Anda di halaman 1dari 53

MODUL

KELUARGA BERENCANA
DAN
KEPENDUDUKAN

BUKU SKILL LAB

Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
Semarang 2020

Semester :6

1
Modul : Kependudukan dan Keluarga Berencana
LBM :2&4
Topik ketrampilan : Pemasangan dan Pencabutan Implan
Penanggungjawab: dr. Muslich Azhari, Sp.OG
A. Skenario

Seorang wanita 25 tahun G2P2A0 post partum 30 hari, datang ke klinik saudara.
Setelah diterangkan mengenai metode kontrasepsi, pasien memutuskan untuk
memilih implan. saat ini pasien tidak memiliki riwayat infeksi menular seksual.

B. Tujuan Pembelajaran
B.1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan KB metode implan.

B.2. Sasaran Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan implan


2. Mahasiswa mampu melakukan pecabutan implan

C. Latar Belakang
Dari data sensus penduduk tahun 1971 – 2000 didapatkan data laju pertumbuhan penduduk
masih tinggi walaupun cenderung menurun, proyeksi jumlah penduduk indonesia pada tahun
2010 – 2015 adalah 247,6 juta penduduk dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,12.
Kemajuan sebuah negara 80% ditentukan sumberdaya manusia dan 20 % oleh sumber daya
alam, KB memiliki peran dalam membentuk kualitas SDM. Sehingga pemerintah menetapkan
Keluarga Berencana sebagai salah satu dari 11 prioritas Nasional kabinet indonesia bersatu II
2009 – 2014.
Dokter sebagai salah satu komponen dalam pelayanan kesehatan, terutama dokter umum
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan perlu dibekali dengan pengetahuan tentang
keluarga berencana. Dalam panduan skill lab ini membahas tentang cara melaksanakan
pelayanan kontrasepsi yaitu metode pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dan cara pemasangan dan pencabutan implan.

D. Dasar Teori
2
KONTRASEPSI IMPLAN
1. Profil

 Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.
 Nyaman.
 Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut.

 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea.
 Aman dipakai pada masa laktasi.
2. Jenis

 Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya
5 tahun.

 Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.
 Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
3. Cara Kerja
 Lendir serviks menjadi kental.
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
 Mengurangi transportasi sperma.
 Menekan ovulasi.
4. Efektivitas
Sangat efektif (0,2 - 1 kehamilan per 100 perempuan).
5. Keuntungan Kontrasepsi
· Daya guna tinggi.
· Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
· Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
· Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
· Bebas dari pengaruh estrogen.
· Tidak mengganggu kegiatan sanggama.
· Tidak mengganggu ASI.
· Pasien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
3
· Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
6. Keuntungan Nonkontrasepsi
· Mengurangi nyeri haid.
· Mengurangi jumlah darah haid.
· Mengurangi/memperbaiki anemia.
· Melindungi terjadinya kanker endometrium.
· Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
· Melindungi diri dari beberapa penyebab oenyakit radang panggul.
· Menurunkan angka kejadian endometriosis.
7. Keterbatasan

· Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta ame-
norea.

· Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:


 Nyeri kepala.
 Peningkatan/penurunan berat badan.
 Nyeri payudara.
 Perasaan mual.
 Pening/pusing kepala.
 Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
 Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
 Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS.
 Pasien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan
keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
 Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis (rifampi sin) atau
obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat).
 Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun).
8. Yang Boleh Menggunakan Implan

· Perempuan pada usia reproduksi.


· Perempuan yang telah memiliki anak ataupun yang belum.
· Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
· Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

4
· Perempuan pascapersalinan dan tidak menyusui.
· Perempuan pascakeguguran.
· Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
· Perempuan dengan riwayat kehamilan ektopik.
· Perempuan dengan tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell).
· Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengan dung
estrogen.
· Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
9. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan

· Perempuan hamil atau diduga harnil.


· Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
· Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
· Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
· Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
· Perempuan dengan gangguan toleransi glukosa.
10. Waktu mulai Menggunakan Implan

· Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan me tode
kontrasepsi tambahan.
· Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila
diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid atau saat tidak haid, pasien jangan melakukan
hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
· Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, pasien tidak perlu memakai metode
kontrasepsi lain.
· Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
· Bila pasien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini pasien tersebut tidak
hamil, atau pasien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
· Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan
pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
lain.
· Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan

5
pasien ingin menggantinya dengan Norplant. insersi Norplant dapat dilakukan setiap
saat, asal saja diyakini pasien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya
haid berikutnya.
· Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan pasien ingin menggantinya dengan
implan, Norplant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan pasien jangan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
· Pasca keguguran implan dapat segera diinsersikan.
11. Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

· Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung hingga 5
tahun bagi Norplant dan 3 tahun bagi susuk Implanon, dan akan berakhir sesaa t
setelah pengangkatan.
· Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12 bulan pertama.
Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya haid sama sekali. Obat-
obat tuberkulosis ataupun obat epilepsi dapat menurunkan efektivitas im plan.
· Efek samping yang berhubungan dengan implan dapat berupa sakit kepala
penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak ber -
bahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.
· Norplant dicabut setelah 5 tahun pemakaian, susuk Implanon dicabut setelah 3
tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut lebih awal.
· Bila Norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon sebelum 3 tahun,
kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
· Berikan kepada pasien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi, dan
nama klinik.
· Implan tidak melindungi pasien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila
pasangannya memiliki risiko, perlu menggunakan kondom untuk melakukan hu -
bungan seksual.

12. Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik


Pasien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau pasien ingin
mencabut implan. Pasien dianjurkan kembali ke klinik tempat implan dipasang bila
ditemukan hal-hal sebagai berikut.
 Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
 Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
 Rasa nyeri pada lengan.
 Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.

6
 Ekspulsi dari batang implan.
 Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
 Nyeri dada hebat.
 Dugaan adanya kehamilan.

13. PENCABUTAN IMPLAN


Metode pencabutan untuk implan Norplant © , Jadeua' M, Indoplant 'g) maupun Im-
planon ® sama hanya berbeda dalam jumlah kapsul yang terpasang.

Metode standar pencabutan menggunakan klem mosquito atau Crile untuk menjepit
kapsul telah digunakan sejak awal 1980an. Sejak itu telah banyak dilaporkan
modifikasi dari metode standar pencabutan, misalnya metode "pop out" yang
diperkenalkan oleh Darney dkk. pada tahun 1992. Kenyataan bahwa banyak yang
memikirkan untuk terus menyempurnakan metode pencabutan, sedang perubahan
pada metode pemasangan sangat sedikit, menunjukkan dengan jelas metode standar
pencabutan tidak seluruhnya sempurna. Pengamatan ini didukung oleh pengalaman
dari berbagai negara. Dibandingkan pemasangan, pencabutan lebih memerlukan
kesabaran dan keahlian. Selain itu pemasangan yang tidak baik (misalnya terlalu
dalam atau tidak menggunakan pola) menyebabkan pencabutan dengan metode
apapun akan memakan waktu yang lama dan lebih banyak perdarahan dibandingkan
pada waktu pemasangan.
Praptohardjo dan Wibowo (1993) melaporkan metode baru untuk pencabutan im plan
Norplant yaitu teknik "U". Perbedaan yang besar antara teknik "U" dan teknik
standar adalah posisi dari insisi kulit, dan pemakaian klem pemegang implan Norplant,
merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan
diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm.

