140-Article Text-222-1-10-20211023
140-Article Text-222-1-10-20211023
114
JURNAL FISTA: FISIKA DAN TERAPAN E-ISSN 2747-1691
Volume 2, Nomor 2, Hal: 114-120 31 Oktober 2021
merupakan salah satu daerah yang memiliki daerah tersebut dekat dengan zona upflow. Ciri-
Gunung Api aktif yaitu gunung api Ambang. ciri dari air sulfat pada daerah keluaran selalu
Daerah sekitar gunung api Ambang juga ditemukan mata air dengan kolam berasap atau
memiliki manifestasi panas bumi yang muncul kolam lumpur. Pada tipe air ini, sulfat (SO 4)
berupa mata air panas yang tepatnya berada di adalah anion utama yang terbentuk akibat
desa Bakan. Hal ini membuktikan bahwa oksidasi dari kondensasi hidrogen sulfida
adanya potensi panas bumi didaerah tersebut. (Nicholson, 1993).
Namun sampai saat ini potensi panas bumi yang Air Bikarbonat (Bicarbonate Waters)
berada pada daerah tersebut belum merupakan produk dari kondensasi gas karbon
dikembangkan karena kurangnya pengetahuan dioksida kedalam air tanah yang miskin
tentang penentuan potensi panas bumi. oksigen (O2). Jenis air ini mengindikasikan
Dalam penentuan potensi panas bumi zona batas (pheriperal waters) pada lapangan
disuatu daerah diperlukan adanya penelitian panasbumi. Hilangnya proton dari reaksi
pada manifestasi permukaan, salah satunya menghasilkan pH air yang dekat dengan netral.
yaitu analisis geokimia manifestasi untuk Bikarbonat (HCO3) dan sodium (Na) adalah
mengetahui sifat fisik kimia fluida dan estimasi unsur kimia utama pada tipe air ini (Nicholson,
temperatur reservoir. penelitian ini ditunjukan 1993). Tipe air ini dicirikan dengan pH yang
untuk mengetahui sifat fisik kimia fluida dan netral. Kemunculan tipe air ini dapat ditandai
estimasi temperatur reservoir dari manifestasi dengan munculnya endapan travertin (CaCO 3)
panas bumi yang berada di daerah Bakan. di sekitar mata air bikarbonat. Analisis
Geotermometer untuk mengetahui temperatur
KAJIAN TEORI reservoir masih dapat dilakukan meskipun
Tipe Fluida Panasbumi hasil yang didapat masih diragukan.
Penentuan tipe fluida dilakukan karena
fluida dari sistem panasbumi memiliki Geokimia
komposisi kimia yang berbeda-beda dan Analisis kimia bertujuan untuk
dikontrol oleh proses pembentuknya. Dalam mengkelompokan basis umum antara
penentuan tipe fluida panasbumi, data kimia perbandingan dan klasifikasi dari cairan panas
yang diperlukan adalah kandungan relatif dari bumi, serta untuk memperoleh data kimia fluida
klorida (Cl), bikarbonat, (HCO3), dan sulfat dan gas dan unsur unsur lain yang terkandung
(SO4). dalam manifestasi sehingga dapat mengetahui
Air Klorida (Chloride Waters), Jenis air ini suhu dan karakteristik reservoir. Dalam
merupakan tipe fluida panasbumi yang penelitian analisisi geokimia dilakukan
ditemukan pada kebanyakan area dengan menggunakan Geotermometer.
sistem temperatur tinggi. Jenis air ini sering
disebut juga alkaline neutral water atau brine Diagram Ternary Na-K-Mg
water. Daerah dengan tipe air ini dicirikan Dalam beberapa dekade terakhir, semakin
dengan area yang memiliki mata air panas yang banyak karya yang berfokus pada studi air
mengalir dalam skala besar dengan konsentrasi panas dengan menggunakan pendekatan yang
Cl yang berasal dari reservoir. Dan dijelaskan oleh Giggenbach (1988).
