Anda di halaman 1dari 3

Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.

Anekdot biasanya
berkisar pada orang-orang penting dan berdasarkan kejadian nyata (KUBI). Anekdot dapat
berupa cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat.
Partisipan atau pelaku di dalam cerita anekdot pun tidak harus orang penting . 
Peristiwa-peristiwa dalam teks anekdot dapat berupa peristiwa lucu atau humor, jengkel, dan
konyol.
Teks anekdot ditulis dengan tujuan untuk memberikan kritik dan memberikan sebuah
pelajaran bagi masyarakat, khususnya pelayan publik di bidang hukum, sosial, politik, dan
lingkungan. Teks anekdot biasanya membahas permasalahan yang berkaitan dengan layanan
publik.
Tidak semua cerita yang memiliki unsur lucu, jengkel, atau konyol tergolong ke dalam teks
anekdot. Yang membedakan teks anekdot dengan teks yang lain yaitu teks anekdot memiliki
pesan moral, memiliki unsur lucu atau konyol, dan memiliki struktur:
abstraksi,orientasi,krisis, reaksi, dan koda.
Struktur Isi dalam Teks Anekdot, yakni: 

 Abstraksi berupa cerita pembuka yang akan menggambarkan awal cerita.


 Orientasi yaitu peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita. Orientasi akan
membangun konteks pembaca terhadap suatu cerita.
 Krisis yaitu bagian cerita yang menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya
konflik yang dialami oleh tokoh.
 Reaksi yaitu tanggapan tokoh terhadap konflik yang muncul.
 Koda yaitu penutup cerita atau keadaan akhir cerita.

Teks anekdot tidak harus memenuhi lima aspek di atas. Aspek yang harus ada dalam teks
anekdot adalah orientasi, krisis, dan reaksi.

Perhatikan Contoh Soal Berikut!


Analisislah struktur teks di bawah ini!

1. Hari ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Suasana kelas tidak kondusif.


Padahal, Bapak guru dengan semangat menjelaskan materi yang sudah dituangkan
dalam power point.
2. “Sekarang kita masuk bab baru yaitu UUD 45”, kata pak guru. “Ali, perhatikan
dengan sungguh-sungguh, jangan ngobrol dengan teman!”. “Ya, Pak,” jawab Ali
dengan muka masam. 
3. “Undang-undang Dasar 1945 atau yang sering kita singkat menjadi UUD 45 sudah
beberapa kali mengalami perubahan disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Indonesia. Semua peraturan yang ada di Indonesia diatur dalam UUD 1945.” Pak guru
menjelaskan beberapa perubahan yang terjadi dalam UUD 45. 
4. Tiba-tiba Ali berkomentar, “Pak, setahu saya UUD belum pernah mengalami
perubahan dari dulu sampai sekarang, tapi kalau semua peraturan itu diatur dalam
UUD, saya setuju, Pak!” Pak guru terhenyak, “Apa Ali?”. “Semua peraturan itu kan
ujung-ujungnya duit atau UUD, Pak!”
5. Sontak, semua siswa tertawa dan Pak guru pun ikut tertawa. Suasana kelas pun
menjadi ramai.

Analisis struktur teks anekdot di atas adalah


•    Abstraksi: Pembuka cerita ( paragraf ke-1 kalimat ke-1)
•    Orientasi: situasi awal cerita (paragraf ke-1 kalimat ke-2) 
•    Krisis: bagian konflik cerita (paragraf ke-4) 
•    Reaksi: tanggapan tokoh terhadap konflik (paragraf ke-5 kalimat ke-1
•    Koda: penutup cerita (paragraf ke-5 kalimat ke-2)

Ciri-ciri bahasa teks Anekdot


Teks anekdot dimanfaatkan masyarakat sebagai media untuk menyindir layanan publik di
bidang politik, sosial, dan lingkungan. Sindiran atau kritikan yang dikemas dengan cerita
yang lucu dan menggelitik membuat orang mudah menerima kritikan sambil tertawa. Untuk
memperoleh sindiran yang halus, bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi,
pengandaian, perbandingan, antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan konjungsi. 
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot sebagai berikut.
1.  Kata kias atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.
    Kata kias bisa berupa ungkapan dan peribahasa. Ungkapan adalah kelompok kata yang
khusus digunakan untuk menyatakan sesuatu sedangkan peribahasa adalah kalimat yang
memiliki makna kias.
Contoh : daun muda yang bermakna gadis (ungkapan)

2.  Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata
atau antonim.
Contoh :

 Peristiwa yang terjadi di Indonesia diandaikan jika terjadi di negeri orang (sindiran
dengan pengandaian)
 Badannya semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan)
 Orang pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)

3.  Pertanyaan retoris


     Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh : Apakah kamu mau meninggal hari ini?

4.  Kalimat yang menyatakan ajaran moral/pesan kebaikan


5.  Konjungsi
    Konjungsi adalah kata hubung. Kata hubung yang sering digunakan dalam teks anekdot
adalah kata hubung waktu (konjungsi temporal) yaitu, setelah, lalu, kemudian dan sebab-
akibat yaitu, maka, karena, oleh sebab itu. Kalimat pengandaian digunakan penulis untuk
berandai-andai.

Perhatikan Contoh Soal Berikut!


Jelaskan ciri bahasa yang digunakan dalam teks anekdot berikut ini!
Sebagai tradisi jika ada orang yang meninggal dalam satu kampong seberang, maka warga
harus datang melayat.
Sore itu, Dasron meninggal. Semua warga terlihat dalam prosesi pemakaman Dasron, hanya
Imron yang tak terlihat. Dia sibuk bekerja di sawah.
Suatu hari Amrun bertemu dengan Imron. Amrun menanyakan perihal ketidakhadirannya.
“Kenapa kemarin kau tidak datang melayat?” seru Amrun. “Kalau saya datang pada acara
prosesi pemakaan Dasron, Dasron juga tidak akan datang ke prosesi pemakaman kita ketika
kita meninggal. Jadi, saya tidak usah datang!” Jawab Imron. “Apa kau tidak percaya, Amrun?
Buktikan saja sendiri!”
Teks anekdot di atas menggunakan pertanyaan retoris dan konjungsi sebab akibat.
 Pertanyaan retoris terdapat pada kalimat Apa kau tidak percaya, Imron? Buktikan saja
sendiri!. Tak ada orang yang ingin membuktikan suatu hal yang ghaib dengan cara
meninggal dulu.
 Konjungsi yang digunakan adalah konjungsi sebab-akibat: maka, jadi

Jelaskan ciri bahasa yang digunakan dalam teks anekdot berikut ini!
Padi di sawah terlihat menguning seperti hamparan permadani. Hasil padi tahun ini melimpah
sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan para petani. Setelah panen raya, para petani
bersyukur kepada Tuhan dengan menggelar acara Bersih Desa.
Pak Dukuh memberikan sambutan dalam acara tersebut. “Wargaku, hari ini kita berkumpul
untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Semoga hasil panen kita setiap tahun terus
meningkat. Tidak terserang hama wereng dan tikus-tikus tidak menjarah padi kita. Sawah kita
juga tidak diambil oleh tikus berdasi dijadikan perumahan rakyat.” 
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot di atas yang paling menonjol adalah penggunaan
ungkapan “tikus berdasi” yaitu sebutan orang pemerintah yang tidak bertanggung jawab.
Bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi, pengandaian, perbandingan,
antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan konjungsi.

Anda mungkin juga menyukai