13.1 Persiapan bahan dan peralatan


Dalam melakukan persiapan, yang penting adalah alat-alat dalam kondisi baik
(misalnya klem harus dapat menjepit dengan kuat dan skalpel harus tajam).
Pastikan alat-alat dan bahan yang akan dipakai dalam keadaan steril atau DTT.
13.2 Konseling sebelum pencabutan
Sebelum mencabut kapsul, ajak pasien berbicara tentang alasannya ingin
mencabut dan jawab semua pertanyaannya. Tanyakan pada pasien tentang
tujuan reproduksinya (misalnya: Apakah pasien ingin mengatur jarak

7
kehamilan atau membatasi kelahiran). Terangkan secara ringkas proses
pencabutan dan apa yang dapat diharapkan selama dan sesudah pencabutan.
13.3 KUNCI KEBERHASILAN PENCABUTAN
· Pencabutan yang mudah tergantung dari pemasangan yang benar. Bila
kapsul dipasang tepat di bawah kulit maka akan lebih mudah dicabut. Bila
dipasang terlalu dalam akan menimbulkan masalah.
· Pencabutan rutin (tanpa masalah) sedikit lebih lama dari pemasangan
biasanya 10 sampai 20 menit.
· Raba tempat pencabutan untuk menentukan lokasi dari masing-masing
kapsul dan beri tanda posisi masing-masing kapsul dengan spidol.
· Gunakan tindakan pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk menghindari
infeksi.
· Suntikkan sedikit (biasanya seluruhnya tidak lebih dari 3 ml) obat anestesi
lokal di bawah ujung kapsul dekat insisi yang lama. Bila disuntikkan di atas
kapsul akan membuat kapsul tidak teraba dari luar sehingga menyulitkan
pencabutan.
· Bila posisi kapsul benar, hanya diperlukan insisi kecil tidak melebihi 4 mm
untuk mencabut keenam kapsul.
· Kapsul yang pertama kali dicabut adalah yang terletak paling dekat luka
insisi atau paling dekat permukaan kulit.
· Bila memang diperlukan, tambahkan sedikit lagi anestesi hanya di bawah
ujung kapsul.
· Atasi perdarahan dengan melakukan penekanan pada luka insisi.
Bila masih tersisa 1 atau 2 kapsul yang sulit dicapai, jangan dipaksakan
untuk melakukan pencabutan. Bila waktu pencabutan telah mencapai lebih
dari 30 menit, minta pasien untuk kembali setelah luka insisi sem buh benar
(sekitar 4 sampai 6 minggu) dan coba lagi atau rujuk ke klinisi yang lebih
berpengalaman.
· Terakhir dan yang paling penting, klinisi harus bekerja dengan baik, hati-
hati dan sabar untuk menghindari luka yang besar pada lengan pasien.

13.4 PENATALAKSANAAN UMUM


 Pencabutan yang mudah bergantung pada pemasangan yang benar. Proses
pencabutan umumnya lebih lama dari proses pemasangan biasanya antara 10
sampai 20 menit.
 Bila kapsul terpasang dengan benar akan lebih mudah mencabutnya, sedang

8
yang letaknya dalam akan Iebih sulit mencabutnya.

 Menentukan lokasi kapsul lebih dulu dengan meraba tanpa menggunakan


sarung tangan akan sangat membantu untuk proses pencabutan. Banyak klinisi
memilih untuk memberi tanda dengan spidol pada setiap posisi kapsul. Usap
lengan pasien dengan larutan aniiseptik sebelum menyuntikkan anestesi lokal.
Anestesi lokal harus disuntikkan di bawah ujung kapsul dekat tempat insisi
suntikan di atas kapsul akan membuat kapsul sulit diraba.
 Pada umumnya hanya satu insisi kecil yang diperlukan untuk mencabut
seluruh kapsul. Panjang insisi tidak boleh lebih dari 4 mm. Di mana insisi
dilakukan bergantung pada posisi implan dan metode pencabutan yang akan
digunakan, metode standar atau teknik "U".

 Kapsul pertama yang dicabut harus yang paling mudah dicapai (misalnya
paling dekat dari insisi atau paling mudah diraba). Bila 1 atau 2 kapsul
terakhir sulit dicabut, jangan paksakan untuk mencabutnya. Bila seluruh 6
kapsul tidak dapat dicabut dalam 20 sampai 30 menit, hentikan pencabutan.
Pasien harus diberi metode kontrasepsi pengaman (bila pasien menginginkan)
dan diminta datang kembali setelah luka insisi sembuh (sekitar 4 sampai 6
minggu) untuk pencabutan kapsul yang tersisa. (Bila kapsul yang tersisa
tersebut tidak teraba, lakukan foto dengan sinar X atau Ultrasound untuk
menentukan lokasinya). Biasanya kapsul yang tersisa tersebut akan teraba dan
dapat dicabut pada kunjungan kedua.

 Sebelum memulai tindakan, periksa untuk memastikan bahwa pasien tidak


alergi terhadap obat anestesi.

9
PEMASANGAN KEDUA
Bila pasien ingin meneruskan memakai Norplant, maka satu set kapsul yang baru dapat
segera dipasang setelah selesai pencabutan. Dan hasil pengamatan, tidak didapatkan
perbedaan yang bemakna antara kadar LNG setelah pemasangan per tama dengan
pemasangan kedua pada tempat yang sama maupun pada lengan yang lain.

1. Kapsul yang baru dapat dipasang melalui insisi dan arah yang sama dengan yang
terdahulu.
2. Pilihan lain, kapsul dipasang dengan arah yang berlawanan. Saat memasang de-
ngan arah yang berlawanan, pastikan kapsul tidak terpasang terlalu dekat dengan
siku karena akan mengganggu gerakan siku.
3. Insisi baru hanya dilakukan bila terlalu banyak jaringan ikat yang rusak pada
tempat pemasangan pertama atau bila tidak ada tempat yang cukup antara tempat
insisi dan lipatan siku.
4. Bila pada tempat pencabutan tidak memungkinkan untuk dipasang lagi atau atas
permintaan pasien, maka pemasangan satu set kapsul yang baru dapat dilakukan
pada lengan yang lain.

10
E. Rencana Pembelajaran

Waktu praktikum 2 × 2 jam


Panduan Tutor 1. 5 Menit pertama PRE TEST
2. Pada 45 menit selanjutnya, praktikum. Mahasiswa di
bimbing oleh tutor untuk mempelajari bagaimana cara
pemasangan dan pencabutan implan.
3. Pada jam ke 2 praktikum, mahasiswa dibimbing oleh
tutor untuk praktek cara pemasangan dan pencabutan
implan/IUD
4. Pada 2 jam berikutnya (Ulangan) dapat dilakukan
penilaian oleh instruktur, sesuai chek list yang telah
tersedia .

Tugas Mahasiswa Mempraktekkan cara pemasangan dan pencabutan Implan


secara legeartis.
F. Alat dan Bahan
IMPLAN
F.1. Alat
Alat Jumlah

PEMASANGAN

1. Meja periksa untuk berbaring pasien.


2. Alat penyangga lengan (tambahan).
3. Doek berlubang steril (disinfeksi tingkat tinggi)
4. Mangkok untuk tempat meletakkan implan Norplant.
5. Semprit (5-10 ml), dan jarum suntik (22 G) ukuran 2,5 sampai
4 cm (1-1 1 /2/ inch).
6. Trokar 10 dan mandrin.
7. Skalpel dan bisturi (pisau bedah) nomor 11 atau 15
8. Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan).
9. Bak/tempat instrumen (tertutup).

PENCABUTAN

1. Meja periksa untuk tempat tidur pasien.


2. Penyangga lengan atau meja samping.
3. Sabun untuk mencuci lengan.

11
4. Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
5. Tiga mangkok steril atau DTT (satu untuk larutan antiseptik,
satu tempat air mendidih atau steril yang berisi kapas bulat
untuk membersihkan bedak pada sarung tangan dan satu lagi
berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi kapsul yang
telah dicabut).
6. Skalpel dan bisturi (pisau bedah) nomor 11.
7. Klem lengkung dan lurus (mosquito dan Crile).

F.2. BAHAN
PEMASANGAN
1. Larutan antiseptik untuk disinfeksi kulit (misal: larutan betadin atau jenis
golongan povidon iodin lainnya), Iengkap dengan cawan/mangkok antikarat.
2. Zat anestesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin).
3. Batang implan dalam kantong.
4. Sepasang sarung tangan karet bebas bedak yang sudah disteril (atau didisinfeksi
tingkat tinggi).
5. Kasa pembalut, band aid, atau plester.
6. Kasa steril dan pembalut.
7. Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk keperluan darurat).

PENCABUTAN
Bahan yang dibutuhkan pada pencabutan implan sama dengan bahan pada
pemasangan, kecuali implan itu sendiri.

