Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI MODUL AGENDA II

A. Modul 1 Berorientasi Pelayanan


1. Konsep Pelayanan Publik
▪ Pelayanan publik adalah pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan
pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU
Pelayanan Publik).
▪ Prinsip Pelayanan Publik yaitu :
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
▪ Tiga unsur penting dalam pelayanan public dalam konteks ASN, yaitu:
a. ASN/Birokrasi sebagai penyelenggara pelayanan publik
b. Masyarakat, stakeholders, atau sektor privat sebagai penerima layanan
c. Kepuasan masyarakat/pelanggan (customer satisfaction).
▪ Core Values ASN yang berorientasi pelayanan meliputi:
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics)
b. ASN harus memiliki kode perilaku (code of conducts)
c. ASN harus menerapkan budaya pelayanan dan menjadikan prinsip melayani
sebagai suatu kebanggaan (“Bangga Melayani Bangsa”).
2. Berorientasi Pelayanan
▪ Panduan Perilaku atau Kode Etik Berorientasi Pelayanan, meliputi:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat.
b. Ramah, Cekatan, Solutif dan Dapat Diandalkan
Pegawai ASN dituntut untuk memberikan pelayanan yang:
- Ramah, ditandai dengan memberikan senyum, sapa dan salam serta
berpenampilan rapi;
- Cekatan, ditandai dengan cepat dan tepat waktu;
- Solutif, ditandai dengan mampu memberikan kemudahan bagi pelanggan
untuk memilih layanan yang tersedia dan dapat diandalkan dalam
penyelesaian tugas yang diterima atau pelayanan yang diberikan.
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima ditandai dengan upaya
perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, seperti pendidikan,
pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi dan benchmark.
▪ Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Tantangan eksternal dalam aktualisasi nilai Berorientasi Pelayanan di
Indonesia meliputi kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum
memadai, termasuk dari sisi masyarakat yang tinggal di pedalaman dengan adat
kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun masyarakat yang tinggal
di perkotaan dengan kebutuhan dinamis.
Sedangkan, tantangan internal meliputi keterbatasan anggaran, kurangnya
jumlah SDM berkompeten, serta belum terbangunnya sistem pelayanan yang
baik.
B. Modul Akuntabel
1. Konsep Akuntabilitas
▪ Akuntabilitas merupakan kemampuan setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Kemampuan tersebut dapat dijabarkan menjadi :
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi
▪ Aspek-aspek akuntabilitas, terdiri dari:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan antara dua pihak, yaitu
individu/kelompok/institusi (menjalankan kewajiban) dengan negara dan
masyarakat (memberikan arahan, bimbingan dan alokasi sumber daya).
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil berupa perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan laporan kinerja yang mampu menjelaskan
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata hasil dan proses yang telah dilakukan.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi berupa penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
▪ Menurut Bovens (2007), tiga fungsi utama yaitu : untuk memberikan kontrol
demokratis, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
▪ Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan, yaitu akuntabilitas personal, individu,
kelompok, organisasi dan stakeholder.
2. Panduan Perilaku Akuntabel
▪ Akuntabilitas dan Integritas merupakan landasan dasar dari administrasi negara
yang harus dimiliki pelayan publik. Integritas merupakan nilai utama pelayan
publik untuk berpikir secara akuntabel. Secara harafiah, integritas dapat diartikan
sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Oleh sebab itu, akuntabilitas
dan integritas dapat menjadi faktor kuat dalam membangun pola pikir dan
budaya anti korupsi.
▪ Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini
dapat diartikan secara berbedabeda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Untuk memenuhi terwujudnya
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas
proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
3. Akuntabel dalam Konteks Organisasi Pemerintahan
▪ Ketesediaan informasi publik merupakan perwujudan transparansi tata kelola
Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Keterbukaan informasi bersandar pada
beberapa prinsip, seperti Maximum Access Limited Exemption (MALE),
permintaan tidak perlu disertai alasan, informasi harus utuh dan benar, informasi
proaktif, serta mekanisme yang sederhana, murah dan cepat,
▪ Membangun budaya anti korupsi di organisasi pemerintahan dapat dilakukan
dengan mengadopsi langkah-langkah dalam penanganan konflik kepentingan
yang meliputi penyusunan kerangka kebijakan, identifikasi situasi konflik
kepentingan, penyusunan strategi penanganan konflik kepentingan, dan
penyiapan serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan.
C. Modul Kompeten
1. Pengembangan Kompetensi
▪ Kompetensi memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
yang meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude)
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
▪ Berdasarkan Permen PANRB Nomor 38 Tahun 2017, kompetensi meliputi:
a. Kompetensi Teknis, adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
b. Kompetensi Manajerial, adalah pengetahuan, keterampilan dan
sikap/perilaku untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
c. Kompetensi Sosial Kultural, adalah pengetahuan, keterampilan dan
sikap/perilaku terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk yang harus dipenuhi setiap pemegang jabatan untuk memperoleh
hasil kerja yang sesuai.