mengindikasikan zona permeabel di lapangan. Berdasarkan ketergantungan konstanta
Ciri-ciri air klorida pada daerah keluaran adalah kesetimbangan pada temperatur, diagram Na-
mata air panas, kolam air panas dan geyser. K-Mg merupakan kombinasi dari
Pada tipe air ini, analisis temperatur Geotermometer Na-K dan K-Mg. Pendekatan
menggunakan Geotermometer air dapat murni yang diusulkan oleh Giggenbach (1988)
digunakan. termasuk beberapa kendala untuk
Air Sulfat (Sulphate Waters) Jenis air ini penerapannya yang berhasil. Meskipun
dikenal juga dengan air asam sulfat (acid demikian, diagram Na-K-Mg sering digunakan
sulphate water). Merupakan fluida yang di luar kondisi batas penerapan. Untuk
terbentuk pada kedalaman dangkal dan penggunaan yang tepat dari diagram,
terbentuk akibat dari proses oksidasi gas H2S penjelasan rinci diberikan dan beberapa contoh
kepada air tanah di dekat permukaan (diatas pencampuran, pengenceran dan konsentrasi
muka air tanah). Tipe air ini ditemukan pada dibahas. Tipe fluida panas bumi pada diagram
tingkat topografi tinggi yang menandakan ternary terbagi atas tiga, yaitu:
115
JURNAL FISTA: FISIKA DAN TERAPAN E-ISSN 2747-1691
Volume 2, Nomor 2, Hal: 114-120 31 Oktober 2021
116
JURNAL FISTA: FISIKA DAN TERAPAN E-ISSN 2747-1691
Volume 2, Nomor 2, Hal: 114-120 31 Oktober 2021
117
JURNAL FISTA: FISIKA DAN TERAPAN E-ISSN 2747-1691
Volume 2, Nomor 2, Hal: 114-120 31 Oktober 2021
118
JURNAL FISTA: FISIKA DAN TERAPAN E-ISSN 2747-1691
Volume 2, Nomor 2, Hal: 114-120 31 Oktober 2021
sampel air panas telah tercampur dengan air (Bujung et al, 2020). Kandungan Ca pada
tanah. Nilai Na/K yang tinggi menunjukan daerah penelitian termasuk rendah dan
fluida berada pada zona outflow. Nilai N/K memiliki pH yang mendekati netral. Oleh
yang tinggi menandakan terjadinya later flow karena itu, Geotermometer Na/K dapat
pada fluida sebelum naik ke permukaan, digunakan untuk menghitung suhu reservoir
kemudian terjadi reaksi di permukaan berupa pada daerah penelitian. Menurut (Wowa &
pengenceran dan pendinginan secara kondusif Wiloso, 2017), Perhitungan menggunakan
(Syabi dkk, 2019). Bedarkan teori geoindikator, Geotermometer Na-K lebih cocok untuk air
dapat di pastikan bahwa fluida panas bumi jenis bikarbonat dengan sifat air mendekati
tersebur berada pada zona outflow. netral dan memiliki kandungan Ca yang rendah,
Bedasarkan hasil pengukuran pada lokasi sehingga pengukuran menggunakan
penelitian, didapatkan temperatur permukaan Geotermometer Na/K akan mendapatatkan
berkisar 78°C. Temperatur permukaan tersebut hasil yang baik pada suhu 180°C hingga 350°C.
merupakan temperatur bersuhu sedang untuk Hasil perhitungan menggunakan
fasa air. Daerah immature water pada diagram Geotermometer Na-K, didapatkan perkiraan
segitiga Na-K-Mg menandakan bahwa fluida termperatur reservoir seperti pada tabel 4.4.
panas bumi telah tecampur dengan air Dengan menggunakan persamaan
permukaan yang relatif lebih dingin sehingga Geotermometer Giggenbach didapatkan
menurunkan temperatur fluida panas bumi yang temperatur pada daerah Bakan sebesar 235℃,
sampai ke permukaan. Diagram segitiga pada Sedangkan untuk persamaan Geotermometer
(Gambar 3) menunjukan kosentrasi Na yang Fournier didapatkan temperatur pada daerah
relatif rendah. Dalam sistem panas bumi, Na Bakan sebesar 242℃. Dari hasil yang
adalah suatu unsur yang dikendalikan oleh didapatkan, dapat diketahui bahwa temperatur
interaksi fluida dengan batuan panas. Sistem reservoir ini termasuk reservoir bertipe suhu
panas bumi reservoir suhu tinggi (>250°C) tinggi. Menurut Saptadji (Saptadji, 2009),
mengandung Na dalam jumlah besar sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan
(Nicholson, 1993). Temperatur permukaan sedang dapat digunakan sebagai pembangkit
yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat listrik panas bumi. Akan tetapi, diperlukan
temperatur fluida yang lebih tinggi di bawah penelitian lebih lanjut untuk memutuskan
permukaan, karena semakin dekat fluida kelayakan daerah penelitian sebagai daerah
dengan sumber panasnya maka semakin panas pengembangan pembangkit listrik panas bumi.
