Anda di halaman 1dari 3

BACAAN ALKITAB: 1 Petrus 5:1-11 “Merendahkan Diri Di Bawah Tangan Tuhan”

ALASAN PEMILIHAN TEMA


Dari zaman ke zaman dunia memiliki perkembangan menurut zamannya. Ilmu dan
teknologi selalu menjadi tanda dari sebuah kemajuan zaman dan setiap orang dituntut
untuk tampil dengan berani dan harus menunjukkan jati dirinya sendiri di tengah
beratnya persaingan itu, jika tidak maka siapapun akan tergilas dan direndahkan oleh
orang lain yang lebih dahulu mengikuti secara detail setiap perkembangan itu.
Begitu juga dengan zaman ini yang kita kenal dengan era disrupsi dimana semua
bidang kehidupan mengalami perubahan-perubahan sistem kehidupan.
Diberbagai bidang terjadi inovasi besar-besaran yang berlangsung secara cepat tanpa
disadari, misalnya dalam hal sosial ekonomi, sebuah perusahan besar pun dapat
disaingi oleh usaha kecil, bahkan usaha rumahan, karena dalam perkembangan
teknologi ini, orang yang memerlukan makanan atau barang yang hanya dilakukan dari
rumah atau dari tempat di manapun orang itu berada, sebab segala sesuatu akan
selalu terhubung melalui jaringan internet (online).
Dalam perkembangan zaman seperti inilah akan terjadi perubahan karakter manusia.
Sebab setiap persaingan akan diikuti dengan penonjolan kemampuan individu dengan
harga diri yang tinggi sehingga bukan tidak mungkin kesombongan dan tinggi hati akan
menjadi bumbu dalam setiap penampakan seseorang dalam persaingan itu.
Untuk hal-hal inilah kita sebagai orang percaya harus mewaspadai diri. Kita diminta
harus tetap rendah hati meskipun harus masuk dalam derasnya arus persaingan di
zaman ini. Merendahkan diri di bawah tangan Tuhan pasti akan menghentar kita untuk
mampu tetap bertahan di tengah derasnya arus perkembangan zaman, di era disrupsi
ini.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Petrus terdiri dari 2 surat yang disebut 1 Petrus dan 2 Petrus. Kedua surat ini ditulis oleh
Petrus yang adalah rasul Kristus yang dalam suratnya yang kedua memperkenalkan dirinya
sebagai Simon Petrus, hamba dan rasul Kristus (2 Petrus 1:1). Surat 1 Petrus umumnya
membicarakan tentang nasihat rasul Petrus, terutama ditujukan kepada mereka yang oleh iman
kepada Yesus Kristus harus mengekspresikan iman melalui hidup yang bersukacita dan
berbahagia, meskipun harus menanggung penderitaan oleh berbagai pencobaan sebagai
bentuk pemurnian iman untuk mendapatkan pujipujian, Kemuliaan dan kehormatan pada hari
Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1:6-7).
Perikop 1 Petrus 5:1-11 ini rasul Petrus pertama-tama memberi nasihat secara khusus kepada
para penatua, sehingga untuk itu ia menyetarakan dirinya sebagai penatua dan saksi
penderitaan Kristus (ayat 1). Bagi dia, jabatan penatua adalah panggilan Tuhan Yesus untuk
melayani jemaat-Nya sebagai domba. Berarti pekerjaan mereka adalah gembala dalam jemaat.
Tugas menggembalakan domba, nampaknya Petrus mengutip apa yang dipesankan Tuhan
Yesus kepadanya, gembalakanlah domba-domba-Ku (Yohanes 21:15-17) yang merupakan
manifestasi (penampakan) dari mengasihi Yesus. Jemaat sebagai domba yang akan
digembalakan oleh para penatua adalah domba milik Allah, karena itu Petrus menasihatkan
agar tugas itu harus dilakukan dengan tulus dan sukarela tanpa paksaan, dan bukan untuk