12
G. Prosedur Ketrampilan Pemeriksaan Fisik
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN IMPLAN
PERSIAPAN PEMASANGAN
1. Persilahkan pasien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air mengalir dan
membilasnya.
2. Tutup tempat tidur pasien (dan penyangga lengan bila ada) dengan kain bersih
3. Persilahkan pasien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan diletakkan
pada penyangga lengan atau meja samping. Lengan harus disangga dengan baik dan
dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinisi
untuk memudahkan pemasangan
4. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas lipatan siku, gunakan template
dan spidol untuk menandai tempat insisi dan keenam kapsul akan dipasang.
5. Siapkan alat – alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat – alat dibawahnya
6. Buka hati - hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya
dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam mangkok steril.

TINDAKAN SEBELUM PEMASANGAN


1. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
2. Pakai sarung tangan steril

13
3. Atur alat dan bahan sehingga mudah tercapai. Hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya.
4. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lengan yang telah ditandai.
5. Pasang duk steril pada lengan pada daerah yang telah ditandai.
6. Injeksikan obat anestesi dengan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi, kemudian
lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk kedalam pembuluh darah.
Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil dibawah kulit. Kemudian
tanpa memindahkan jarum, masukan ke bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm. Kemudian
tarik jarum pelan – pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi
sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul 1 dan 2, kapsul 3 dan 4, serta
kapsul 5 dan 6.

Satu mililiter obat anestesi cukup untuk setiap jalur. Lakukan pemijatan pada lengan, agar
penyebaran obat anestesi merata, hal ini akan meningkatkan efektifitas anestesi.

Pemasangan Kapsul
1. Pegang skalpel dengan sudut 45 0, buat insisi dangkal hanya sekedar menembus kulit.
2. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas.
a. Batas trokar dimasukkan ke dalam kulit sebelum memasukkan setiap kapsul
b. Batas trokar yang harus tetap berada di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul.
3. Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong didalamnya masukkan ujung
trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti
kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di bawah
kulit (2 – 3 mm dari akhir ujung tajam). Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika
terdapat tananan, coba dari sudut lainnya.
4. Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke atas, sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar
akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5. Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar.
6. Masukkan kapsui pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk
atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam
trokar. Bila kapsul diambil dengan tangan, pastikan. sarung tangan tersebut
bebas dari bedak atau partikel lain. (Untuk mencegah kapsul jatuh pada

14
waktu dimasukkan ke dalam trokar, letakkan satu tangan di bawah kapsul
untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh)

Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar dan masukkan kembali
pendorong
7. Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa
ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa. (Akan terasa tahanan pada saat
sekitar setengah bagian pendorong masuk ke dalam trokar).
8. Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangan untuk menstabil-
kan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka
insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pe-
gangan pendorong. Hal yang penting pada Iangkah ini adalah men jaga pendorong
tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
9. Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus terlihat di tepi
luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba
ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari
trokar.
Hal yang penting adalah kapsul bebas dari ujung trokar untuk menghindari terpo -
tongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.

10. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah lateral kanan
dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trokar sekitar 15 derajat, mengikuti pola seperti kipas yang
terdapat pada lengan. Untuk melakukan itu, mula - mula fiksasi kapsul pertama
dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari
telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara
kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya.
Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan
lakukan seperti sebelumnya (Langkah 5-9) sampai seluruh kapsul terpasang.
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi risiko infeksi atau ekspulsi,
pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul yang terdekat dengan tepi luka insisi
(ujung kecil dari pola seperti kipas) tidak lebih dari lebar 1 kapsul.
11. Saat memasang keenam kapsul satu demi satu, jangan mencabut trokar dari luka
insisi (lihat Langkah 10). Hal ini akan mengurangi trauma pada jaringan,
menurunkan kemungkinan infeksi dan mempersingkat waktu pemasangan.
12. Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan keenam kapsul semuanya telah
terpasang.

15
13. Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi (sekitar 5 mm). Bila sebuah
kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan
dipasang kembali di tempat yang tepat.
14. Setelah keenam kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa,
keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama
1 menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa
berantiseptik.

TINDAKAN SETELAH PEMASANGAN KAPSUL


1. Menutup luka insisi
2. Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kasa steril untuk
menutup iuka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan
jaringan parut.
3. Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk
hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).

Perawatan pasien

1. Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan kejadian tidak umum
yang mungkin terjadi selama pemasangan. (Gambar sederhana yang memperlihatkan
kira-kira tempat pemasangan keenam kapsul pada lengan pasien, akan sangat membantu).

2. Amati pasien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka
insisi atau efek lain sebelum memulangkan pasien. Beri petunjuk untuk perawatan luka
insisi setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.

3. Bila terjadi infeksi

· Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal.


· Bila terjadi abses (dengan atau tanpa ekspulsi kapsul) cabut semua kapsul.

16
PEMASANGAN IMPLAN JADENA DAN INDOPLANT
Pemasangan implan JADENA dan INDOPLANT sama dengan pemasangan NORPLANT
hanya berbeda dalam jumlah kapsul yang dipasang yaitu hanya 2 kapsul, kapsu lnya lebih
panjang dan pemmberian obat anestesi cukup 1 - 2 ml (1% tanpa epinefrin).

PEMASANGAN IMPLAN IMPLANON


Inserter yang digunakan telah berisi 1 (satu) buah kapsul di dalamnya dan hanya untuk satu
kali pakai. Kemasan inserter tersebut menyerupai alat suntik.

1. Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik.


2. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan siku pada bagian
dalam lengan di alur antara otot biseps dan triceps. Gunakan spidol untuk
menandai dengan membuat garis sepanjang 6 - 8 cm.
3. Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat
suntik dengan 2 ml obat anestesi (1% tanpa epinefrin) dan disuntikkan tepat di
bawah kulit sepanjang jalur tempat pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat
dilakukan dengan semprotan.
4. Keluarkan inserter dari kemasannya. Regangkan kulit di tempat pemasangan dan
masukkan jarum inserter tepat di bawah kulit sampai masuk seluruh panjang
jarum inserter. Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat ja rum
inserter ke atas, sehingga kulit terangkat.

5. Lepaskan segel inserter dengan menekan penopang pendorong inserternya.

17
6. Putar pendorong inserter 90° atau 180° dengan mempertahankan pendorong in serter
tetap di atas lengan.

7. Dengan tangan yang lain secara perlahan tarik jarum keluar dari lengan sambil tetap
mempertahankan penopang inserter di tempatnya.
(Catatan: Prosedur ini berlawanan dengan suatu penyuntikan, di mana pendorong
didorong dan inserter dipertahankan).

18
PENCABUTAN IMPLAN

PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


1. Persilakan pasien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan air
yang mengalir, serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun
menurunkan efektivitas antiseptik tertentu). Langkah ini sangat penting bila higiene
pasien buruk (kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan
mencegah penularan penyakit).
2. Tutup tempat tidur pasien (dan penyangga lengan atau meja samping, bila digu -
nakan) dengan kain bersih yang kering.
3. Persilakan pasien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya:
lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja samping. Lengan ha rus
disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai de -
ngan posisi yang disukai oleh klinisi untuk memudahkan pencabutan
4. Raba keenam kapsul untuk menentukan Iokasinya. Untuk me nentukan tempat insisi,
raba (tanpa sarung tangan) ujung kapsul dekat lipatan siku. Bila tidak dapat meraba
kapsul, lihat lokasi pemasangan pada rekam medik pasien.
Petunjuk: Untuk memudahkan meraba kapsul, basahkan sedikit ujung jari dengan air
sabun atau larutan antiseptik seperti Savlon ® atau Betadine ® . Dengan cara
ini dapat menghilangkan gesekan antara ujung jari klinisi dengan kulit
pasien sehingga kapsul lebih mudah diraba.
5. Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda pada kedua ujung setiap
kapsul dengan menggunakan spidol
6. Siapkan tempat aiat-alat dan buka hungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di
dalamnya

TINDAKAN SEBELUM PENCABUTAN

1. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih.
2. Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap pasien guna
mencegah kontaminasi silang).
3. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai.
4. Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik. Gunakan klem steril atau DTT
untuk memegang kasa tersebut. (Bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan
tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminasi sarung tangan dengan menyentuh
kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke

19
arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2
menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik yang berlebihan hanya bila
tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
5. Bila ada gunakan doek lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup
lebar untuk memaparkan lokasi kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di
bawah tempat kapsul dipasang dengan menggunakan kain steril (Pilihan lain adalah
menggunakan kain yang telah didekontaminasi, dicuci dan dikeringkan di udara
atau dengan mesin pengering).
6. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.
7. Setelah memastikan pasien tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik
dengan 3 ml obat anestesi (1% tanpa epinefrin). Masukkan jarum tepat di bawah
kulit pada tempat insisi akan dibuat, kemudian lakukan aspirasi un tuk memastikan
jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk
membuat gelembung kecil di bawah kulit. Masukkan jarum secara hati-hati di
bawah ujung kapsul pertama sampai lebih kurang sepertiga panjang kapsul (1 cm),
tarik jarum pelan-pelan sambil menyuntikkan obat anestesi ( kira-kira 0,5 ml) untuk
mengangkat ujung kapsul

Tanpa mencabut jarum, geser ujung jarum dan masukkan ke bawah kapsul berikutnya.
Ulangi proses ini sampai seluruh ujung keenam kapsul terangkat. Jangan menyuntikkan
obat anestesi di atas kapsul karena akan membuat jaringan menjadi oedem sehingga kapsul
sulit diraba. Bila perlu dapat ditambahkan lagi anestesi, selama berlangsungnya proses
pencabutan.
Sebelum memulai, sentuh tempat insisi dengan ujung jarum atau skalpel untuk memastikan
obat anestesi telah bekerja.

TINDAKAN PENCABUTAN KAPSUL

Metode Standar
1. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat
siku), kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut sama maka insisi dibuat
pada tempat insisi waktu pemasangan. Sebelum menentukan lokasi, pastikan tidak ada
ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama (Hal ini untuk mencegah terpotongnya
kapsul saat melakukan insisi).
2. Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm
dengan menggunakan skalpel. Jangan membuat insisi yang besar.
3. Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat

20
tempat insisi.
4. Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak
pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukkan klem
lengkung (mosquito atau Crile) dengan lengkungan jepitan mengarah ke atas,
kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.
Catatan: Bila kapsul sulit digerakkan kearah insisi, hal ini mungkin karena
jaringan (pembertukan jaringan fibrous) yang mengelilingi kapsul.
(Lihat: Langkah 4A dan 4B mengenai cara memotong jaringan parut tersebut).
Langkah 4A
Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke
kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup
jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilingi ujung
kapsul. Ulangi sampai ujung keenam kapsul seluruhnya bebas dari jaringan parut
yang mengelilinginya (mudah digerakkan).
Langkah 4B
Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi. Sambil menekan
(fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan lagi klem lengkung
(lengkungan jepitan mengarah ke kulit), sampai berada di bawah ujung kapsul. jepit
kapsul di dekat ujungnya (5 sampai 10 mm) dan secara hati-hati ta rik keluar melalui
luka insisi.
5. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara meng gosok-
gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul.

Cara lain, bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai
kasa steril, dapat dengan menggunakan skalpel secara hati-hati. Untuk mencegah
terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari skalpel waktu membersihkan
jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.
Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua. Lepaskan klem
pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati dengan klem kedua. Kapsul akan
mudah dicabut oleh karena jaringan ikat yang mengelilinginya tidak melekat pada
karet silikon. Bila kapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat
yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa atau skalpel.

Setelah kapsul berhasil dicabut, taruh dalam mangkok kecil berisi klorin 0,5% . Dalam
mangkok tsb. Kapsul dapat dihitung untuk memastikan keenam kapsul telah dicabut semua dan
mengetttahui keadaan kapsul (kapsul utuh akan mengambang sedangkan kapsul putus akan
tenggelam secara pelan-pelan

21
6. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang
sama (Langkah 4 sampai 6) untuk mencabut kapsul berikutnya.

Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut.
Tunjukkan keenam kapsul tersebut pada pasien. Hal ini sangat penting untuk meyakinkan
pasien.

Metode Pencabutan Teknik "U "


Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik "U", merupakan modifikasi klem yang
digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem di perkecil dari 3,5
menjadi 2,2 mm.
Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk me nentukan
dan menandai kapsul. Selanjutnya cuci tangan dan pakai sarung tangan stern atau DTT.
Usap lengan dengan larutan antiseptik dan suntikkan obat anestesi lokal seperti yang telah
diuraikan sebelumnya (Persiapan dan Tindakan sebelum pencabutan).
1. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 Iebih kurang 5 mm dari
ujung kapsul dekat siku
2. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul de -
ngan menggunakan skalpel.
3. Masukkan ujung klem pemegang implan Norplant secara hati-hati melalui luka
insisi. (Dengan teknik ini tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul seperti
pada metodc standar).
4. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar
panjang kapsul
5. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan
jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih kurang 5
mm di atas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tank ke arah insisi (1) dan
balikkan pegangan klem 180° ke arah bahu pasien (2) untuk memaparkan ujung
bawah kapsul.
6. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok gosok
menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah
dicabut. Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan skalpel.
7. Gunakan klem lengkung (mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul yang sudah
terpapar. Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut kapsul dengan pelan-pelan
dan hati-hati. Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi
klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.
Kapsul akan keluar dengan mudah karena jaringan ikat tidak melekat pada kapsul.

22
Bila kapsul tidak bisa ke luar dengan mudah, bersihkan kembali jaringan ikat yang
mengelilinginya dengan menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam
dari skalpel.
8. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan
teknik yang sama (Langkah 3-7) untuk mencabut kapsul berikutnya.

Kapsul yang Sulit Dicabut

Kadang-kadang satu atau beberapa kapsul sulit dicabut. Sebagai contoh, meskipun jaringan
parut telah dipotong secara tumpul, ujung kapsul tidak dapat didorong mendekati luka
insisi atau kapsul dipasang terlalu dalam (misalnya ke dalam ja ringan subkutan atau
jaringan lemak). Bila ini terjadi, teknik "U" dapat digunakan untuk mencabut kapsul
tersebut. Cara lain, ikuti langkah-langkah di bawah ini untuk mencabut kapsul:
1. Raba kedua ujung kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Letakkan jari tengah
pada ujung kapsul yang dekat bahu dan jari telunjuk pada ujung kapsul yang dekat
siku, kemudian dorong kapsul sedekat mungkin ke arah insisi
2. Masukkan klem lengkung ke dalam luka insisi sampai ujung jepitan klem berada di
bawah kapsul dengan kedua jari tetap menekan ujung-ujung kapsul untuk mem -
fiksasi
3. Jepit kapsul dari bawah dengan klem lengkung
4. Jangan mencoba untuk menarik kapsul ke luar oleh karena ujung klem yang seka rang
masuk ke dalam luka insisi lebih kurang 1 sampai 2 cm. Lebih baik sambil
meneruskan mendorong ujung kapsul ke arah insisi, balikkan (flip) pegangan klem
180° ke arah bahu pasien dan kemudian pegang klem dengan tangan yang berlawanan.

Bila setelah klem dibalikkan, kapsul belum terlihat. Putar (twist) klem 1800 ke arah
sumbu utamanya. Tarik klem hati – hati sehingga ujung kapsul terlihat pada luka
insisi daridan
5. Bersihkan sisibuka
yangjaringan
beeerlawanan darimengelilingi
ikat yang klem kapsul dengan
menggosok-gosok memakai kasa steril atau skalpel bila perlu untuk memaparkan
ujung kapsul.
6. Setelah jaringan ikat yang mengelilingi kapsul terbuka, gunakan klem kedua untuk
menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul
dengan klem kedua.
7. Sisa kapsul lain yang "sulit dicabut", dapat dicabut dengan menggunakan teknik
yang sama. Bila perlu dapat ditambahkan lagi anestesi lokal untuk mencabut sisa
kapsul.