▪ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN menyatakan bahwa hak
pengembangan pegawai sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran
bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) bagi PPPK. Hak pengembangan
ini meliputi pengembangan kompetensi teknis, manajerial dan sosial kultural.
▪ Terdapat dua pendekatan pengembangan kompetensi, yaitu klasikal dan non
klasikal. Pelatihan non klasikal meliputi e-learning, job enrichment dan job
enlargement, termasuk coaching dan mentoring. Dalam menentukan
pendekatan pengembangan kompetensi ditentukan dengan peta nine box
pengembangan.

2. Perilaku Kompeten
▪ Panduan perilaku (kode etik) kompeten adalah
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah
Dalam peningkatan kompetensi diri, dapat dilakukan penyesuaian
paradigma selalu belajar melalui learn (membiasakan belajar hal baru),
unlearn (meninggalkan hal yang diketahui dan yang sudah tidak sesuai), dan
relearn (menerima fakta baru).
Pendekatan pengembangan mandiri disebut dengan Heutagogi atau teori
“net-centric”, yaitu pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran
utama dari Internet. ASN pembelajar dapat melakukan konektivitas dengan
online network, konsultasi pada pakar di unit kerja, atau memanfaatkan
interaksi informal dengan pegawai di dalam/luar organisasi.
b. Membantu orang lain belajar
Menerapkan akses dan transfer pengetahuan dalam percakapan informal
maupun forum terbuka lainnya.
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
Mewujudkan pengetahuan menjadi sebuah karya terbaik dalam
pekerjaan.
3. Kebijakan Pembangunan Aparatur
▪ Pengelolaan ASN menerapkan prinsip berbasis merit, yaitu sistem dimana
seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan diskriminatif pada
aspek-aspek primodial yang bersifat subjektif.
▪ Pembangunan aparatur sesuai RPJMN 2020-2024 diharapkan dapat
menghasilkan karakter birokrasi berkelas dunia dengan ciri seperti pelayanan
publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang efektif dan efisien.
▪ Terdapat delapan karakteristik bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan,
meliputi integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship (smart ASN).
D. Modul Harmonis
1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya di Indonesia
▪ Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau.
Pada tahun 2020, populasi penduduk Indonesia mencapai 270.203.917 jiwa
yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa dan agama. Indonesia juga
terkenal akan kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan tambang,
kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan Indonesia.
▪ Terdapat beberapa konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu:
a. Aliran Modernis melihat bangsa sebagai hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti dicontohkan dalam negara birokratis, ekonomi industri
dan konsep sekuler tentang otonomi manusia.
b. Aliran Primordialis melihat bangsa sebagai sebuah pemberian historis yang
terus hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren
pada masa lalu dan generasi masa kini.
c. Aliran Perenialis melihat bangsa dapat ditemukan di pelbagai zaman
sebelum periode modern. Dengan demikian, bangsa modern muncul sebagai
kelanjutan dari periode sebelumnya.
d. Aliran Etnosimbolis melihat kelahiran bangsa pasca abad ke-18 sebagai
sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus
dimengerti dalam jangka panjang.
▪ Tantangan disharmonis atau jenis konfilk dalam keanekaragaman,
dikelompokkan menjadi:
a. Konflik antarsuku, pertentangan antara suku yang dapat disebabkan oleh
pemahaman yang keliru terhadap perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat.
b. Konflik antaragama, pertentangan antara kelompok yang memiliki
keyakinan/agama yang berbeda. Konflik bisa terjadi antara agama yang satu
dengan yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
c. Konflik antarras, yaitu pertentangan antara ras yang dapat disebabkan sikap
rasialis (membedakan perlakuan berdasarkan ras orang).
d. Konflik antargolongan, pertentangan antara kelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat yang dapat disebabkan oleh perbedaan
pekerjaan, partai politik, asal daerah dan sebagainya.
▪ Dalam lingkup ASN, konflik terkait keanekaragaman ini dapat menyebabkan
suasana bekerja dan lingkungan tidak nyaman, pekerjaan terbengkalai, kinerja
buruk, serta layanan kepada masyarakat tidak optimal.
2. Mewujudkan Suasanan Harmonis dalam Lingkungan Bekerja dan Memberikan
Layanan kepada Masyarakat
▪ Secara filosofis, harmonis adalah sebuah kerja sama antara berbagai faktor
dengan sedemikian rupa sehingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur.
