Anda di halaman 1dari 18

SALINAN

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI
DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 114 TAHUN 2022

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI


TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kompetensi dan kualifikasi


terhadap tenaga pendamping profesional, perlu
disusun pedoman penyelenggaraan sertifikasi tenaga
pendamping profesional;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga Pendamping
Profesional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6321);
3. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 192);
-2-

4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019
tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1262) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum
Pendampingan Masyarakat Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1569);
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1256) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2022 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
823);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TENTANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI TENAGA PENDAMPING
PROFESIONAL.

KESATU : Menetapkan Pedoman Penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga


Pendamping Profesional sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
KEDUA : Pedoman Penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga Pendamping
Profesional sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU
untuk:
a. memberikan acuan bagi penyelenggaraan dan
pelaksanaan sertifikasi dalam melakukan kegiatan
sertifikasi kompetensi tenaga pendamping profesional;
b. memberikan acuan bagi pemerintah dalam
meningkatkan kapasitas tenaga pendamping
profesional berbasis kompetensi dalam rangka
pendampingan masyarakat desa; dan
c. memberikan sertifikat kompetensi kepada tenaga
pendamping profesional yang dilakukan secara
sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang
mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia.
KETIGA : Pedoman Penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga Pendamping
Profesional sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU
bertujuan:
-3-

a. meningkatkan kualitas pendampingan masyarakat


desa melalui pendampingan tenaga pendamping
profesional sehingga terjadi peningkatan kapasitas,
efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa dalam
pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pembangunan desa;
b. menjamin kompetensi dan kualitas tenaga pendamping
profesional;
c. standardisasi proses penyelenggaraan dan
pelaksanaan sertifikasi tenaga pendamping profesional.
KEEMPAT : Penyelenggara sertifikasi Tenaga Pendamping Profesional
meliputi:
1. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
2. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
3. Lembaga Sertifikasi Profesi Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
4. Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Kesatu dan Pihak
Ketiga yang telah mendapatkan rekomendasi dari
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi; dan
5. pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan
sertifikasi Tenaga Pendamping Profesional.
KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 September 2022

MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ABDUL HALIM ISKANDAR

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia;
2. Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia;
3. Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia;
4. Gubernur seluruh Indonesia; dan
5. Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia.
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 114 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI
TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI


TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang selanjutnya


disebut Undang-Undang Desa memandatkan bahwa pemberdayaan
masyarakat desa dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa dan kawasan perdesaan.
Dengan demikian, pendampingan masyarakat desa juga mencakup fasilitasi
program/kegiatan pembangunan desa yang diarahkan untuk mencapai
tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Desa. Penerapan kebijakan
nasional tentang Sustainable Development Goals (SDGs) Desa dalam
pelaksanaan pembangunan desa mensyaratkan para pendamping masyarakat
desa harus mampu memahami substansi dari masing-masing tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs) Desa beserta cara-cara penerapannya
dalam pembangunan desa. Selain itu, para pendamping harus mampu
memfasilitasi pendayagunaan teknologi digital dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa.
Menanggapi kondisi di atas, pemerintah melalui Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang selanjutnya disingkat
KemenDesa PDTT, sesuai amanat Undang-Undang Desa, menyediakan Tenaga
Pendamping Profesional mulai dari tingkat desa sampai dengan pusat, untuk
memfasilitasi pemerintah desa melaksanakan Undang-Undang Desa secara
konsisten. Pendampingan masyarakat desa adalah kegiatan untuk melakukan
tindakan pemberdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian,
pengarahan, dan fasilitasi desa.
Dalam rangka mengembangkan profesi tenaga pendamping profesional,
pendampingan desa, beserta sistem penjaminan kualitas terhadap kinerjanya,
-5-

maka keberadaan sertifikasi profesi tenaga pendamping profesional mutlak


diperlukan. Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019
tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 18
Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa yang
menyatakan bahwa tenaga pendamping profesional harus memiliki sertifikasi
kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.
Dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 201 Tahun 2021 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Aktivitas Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan
Pokok Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya untuk Jabatan Tenaga
Pendamping Profesional, Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 73 tahun 2022 tentang Lembaga
Sertifikasi Profesi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, dan Keputusan Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor
KEP.1651/BNSP/VIII/2022 tentang Lisensi Penambahan Ruang Lingkup
Kepada Lembaga Sertifikasi Profesi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi maka perlu disusun Pedoman Penyelenggaraan
Sertifikasi Tenaga Pendamping Profesional.
-6-