METODE PENCABUTAN TEKNIK "POP OUT"

23
Pada tahun 1992, Darney, Klaisle dan Walker melaporkan metode pencabutan yang
sederhana untuk mencabut beberapa atau seluruh kapsul Norplant. Metode ini tanpa
menggunakan klem dan disebut teknik "Pop Out". Teknik pencabutan ini dapat
mengurangi rasa sakit maupun perdarahan dan biasanya luka insisi lebih kecil. Demikian
juga trauma ataupun perdarahan di bawah kulit lebih sedikit dan jaringan parut yang terjadi
lebih kecil bahkan sering tidak tampak. Teknik ini akan me ngurangi risiko robek pada
kapsul selama tindakan pencabutan. Satu-satunya kerugian dan teknik ini adalah tidak
dapat dilakukan bila lokasi kapsul tidak baik (misalnya tidak dalam pola kipas) pada waktu
dipasang atau dipasang terlalu dalam.

1. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang
lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung
kapsul lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu pasien) yang telah
dipilih tadi dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat
siku) tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm) di atas ujung kap sul
dengan menggunakan skalpel.
2. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung
bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah
tempat insisi.
3. Masukkan ujung tajam skalpel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung
kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap
memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.
4. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung
bawah kapsul terpapar keluar.
5. Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul (pop out) pada
luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut Setelah kapsul pertama
berhasil dicabut, kapsul berikutnya akan muncul dengan menggunakan teknik yang
sama.

Untuk mengurangi resiko putusnya kapsul, dorong kapsul dengan hati – hati.
Gunakan penekanan seringan mungkin untuk memunculkan kapsul. Demikian
pula pada waktu mencabut kapsul tsb.
Kemungkinan tidak seluruh kapsul dapat dicabut dengan teknik ini. Bila menemui kapsul yang
sulit dicabut dengan teknik ini, gunakan metode pencabutan yang lain.

Setelah keenam kapsul berhasil dicabut dan dihitung kembali jumlahnya, luka insisi ditutup
dengan band aid atau kasa steril dan plester. Pembalut tekan biasanya tidak diperlukan karena

24
teknik pop out ini tidak menyebabkan atau hanya sedikit merusak jaringan (subkutaneus) di
tempat pencabutan.

PETUNJUK PENCABUTAN
1. Kapsul yang Sulit Dicabut
Kadang-kadang kapsul tidak bisa dicabut semuanya pada kunjungan pertama. Ja ngan
paksakan untuk mencabut 1 atau 2 kapsul sisa yang sulit dicabut. (Lihat
penatalaksanaan umum)

2. Kapsul yang Tidak Dapat Diraba

Ada 2 Cara untuk menentukan lokasi kapsul yang dipasang terlalu dalam sehingga
tidak hisa diraba dengan jari yaitu dengan sinar X dan ultrasound. Dengan meng-
gunakan bahan radiopaque untuk memberi tanda pada tempat insisi, maka kapsul
yang juga radiopaque biasanya dapat ditentukan dengan sinar X (pasang pada 50 - 55
kilovolts dan 4 - 5 miliamper, dengan waktu pemaparan 0,03 detik). Kedalam annya
tidak dapat ditentukan dengan sinar X, sehingga perlu dilakukan pemerik saan lebih
lanjut untuk memastikan lokasi kapsul.
Dengan ultrasound, bayangan yang ditimbulkan oleh kapsul dapat ditentukan (con-
tohnya suatu bayangan dengan daerah yang tidak ada ekho akan tampak di bawah
masing-masing kapsul). Penyetelan khusus (posisi probe ultrasound) mungkin
diperlukan untuk memusatkan gambar pada ultrasound.

3. Kapsul yang Putus

Pencabutan akan lebih sulit bila kapsul terputus pada waktu berusaha mengeluar -
kannya. Sekali kapsul putus, maka ada kemungkinan akan putus lagi setiap kali
melakukan jepitan dengan klem. Kadang-kadang diperlukan insisi baru di ujung
atas kapsul (dekat bahu) pada pencabutan kapsul yang sudah putus sehingga sisa
kapsul tersebut dapat dicabut.
TINDAKAN SETELAH PENCABUTAN KAPSUL
1. Menutup Luka Insisi
2. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan band aid (plester untuk
luka ringan) atau kasa steril dan plester.
3. Bila pasien tidak ingin melanjutkan pemakaian implan lagi, bersihkan tempat
insisi dan sekitarnya dengan menggunakan kasa berantiseptik. Gunakan klem

25
untuk memegang kedua tepi luka insisi selama 10 sampai 15 detik untuk
mengurangi perdarahan dari luka insisi, kemudian dilanjutkan dengan membalut
luka insisi.
4. Luka insisi tidak perlu dijahit, karena mungkin dapat menimbulkan jaringan
parut.
5. Periksa kemungkinan adanya perdarahan.

INSTRUKSI KEPADA PASIEN UNTUK PERAWATAN LUKA DI RUMAH


(pemasangan dan pencabutan implan)

1. Beri tahu pasien mungkin akan timbul memar, pembengkakan dan kulit kemerahan pada
daerah pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini normal.

2. Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka insisi
dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakaian.

3. Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di ternpatnya
sampai luka insisi sembuh (umumnya 3 - 5 hari).

4. Pasien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di daerah
tersebut atau menambahkan tekanan.
5. Setelah sembuh, luka insisi boleh dicuci dan disentuh dengan tekanan normal.

6. Segera kembali ke klinik bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, radang
(kemerahan dan panas) pada tempat insisi atau sakit di lengan selama beberapa hari.

7. Beritahu pasien kapan kembali ke klinik untuk perawatan tindak lanjut, bila diperlukan.
Diskusikan apa yang harus dilakukan bila pasien mengalami masalah. Jawab semua
pertanyaan pasien.

8. Beritahu pasien bahwa jaringan ikat di lengan (alur bekas tempat kapsul) mungkin masih
tetap terasa dan akan menghilang setelah beberapa bulan kemudian.

H. Check List
CHEK LIST PEMASANGAN IMPLAN
Nilai
No ASPEK KETRAMPILAN MEDIS
0 1 2
1. PERSIAPAN PEMASANGAN
PERSIAPAN PASIEN
 Meminta persetujuan pasien untuk dipasang
 Persilahkan pasien membersihkan lengan.
 Tutup tempat tidur pasien (dan penyangga lengan bila ada)

26
dengan kain bersih
 Persilahkan pasien berbaring, dan posisikan lengan
 Tentukan tempat pemasangan yang optimal (8 cm diatas
lipatan siku, tandai tempat insisi dan keenam kapsul akan
dipasang)
PERSIAPAN PETUGAS
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
 Basmallah
 Memakai sarung tangan steril
PERSIAPAN ALAT dan IMPLAN
 Buka kemasan steril implan jatuhkan seluruh kapsul ke
dalam mangkok steril.
 Hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya.
 Atur alat dan bahan sehingga mudah tercapai.
ANESTESI
 Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lengan yang telah
ditandai.
 Pasang doek steril pada lengan pada daerah yang telah ditandai.
 Injeksikan obat anestesi dengan jarum tepat dibawah kulit pada
tempat insisi,
 Aspirasi
 Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil
dibawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukan
ke bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm.
 tarik jarum pelan sehingga membentuk jalur sambil
menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat
untuk memasang kapsul 1 dan 2, kapsul 3 dan 4, serta kapsul 5
dan 6.
 Lakukan pemijatan pada lengan (meratakan obat anestesi dan
meningkatkan efektifitas anestesi).
Pemasangan Kapsul   
· Buat insisi dangkal pada tempat pemasangan dengan skalpel
dengan sudut 45 0.
· Pegang Trokar dengan ujung yang tajam menghadap ke atas.
· Masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil.
· Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar

27
ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di
bawah kulit
· Angkat trokar ke atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan
trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. (Pastikan trokar dapat diraba dari luar dengan jari.
dan terlihat mengangkat kulit selama pemasangan)
· Cabut pendorong dari trokar.

· Masukkan kapsui pertama ke dalam trokar.

· Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar


dan masukkan kembali pendorong

· Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung


trokar sampai terasa ada tahanan

· Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu


tangan untuk menstabilkan.

· Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan


telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi
luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong.
· Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul
sudah keluar seluruhnya dari trokar.

· Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar


ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula
untuk memastikan kapsul pertama bebas.
· Selanjutnya geser trokar sekitar 15 derajat, mengikuti pola
seperti kipas yang terdapat pada lengan.
· Fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk
· Masukkan kembali trokar sepanjang sisi jari telunjuk
tersebut sampai tanda (1).
· Masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan
seperti sebelumnya sampai seluruh kapsul terpasang.
· Saat memasang keenam kapsul satu demi satu, jangan
mencabut trokar dari luka insisi
· Pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5
mm dari tepi luka insisi dan jarak antara ujung setiap kapsul
yang terdekat dengan tepi luka insisi tidak lebih dari lebar 1
kapsul.

28
· Pastikan keenam kapsul terpasang semuanya Keluarkan trokar
pelan-pelan.

· Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1


menit.

· Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa berantiseptik.


TINDAKAN SETELAH PEMASANGAN KAPSUL   
 Temukan tepi kedua insisi

 Tutup luka insisi dengan band aid atau plester dengan kasa
steril.
 Periksa adanya perdarahan.
 Tutup daerah pemasangan dengan pembalut.
Perawatan pasien

 Buat laporan tindakan pada rekam medik (tempat pemasangan


kapsul dan kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama
pemasangan)

 Monitor pasien lebih kurang 15 - 20 menit(menilai perdarahan


(+/-) atau efek lain).

 Edukasi pasien (petunjuk perawatan luka insisi). Jangan kotor,


jangan basah, 3-4 hari bisa buka perban, jgn melakukan
aktifitas berat pada tangan tsb.

29
CHECK LIST PENCABUTAN IMPLAN
Nilai
No ASPEK KETRAMPILAN MEDIS
0 1 2
1. PERSIAPAN PENCABUTAN
PERSIAPAN PASIEN
 Meminta persetujuan pasien untuk dicabut Implan
 Persilahkan pasien mencuci seluruh lengan dengan sabun
dan air mengalir dan membilasnya.
 Tutup tempat tidur pasien (dan penyangga lengan bila ada)
dengan kain bersih
 Persilahkan pasien berbaring, dan posisikan lengan
 Tentukan tempat pencabutan

PERSIAPAN PETUGAS
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
 Basmallah
 Memakai sarung tangan steril
 Atur alat dan bahan-bahan
TINDAKAN SEBELUM PENCABUTAN   
 Aseptik antiseptik
 Pasang doek lubang
 raba kembali seluruh kapsul untuk menentukan
lokasinya.
 Anestesi pasien pada daerah pencabutan
TINDAKAN PENCABUTAN KAPSUL   
Metode Standar
 Tentukan lokasi insisi (jarak sama(5 mm) dari ujung bawah
semua kapsul (dekat siku))
 Pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi
lama
 Buat insisi melintang yang kecil ±4 mm dengan
menggunakan skalpel.
 cabut kapsul yang mudah diraba dari luar/yang terdekat
tempat insisi.
 Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan

30
sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi.
 Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan
lengkungan jepitan mengarah ke kulit, sampai berada di
bawah ujung kapsul dekat siku.
 Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara
tumpul jaringan parut yang mengelilingi ujung kapsul.
 Ulangi sampai ujung keenam kapsul seluruhnya bebas
dari jaringan parut yang mengelilinginya.
 Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada
luka insisi. Sambil menekan (fiksasi) kapsul dengan jari
telunjuk dan jari tengah
 Masukkan lagi kiem lengkung sampai berada di bawah
ujung kapsul. jepit kapsul di dekat ujungnya (5 sampai
10 mm) dan tarik keluar melalui luka insisi.
 Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi
kapsul dengan kasa atau sisi yang tidak tajam dari
skalpel.
 Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan
klem kedua.
 Lepaskan klem pertama, cabut kapsul secara pelan dan
hati-hati dengan klem kedua.
 Bila kapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa
jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan
menggunakan kasa atau skalpel.
 Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah
dicabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut
kapsul berikutnya.
 Hitung dan pastikan keenam kapsul sudah dicabut.
Tunjukkan keenam kapsul tersebut pada pasien
  
Metode Pencabutan Teknik "U"
 Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan
4 Iebih kurang 5 mm dari ujung kapsul dekat siku
 Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara
sumbu panjang kapsul dengan skalpel.
 Masukkan ujung klem pemegang implan Norplant

31
melalui luka insisi.
 Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi
dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul
 Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya
menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan
sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih
kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul.
 Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi (1) dan
balikkan pegangan klem 180° ke arah bahu pasien (2)
untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
 Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang
mengelilinginya
 Gunakan klem lengkung (mosquito atau Crile) untuk
menjepit kapsul yang sudah terpapar.
 Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut kapsul.
 Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil
yang berisi clorin 0,5%.
 Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak
paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama
(Langkah 3-7) untuk mencabut kapsul berikutnya.
 Hitung dan tunjukkan keenam kapsul tersebut pada
pasien.

Kapsul yang Sulit Dicabut


 Raba kedua ujung kapsul dengan jari telunjuk dan jari
tengah.
 Letakkan jari tengah pada ujung kapsul yang dekat
bahu dan jari telunjuk pada ujung kapsul yang dekat
siku, kemudian dorong kapsul sedekat mungkin ke
arah insisi
 Masukkan klem lengkung ke dalam luka insisi sampai
ujung jepitan klem berada di bawah kapsul lengan
kedua jari tetap menekan ujung-ujung kapsul untuk
memfiksasi
 Jepit kapsul dari bawah dengan klem lengkung
 Jangan mencoba untuk menarik kapsul ke luar

32
 teruskan mendorong ujung kapsul ke arah insisi,
balikkan (flip) pegangan klem 180° ke arah bahu pasien
dan kemudian pegang klem dengan tangan yang
berlawanan.
 Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi
kapsul
 Gunakan klem kedua untuk menjepit kapsul yang sudah
terpapar.
 Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul dengan klem
kedua.
 Sisa kapsul lain yang "sulit dicabut", dapat dicabut
dengan menggunakan teknik yang sama.
 Bila perlu dapat ditambahkan lagi anestesi lokal untuk
mencabut sisa kapsul.
Metode Pencabutan Teknik "Pop Out"   
 Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku, pilih salah
satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan
mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul
lainnya.
 Dorong ujung bagian atas kapsul tsb menggunakan jari.
Saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak
jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm) di atas
ujung kapsul dengan menggunakan skalpel.
 Lakukan penekanan menggunakan ibu jari dan jari
tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul
sehingga ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah
tempat insisi.
 Masukkan ujung tajam skalpel ke dalam luka insisi
sampai terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu,
potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul
sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
 Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan
kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar
keluar.
 Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga

33
kapsul muncul (pop out) pada luka insisi dan dengan
mudah dapat dipegang dan dicabut
 Setelah kapsul pertama berhasil dicabut, kapsul
berikutnya akan muncul dengan menggunakan teknik
yang sama.
 hitung kembali jumlahnya,
 luka insisi ditutup dengan band aid atau kasa steril dan
plester.
TINDAKAN SETELAH PENCABUTAN KAPSUL   
1. Temukan tepi kedua insisi
2. Tutup luka insisi dengan band aid atau plester dengan kasa
steril.
3. Periksa adanya perdarahan.
4. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut.
Perawatan pasien

1. Buat laporan tindakan pada rekam medic.

2. Monitor pasien lebih kurang 15 - 20 menit(menilai perdarahan


(+/-) atau efek lain).

