Natsir seperti dikutip Editor No. 22/ Tahun VI//20 Februari 1993.” Ketika Sukarno diadili oleh pemerintah kolonial Belanda di muka Landraad Bandung, Pembela Islam tampil dengan serangkaian tulisan membela Sukarno, Salah satu dari rangkaian tulisan pembelaan terhadap Sukarno ialah tulisan Haji Agus Salim yang lantang dan tajam berjudul “Hakim, Hukum, dan Keadilan?? “Ketika Sukarno dipindahkan ke Endeh,” kata Natsir lagi, “kami 7” Lukman Hakiem (Peny,), Pemimpin Pulang Rekoman Peristiwa Wofatnya M. Notsr, Jakarta, Yayasan Pirant imu, 1413/1993, him. 242. > Yusuf Abdullah Puar, Muhammad (seharusnya: Mohammad) Natsir 70 Tahun Kenang- kenongon Kehidupan dan Perjvangan, Jakarta, Pustaka Antara, 1978, him. 23. ————— 5 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR- 7 KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer mengirim buku-buku buatnya. Kami tetap menghormatinya sebagai tokoh pergerakan kemerdekaan.” Dari pihak Sukarno sendiri, apresiasi terhadap A. Hassan --sebagai tokoh golongan Islam-- tergambar sangat jelas dalam rangkaian surat menyurat antara Sukarno dengan A. Hassan. Surat menyurat Sukarno dengan A.Hassan itu, sesudah mendapat izin dari Sukarno, pada tahun 1936. diterbitkan Persatuan Islam di Bandung menjadi buku berjudul Surat-surat Islam dari Endeh. Pada tahun 1964, korespondensi itu dimuat sebagai bagian tersendiri di dalam buku Ir. Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi, dengan tajuk: “Surat-surat Islam dari Endeh”, dengan subtajuk: “Dari Ir. Sukarno kepada T. A. Hassan, ‘Guru Persatuan Islam, Bandung’. Demikian akrab hubungan Sukarno dengan Hassan, sehingga Sukarno tidak sungkan menceritakan kesulitan ekonominya dan meminta tolong kepada tokoh Persatuan Islam yang terkenal puritan itu. Dalam surat 12 Juni 1936 Sukarno mengeluhkan keuangan rumah tangganya karena “saya punya onderstand dikurangi, padahal tadinya pun sudah sesak sekali buat membelanjai segala saya punya keperluan?™ Lebih lanjut Sukarno bercerita kepada Hassan bahwa dirinya saat itu sedang menerjemahkan “sebuah buku berbahasa Inggeris yang mentarichkan Ibnu Saud.” Dalam bahasa Inggeris, tebal buku itu 300 halaman. Dalam bahasa Indonesia, diperkirakan menjadi 400 halaman, Sukarnoyangmenyebut biografiitu“bukan main hebatnya” berceritakepada Hassan bahwa “biografi itu menggambarkan kebesaran Ibnu Saud dan Wahhabisme begitu rupa, mengkobar-kobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa, hingga banyak kaum ‘tafakur’ dan kaum pengeramat Husain cs akan kehilangan akal nanti sama sekali.” Sukarno meminta tolong kepada Hassan untuk mencarikan orang yang mau membeli copy buku terjemahannya itu, atau “barangkali Saudara sendiri ada uang buat membelinya? Tolonglah melonggarkan saya punya rumah tangga yang disempitkan korting itu.” Surat itu ditutup Sukarno * Ir. Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi Djilid Pertamo, Jakarta, Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964, him. 337-338. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, 36 ipa! dengan Concer dengan kalimat: “Saudara, please tolonglah. Terima kasih lahir-bathin, dunia-akhirat’” Khusus terhadap Natsir, dalam surat dari Endeh, 25 Januari 1935, Sukarno antara lain menulis kepada Hassan, “Haraplah sampaikan saya punya compliment kepada Tuan Natsir atas ia punya tulisan-tulisan yang memakai bahasa Belanda. Antara lain ia punya inleiding di dalam Komt tot het Gebed adalah menarik hati.”* Lebih setahun kemudian, dalam surat dari Endch, 22 April 1936, Sukarno antara lain menuliskan harapannya kepada A. Hassan, “Alangkah baiknya kalau Tuan punya muballigh-muballigh nanti bermutu tinggi, seperti Tuan M. Natsir, misalnya!””” Nomor perdana Pembela Islam terbit pada 1929. Nomor terakhirnya, No. 71, terbit pada bulan Mei 1935. Sebagai majalah bulanan, Pembela Islam tersebar ke seluruh Indonesia, masuk ke pesantren-pesantren, dibaca oleh para kiai dan kaum intelektual. Tirasnya mencapai 2000 eksemplar. “Pada waktu itu, untuk majalah bulanan, oplag 2000 itu sudah banyak” kenang Natsir.**[] SF 31. Sukarno, ibid, him. 338. 3 Ir. Sukarno, ibid,him. 326. 2” Ir. Sukamno, ibid, him. 336, 3 Mohammad Natsir, op.Cit., him.14. a 37 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer Dipl dengan Concer ¢ 3 PENDIDIKAN ISLAM KEBERANIAN UNTUK HIDUP Dipl dengan ConScamer PENDIDIKAN ISLAM KEBERANIAN UNTUK HIDUP Ideologi Pendidikan Islam DALAM PERENUNGANNYA Natsir sampai pada kesimpulan mereka yang beragama Islam tetapi suka mengejek dan menentang peraturan Islam, adalah karena pendidikan dan pergaulan mereka yang kebarat-baratan. Natsir berpendapat, jika orang-orang yang sudah tua tidak mungkin dipanggil lagi, tidak dapat dibentuk lagi, maka orang-orang yang segenerasi dengannya, dan keturunan yang akan datang, janganlah lagi buta terhadap ajaran Islam, dan jangan lagi malu mengaku diri sebagai Muslim. Besar hasrat Natsir mengubah sistem pendidikan dan pengajaran untuk putra-putri Islam sekarang, dan generasi yang akan datang. Sistem pendidikan yang dibayangkan oleh Natsir ialah sistem pendidikan yang mampu melahirkan keluaran pendidikan yang beriman dan berakhlak mulia, tetapi tidak buta terhadap perkembangan dunia di sekitarnya, Pendidikan secara Barat yang dikembangkan oleh penjajah Belanda, semata-mata mengisi otak saja. Jiwa peserta didik dibiarkan kosong. Soal pendi perenungan Natsir, Dia menengarai, dalam perlombaan bermacam aliran yang diikuti kalangan pendidikan dan pengajaran, seringkali dikemukakan perbandingan atau pertentangan antara pendidikan Barat dengan pendidikan Timur. in Barat dan pendidikan ‘Timur, juga masuk dalam Seringkali pula ada yang menganggap bahwa pendidikan Islam itu ialah pendidikan Timur, dan pendidikan Barat bukan pendidikan Islam. Bagi Natsir, hal ini boleh jadi akibat reaksi terhadap pendidikan “kebaratan” yang ada di negeri kita, yang memang sebagian dari akibat-akibatnya tidak mungkin disetujui oleh umat Islam. 