BAB II
PENYELENGGARA SERTIFIKASI

A. Standar kompetensi tenaga pendamping profesional berdasarkan Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Tenaga Pendamping Profesional
sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 201 Tahun 2021
tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Aktivitas Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas
Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya untuk Jabatan Tenaga
Pendamping Profesional.
B. Penyelenggara sertifikasi tenaga pendamping profesional dalam sertifikasi
melakukan kegiatan:
1. perencanaan kebutuhan jumlah peserta sertifikasi dan rencana
anggaran biaya;
2. sosialisasi sertifikasi tenaga pendamping profesional diberikan
kepada:
a. kementerian/lembaga non kementerian dan pemerintah daerah;
b. tenaga pendamping profesional; dan
c. pihak lainnya.
3. fasilitasi pelaksanaan sertifikasi tenaga pendamping profesional;
4. pemantauan dan evaluasi.
C. Pelaksana sertifikasi tenaga pendamping profesional adalah:
1. Lembaga Sertifikasi Profesi KemenDesa PDTT;
2. Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Kesatu yang sudah mendapatkan
rekomendasi dari KemenDesa PDTT melalui Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
3. Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Ketiga yang sudah mendapatkan
rekomendasi dari KemenDesa PDTT melalui Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
4. Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Ketiga dalam mendapatkan
rekomendasi dari KemenDesa PDTT melalui Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi diatur sebagai berikut:
a. Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Ketiga yang bergerak dibidang
pemberdayaan masyarakat atau pembangunan desa dan
-7-

pedesaan, dengan mengajukan surat permohonan kepada


Menteri Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi tentang Surat Dukungan Teknis Sertifikasi;
b. Surat permohonan tersebut dengan melampirkan:
1) Dokumen Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Ketiga
a) Akta Pendirian Lembaga Sertifikasi Profesi;
b) Pengesahan Pendirian Lembaga dari Kemenkumham;
c) SK Penetapan Pengurus Lembaga Sertifikasi Profesi;
d) Surat keterangan domisili;
e) Surat keterangan status kantor;
f) NPWP;
g) Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan
sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku diatas
materai Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
2) Dukungan Asosiasi/Perkumpulan yang bergerak dalam
bidang pendampingan dan pemberdayaan masyarakat serta
pembangunan desa dan perdesaan, dengan melampirkan:
a) Surat dukungan;
b) Akta Pendirian Asosiasi;
c) Pengesahan Pendirian asosiasi dari Kemenkumham;
d) SK Penetapan Pengurus asosiasi;
e) Surat keterangan domisili;
f) Surat keterangan status kantor;
g) NPWP;
h) Surat pernyataan memiliki perwakilan pengurus
asosiasi/perkumpulan 50% + 1 dari jumlah provinsi
dan melampirkan data kepengurusan
asosiasi/perkumpulan di tingkat provinsi.
c. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi melakukan verifikasi terhadap dokumen
pengajuan lembaga tersebut;
d. Setelah melakukan verifikasi, Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi menerbitkan surat rekomendasi
-8-

dukungan teknis untuk mengajukan Lisensi pendirian Lembaga


Sertifikasi Profesi Pihak Kesatu dan Pihak Ketiga kepada Badan
Nasional Sertifikasi Profesi.
D. Sertifikasi tenaga pendamping profesional terdiri atas:
1. Pendamping Lokal Desa (PLD) yang berkedudukan di desa;
2. Pendamping Desa (PD) yang berkedudukan di kecamatan;
3. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten/Kota yang
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota;
4. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Provinsi yang
berkedudukan di ibukota provinsi;
5. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Pusat yang
berkedudukan di ibukota negara.
E. Persyaratan dasar sertifikasi tenaga pendamping profesional adalah:
1. Pendamping Lokal Desa
a. pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
sederajat;
b. memiliki pengalaman kegiatan pembangunan desa atau
pemberdayaan masyarakat minimal 2 (dua) tahun.
2. Pendamping Desa
a. pendidikan minimal Diploma III (D-III) semua bidang ilmu;
b. memiliki pengalaman kerja dalam bidang pembangunan desa
atau pemberdayaan masyarakat minimal 4 (empat) tahun untuk
D-III atau 2 (dua) tahun untuk Strata 1 (S-1);
c. memiliki sertifikat pelatihan/bimbingan teknis (bimtek)
/workshop bidang pembangunan desa atau pemberdayaan
masyarakat.
3. TAPM Kabupaten/Kota
a. pendidikan minimal S-1 atau sederajat semua bidang ilmu;
b. memiliki pengalaman kerja dalam bidang pembangunan desa
atau pemberdayaan masyarakat minimal 5 (lima) tahun untuk
S-1 atau 3 (tiga) tahun untuk Strata 2 (S-2);
c. memiliki sertifikat pelatihan/bimtek/workshop terkait dengan
pembangunan desa atau pemberdayaan masyarakat.
-9-