▪ Suasana harmonis dalam lingkungan bekerja dapat membuat individu di
dalamnya tenang, menciptakan kondisi untuk kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktivitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
▪ Etika dapat dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik/benar.
▪ Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok tertentu dan ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan
tertulis.
▪ Kode etik dan kode perilaku ASN ada 12 belas dan terdapat pada pasal 5 UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Perilaku ASN dalam hal harmonis dapat
ditunjukkan dengan toleransi, empati dan keterbukaan terhadap perbedaan.
▪ Dengan menerapkan dan menegakkan nilai etika, maka ASN dapat mewujudkan
suasana harmonis di lingkungan bekerja dan masyarakat ASN tersebut.
▪ Beberapa peran ASN dalam mewujudkan suasana dan budaya harmonis, antara
lain sebagai berikut:
a. Bersikap netral dan adil sehingga tercipta kondisi yang aman, damai dan
tentram.
b. Harus dapat mengayomi kepentingan kelompok minoritas dengan tidak
membuat kebijakan yang mendiskriminasi kelompok tersebut.
c. Harus memiliki sikap toleran atas perbedaan yang ada dalam memberikan
pelayanan.
d. Harus memiliki rasa suka menolong kepada pelanggan dan kolega PNS
lainnya.
e. Menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya dengan menjadi
problem solver bukan trouble maker.
▪ Dalam menciptakan dan menjaga suasana harmonis, perlu dilakukan
pengenalan hal ini kepada seluruh personil ASN serta menyesuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut sehingga tercipta kebiasaan.
E. Modul Loyal
1. Konsep Loyal
▪ Urgensi Loyalitas ASN didasarkan dengan melihat faktor penyebab baik internal
dan eksternal.
▪ Makna Loyal dan Loyalitas
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
▪ Loyal dalam Core Values ASN
Dalam sudut pandang core values ASN, loyalitas ASN diwujudkan dengan
perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
▪ Membangun Perilaku Loyal
a. Dalam Konteks Umum
Secara umum, menciptakan dan membangun rasa setia dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2) Meningkatkan Kesejahteraan
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5) Melakukan Evaluasi secara Berkala
b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di
atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkahlangkah konkrit, diantaranya
melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan.
c. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme yang kuat. Diharapkan
dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.

2. Panduan Perilaku Loyal


▪ Aspek-Aspek Perilaku Loyal Seorang ASN
a. Memegang Teguh Ideologi Pancasila, UUD 1945, Setia kepada NKRI serta
Pemerintahan yang Sah
Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku
Loyal ini diantaranya:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila;
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Kewajiban ASN untuk menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi
dan Negara dapat diwujudkan dengan :
1) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
2) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
ASN yang loyal diharpakan dapat menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3. Loyal dalam Konteks Organisasi Pemerintah
▪ PNS yang loyal berkomitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas
▪ Loyalitas seorang PNS dapat diwujudkan dengan menegakkan Disiplin sebagai
seorang pegawai dikantornya
▪ PNS yang loyal memiliki tugas untuk menjadi pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
▪ Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
F. Modul Adaptif
1. Mengapa Adaptif
▪ Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks
dan terus berubah. Perubakan tersebut dipicu oleh faktor ekonomi yang
mendorong kompetisi antar negara, kerusakan lingkungan persoalan global
dalam bidang keamanan dan perdamaian dunia. Oleh karena itu, adaptasi
diperlukan untuk bertahan dari ancaman ancaman tersebut.
▪ Kompetisi di Sektor Publik
Daya saing ekonomi suatu negara merupakan salah satu ukuran kinerja sebuah
negara dalam kompetisi global. Suatu negara dengan daya saing tinggi akan
terus bertahan dan memenuhi permintaan atau selera pasar. Sebaliknya negara
yang tidak mampu bersaing akan mengalami kebangkrutan atau mati pada
akhirnya.
▪ Komitmen Mutu
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam
menyelenggarakan pelayanan, serta literasi publik atas kualitas layanan yang
terus meningkat menjadi faktor-faktor yang mendorong komitmen mutu yang
lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka efektivitas, efisiensi, inovasi
dan mutu seorang ASN harus selalu ditingkatkan agar pelayanan yang diberikan
selalu meningkat dan mengikuti perkembangan zaman.
▪ Perkembangan Teknologi
teknologi adalah salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah
cara kerja birokrasi serta sektor bisnis. Pada zaman modern ini, teknologi sudah
menjadi tulang punggung seluruh business process di sektor bisnis maupun
pemerintahan, maka penggunaan metode konvensional dalam bekerja sudah
seyogyanya ditinggalkan agar kita tidak tertinggal oleh zaman.