4 —<—$—$ === i BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN ipa! dengan Concer Dalam sebuah brosur bertarikh 17 Juni 1934,” Natsir menulis, “Akan tetapi coba kita berhenti sebentar dan bertanya; Apakah sudah boleh kita katakan bahwa Islam itu anti-Barat dan pro-Timur, khususnya dalam bidang pendidikan?” Pertanyaan itu, kata Natsir, hanya bisa kita jawab apabila sudah terjawab lebih dulu, “Apakah kiranya yang menjadi tujuan dari pendidikan Tslam itu?” Yang dinamakan pendidikan ialah satu pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya. Pimpinan semacam ini sekurangnya perlu kepada dua perkara. Pertama, satu tujuan yang tertentu tempat mengarahkan pendidikan itu, dan kedua, satu asas tempat mendasarkan pendidikan. Akan sia-sialah tiap-tiap pimpinan itu apabila ketinggalan salah satu dari yang dua itu. Pertanyaan apakah tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan kita, sebenarnya tidak dapat pula dijawab sebelum menjawab pertanyaan yang lebih tinggi, yaitu apakah tujuan hidup kita di dunia ini? Kedua pertanyaan itu tidak dapat dipisahkan, Keduanya sama atau identik. Natsir berpendapat, tujuan pendidikan adalah tujuan hidup. Al-Qura'nul Hakim menjawab pertanyaan itu begini, “Dan Aku (Allah) tidak jadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah Aku” (Adz-Dzariyat: 56). Menurut Natsir, akan memperhambakan diri kepada Allah, akan menjadi hamba Allah, inilah tujuan hidup kita di dunia jini, Dan lantaran itu, inilah pula tujuan pendidikan yang wajib kita berikan kepada anak- anak kita yang sedang menghadapi kehidupan. Akan tetapi, sungguh tidak mudah mencapai pangkat “hamba Allah”, Tuhan menerangkan dalam Al-Qur’an mengenai syarat-syarat dan sifat sescorang yang berhak menamakan dirinya “hamba Allah’, Dalam Surah Faathir ayat 28 dinyatakan, “Bahwa yang sebenar-benarnya takut * M. Natsir, Capita Selecta, Jakarta:Penerbit Bulan Bintang, 1973, hlm.81-85. ee 41 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGAN Dipl dengan ConScamer kepada Allah itu ialah hamba-hamba-Nya yang mempunyai ilmu (ulama). Sesungguhnya Allah itu Maha Berkuasa lagi Maha Pengampun.” Hamba Allah ialah orang yang ditinggikan oleh Allah derajatnya sebagai pemimpin untuk manusia, Mereka menurut kepada perintah Allah, dan berbuat baik kepada sesama makhluk, serta menunaikan ibadah terhadap Tuhannya. Perhambaan kepada Allah yang menjadi tujuan hidup dan jadi tujuan pendidikan, menurut Natsir bukanlah suatu perhambaan yang memberi keuntungan kepada yang disembah, tetapi perhambaan yang mendatangkan kebahagiaan kepada yang menyembah. Penghambaan yang memberi kekuatan kepada yang memperhambakan dirinya. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap ruhani dan jasmaninya kepada Allah 3¢ untuk kemenangan dirinya dengan arti yang seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia, itulah tujuan hidup manusiadiatas dunia. Dan, itulah tujuan pendidikan yangharus kita berikan kepada anak-anak kita kaum Muslimin, “Inilah Islamietische Paedagogisch Ideal yang gemerlapan yang harus memberi suar kepada tiap-tiap pendidik Muslim dalam mengemudikan perahu pendidikannya,’ tulis Natsir Bagi Natsir, apakah yang semacam itu pendidikan kebaratan atau pendidikan ketimuran namanya, tidak menjadi soal. Timur kepunyaan Allah, Barat juga milik Allah. Sebagai makhluk yang bersifat hadits (baru), kedua-duanya -Barat maupun Timur—mempunyai hal yang kurang baik dan yang baik, Mengandung beberapa kelebihan dan kekurangan. Seorang pendidik Islam tidak usah memperdalam-dalam dan memperbesar antagonisme (pertentangan) antara Barat dan Timur. Islam hanya mengenal antagonisme antara hak dan batil. Semua yang hak akan dia terima, biarpun datangnya dari Barat. Semua yang batil akan dia singkirkan, walaupun datangnya dari Timur, Sistem pendidikan seperti yang diberikan di Barat yang bersemangat effisiensi, supaya mendapat kemenangan dalam perlombaan hidup, tidak akan ditolak oleh pendidik Muslim, apalagi jika penolakan itu semata- BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, 42 ipa! dengan Concer mata lantaran sifat kebaratannya itu. Sebab, Natsir mengingatkan, seorang hamba Allah dilarang “melupakan nasibnya di dunia ini mencemplungkan diri dalam perjuangan hidup, dengan cara yang halal. dan dituntut Satu sistem Timur yang memberi pendidikan terpisah dari gelombang pergaulandanperjuanganmanusia,meluhurkan dan menyucikankebatinan, tidak akan kita terima semuanya, apalagi kalau alasan penerimaan itu hanya lantaran sifat ketimurannya semata. Buat hamba Allah, kata Natsir menutup