4. TAPM Provinsi
a. pendidikan minimal S-1 atau sederajat semua bidang ilmu;
b. memiliki pengalaman kerja dalam bidang pembangunan desa
atau pemberdayaan masyarakat minimal 7 (tujuh) tahun untuk
S-1 atau 5 (lima) tahun untuk S-2;
c. memiliki sertifikat pelatihan/bimtek/workshop bidang
pembangunan desa atau pemberdayaan masyarakat.
5. TAPM Pusat
a. pendidikan minimal S-1 atau sederajat semua bidang ilmu;
b. memiliki pengalaman kerja dalam bidang pembangunan desa
atau pemberdayaan masyarakat minimal 10 (sepuluh) tahun
untuk S-1 atau 8 (delapan) tahun untuk S-2;
c. memiliki sertifikat pelatihan/bimtek/workshop terkait dengan
pembangunan desa atau pemberdayaan masyarakat.
6. Selain persyaratan di atas, peserta sertifikasi harus melengkapi
dokumen pendukung yang terdiri dari:
a. pas foto berwarna ukuran 4x6 2 Lembar;
b. fotokopi KTP;
c. salinan ijazah yang telah dilegalisir;
d. daftar riwayat hidup;
e. surat pengalaman pekerjaan yang relevan sesuai angka 1 huruf
b, angka 2 huruf b, angka 3 huruf b, angka 4 huruf b, dan
angka 5 huruf b;
f. salinan sertifikat pelatihan/bimtek/workshop terkait dengan
pembangunan desa atau pemberdayaan masyarakat;
g. khusus pendamping Lokal Desa angka 6 huruf f tidak
diwajibkan.
7. Hak peserta sertifikasi adalah:
a. mendapatkan penjelasan tentang sertifikasi;
b. mengikuti pelaksanaan sertifikasi;
c. mendapatkan umpan balik hasil pengujian;
d. mendapatkan sertifikat kompetensi bagi peserta yang
dinyatakan kompeten dan ditetapkan dalam Surat Keputusan
Penetapan hasil Uji Kompetensi;
e. melakukan banding terhadap hasil sertifikasi;
- 10 -

f. bagi peserta yang direkomendasikan belum kompeten pada unit


kompetensi tertentu, pelaksanaan sertifikasi ulang diatur oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi.
8. Kewajiban peserta sertifikasi adalah:
a. mengajukan permohonan sertifikasi sesuai dengan ketentuan
yang diatur oleh penyelenggara sertifikasi untuk dikoordinasikan
dengan pelaksana sertifikasi;
b. menyampaikan berkas data dukung yang dipersyaratkan oleh
pelaksana sertifikasi; dan
c. mengikuti sertifikasi sesuai dengan tempat, waktu, dan metode
yang telah disepakati.
- 11 -

BAB IV
PERSYARATAN DAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI

A. Persyaratan Lembaga Sertifikasi Profesi


Persyaratan Lembaga Sertifikasi Profesi dalam melaksanakan
sertifikasi tenaga pendamping profesional adalah:
1. menyampaikan pemberitahuan secara tertulis rencana pelaksanaan
sertifikasi kepada Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
2. menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Tenaga
Pendamping Profesional yang telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 201 Tahun 2021 tentang Penetapan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Jasa
Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas Profesional,
Ilmiah dan Teknis Lainnya untuk Jabatan Tenaga Pendamping
Profesional;
3. menggunakan Skema Sertifikasi Okupasi Tenaga Pendamping
Profesional yang telah mendapatkan persetujuan Badan Nasional
Sertifikasi Profesi;
4. terhadap skema angka 3, mengacu kepada skema sertifikasi okupasi
tenaga pendamping profesional yang telah ditetapkan oleh Badan
Nasional Sertifikasi Profesi.
B. Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi
1. sertifikasi tenaga pendamping profesional dilaksanakan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi dengan tahapan sebagai berikut:
a. penyusunan rencana pelaksanaan sertifikasi oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi;
b. sosialisasi kepada calon peserta;
c. pendaftaran calon peserta;
d. verifikasi administrasi;
e. penetapan asesor;
f. penetapan Tempat Uji Kompetensi (TUK);
g. pra uji kompetensi;
h. pelaksanaan uji kompetensi;
i. penetapan hasil uji kompetensi melalui pleno komite teknis;
- 12 -

