Anekdot biasanya
berkisar pada orang-orang penting dan berdasarkan kejadian nyata (KUBI). Anekdot dapat
berupa cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat.
Partisipan atau pelaku di dalam cerita anekdot pun tidak harus orang penting .
Peristiwa-peristiwa dalam teks anekdot dapat berupa peristiwa lucu atau humor, jengkel, dan
konyol.
Teks anekdot ditulis dengan tujuan untuk memberikan kritik dan memberikan sebuah
pelajaran bagi masyarakat, khususnya pelayan publik di bidang hukum, sosial, politik, dan
lingkungan. Teks anekdot biasanya membahas permasalahan yang berkaitan dengan layanan
publik.
Tidak semua cerita yang memiliki unsur lucu, jengkel, atau konyol tergolong ke dalam teks
anekdot. Yang membedakan teks anekdot dengan teks yang lain yaitu teks anekdot memiliki
pesan moral, memiliki unsur lucu atau konyol, dan memiliki struktur:
abstraksi,orientasi,krisis, reaksi, dan koda.
Struktur Isi dalam Teks Anekdot, yakni:
Teks anekdot tidak harus memenuhi lima aspek di atas. Aspek yang harus ada dalam teks
anekdot adalah orientasi, krisis, dan reaksi.
2. Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata
atau antonim.
Contoh :
Peristiwa yang terjadi di Indonesia diandaikan jika terjadi di negeri orang (sindiran
dengan pengandaian)
Badannya semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan)
Orang pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)
Jelaskan ciri bahasa yang digunakan dalam teks anekdot berikut ini!
Padi di sawah terlihat menguning seperti hamparan permadani. Hasil padi tahun ini melimpah
sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan para petani. Setelah panen raya, para petani
bersyukur kepada Tuhan dengan menggelar acara Bersih Desa.
Pak Dukuh memberikan sambutan dalam acara tersebut. “Wargaku, hari ini kita berkumpul
untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Semoga hasil panen kita setiap tahun terus
meningkat. Tidak terserang hama wereng dan tikus-tikus tidak menjarah padi kita. Sawah kita
juga tidak diambil oleh tikus berdasi dijadikan perumahan rakyat.”
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot di atas yang paling menonjol adalah penggunaan
ungkapan “tikus berdasi” yaitu sebutan orang pemerintah yang tidak bertanggung jawab.
Bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi, pengandaian, perbandingan,
antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan konjungsi.