uraiannya, jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, bukanlah dua barang yang bertentangan yang harus dipisahkan; melainkan dua serangkai yang harus lengkap melengkapi dan dilebur menjadi satu susunan yang harmonis dan seimbang. Ujian Haji Yunus SETELAH merenung, Natsir bermusyawarah dengan gurunya, Tuan Hassan, dan sahabat karibnya, Fachruddin. Dia bentangkan cita-citanya mendirikan satu taman pendidikan yang dapat merintis jalan baru bagi putra-putri kaum Muslimin. Hassan dan Fachruddin mendukung rencana Natsir, Maka mulailah Natsir memusatkan perhatiannya kepada rencana mendirikan lembaga pendidikan. Natsir sadar, untuk memulai rencananya itu, paling sedikit harus memenuhi tiga syarat; pengetahuan mengenai ilmu pendidikan, dukungan dari teman-teman seperjuangan, dan modal. Mulailah Natsir bertanya ke kiri dan ke kanan mengenai buku-buku yang perlu dipelajari dalam ilmu pendidikan dan ilmu pengajaran sebagai bekal untuk memulai tugas menjadi guru di sekolah. Setelah mendapat informasi mengenai buku-buku yang dimaksud, Natsir menelaahnya dengan sungguh-sungguh. Agar pendidikan yang akan dikembangkan tetap berada dalam idealisme Islam, Natsir makin tekun mempelajari Islam di bawah bimbingan Tuan A. Hassan. Natsir juga terus menyebarluaskan pemikiran keislamannya melalui Pembela Islam. Agar apa yang sudah dipelajarinya tidak tinggal sebagai teori, Natsir - 43 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer membuka kursus di sore hari. Selain agar teori yang sudah dipelajari dapat diterapkan, dengan membuka kursus Natsir berharap mendapat tambahan penghasilan untuk bekal hidup schari-hari. Kursus yang diselenggarakan Natsir, untuk tahap permulaan ternyata tidak menarik perhatian. Hanya lima orang yang mendaftar, yaitu lulusan HIS partikelir yang tidak mampu melanjutkan pendidikan. Meskipun pesertanya hanya lima orang, kursus tetap dibuka. Bersama A.A. Banama yang di pagi hari menyelenggarakan kursus bahasa Inggris, disewalah sebuah tempat di simpang jalan Pangeran Sumedang. Di ruang itu ada satu meja panjang, mirip meja makan. Di situlah Natsir bersama lima peserta kursus duduk sebagai guru dan murid, Natsir mengajar dari pukul 15.00 hingga pukul 17.00 selama dua jam penuh, Natsir menyebut kegiatannya itu “mengajar untuk belajar bagaimana cara mengajar” Entah karena cara mengajar Natsir memuaskan peserta kursus, entah alasan lain, kelima peserta kursus bercerita mengenai kursus yang diselenggarakan Natsir itu kepada kawan-kawannya dan mengajak mereka untuk menjadi peserta kursus, Padahal Natsir tidak pernah menyuruh para peserta kursus untuk mempromosikan lembaga kursus yang baru dimulainya itu. Maka dari hari ke hari, peserta kursus bertambah juga. Ini tentu menggembirakan Natsir, sekaligus menyusahkan, Menggembirakan karena kursus yang diselenggarakan menarik minat. Menyusahkan karena fasilitas yang tersedia sangat terbatas. Peserta kursus duduk berdesak-desakan. Perlu menambah meja dan bangku. Untuk itu perlu uang, Dari mana? Dalam pada itu, di Bandung ada seorang pelanggan setia Pembela Islam bernama Haji Muhammad Yunus. Pak Haji ini tidak terlalu kaya, tetapi terkenal sangat dermawan. Suatu hari, Haji Yunus berkunjung ke tempat Natsir menyelenggarakan kursus. Dengan mata kepalanya sendiri, Haji Yunus menyaksikan peserta kursus yang banyak, dan fasi s kursus yang sangat kurang. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN 44 ipa! dengan Concer Sesudah kursus selesai, dan peserta kursus pulang, Haji Yunus menghampiri Natsir. “Tambahlah meja ini dengan meja panjang empat buah. Saya kenal seorang tukang kayu yang dapat membuat meja panjang dengan mutu bagus dan harga murah,’ ujar H. Yunus. Lalu diajaknya Natsir ke tempat tukang kayu. Meja dipesan. Terjadi tawar menawar harga. Disepakati harga satu meja 4,00 Gulden. Masih terngiang di telinga Natsir ucapan Haji Yunus pada saat itu. “Natsir” katanya, “pesanlah empat meja. Saya yang membayar 16.00 Gulden, tapi ingat ini pinjaman yang harus dibayar kembali” Natsir tersenyum, mengucapkan terima kasih, dan menyatakan kesanggupan untuk membayar pinjaman itu segera sesudah punya wang, Meskipun tidak terlalu kaya, Haji Yunus bukanlah seorang yang kiki Dia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan, Dia biasa menyumbang untuk perjuangan sampai ratusan gulden, Uang 16.00 Gulden bagi Haji Yunus tentu tidak ada apa-apanya. Di dalam hati, Natsir bertanya-tanya, mengapa untuk empat buah meja seharga 16,00 Gulden Haji Yunus yang dermawan hanya mau membantu atas dasar pinjaman? Agak lama Natsir diliputi pertanyaan mengenai pinjaman Haji Yunus itu sebelum akhirnya menyadari, Haji Yunus sengaja sedang mengujinya. Dermawan itu ingin melihat kesungguhan guru pemula di dalam bekerja, memberi tahu Natsir bahwa mencari uang itu tidak mudah, dan menguji kejujuran redaktur Pembela Islam itu. Di awal bulan, setelah menerima uang kursus, Natsir bergegas menemui Haji Yunus di rumahnya untuk melunasi uang pembelian meja panjang. Dengan wajah berseri-seri, Haji Yunus menerima uang 16,00 Gulden dari Natsir, Uang itu langsung dimasukkan ke dalam sakunya, tidak dilihat, apalagi dihitung ulang. Wajahnya yang berseri-seri menatap wajah Natsiz, Ada sinar kebahagiaan di dalam tatapan Haji Yunus. Dia menatap Natsir dengan kegembiraan