fluida tersebut (Nicholson, 1993). Hasil dari perhitungan temperatur
Perhitungan estimasi temperatur reservoar menggunakan Geotermometer Na-K bukan
dapat dilakukan dengan menggunakan merupakan temperatur pasti dari reservoir pada
Geotermometer. Dari hasil analisis geokimia daerah penelitian, melainkan merupakan
sebelumnya, sampel berada pada daerah temperatur kisaran yang nilainya mendekati
immature water membuat Geotermometer yang sama. Temperatur reservoir pada daerah
sesuai untuk digunakan adalah Geotermometer penelitian kemungkinan lebih tinggi atau lebih
Na-K. Geotermometer silika cocok untuk air rendah dari hasil perhitungan, hal ini
dengan suhu tinggi (180-260°C), tetapi tidak dikerenakan fluida panas bumi mengalir dekat
cocok untuk sistem panas bumi yang berada di permukaan, banyak unsur terlarut terutama
wilayah Bolaang Mongondow karena air panas unsur Na-K sehingga kandungan kimia yang
bumi di wilayah penelitian lebih rendah dari terkandung pada sampel fluida berbeda dengan
180°C. Sedangkan untuk Geotermometer Na- kandungan kimia fluida pada reservoir (Wowa
K-Ca tidak sesuai untuk air panas bumi dengan & Wiloso, 2017).
pH asam, sehingga kurang cocok dengan sistem
panas bumi di wilayah Bolaang Mongondow KESIMPULAN
yang memiliki pH berkisar 2.24-6.04. Na+ dan 1. Mata air panas di daerah Bakan memiliki
K+ merupakan ion yang memiliki temperatur permukaan 78ºC, suhu udara
kesetimbangan yang lambat, sehingga 26ºC dan nilai pH 5.8 dengan ciri fisik
pencampuran ion lain tidak akan memberikan seperti air sedikit keruh, tanah disekitar
pengaruh yang cukup besar, maka dari itu hasil berwarna kuning kecoklatan, adanya
dari Geotermometer Na-K dapat endapan berwarna putih pada bebatuan
menggambarkan temperatur bawah permukaan disekitar, serta tercium bau belerang.
119
JURNAL FISTA: FISIKA DAN TERAPAN E-ISSN 2747-1691
Volume 2, Nomor 2, Hal: 114-120 31 Oktober 2021
Diketahui mata air panas ini bertipe SABHA PRAMANA. Retrieved September
immature water. 13-14, 2017
2. Perhitungan temperatur reservoir
menggunakan Geotermometer Na-K.
Dengan menggunakan persamaan
Geotermometer Na-K Giggenbach
didapatkan temperatur pada daerah Bakan
sebesar 235℃, Sedangkan dengan
persamaan Geotermometer Na-K Fournier
didapatkan temperatur pada daerah Bakan
sebesar 242℃. Dari hasil yang didapatkan,
diketahui bahwa temperatur reservoir ini
termasuk reservoir bertipe suhu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Bujung, C. A., Dungus, F., & Yasin, K. C. (2020).
Karakteristik Reservoir Panas Bumi
Bedasarkan Analisis Kimia Fisik Fluida Area
Bolaang Mongondow Timur. JSME (Jurnal
Sains, Matematika, Dan Edukasi) FISIKA
FMIPA UNIMA, 8(1), 42-49.
Fournier, R. O. (1977). Chemical geothermometers
and mixing models for geothermal systems.
Geothermics 5, 41-50.
Fournier, R. O. (1979). A revised equation for the
Na/K geothermometer. Geothermal resources
council, 221-224.
Fournier, R. O., & Trusdell, A. H. (1973). An
empirical Na-K-Ca geothermometer for
natural waters. Geochimica Cosmochimica
Acta 37, 1255-1275.
Giggenbach, W. F. (1988). Geothermal solute
equilibria. Derivation of Na-K-Mg-Ca
geoindicators. Geochimica et Cosmochimica
Acta, 52(12), 2749-2765.
Nicholson, K. (1993). Geothermal Fluids. The
Robert Gordon University Aberdeen AB1
1HG, School of Applied Sciences, Scotland,
United Kingdom.
Saptadji, N. M. (2009). Teknik Panas Bumi.
Bandung: ITB.
Simmons, S. F. (1998). Geochemistry Lecture Note.
Auckland: University of Auckland.
Syabi, H. F., Haryanto, A. D., & CSSSA, B. Y.
(2019, Februari). Deliniasi Zona
Upflow/Outflow Panas Bumi Daerah Cibeber,
Banten Menggunakan Analisis Densitas
Kelurusan Dan Geoindikator. Padjadjaran
Geoscience Journal, 3(1), 51-57.
Wowa, F., & Wiloso, D. A. (2017). Studi Geokimia
Untuk Pendugaan Suhu Reservoir Panas Bumi
Bedasarkan Analisis Solute Geothermometer
Di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih,
Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa
Tengah. Proceeding, Seminar Nasional
Kebumian Ke-10 Peran Penelitian Ilmu
Kebumian Dalam Pembangunan Infrastruktur
Di Indonesia, (pp. 1499-1532). GRHA
120