mencari keuntungan sendiri, tapi dengan pengabdian yang sukarela (ayat 2); bukan dengan
kekerasan seolah-olah memerintah atas mereka tetapi dengan keteladanan hidup (ayat 3).
Tugas ini tentu tidaklah mudah. Pengorbanan hidup pasti menjadi keharusan bagi pelaksanaan
tugas itu, namun pengorbanan itu bukanlah sebuah kesia-siaan, melainkan ada mahkota
kemuliaan yang akan mereka terima sesuai dengan apa dijanjikan Allah bagi setiap orang yang
menjalani tugas ini dengan baik (ayat 4). Selanjutnya melalui perikop ini, rasul Petrus memberi
perhatian pada relasi baik dan sopan yang harus berlangsung dalam persekutuan jemaat.
Rasul Petrus menasihatkan agar orang yang mudah harus menghomati orang yang lebih tua.
Menghormati orang yang lebih tua adalah bentuk tata krama, kesusilaan hidup atau hidup
beretika yang harus berlaku bukan hanya di dalam rumah atau keluarga sendiri antara ayah, ibu
dan anak, melainkan juga dalam Persekutuan jemaat. Tidak hanya itu, saling menghormati bagi
Petrus adalah perwujudan dari sikap merendahkan diri di antara sesama. Tapi merendahkan
diri dalam hal ini bukan berarti membuat diri merasa minder (merasa tidak ada harga diri)
terhadap segala sesuatu, melainkan menunjuk pada soal rendah hati, sederhana, tidak
sombong atau tidak merasa diri lebih penting dari orang lain.
Bagi rasul Petrus perlakuan hidup seperti itu akan menghentar setiap orang percaya untuk
dapat saling topang dan saling menguatkan dalam menanggung penderitaan sehingga
persekutuan orang percaya akan sama-sama tumbuh dalam iman untuk melawan atau
menangkal kuasa iblis. Sebab kuasa Iblis yang sewaktu-waktu dapat merusak persekutuan
orang percaya hanya dapat dilawan dengan iman teguh kepada Yesus Kristus.
Dua hari yang lalu, Jumat, 15 Oktober 2021, kita sebagai warga GMIM, khususnya anggota sidi
jemaat sudah memilih calon Diaken dan Penatua, dan hari ini Minggu 17 Oktober 2021 kita
akan memilih Komisi Pelayanan Kategorial: Pria/Kaum Bapa, Wanita/Kaum Ibu, Pemuda,
Remaja, Anak/Sekolah Minggu (Kompelka BIPRA) yang akan melayani pada periode
pelayanan 2022-2026. Kita percaya bahwa melalui tangan, hati dan iman yang dituntun oleh
Roh Kudus, kita sudah dan akan memilih orang-orang yang nantinya menjadi hamba Tuhan,
yang akan menggembalakan domba milik Tuhan dalam jemaat-jemaat di wilayah pelayanan
GMIM.
Mereka akan dilantik dan diteguhkan untuk melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang
dipercayakan dan diberikan kepada mereka oleh Tuhan Yesus melalui GMIM sebagai Gereja-
Nya. Namun perlu direnungkan dan menjadi pertimbangan iman kita bersama ialah soal
merendahkan diri di bawah tangan Tuhan. Inilah yang menjadi tema perenungan kita
disepanjang minggu ini, dengan maksud memberi pemahaman bahwa semua yang memilih
pelayan Tuhan ini bukan memilih atas hasrat hati sendiri dan mereka yang dipilih bukan karena
kebaikan, kegagahan, dan kekuatan atau performa (penampilan) mereka sendiri, melainkan
karena dipilih oleh Tuhan Yesus (Yohanes 15:16). Merendahkan diri di bawah
tangan Tuhan juga dapat diartikan bahwa semua yang sudah dan akan terpilih harus
menyerahkan seluruh hidup dan pelayanan mereka dalam tangan Tuhan, sehingga tidak
menganggap seolah-olah diri mereka adalah penguasa di atas seluruh pelayanan jemaat.

Anda mungkin juga menyukai