seorang guru yang muridnya Julus ujian dengan nilai baik. Sesudah ke} itu tidak dia kembalikan, rasanya Haji Yunus yang dermawan tidak akan 1 itu, Natsir merenung. Andaikata uang 16,00 Gulden ——$——= 45 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer menagih dengan mendesak-desak, juga tidak akan membawa perkara uang 16,00 Gulden itu ke pengadilan, Berapalah nilai uang sebesar itu di mata Haji Yunus? Akan tetapi, jika Natsir tidak membayar kembali uang pembelian meja itu, tertakarlah harga diri Natsir di mata Haji Yunus. Sebuah takaran yang sangat murah. Selanjutnya, tidak akan ada lagi hubungan baik antara Natsir dengan Haji Yunus. Natsir sangat bersyukur, dirinya tidak tergoda untuk tidak mengem- balikan hutangnya kepada Haji Yunus, Dari kejadian di awal membuka kursus, Natsir makin sadar hubungan antara sesama manusia sesungguhnya tidak dapat dinilai hanya dengan uang. Nama baik, nama yang bersih, itulah sebesar-besarnya modal dalam kehidupan di tengah masyarakat. Dalam keadaan seperti apapun, modal itu harus dijaga dan dipelihara. Sckitar dua bulan kemudian, saat Natsir sedang mengajar, Haji Yunus datang ke tempat kursus. “Ada sebuah gedung di Jalan Lengkong Besar No. 16 yang sedikit hari lagi akan kosong. Sewanya 75,00 Gulden/bulan. Nanti pada tahun ajaran baru, pindahlah ke sana. Perkara bagaimana cara membayar sewanya, nanti kita ikhtiarkan. Saya sendiri yang menjadi kuasa memungut sewa,” kata Haji Yunus sesudah Natsir selesai mengajar. Natsir tak kuasa menjawab kabar Haji Yunus itu dengan kata-kata, Dia sangat bersyukur kepada Allah ¢ yang telah memberinya seorang dermawan sebagai teman berjuang. Haji Yunus bukan saja bersedia membantu dengan wang, tetapi juga dengan ikhtiar dan buah pikiran. Teringatlah Natsir kepada intisari firman Allah 35 dalam Surah Al- Ankabut ayat 69, “Dan mereka yang berjuang untuk Kami, pasti Kami akan tunjukkan jalan Kami, dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” Berkat bantuan lahir dan batin dari Haji Yunus, kursus yang diselenggarakan sore hari, kini menjadi sekolah di sebuah gedung BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN 46 ipa! dengan Concer berdinding batu di pinggir jalan besar. Bukan main girang hati Natsir, tetapi kegirangan itu segera bertemu dengan pertanyaan dapatkah dipertanggungjawabkan membuka sekolah yang meskipun tingkat dasar dan tujuannya sudah dirumuskan, tetapi dirinya sendiri belum memiliki kualifikasi untuk mengajar di depan kelas. Betul, sambil memberi kursus, Natsir sudah cukup banyak “menelan” buku-buku mengenai metode (cara) mengajar, membaca buku-buku mengenai psikologi (ilmu jiwa), dan lain-lain, Akan tetapi Natsir belum puas, karena belum pernah mendapat bimbingan dan pelatihan dari para pendidik yang lebih ahli. Dengan pertimbangan seperti itu, Natsir mengikuti kursus guru yang waktu itu baru dibuka untuk keluaran AMS dan Hogere Burger School (HBS). Kursus Guru itu lamanya satu tahun. Pada pertengahan 1931, Natsir masuk Kursus Guru, dan selesai pada pertengahan 1932. Selama mengikuti kursus, Natsir menyusun rencana pendidikan Islam yang hendak dikembangkan, secara lebih menyeluruh mulai dari sekolah rendah, sekolah menengah, sampai sekolah guru. Adapun kursus sore yang sudah berjalan, diubah menjadi Pendidikan Islam bagian MULO. Cukup banyak teman yang turut mengajar. Yang lebih sulit ialah mencari tenaga pengajar untuk HIS dan Taman Kanak-kanak. Di sinilah aktivis JIB Dames Afdeling (JIBDA, JIB Bagian Putri), Putti Nurnahar, datang menyumbangkan tenaganya. Ketika itu Nurnahar sudah ‘mengajar di sekolah “Arjuna” yang mendapat subsidi dari pemerintah, Di sekolah itu, Nurnahar memperoleh penghasilan sekitar 70 Gulden/bulan. Sesungguhnya Natsir tidak berani meminta Nurnahar mengajar di Pendidikan Islam. Sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapat subsidi dari pemerintah, Pendidikan Islam dikelompokkan sebagai “sekolah liar’. Di masa itu banyak berdiri sekolah partikelir,tetapi cepat pula bubar karena kekurangan guru yang cakap, dan tentu saja kekurangan dana. Maklumlah, murid-murid yang masuk ke sekolah-sekolah partikelir itu benar-benar rakyat biasa yang ingin meningkatkan kualitas dirinya, tetapi tidak punya ang yang cukup. Di Pendidikan Islam yang didirikan dan dipimpin oleh Natsir, uang sekolah kadang-kadang masuk, tetapi lebih sering lagi tidak masuk. be ree eR 47 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR. KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN Dipl dengan Concer Menjadi guru di sekolah partikelir (sekolah liar) artinya tidak mempunyai penghasilan yang cukup dan pasti. Itulah sebabnya berat bagi Natsir meminta Nurnahar membantunya mengajar di Pendidikan Islam (Pendis). Akan tetapi, ternyata bagi Nurnahar soal penghasilan yang kecil dan tidak menentu itu, tidak menjadi soal, yang penting benar. Nurnahar melihat di dalam Pendidikan Islam terdapat cita-cita luhur. Dengan ikhlas dia melepaskan pekerjaan yang menjaminnya dengan penghasilan tetap untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya di Pendidikan Islam. Nurnahar mengajar di Taman Kanak-kanak Pendidikan Islam sambil membawa dua orang murid, yaitu Ros dan Irwan. Setelah tersiar kabar bahwa di Pendidikan Islam yang gedungnya berdinding batu, baik di