3. Edukasi pasien (petunjuk perawatan luka insisi).

I.Evaluasi
Mahasiswa diminta melakukan prosedur pemasangan dan pencabutan AKDR serta
pemasangan dan pencabutan implan sesuai chek list
J. Refferensi
1. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi ed 1, Cet. 1, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2003.
2. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal ed. 1, Cet. 2, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2001.
3. Syarif Sugiri, MPA. Kependudukan dan KB : tantangan dan peluang. Kuliah umum di
UNSRI Palembang, 2009.
4. Kontrasepsi implan/AKDR. file:///E:/KB%20DL/kontrasepsi-imflanakbk-iudakdr-
kontap.html. Juli 2009

34
Semester : VI
Modul : Keluarga Berencana dan Kependudukan
LBM : 2 dan 4
Topik ketrampilan : Pemasangan dan Pencabutan AKDR
Penanggungjawab : dr. Muslich Azhari, Sp.OG

A. SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan KB metode AKDR yaitu :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan AKDR
2. Mahasiswa mampu melakukan pencabutan AKDR

B. RENCANA PEMBELAJARAN

Waktu praktikum 2 × 2 jam (50 menit)


Panduan Tutor 1. 5 Menit pertama PRE TEST
2. Pada 45 menit berikutnya, praktik mahasiswa di
bimbing oleh tutor untuk mempelajari bagaimana cara
pemasangan dan pencabutan IUD.
3. Pada jam ke 2 praktikum, mahasiswa dibimbing oleh
tutor untuk praktek cara pemasangan dan pencabutan
IUD
4. Pada 2 jam berikutnya (Ulangan) dapat dilakukan
penilaian oleh instruktur, sesuai chek list yang telah
tersedia .
Tugas Mahasiswa Mempraktekkan cara pemasangan dan pencabutan IUD
secara legeartis.

C. DASAR TEORI
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
1. Profil

35
a. Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-
380A).
b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (IMS).
2. Jenis

a. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu berpuluh-puluh macam
AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan
logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.

 Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi

 Bentuk terbuka (oven device)


Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T
 Bentuk tertutup(closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.

 Menurut Tambahan atau Metal

 Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, ML-Cu 375
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan
luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti
tembaga adalah 200mm2. Yang banyak dipakai di Indonesia saat ini Cu T, Cu-7,
Multiload dan Nova-T.
 Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

Menurut Hanafi (2003, hal: 216-23) IUD yang mengandung hormonal


a. Progestasert-T = Alza T

 Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam
 Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron
per hari
 Tabung insersinya berbentuk lengkung

36
 Daya kerja :18 bulan
 Tehnik insersi: plunging (modified withdrawal)
b. LNG-20
 Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari
 Sedang diteliti di Finlandia
 Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah : <0,5 per 100 wanita per tahun
 Penghentian pemakaian oleh karena persoalan - persoalan perdarahan ternyata
lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau
perdarahan haid yang sangat sedikit.

Maryani (2002) menyebutkan jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering
digunakan di Indonesia antara lain:
a. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek anti
fertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil),
dan mini.
d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30
mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah
bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik. Karena ditemukan banyak komplikasi, maka saat ini lippes loop
tidak diproduksi lagi.

37
Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-380A.
1. Cara Kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2. Keuntungan
a. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
b. Sangat efektif —> 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu di ganti).
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
i. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah a bortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau !ebih setelah haid terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
3. Kerugian
 Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
- Saat haid lebih sakit.

 Komplikasi lain:
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang dapat menimbulkan
anemia.
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya ben ar).

38
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang se ring
berganti pasangan.
 Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari.
 AKDR harus dilepaskan oleh petugas kesehatan terlatih.
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
 Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk men -
cegah kehamilan normal.
 Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.

PERSYARATAN PEMAKAIAN
1. Yang Dapat Menggunakan

a. Perempuan pada usia reproduktif.


b. Perempuan pada keadaan nulipara.
c. Perempuan yang menginginkan, menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Perempuan setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Perempuan setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g. Perempuan dengan risiko rendah dari IMS.
h. Perempuan yang tidak menghendaki metode hormonal.
i. Perempuan yang tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
j. Perempuan yang tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama (lihat
kontrasepsi darurat).

AKDR dapat digunakan pada perempuan dalam segala kemungkinan keadaan mi salnya:

1. Perempuan perokok.
2. Perempuan pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat ada nya
infeksi.

39
3. Perempuan yang sedang memakai antibiotika atau antikejang.
4. Perempuan yang gemuk ataupun yang kurus.
5. Perempuan yang sedang menyusui.
Begitu juga perempuan dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR:

1. Penderita tumor jinak payudara.


2. Penderita kanker payudara.
3. Pusing-pusing, sakit kepala.
4. Tekanan darah tinggi.
5. Varises ditungkai atau di vulva.
6. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi anti -
biotika sebelum pemasangan AKDR).
7. Pernah menderita stroke.
8. Penderita diabetes.
9. Penderita penyakit hati atau empedu.
10. Malaria.
11. Skistosomiasis (tanpa anemia).
12. Penyakit tiroid.
13. Epilepsi.
14. Nonpelvik TBC.
15. Setelah kehamilan ektopik.
16. Setelah pembedahan pelvik.

Catatan: Semua keadaan tersebut sesuai dengan }criteria WHO, WHO Eligibility Criteria
category I. Perempuan dengan kategori 2 juga dapat menggunakan metode ini.

Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR


1. Perempuan yang sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2. Perempuan dengan perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi).
3. Perempuan yang sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
4. Perempuan yang 3 bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septik.
5. Perempuan dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor j i n a k ra-
him yang dapat mempcngaruhi kavum uteri.
6. Perempuan dengan penyakit trofoblas yang ganas.
7. Perempuan yang diketahui menderita TBC pelvik.

40
8. Perempuan dengan kanker alat genital.
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Waktu Penggunaan

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan Men tidak hamil.
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pas -
capersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48
jam pascapersalinan.
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi.
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

Petunjuk bagi Pasien

1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.


2. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah tali secara rutin terutama
setelah haid.
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang
setelah haid apabila mengalami:
 Kram/kejang di perut bagian bawah.
 Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah sanggama.
 Nyeri setelah sanggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama
melakukan hubungari seksual.
4. Copper T -380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat di !akukan
lebih awal apabila diinginkan.
5. Kembali ke klinik apabila:
- Tidak dapat meraba tali AKDR.
- Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
- AKDR terlepas.
- Siklus terganggu/meleset.
- Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
- Adanya infeksi.

Informasi Umum

1. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan.

41
2. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama permulaan bulan.
3. Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah pemasangan.
4. Perdarahan menstruasi biasanya lebih lama dan lebih banyak.
5. AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak pasien.
6. Jelaskan pada pasien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas dan
berikan kartu tentang semua informasi ini.
7. AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila pa -
sangannya berisiko, mereka harus menggunakan kondom seperti halnya AKDR.

D. PROSEDURAL
Pemasangan AKDR dan Pencegahan Infeksi
1. Pemasangan

Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada pasien,
petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari inteksi
dengan cara sebagai berikut.

a. Tidak melakukan pemasangan bagi pasien dengan riwayat kesehatan maupun hasil
pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
c. Bila perlu, minta pasien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum mela-
kukan pemeriksaan panggul.
d. Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah diDTT (atau
disterilisasi), atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai (dis-
posable).
e. Setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antisep tik
beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.
f. Masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya.
g. Gunakan teknik "tanpa sentuh" pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi
kontaminasi kavum uteri.
h. Buang bahan-bahan terkontaminasi'(kain kasa, kapas, dan sarung tangan sekali
pakai (disposable) dengan benar.
i. Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam
larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

Pencabutan

42
Walaupun jarang dikaitkan dengan infeksi panggul, pencabutan AKDR harus di laksanakan
dengan hati-hati. Untuk mengurangi risiko pada petugas kesehatan selama pencabutan,
tindakan pencegahan infeksi berikut perlu dilakukan.

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan.
2. Bila perlu, minta pasien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan
pemeriksaan panggul.
3. Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah diDTT (atau
disterilisasi). Atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai (disposable).
4. Usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum
memulai tindakan.
5. Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan
klorin 0,5% setelah digunakan.

PERSIAPAN

Pemasangan AKDR
Siapkan peralatan dan instrumen yang diperlukan sebelum melakukan tindakan, agar dapat
menghemat waktu. Bila alat-alat berada dalam paket yang telah diste iilisasi maupun di DTT,
jangan membuka paket sebelum pemeriksaan panggul selesai dan keputusan akhir untuk
pemasangan dilakukan.

Lakukan pemeriksaan dalam vagina, bimanual dan sondase uterus.


Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau memasukkan lengannya sampai
dipastikan bahwa pasien dapat dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan panggul,
termasuk pemeriksaan spekulum dan bimanual). Jangan memasukkan lengan AKDR
dalam tabung inserter lebih dari 5 menit sebelum dimasukkan ke dalam uterus. (Pada
waktu memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya, tidak perlu memakai
sarung tangan steril atau DTT).