▪ Tantangan Praktek Administrasi Publik
tantangan bagi administrasi publik menurut Gerton dan Mitchell (2019)
dirumuskan sebagai berikut:
1. Melindungi dan Memajukan Demokrasi
2. Memperkuat Pembangunan Sosial dan Ekonomi
3. Memastikan Kelestarian Lingkungan
4. Mengelola Perubahan Teknologi
2. Memahami Adaptif
▪ Pengertian Adaptif
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan yang
dibutuhkan agar terjaminnya keberlangsungan hidup bagi suatu individu maupun
organisasi.
▪ Kreativitas dan Inovasi
Innovasi merupakan sebuah produk baru yang tercipta untuk memperbarui suatu
produk atau proses. Kreativitas merupakan sebuah proses pencarian hal-hal
baru dalam menyelesaikan atau menghadapi suatu masalah.
▪ Organisasi Adaptif
Organisasi adaptif adalah organisasi yang terus melakukan perubahan,
mengikuti perubahan lingkungan strategisnya guna menjamin keberlangsungan
organisasi tersebut.
▪ Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN
ASN yang menerapkan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan akan
membawa konsekuensi adanya perubahan dalam cara pandang, cara berpikir,
mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang lebih mampu mengimbangi
perubahan atau tuntutan jaman.
3. Perilaku Adaptif
▪ Ciri ciri seorang ASN yang adaptif diantaranya adalah :
1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
2. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas;
3. Bertindak proaktif.
▪ Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dengan menyikapi ancaman dengan
prinsip VUCA sebagaimana dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengadapi Volatility (lingkungan yang berubah-ubah) dengan Vision (Visi)
2. Mengadapi Uncertainty (Ketidakpastian) dengan Understanding
(Pemahaman)
3. Mengadapi Complexity (kompleksitas) dengan Clarity (Kejelasan dalam
komunikasi)
4. Mengadapi Ambiguity (ambiguaitas) dengan Agility (sikap fleksibel dan
ketangkasan)
4. Adaptif dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Pemerintah adaptif memiliki indikator-indikator sebagai berikut: (a) memiliki sumber
daya manusia yang mumpuni; (b) memiliki business process yang adaptif dan
dinamis (c) memiliki peraturan yang adaptif dan menyesuaikan dengan perubahan
ancaman di lingkungan strategisnya.
G. Modul Kolaboratif
1. Konsep Kolaboratif
▪ Definisi Kolaborasi
Kolaborasi merupakan sebuah proses untuk mencapai tujuan bersama yang
melibatkan beberapa pihak dengan kemampuan yang berbeda.
Sebelum melakukan kolaborasi, pihak pihak terkait harus mengasses apakah
kolaborasi tersebut dapat menghasilkan outcome yang diinginkan. Menurut
retner terdapat 3 tahapan dalam mengasses sebuah kolaborasi :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) mendiskusikan strategi kolaborasi.
▪ Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Kolaborasi pemerintahan merupakan proses kerjasama yang saling
menguntungkan antar lembaga pemerintahan dan kemitraan dalam hal
mencapai tujuan pemerintahan.
Menurut Ansel dan Gash terdapat enam kriteria penting pada kolaborasi
pemerintahan yaitu :
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik dan lembaga mitra;
2) peserta dalam forum termasuk lembaga non-pemerintahan;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan
jika konsensus tidak tercapai dalam praktik);
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
▪ Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
WoG merupakan dimana instansi-instansi pelayanan publik bekerja sama lintas
batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon
terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. WoG menekankan pada
pengintegrasian/kerja sama antar kementerian atau lembaga pemerintah dalam
mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk
kerjasama antar seluruh aktor pemerintahan.
2. Praktik dan Aspek Normatif Kolaboratif Pemerintah
▪ Panduan Perilaku Kolaboratif
Dalam berkolaborasi, organisasi perlu memiliki budaya kolaborasi yang baik
dengan kolaborator lainnya, budaya-budaya tersebut antara lain :
1) Organisasi harus menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi;
2) Organisasi harus menghormati staffnya dan menghargai pekerjaan mereka;
3) Organisasi harus memberikan penghargaan yang adil bagi staf yang mau
berusaha dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi dan Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Organisasi mendorang kolaborasi dan kerja sama tim antar divisi; dan
7) Setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.
▪ Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Dalam pelaksanaan kolaborasi dalam konteks pemerintahan, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen
dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara
entitas publik. Selain itu, ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi dan ketidakjelasan dasar hukum
kolaborasi akan menghambat jalannya kolaborasi.
▪ Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan, pejabat pemerintahan dapat meminta
bantuan kepada kedinasan lain. Sementara itu, Pejabat Pemerintahan memiliki
kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan tertentu.
Meskipun Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan,
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan
Kedinasan apabila:
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi
bantuan;
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian
bantuan.

Anda mungkin juga menyukai