bagian MULO, HIS, atau Taman Kanak-kanak; pengajarnya terdiri dari guru-guru yang abli dan berijazahs dari hari ke hari makin bertambahlah muridnya. Para penerbit buku-buku pelajaran sekolah seperti JB. Walters, tidak segan menawarkan kredit buku-bukunya kepada Pendidikan Islam. Demikian juga dengan perusahaan pembuat meja dan bangku. Pendidikan Islam mendapat kepercayaan besar dari masyarakat! Dengan kesibukan yang makin meningkat, Natsir pindah dari rumah kontrakannya di Ciateul ke gedung sekolah di Lengkong Besar No. 16. Dia tinggal di kamar dekat dapur. Ada pula seorang pelayan yang membantu Natsir memasak dan mencuci pakaian, Pada suatu hari, Haji Yunus datang ke sekolah. Sebagaimana biasa, kedatangannya selalu membawa kabar gembira. “Ada gedung yang lebih besar akan kosong, di jalan ini juga, No.74” kata Haji Yunus seraya menambahkan, “ruangannya lebih banyak, halamannya lebih luas untuk tempat bermain anak-anak”” Natsir hanya menjawab, “Alhamdulillah” Setelah usai jam pelajaran, Natsir diajak Haji Yunus melihat-lihat ke gedung di Jalan Lengkong Besar No. 74. Memang, ruangannya besar- besar, cukup untuk enam Kelas. Selain itu ada garasi mobil yang dapat juga dijadikan ruang belajar. Di bagian belakang ada dapur dan kamar mandi. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN 48 ipa! dengan Concer Menempati gedung baru yang besar dan luas, semangat Natsir semakin meningkat. Disusunlah program pendidikan yang lebih teratur dan lengkap. Pendidikan Islam harus mempunyai empat jenjang pendidikan; Taman Kanak-kanak, HIS, MULO, dan Kiwveek School (Sekolah Guru). Gelang Emas Nurnahar SETELAH dua atau tiga bulan Pendidikan Islam (Pendis) menempati gedung baru, Haji Yunus yang dermawan meninggal dunia. Otomatis kuasa pemungut sewa diganti orang lain, Berbeda dengan Haji Yunus, kuasa pemungut yang baru ini memungut sewa dengan cara keras, tidak ada kompromi, tidak boleh mencicil. Dalam waktu hampir bersamaan JB. Walters juga mengubah kebijaksanaannya. Kredit buku harus dibayar dengan tertib. Mendekati bulan Ramadhan, Natsir mulai gundah. Mayoritas murid Pendidikan Islam tidak dapat membayar uang sckolah, scbab orang tua murid perlu uang untuk membeli baju lebaran, Dalam pada itu, para guru justru sangat memerlukan gaji, karena mereka juga menghadapi bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Dalam suasana serba sulit seperti itu, pada 30 Oktober 1934,” Natsir menikahi Nurnahar binti Marzuki Datuk Bandaro. Upacara sakral itu dilaksanakan secara sederhana. Nurnahar tahu bahwa jalan hidup yang ditempuh oleh Natsir sama sekali tidak memberi jaminan penghasilan yang tetap. Tidak mempunyai masa depan, Akan tetapi Nurnahar berani dan rela menaiki perahu kehidupan Natsir yang oleng itu. Nurnahar berani menempuh samudera hidup yang penuh risiko! Pengantin baru itu hidup di rumah kecil dekat tajug (mushalla) di Jalan Rana, Diadakan walimah (resepsi) sederhana. Karena tidak ada tempat, terpaksa para tetamu dijamu makan di tajug kecil depan rumah. 3 Sinar Harapan, 17 Juli 1978 menulis,"Pernikahan berlangsung 30 Oktober 40 tahun yang, lalu ketika sama-sama mengajar di Pendidikan Islam, Bandung” Dalam Sitti Muchliesah, ‘Aba M. Natsir Sebagai Cahaya Keluarga, him. 5, disebutkan bahwa Sitti Muchliesah sebagai anak sulung M. Natsir, dlahirkan di Bandung pada 30 Maret 1936. EEE - 49 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR [KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer Sebagai teman hidup dan teman seperjuangan, Natsir dan Nurnahar menghadapi kenyataan hidup dengan bersama-sama mengetatkan ikat pinggang. Nie eT i 3 LE a Perikahan M. Natsir dan Nurnahar Beberapa hari sesudah menikah, Natsir dan Nurnahar meninggalkan rumah sewa di Jalan Rana, pindah ke gedung Pendidikan Islam di Jalan Lengkong Besar No. 74. Mereka menempati sebuah kamar dekat dapur di gedung itu. Dengan kepindahan itu, Natsir dan Nurnahar dapat menghemat pengeluaran untuk sewa rumah, bayar listrik, bayar air, dan lain-lain. Belum lama pindah rumah, datang bulan Ramadhan. Dengan modal 4,50 Gulden, Natsir berangkat ke Cirebon, mengunjungi beberapa pengusaha di sana, antara lain Abdullah bin Afiff, Natsir menemui pengusaha itu untuk memungut zakat bagi keperluan Pendidikan Islam. Abdullah pengusaha kitab-kitab terbitan Mesir yang sukses dan mengerti kewajibannya.Tanpa bertanya, dia sudah memaklumi maksud kedatangan Natsir. Diterimanya 50 $$$ BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR REPRIDADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, Dipl dengan ConSoamer tamu dari Bandung itu dengan ramah. Diajaknya berdiskusi mengenai kitab- kitab keluaran Mesir yang baru terbit. Ketika dilihatnya Natsir menunjukkan gelagat hendak pamit, Abdullah segera bangkit dan menyerahkan sebagian zakatnya sebesar 25,00 Gulden. “Untuk perjuangan fii sabilillah)’ kata Abdullah. Uang 25,00 Gulden di tahun 1930-an, bukan main besarnya. Dengan uang sejumlah itu dapat dibeli empat kuintal beras. Sesudah itu, diundangnya Natsir berbuka puasa di rumahnya, Natsir mengenang Abdullah bin Afiff sebagai seorang pengusaha yang benar- benar kaya, Kaya harta dan kaya budi, ‘Tidak semua yang dikunjungi oleh Natsir berperangai seperti Abdullah bin Afiff. Ada juga yang sombong, dan bersungut-sungut