j. penyampaian surat keputusan hasil uji kompetensi;


k. penerbitan sertifikat; dan
l. penyampaian sertifikat kompeten.
2. pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan metode:
a. verifikasi portofolio; atau
b. simulasi/demonstrasi.
3. terhadap ketentuan angka 2 disesuaikan dengan potensi peserta;
4. pelaksanaan sertifikasi sebagaimana angka 2 dapat menggunakan
metode online; ketentuan pelaksanaan sertifikasi berbasis online
mengikuti peraturan Badan Nasional Serifikasi Profesi.
C. Tata cara pendaftaran calon peserta sertifikasi yang diselenggarakan
oleh Lembaga Sertifikasi Profesi meliputi:
1. pendaftaran calon peserta sertifikasi oleh masing-masing calon
peserta dengan memenuhi dan mengisi APL.01;
2. ketentuan terhadap tata cara pendaftaran calon peserta secara
berjenjang tenaga pendamping profesional oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi Pihak Kesatu dan Pihak Ketiga diatur oleh masing-masing
Lembaga Sertifikasi Profesi;
3. ketentuan terhadap tata cara pendaftaran calon peserta secara
berjenjang tenaga pendamping profesional oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi KDPDTT diatur sebagai berikut:
a. calon peserta uji kompetensi dari jenjang Pendamping Lokal
Desa dan Pendamping Desa menyampaikan dokumen APL.01
dan APL.02 kepada Koordinator TAPM Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disampaikan kepada Koordinator TAPM Provinsi.
Lebih lanjut, Koordinator TAPM Provinsi menyampaikan kepada
Lembaga Sertifikasi Profesi.
b. calon peserta uji kompetensi dari jenjang TAPM Kabupaten/Kota
menyampaikan dokumen APL.01 dan APL.02 kepada
Koordinator TAPM Provinsi. Lebih lanjut, Koordinator TAPM
Provinsi menyampaikan kepada Lembaga Sertifikasi Profesi.
c. calon peserta uji kompetensi dari jenjang TAPM Provinsi
menyampaikan dokumen APL.01 dan APL.02 kepada Lembaga
Sertifikasi Profesi.
d. terhadap huruf a, huruf b, dan huruf c, Koordinator TAPM
Kabupaten/Kota dan Koordinator TAPM Provinsi memastikan
dokumen sudah lengkap dan sesuai ketentuan.
- 13 -

4. verifikasi dokumen pendaftaran calon peserta dilakukan oleh tim


administrasi Lembaga Sertifikasi Profesi;
5. penetapan calon peserta sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
bagi pendaftar yang sudah memenuhi persyaratan;
6. calon peserta sertifikasi melakukan asesmen mandiri dengan mengisi
APL.02 dan memenuhi/melampirkan bukti kompetensi sesuai
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) masing-masing unit kompetensi.
D. Sertifikasi dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang ditetapkan
oleh Lembaga Sertifikasi Profesi;
E. Peserta hadir di TUK pada waktu yang telah ditetapkan, 1 (satu) jam
sebelum pelaksanaan sertifikasi dimulai;
F. Asesor sudah hadir di TUK 30 (tiga puluh) menit sebelum pelaksanaan
sertifikasi dimulai;
G. Bagi peserta yang tidak bisa hadir pada waktu dan TUK yang telah
ditetapkan dengan alasan tertentu, dapat dilakukan penjadwalan ulang,
baik pada TUK yang sama atau di TUK yang lain;
H. Peserta dan asesor harus menjaga norma dan nilai yang ditetapkan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi;
I. Mekanisme sertifikasi harus patuh pada Standar Operasional dan
Prosedur atau ketentuan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi;
J. Hasil pelaksanaan sertifikasi meliputi:
1. hasil sertifikasi oleh asesor merekomendasikan “kompeten” atau
“belum kompeten”;
2. peserta yang direkomendasikan “ kompeten” atau “ belum
kompeten” oleh asesor dilaporkan kepada Ketua Lembaga Sertifikasi
Profesi;
3. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud angka 2, Lembaga
Sertifikasi Profesi melakukan sidang pleno untuk menetapkan
kompeten atau belum kompetennya para peserta sertifikasi;
4. peserta yang dinyatakan “ kompeten” atau “ belum kompeten”
berdasarkan hasil sidang pleno dituangkan dalam berita acara untuk
dilaporkan kepada Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi dan
ditembuskan kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
- 14 -