Menyiapkan AKDR : memasukkan lengan AKDR COPPER T 380A di dalam kemasan


sterilnya.

43
1. Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter (sebagian batang
AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum dibuka) dan ujung
tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada di dekat tempat
membuka kemasan.

2. Letakkan kemasan di atas permukaan datar, kering dan bersih, dengan kertas penutup
yang transparan berada di atas. Buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan
dari tempat AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan l e h e r biru.

3. Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai
AKDR keluar dari tabung inserter). Kedua 'bagian kertas penutup yang sudah terbuka
dilipat ke setiap sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga pendorong tetap steril
waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan
pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung
batang AKDR.

4. Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke
atas.

5. Pegang dan tahan ke-2 ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung
kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga
lengan AKDR berada di atas kertas pengukur. Sambil tetap memegang ujung ke-2
lengan, dorong inserter dengan tangan kanan sampai ke pangkal lengan sehingga ke-2
lengan akan terlipat mendekati tabung inserter.

44
6. Tahan ke-2 lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati ke-2 ujung lengan, kemudian dorong
kembali dan putar sampai ke-2 ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan terasa
ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga.
7. Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan
penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter.
Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak
antara ujung Iengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang
AKDR) sama panjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah diukur dengan sonde.
Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal
sebidang dengan lengan AKDR.
8. AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup transparan secara
hati-hati. Pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal agar
AKDR dan pendorong tidak jatuh. Jangan melepas AKDR sebelum tabung inserter
mencapai fundus. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh permukaan
yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.

PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A


1. Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus)
sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.
Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke
dalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah
horizontal.

Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher
biru tetap dalam posisi horizontal.

2. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain
menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR
akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).
3. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter. Setelah

45
pendorong keluar dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan
dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan
AKDR akan berada di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.
4. Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang
tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3 - 4 cm, potong benang
tersebut dengan menggunakan gunting Mayo yang tajam.
Dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu keluarkan seluruh tabung inserter dari
kanalis servikalis. Gunakan forsep untuk menjepit benang AKDR kurang lebih 3-4
cm dari lubang serviks. Forsep didorong ke arah uterus dan potong benang di depan
jepitan forsep sehingga benang yang tersembul hanya 3 - 4 cm. Memotong benang
dengan menggunakan cara ini dapat mengurangi risiko tercabutnya AKDR (bila
gunting tumpul dan benang tidak terpotong benar sehingga hanya terjepit).
Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum,
tekan dengan kasa sampai perdarahan berhenti.

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri


 1 bulan pasca pemasangan
 3 bulan kemudian
 setiap 6 bulan berikutnya
 bila terlambat haid 1 minggu
 perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A
1. Menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan persilakan pasien untuk
bertanya.
2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
4. Mengatakan pada pasien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta
pasien untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberi ta hu mungkin timbul
rasa sakit tapi itu normal.

46
Pencabutan normal.
Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang
sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak
boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mu-da h. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan
pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat
maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
Pencabutan sulit.
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis de ngan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk
menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan
menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap
menarik selama pasien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual dida -
patkan sudut antara uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tena -
kulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan
pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenag a yang
besar.
5. Pasang AKDR yang baru bila pasien menginginkan dan kondisinya
memungkinkan.
E. SKENARIO
Seorang wanita 25 tahun P2A0 post partum 30 hari, datang ke klinik saudara. Setelah
diterangkan mengenai metode kontrasepsi, pasien memutuskan untuk memilih IUD.saat ini
pasien tidak memiliki riwayat infeksi menular seksual.

F. CHECK LST

47
1. PEMASANGAN AKDR ( COPPER T 380A) biasanya satu hari setelah mens atau
hari terakhir
Nilai
No ASPEK KETRAMPILAN MEDIS
0 1 2
KONSELING PRA PEMASANGAN

PERSIAPAN PEMASANGAN
PERSIAPAN PASIEN
1. Meminta persetujuan pasien untuk dipasang AKDR
2. Menyampaikan prosedur pemasangan pada pasien
3. Mempersilahkan pasien mencuci daerah genitalia dan
mengosongkan kandung kemihnya.
4. Pasien diminta membuka celana setelah
mengosongkan kandung kemih selanjutnya
memposisikan pasien pada posisi litotomi.

PERSIAPAN PETUGAS
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan termasuk
menyalakan Lampu Sorot/lampu tindakan.
3. Basmallah
4. Memakai sarung tangan steril
PEMERIKSAAN PANGGUL
Pastikan pasien tidak hamil dan tidak menderita IMS
1. Pemeriksaaan genitalia eksterna (periksa adanya ulcus,
pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar bartolini, dan
kelenjar skene.
2. Lakukan pemeriksaan dalam vagina, nilailah bentuk, posisi
uterus. Serta menilai adakah kelainan pada organ genitalia
(tumor, infeksi)
3. Pemeriksaan inspekulo (Untuk memeriksa adanya cairan vagina,
servisitis dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan)
4. Lakukan pengukuran besar uterus dengan sondase.
5. Lepas sarung tangan
Menyiapkan IUD.
1. Buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari
tempat AKDR sampai ± sepanjang ½ jarak dengan l e h e r
biru.

48
2. melipat kedua 'bagian kertas penutup yang sudah terbuka ke
setiap sisinya.
3. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan
sterilnya.
4. Meyesuaikan IUD dengan panjang uterus
5. Pakai kembali sarung tangan steril.
PEMASANGAN AKDR COPPER
T
1. Pasang spekulum untuk menampilkan serviks
2. Aseptik-antiseptik vagina dan serviks
3. Jepit serviks dengan tenakulum pada arah jam 12 dan
tarik ke atas.
4. Masukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke
dalam kanalis servikalis
5. Pertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal.

6. Dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh


serviks sesuai arah dan posisi kavum uteri, (terasa ada
tahanan dari fundus uteri).

7. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan


satu tangan

8. Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan


tangan lain.

9. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan


menahan tabung inserter.

10. Dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-


hati sampai terasa ada tahanan fundus.

11. Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis


servikalis.
12. Potong benang tersebut dengan menggunakan gunting
Mayo pada waktu benang tersembul keluar dari lubang
serviks sepanjang 3 - 4 cm
13. Lepas tenakulum.
14. Evakuasi perdarahan.
15. Lepas spekulum.

49
Dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan
Berikan pada pasien antibiotik dan pencegah rasa nyeri
(asam mefenamat)
Konseling dan instruksi pasca insersi
1. Buat laporan tindakan dalam rekam medik
2. Edukasi pasien tentang
a. Cara pemeriksaan mandiri benang AKDR
b. Tindakan bila didapatkan efek samping
3. Observasi selama 15 menit.
4. Pasien dipulangkan

2. CHECK LIST PENCABUTAN AKDR ( COPPER T 380A)


Nilai
No ASPEK KETRAMPILAN MEDIS
0 1 2
1. PERSIAPAN PASIEN
1. Mempersilahkan pasien mencuci daerah genitalia dan
mengosongkan kandung kemihnya.
2. Mempersilahkan pasien membuka celana dan
memposisikan dalam posisi litotomi
PERSIAPAN PETUGAS
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan termasuk lampu
sorot
3. Basmallah
4. Memakai sarung tangan steril
PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A   
1. Menjelaskan prosedur pencabutan pada pasien

2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan


benang AKDR (bila benang AKDR tidak terlihat maka
rujuk pasien ke SpOG).

3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik.


4. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan
klem lurus atau lengkung
5. Tarik benang pelan-pelan

50
6. Pasang AKDR yang baru bila pasien menginginkan dan
kondisinya memungkinkan.
7. Lepas spekulum

51
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi ed 1, Cet. 1, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2003.
2. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal ed. 1, Cet. 2, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2001.
3. Syarif Sugiri, MPA. Kependudukan dan KB : tantangan dan peluang. Kuliah umum di
UNSRI Palembang, 2009.
4. Kontrasepsi AKDR. file:///E:/KB%20DL/kontrasepsi-imflanakbk-iudakdr-kontap.html.
Juli 2009

52
53

Anda mungkin juga menyukai