2. Perilaku Kompeten
▪ Panduan perilaku (kode etik) kompeten adalah
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah
Dalam peningkatan kompetensi diri, dapat dilakukan penyesuaian
paradigma selalu belajar melalui learn (membiasakan belajar hal baru),
unlearn (meninggalkan hal yang diketahui dan yang sudah tidak sesuai), dan
relearn (menerima fakta baru).
Pendekatan pengembangan mandiri disebut dengan Heutagogi atau teori
“net-centric”, yaitu pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran
utama dari Internet. ASN pembelajar dapat melakukan konektivitas dengan
online network, konsultasi pada pakar di unit kerja, atau memanfaatkan
interaksi informal dengan pegawai di dalam/luar organisasi.
b. Membantu orang lain belajar
Menerapkan akses dan transfer pengetahuan dalam percakapan informal
maupun forum terbuka lainnya.
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
Mewujudkan pengetahuan menjadi sebuah karya terbaik dalam
pekerjaan.
3. Kebijakan Pembangunan Aparatur
▪ Pengelolaan ASN menerapkan prinsip berbasis merit, yaitu sistem dimana
seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan diskriminatif pada
aspek-aspek primodial yang bersifat subjektif.
▪ Pembangunan aparatur sesuai RPJMN 2020-2024 diharapkan dapat
menghasilkan karakter birokrasi berkelas dunia dengan ciri seperti pelayanan
publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang efektif dan efisien.
▪ Terdapat delapan karakteristik bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan,
meliputi integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship (smart ASN).
D. Modul Harmonis
1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya di Indonesia
▪ Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau.
Pada tahun 2020, populasi penduduk Indonesia mencapai 270.203.917 jiwa
yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa dan agama. Indonesia juga
terkenal akan kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan tambang,
kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan Indonesia.
▪ Terdapat beberapa konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu:
a. Aliran Modernis melihat bangsa sebagai hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti dicontohkan dalam negara birokratis, ekonomi industri
dan konsep sekuler tentang otonomi manusia.
b. Aliran Primordialis melihat bangsa sebagai sebuah pemberian historis yang
terus hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren
pada masa lalu dan generasi masa kini.
c. Aliran Perenialis melihat bangsa dapat ditemukan di pelbagai zaman
sebelum periode modern. Dengan demikian, bangsa modern muncul sebagai
kelanjutan dari periode sebelumnya.
d. Aliran Etnosimbolis melihat kelahiran bangsa pasca abad ke-18 sebagai
sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus
dimengerti dalam jangka panjang.
▪ Tantangan disharmonis atau jenis konfilk dalam keanekaragaman,
dikelompokkan menjadi:
a. Konflik antarsuku, pertentangan antara suku yang dapat disebabkan oleh
pemahaman yang keliru terhadap perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat.
b. Konflik antaragama, pertentangan antara kelompok yang memiliki
keyakinan/agama yang berbeda. Konflik bisa terjadi antara agama yang satu
dengan yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
c. Konflik antarras, yaitu pertentangan antara ras yang dapat disebabkan sikap
rasialis (membedakan perlakuan berdasarkan ras orang).
d. Konflik antargolongan, pertentangan antara kelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat yang dapat disebabkan oleh perbedaan
pekerjaan, partai politik, asal daerah dan sebagainya.
▪ Dalam lingkup ASN, konflik terkait keanekaragaman ini dapat menyebabkan
suasana bekerja dan lingkungan tidak nyaman, pekerjaan terbengkalai, kinerja
buruk, serta layanan kepada masyarakat tidak optimal.
2. Mewujudkan Suasanan Harmonis dalam Lingkungan Bekerja dan Memberikan
Layanan kepada Masyarakat
▪ Secara filosofis, harmonis adalah sebuah kerja sama antara berbagai faktor
dengan sedemikian rupa sehingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur.
▪ Suasana harmonis dalam lingkungan bekerja dapat membuat individu di
dalamnya tenang, menciptakan kondisi untuk kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktivitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
▪ Etika dapat dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik/benar.
▪ Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok tertentu dan ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan
tertulis.
▪ Kode etik dan kode perilaku ASN ada 12 belas dan terdapat pada pasal 5 UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Perilaku ASN dalam hal harmonis dapat
ditunjukkan dengan toleransi, empati dan keterbukaan terhadap perbedaan.
▪ Dengan menerapkan dan menegakkan nilai etika, maka ASN dapat mewujudkan
suasana harmonis di lingkungan bekerja dan masyarakat ASN tersebut.
▪ Beberapa peran ASN dalam mewujudkan suasana dan budaya harmonis, antara
lain sebagai berikut:
a. Bersikap netral dan adil sehingga tercipta kondisi yang aman, damai dan
tentram.
b. Harus dapat mengayomi kepentingan kelompok minoritas dengan tidak
membuat kebijakan yang mendiskriminasi kelompok tersebut.
c. Harus memiliki sikap toleran atas perbedaan yang ada dalam memberikan
pelayanan.
d. Harus memiliki rasa suka menolong kepada pelanggan dan kolega PNS
lainnya.
e. Menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya dengan menjadi
problem solver bukan trouble maker.
▪ Dalam menciptakan dan menjaga suasana harmonis, perlu dilakukan
pengenalan hal ini kepada seluruh personil ASN serta menyesuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut sehingga tercipta kebiasaan.
E. Modul Loyal
1. Konsep Loyal
▪ Urgensi Loyalitas ASN didasarkan dengan melihat faktor penyebab baik internal
dan eksternal.
▪ Makna Loyal dan Loyalitas
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
▪ Loyal dalam Core Values ASN
Dalam sudut pandang core values ASN, loyalitas ASN diwujudkan dengan
perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
▪ Membangun Perilaku Loyal
a. Dalam Konteks Umum
Secara umum, menciptakan dan membangun rasa setia dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2) Meningkatkan Kesejahteraan
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5) Melakukan Evaluasi secara Berkala
b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di
atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkahlangkah konkrit, diantaranya
melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan.
c. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme yang kuat. Diharapkan
dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.