jika ditagih zakatnya. Dalam keadaan seperti itu, Natsir mencoba bersikap sabar. Dikatakan kepada pengusaha itu bahwa dia datang bukan untuk meminta belas kasihan. Dia datang karena tahu bahwa di dalam harta pengusaha itu terdapat hak masyarakat yang harus dikeluarkan. “Saya datang membantu Tuan agar zakat yang akan Tuan keluarkan sampai kepada yang benar- benar berhak menerimanya. Pendidikan Islam sebagai badan perjuangan umat Islam dalam lapangan pendidikan adalah salah satu dari pihak yang berhak menerimanya,” kata Natsir. Natsir masih menambahkan,“Saya datang sebagai perantara antara Tuan yangakan menunaikan zakat dengan pihak yang berhak menerimanya. Ttupun kalau Tuan ridha. Kalau tidak, saya tidak berkecil hati. Sebab saya hanya melakukan kewajiban” Kalau sudah begitu, mereka yang didatangi Natsir kemudian meminta maaf, dan menyerahkan zakatnya. Natsir tidak cuma datang ke Cirebon. Dia pergi ke Pekalongan, Kudus, dan Surabaya. Mereka yang dikunjungi Natsir itu akhirnya menjadi donatur tetap Pendidikan Islam. mereka mengirim zakat, infak, dan sedekahnya melalui pos wesel. Dengan cara demikian, dari tahun ke tahun tertolong juga Pendidikan Islam dari kesulitan-kesulitan menghadapi Ramadhan dan lebaran. Natsir merasa yang dilakukannya untuk mengatasi kesulitan Pendidikan Islam, ——— — 51 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer tergolong sebagai cara yang cukup terhormat. Seperti sudah dikemukakan di atas, sejak Haji Muhammad Yunus meninggal dunia, Pendidikan Islam kehilangan seorang dermawan yang budiman yang jika diperlukan siap menjadi pelindung. Sepeninggal Haji Muhammad Yunus, Pendidikan Islam seringkali menghadapi kesulitan- kesulitan yang pahit. Natsir masih ingat, ketika Nurnahar sedang mengandung anak mereka yang ketiga, dia diperkarakan oleh pemilik gedung Pendidikan Islam, sebab sudah terlalu banyak menunggak uang sewa gedung. Sudah tentu, Natsir mengakui kesalahannya, karena memang hutang tunggakan sewa gedung yang jumlahnya mencapai ratusan gulden belum dia bayar. Pengadilan menjatuhkan putusan. Dalam trempo 21 hari, Pendidikan Islam harus segera meninggalkan gedung. Natsir yang pasrah, hanya meminta kepada pemilik gedung agar diberi sedikit tempo untuk pindah mengingat istrinya sedang hamil, dan mengingat 200 orang murid Pendidikan Islam memerlukan tempat belajar sementara, Rupanya pemilik gedung, keras juga hatinya. “Tidak bisal!” katanya, “Harus keluar, Kalau tidak, kami akan bongkar semua bangku, dan buka semua genteng” Susah payah Natsir menjaga agar omongan pemilik gedung yang sangat keras itu tidak sampai ke telinga istrinya yang sedang mengandung. Sepandai-pandai Natsir menutup-nutupi, akhirnya omongan pemilik gedung itu sampai juga ke telinga Nurnahar. Beruntung, Nurnahar bersikap teguh dan tidak berkeluh kesah. Setelah makin dekat ke batas waktu 21 hari, sedang Pendidikan Islam belum dapat pindah ke gedung baru, suatu hari datanglah seorang deurwarder, yaitu seorang yang akan bertugas melakukan pengusiran, Menurut deurwarder itu, jika datang saatnya Pendidikan Islam tidak juga meninggalkan gedung, “Saya terpaksa membongkar sendiribangku-bangku ini keluar, dan mengangkat atap genteng ini. Saya hanya menjalankan 52 Peron tsementeeresrarenend BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANOAN Dipl dengan ConScamer perintah;” kata sang deurwarder sambil menawarkan jalan “kompromi’, yaitu pelaksanaan pengosongan gedung dilaksanakan pada hari Ahad, saat libur, agar para murid tidak melihat proses pembongkaran. Natsir menjawab tawaran kompromi itu dengan mempersilahkan sang deurwarder melaksanakan tugasnya tanpa menunggu hari Ahad. “Datanglah di hari sekolah, di waktu murid-murid hadir. Saya akan kumpulkan semua murid di muka Tuan dan akan saya terangkan bahwa buat sementara kita terpaksa menutup sekolah menunggu dapat rumah yang lain. Sebab pemilik gedung ini tidak mengizinkan kita lebih lama di sini lantaran Pendidikan Islam sudah banyak menunggak uang sewa,” kata Natsir. Kepada deurwarder itu, Natsir menjelaskan bahwa sesungguhnya yang punya sekolah ini bukanlah dirinya sendiri. “Saya bukan seorang pemilik perusahaan. Pendidikan Islam ini milik masyarakat, termasuk milik semua murid, Kami ini hanya khadam (pelayan) masyarakat. Pend an Islam ini bukan suatu perusahaan untuk mencari nafkah atau meraih keuntungan. Ini adalah lapangan untuk berkhidmat kepada masyarakat. Kalau orang sampai hati menghancurkannya, biarlah dilakukan berhadapan dan setahu semua orang yang berkepentingan langsung dengan usaha ini, yaitu semua murid dan guru-gurunya, Baiklah Tuan lakukan itu besok pagi di waktu anak-anak murid dan guru-gurunya sedang komplit semuanya. Barangkali dengan begitu tidak perlu pula mengeluarkan bangku-bangku dan perabot lainnya. Semua murid itu nanti saya anjurkan bergotong royong mengeluarkannnya,” kata Natsir panjang lebar. ‘Terdiam deurwarder ita mendengar ucapan Natsir. Dia pergi sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak berkata-kata lagi. Entah mengapa, deurwarder itu tidak pernah datang lagi ke Pendidikan Islam. Ada kisah menarik dari peristiwa ini. Bertahun kemudian, setelah Natsir menjadi tokoh nasional, pemilik gedung yang keras hati itu datang ke rumah Natsir di Jalan Jawa No. 28, Jakarta, Dalam