5. peserta yang dinyatakan “kompeten” diberikan sertifikat kompetensi


oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang teregistrasi di Badan Nasional
Sertifikasi Profesi;
6. bagi peserta yang direkomendasikan “belum kompeten” pada unit
kompetensi tertentu, pelaksanaan sertifikasi ulang diatur oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi.
- 15 -

BAB V
PENDANAAN SERTIFIKASI

A. Pendanaan yang diperlukan untuk penyelenggaraan sertifikasi tenaga


pendamping profesional bersumber dari:
1. anggaran pendapatan belanja negara;
2. anggaran pendapatan belanja daerah provinsi;
3. anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota; dan
4. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
B. Pelaksanaan sertifikasi tenaga pendamping profesional sebagaimana
angka 1, komponen pembiayaan untuk Lembaga Sertifikasi Profesi sebagai
berikut:
1. honorarium asesor kompetensi;
2. biaya tempat uji kompetensi (TUK);
3. biaya sewa alat dan biaya material untuk pelaksanaan sertifikasi
kompetensi kerja dengan metode luring;
4. biaya akomodasi asesor kompetensi untuk pelaksanaan sertifikasi
kompetensi kerja dengan metode luring;
5. biaya paket data asesor kompetensi untuk pelaksanaan sertifikasi
kompetensi kerja dengan metode daring;
6. biaya pembuatan dan/atau penggandaan materi uji;
7. biaya cetak sertifikat;
8. biaya administrasi;
9. biaya rapat komite teknis;
10. biaya honorarium komite teknis;
11. biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi komite teknis;
12. biaya honorarium tim pelaksana;
13. biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi tim pelaksana;
14. biaya pengembangan sumber daya manusia;
15. biaya pengiriman dokumen; dan
16. biaya overhead.
C. Rincian biaya sertifikasi tenaga pendamping professional sebagaimana
dimaksud pada huruf B ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
- 16 -

BAB VI
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan sertifikasi dilakukan oleh:


1. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi; dan
3. penyelenggara sertifikasi.
B. Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir 1
dijadikan sebagai bahan evaluasi Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Tenaga Pendamping Profesional dan/atau pembinaan terhadap
Lembaga Sertifikasi Profesi;
C. Pelaksana sertifikasi kompetensi secara berkala menyampaikan laporan
tertulis tentang pelaksanaan sertifikasi tenaga pendamping profesional
kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
- 17 -

BAB VII
PEMELIHARAAN DAN PERPANJANGAN SERTIFIKAT

A. Peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan “kompeten” dengan


sertifikat kompetensi wajib menjaga kompetensinya dan meningkatan
kapasitas dalam upaya meningkatkan kualitas pendampingan
masyarakat desa;
B. Pemegang sertifikat memiliki kewajiban:
1. Menjamin bahwa sertifikat kompetensi tidak disalahgunakan.
2. Menjamin terpeliharanya kompetensi yang sesuai pada sertifikat
kompetensi.
3. Menjamin bahwa seluruh pernyataan dan informasi yang diberikan
adalah terbaru, benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
4. Mentaati kode etik profesi Tenaga Pendamping Profesional
5. Menjamin mentaati aturan penggunaan sertifikat.
C. Pemeliharaan kompetensi tenaga pendamping profesional dilakukan
secara mandiri, dengan jangka waktu selama 3 (tiga) tahun;
D. Pemegang sertifikat kompetensi bila masa berlakunya berakhir, dapat
melakukan perpanjangan sertifikat kepada pelaksana sertifikasi;
E. Mekanisme dan tahapan perpanjangan sertifikat diatur oleh pelaksana
sertifikasi.
- 18 -

BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga Pendamping Profesional


disusun untuk menjadi pedoman seluruh pihak terkait yang mengacu pada
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 201 Tahun 2021 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Jasa Profesional,
Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis
Lainnya untuk Jabatan Tenaga Pendamping Profesional dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat perubahan kebijakan nasional
tentang sertifikasi, maka pedoman ini akan direvisi sebagaimana mestinya.
Hal-hal lain yang belum diatur dalam pedoman ini dan/atau apabila terdapat
hal-hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dapat dikoordinasikan
dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ABDUL HALIM ISKANDAR

Anda mungkin juga menyukai