keadaan kurus berbaju piyama, lelaki itu bercerita kepada Natsir bahwa dirinya sudah beberapa oe 53 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer hari berada di Jakarta, ingin pulang ke Bandung tetapi tidak punya uang. untuk membeli karcis kereta api. Dalam hitungan detik, Natsir teringat kepada sikap lelaki itu ketika Pendidikan Islam sedang kesulitan membayar uang sewa, memperkarakannya, dan tidak memberi tempo sedikitpun. Hanya hitungan detik. Sesudah itu Natsir jatuh iba kepada lelaki tersebut. Dengan rasa haru, Natsir masuk ke kamar untuk mengambil uang pembeli karcis kereta api yang diperlukan Ielaki yang dulu menyewakan gedungnya kepada Pendidikan Islam. Dengan ramah Natsir mempersilahkan tamunya untuk masuk dan minum teh, tetapi dia berkeras menolak. Diterimanya uang untuk pembeli karcis kereta api yang diserahkan Natsir dalam amplop tertutup. “Terima kasih Tuan Natsin” lalu lelaki itu pergi. Sementara itu, sesudah mendapat gedung baru di Jalan Pangeran Sumedang, Pendidikan Islam pindah ke sana sampai balatentara Jepang menduduki Indonesia dan menutup semua sekolah partikelir, termasuk Pendidikan Islam. Di tengah berbagai kesulitan, Natsir teringat kepada gelang emas milk Nurnahar, istrinya, Gelang itu seratus prosen milik Nurnahar yang sudah dimiliki sejak sebelum Nurnahar bergabung di Pendidikan Islam. Sampai saat itu, Natsir belum mampu membelikan sepotong perhiasan pun untuk istrinya. Gelang emas Nurnahar itu punya riwayat yang tidak bisa dipisahkan dari Pendidikan Islam. Jika Pendidikan Islam dalam kesulitan, gelang emas itu berpindah tempat dari tangan Nurnahar ke lemari di kantor Pegadaian. Kalau keadaan agak senggang sedikit, gelang cmas itu ditebus kembali. Hanya scbentar, gelang emas itu pindah lagi ke penginapannya yang hampir permanen di kantor Pegadaian. Natsir tidak ingat lagi, sudah berapa kali Nurnahar membuka gelang emasnya itu. Yang diingat Natsir, tidak pernah air muka istrinya berubah setiap kali harus memindahkan gelang emas miliknya itu ke kantor Pegadaian. Pasangan suami istri Natsir-Nurnahar dikaruniai enam anak, empat BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer perempuan, dan dua laki-laki, yaitu; Siti Musliechah (1936), Abu Hanifah (1937), Asma Farida (1939), Hasnah Faizah (1941), Aisyatul Ashriyyah (1942), dan A. Fauzie Natsir (1944). Rumah tangga sakinah itu berakhir ketika Nurnahar dipanggil ke rahmatullah pada 11 Muharram 1412 bertepatan dengan 22 Juli 1991. Natsir mengenang Nurnahar bukan saja sebagai seorang istri yang tangguh dan setia, tetapi juga sebagai pejuang pendidikan yang gigih-* Ummatan Wasathan NATSIR mendirikan Pendidikan Islam bukanlah untuk menambah- nambah sekolah partikelir yang pada saat itu memang tumbuh seperti cendawan di musim penghujan. Bukan juga untuk mencari penghidupan, sebab banyakjalan untuk mencarinafkah yang lebih menjanjikan ketimbang mendirikan sekolah, Yang mendorong Natsir mendirikan lembaga pendidikan ialah hasratnya untuk mencari dan menemukan sistem pendidikan yang lebih sesuai dengan hakikat ajaran Islam. Sistem pendidikan yang ada di benak Natsir ialah sistem pendidikan yang mampu melahirkan manusia yang seimbang. Seimbang ketajaman akalnya dengan kemahiran tangannya untuk bekerja, Manusia yang percaya kepada kekuatan sendiri, self help, dan tidak bergantung kepada ijazah untuk makan gaji sebagai pegawai. Manusia seimbang hasil pendidikan Islami, di dalam berbagai tulisan Natsir pada saat itu disebut sebagai ummatan wasathan.? Umat yang berkeseimbangan antara dunia dan akhiratnya, Umat yang siap menjadi pelopor, perintis jalan bagi manusia lainnya, dan mengikuti tuntunan serta jejak langkah Rasulullah 35. Maka, di dalam Pendidikan Islam itu Natsir bersama Nurnahar dan para guru merintis sistem pendidikan seperti yang telah dirumuskan. Semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah pemerintah Belanda, diberikan di Pendidikan Islam. Akan tetapi, agar peserta didik tidak habis waktunya 57 Lukman Hakiem, Merawat indonesia: Belojar dari Tokoh dan Peristiwo, Jakarta:Pustaka Al- Kautsar, 2017, him. 257. Lihat: Surat A-Bagarah: 3. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN n a ipa! dengan Concer sekadar untuk menghafal, murid Pendidikan Islam dipacu supaya lebih aktif. Tidak pasif seperti burung beo. Pelajaran agama Islam menjadi mata pelajaran wajib. Di Pendidikan Islam diselenggarakan shalat Jumat; yang menjadi khatib adalah murid Kelas akhir di Kiveekschool (Sekolah Guru). Boleh dikatakan, Pendidikan Islam termasuk pelopor di dalam penyelenggaraan shalat Jumat di sekolah. Kepada murid-murid dari kelas terendah sampai kelas tertinggi, diberikan pelajaran kerajinan tangan. Sepekan sekali, murid MULO dan Kweekshool diajak berkebun di atas tanah seluas satu hektar di Ciateul, wakaf dari seorang kaya yang dermawan kepada Pendidikan Islam. Di tanah itulah murid Pendidikan Islam berpraktik cara bercocok tanam. ikan ilmunya, tetapi dengan cara demikian, , murid-murid Pendic Dengan berpraktik cocok tanam sepet Islam memang tidak akan tinggi mereka mengerti bagaimana cara petani bekerja. Pendidikan Islam mengajak murid-muridnya berpraktik di lapangan supaya mereka tahu bagaimana sulitnya petani menumbuhkan dan ‘merawat tanaman agar tumbuh dengan baik dan bisa dijual ke pasar. Mereka juga jadi tahu berapa harga sesuatu hasil pertanian. Menurut Natsir, itu persoalan hidup yang tidak bisa didapatkan di buku-buku bacaan. Mereka hanya dapat membacanya di dalam kehidupan nyata, di dalam kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan rasa seni dan menghaluskan perasaan, di Pendidikan Islam juga diberikan pelajaran memainkan piano. Lagu-lagunya dibuat sendiri oleh guru mata pelajaran menyanyi, sehingga lagu-lagunya tetap segar, mencerminkan semangat Pendidikan Islam, dan tidak membeo kepada lagu-lagu yang sudah ada di masa itu, Murid-murid Sekolah Guru dianjurkan dengan sangat untuk menciptakan lagu-lagu baru supaya kelak bisa mereka ajarkan di sekolah rendah tempat mereka mengajar. Natsir sendiri mengajar cara memainkan biola dengan baik.“Saya yang mengajar main biola. Tapi, ya, tidak gila-gilaan” kata Natsir.* 3 Mohammad Natsir, op.Cit,,him.11. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN, 56 ipa! dengan Concer 57 —— BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR .KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERJUAN ipa! dengan ConSoamer Tiap-tiap tahun, diselenggarakan “Malam Ibu dan Bapak’: Ini malam keakraban antara pimpinan, guru-guru, para murid, dengan orangtua/ wali murid Pendidikan Islam. Malam itu diadakan pentas seni musik, tari, dan tonil (drama, sandiwara). Diadakan juga pameran kerajinan tangan hasil karya murid Pendidikan Islam, Banyak orangtua murid yang dengan bangga dan senang hati, membeli kerajinan tangan karya peserta didik Pendidikan Islam. Tonil Pendidikan Islam sebagai group kesenian, saat itu cukup popular di kota Bandung. Tonil itu original hasil pendidikan kesenian Pendidikan Islam. Orang-orang yang hanya tahu menikmati, tidak tahu bahwa untuk mencapai pertunjukan kesenian yang bermutu tinggi itu diperlukan latihan tiap petang sampai malam di gedung sekolah, selama berhari-hari. Latihan kesenian semacam itu kelihatannya dilakukan secara sambil lalu, akan tetapi sesungguhnya merupakan bagian penting dari proses pendidikan di Pendidikan Islam. Pada kesempatan itulah muncul prakarsa dan keberanian untuk menciptakan sesuatu yang baru atau berimprovisasi terhadap sesuatu peran. Dari proses pelatihan kesenian itulah para guru dapat mengetahui karakter masing-masing murid. Dari pelatihan tiap petang itu, yang paling utama Pendidikan Islam ingin mengikis sifat rendah diri (inferiority complex) yang masih sangat kuat menghinggapi para pemuda Islam yang masih dijajah oleh Belanda. Pendidikan Islam mendorong seluruh pesertadidiknya untuk menyadari secara sungguh-sungguh bahwa Islam bukanlah penghambat kemajuan dunia, Sebaliknya, Islam justru mendorong kemajuan dunia dengan tidak melepaskan hubungan keimanan dan berbakti kepada Allah 33. Pemuda dan pemudi tamatan Pendidikan Islam harus bebas dari rasa rendah diri, dan bangga menjadi pemuda dan pemudi Islam, bangga menjadi Muslim dan Muslimah. Cita-cita luhur Natsir, tiba-tiba harus terhenti. Tentara pendudukan Jepang yang berhasil mengusir penjajah Belanda dari Indonesia, ternyata BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIMIADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN 58 ipa! dengan Concer bersikap sangat keras. Semua sekolah partikelir, termasuk sekolah Pendidikan Islam, ditutup. Natsir sungguh-sungguh kecewa, tetapi dia sadar, semuanya terjadi tentulah karena ketentuan Allah 3 juga. Tentu ada hikmah di balik peristiwa ditutupnya Pendidikan Islam oleh Jepang, yang Natsir dan Nurnahar tidak mengetahuinya. Sebagai pendiri dan pemimpin Pendidikan Islam, Natsir bersyukur, Allah telah memberi kesempatan dan memberi kekuatan lahir dan batin untuk mendirikan, dan mengelola lembaga pendidikan selama sepuluh tahun sebagai wadah perjuangan. Allah yang membuka kesempatan, Dia pula yang menutup kesempatan itu. Natsir bersyukur, benih dan cita-cita yang ditaburkan Natsir selama sepuluh tahun di Pendidikan Islam, ternyata tidak sia-sia. Tidak hilang percuma, atau turut lenyap seiring dengan ditutupnya Pendidikan Islam oleh Jepang. Benih dan cita-cita yang ditebarkan Natsir, hidup dalam pribadi keluaran sekolah Pendidikan Islam. Lulusan Pendidikan Islam tidak mengecewakan. Semua terjun ke masyarakat, tanpa mengejar posisi sebagai pegawai negeri seperti kebanyakan lulusan sekolah lain, Di antara mereka ada yang menjadi guru di sekolah Muhammadiyah, ada pula yang berinisiatif mendirikan HIS Pendidikan Islam di tempat mereka berada seperti di Bogor, Cirebon, Jatinegara, Tanjung Priok, Bangka, dan di Banjarmasin.. Di masa revolusi kemerdekaan, ada di antara lulusan Pendidikan Islam yang menjadi tentara, bertempur memimpin pasukan melawan tentara Belanda. Sesudah pengakuan kedaulatan, ada tamatan Pendidikan Islam yang menjadi Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri, ada yang menjadi pegawai menengah di Kementerian Agama, ada pula yang aktif sebagai anggota Konstituante yang bertugas membentuk Undang-Undang Dasar, Meskipun kecewa lantaran tidak dapat melanjutkan Pendidikan Islam, Natsir dan Nurnahar gembira, cita-cita yang mereka perjuangkan oe 59 BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR KEPRIBADIAN, PEMIKIRAN, DAN PERIUANGAN ipa! dengan Concer

Anda mungkin juga menyukai