Laporan Individu PKL Unggas - Burhanudin - 062023143083
Laporan Individu PKL Unggas - Burhanudin - 062023143083
Oleh :
BURHANUDIN
062023143083
Tanggal Kegiatan
10 Januari 2022 Chick in DOC betina di kandang Waridi sejumlah 6500 ekor
13 Januari 2022 Pindah ayam di kandang Giat A dan Eko A sejumlah 600 ekor
Gambar 2. (A) Terdapat ptechiae pada proventrikulus, (B) Perdarahan pada seka
tonsil, (C) Perdarahan dan Nekrosis pada usus.
Gambar 3. Ayam tampak seperti mengantuk (Kiri). Keluar cairan dari mata
dan hidung (Kanan)
Diagnosis banding dari penyakit Coryza adalah Chronic Respiratory Disease
(CRD) atau Infectious Laryngotracheitis (ILT). Terapi penyakit Coryza yaitu dengan
pemberian preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau dengan pemberian injeksi
intramuscular melalui dada ayam. Dapat pula dengan menggunakan Vetstrep ataupun
OTC yg dilarutkan dengan vitamin B kompleks dan diulang setelah 3-5 hari.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan
lingkungan. Sirkulasi udara dalam kandang harus dipastikan lancar dan pastikan tingkat
amoniak serendah mungkin. Kandang harus dipastikan terkena sinar matahari langsung
sehingga mengurangi kelembaban karena kandang yang lembab dan basah memudahkan
timbulnya penyakit.
4. Aspergillosis
Aspergillosis merupakan penyakit gangguan pernapasan yang disebabkan oleh
jamur (Penyakit mikotik). Aspergillosis dikenal juga dengan brooder pneumonia, fungal
pneumonia, atau mycotic pneumonia. Kejadian Aspergillosis bersifat sistemik yang
berarti menyerang di dalam tubuh unggas dan dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Aspergillosis disebabkan oleh jamur yang termasuk dalam genus Aspergillus, spesiesnya
adalah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus (Hastiono, 1986). Aspergillus sp.
termasuk kapang karena mempunyai hifa atau selium sejati, koloni seperti kapas, karpet
atau beludru. Struktur hifa Aspergillus sp berbentuk memanjang dan bercabang, bersekat,
dan bersepta. Dari hifa muncul tangkai spora dengan ujung yang membesar berbentuk
bulat atau lonjong. Pada permukaanya tertutupi sterigmata yang bentuknya seperti vas
bunga, sel spora berbentuk berbentuk bulat hingga lonjong terbentuk dibagian ujung dari
sterigmata dan membentuk rantai (Retno dkk, 2015). Aspergillus sp. hidup sebagai
saprofit dan sporanya dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Jamur maupun spora yang
dihasilkan dapat berada di udara bebas, sekam, dan bahan baku ransum.
Jalur utama penularan aspergillosis adalah melalui pernapasan dengan menghirup
spora jamur, selain itu penularan bisa melalui telur, litter, peralatan kandang, ransum, dan
air minum yang terkontaminasi dengan spora Aspergillus sp. dapat puka menjadi media
penularan jamur. Pencemaran oleh spora jamur dapat terjadi di setter, hatchery, maupun
di ruang inkubator. Embrio ayam yang masih berada di inkubator memiliki resiko
terserang aspergillosis jika terkontaminasi oleh sporanya, dimana spora tersebut
terpenetrasi ke dalam telur melalui pori-pori kerabang kemudian berkembang di dalam
telur (Tabbu, 2000).
Diagnosa biasanya dilakukan dengan berdasarkan pada riwayat kasus, lesi
spesifik, dan pemeriksaan mikroskopik untuk membuktikan adanya hifa jamur
Aspergillus sp. Diagnosa akhir dilakukan dengan isolasi dan idetifikasi jamur di
laboratorium, isolasi dan identifikasi jamur dapat dilakukan di media Sabouraud Dextrose
Agar (SDA). Pemeriksaan serologis dapat dilakukan dengan uji Agar Gel Presipitat
(AGP) dan Enzime-linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap Aspergillus sp. Pada kasus ayam yang mengalami dypsnoea seringkali
dikelirukan dengan penyakit Salmonellosis, Newcastle Disease, Chronic Respiratory
Disease, Infectious Coryza, dan Infectious Bronchitis.
4.1. Gejala klinis dan patologi anatomi
Aspergillosis lebih sering menyerang anak ayam, namun demikian juga tidak
menutup kemungkinan menyerang ayam dewasa. Kejadian aspergillosis pada ayam
muda bersifat akut, sedangkan ayam dewasa bersifat kronis. Aspergillosis tidak
hanya menyerang saluran pernapasan ayam, namun juga menyerang organ lainnya
yaitu mata (opthalmithis), kulit (dermatitis), tulang (osteomycosis), encephalitis dan
aspergillosis sistemik. Spora Aspergillus sp. yang memasuki selaput lendir mata akan
berkembang membentuk plak dibawah membran niktitan sehingga mengalami
peradangan dan mata tertutup cairan kental berwarna kuning.
Gejala klinis berbentuk akut yaitu ayam mengalami kesulitan bernapas
(dyspnoea), leher dijulurkan keatas karena bernapas melalui mulut, kenaikan
frekuensi napas, dan nafsu makan menurun. Jika infeksi yang terjadi bebarengan
dengan infeksi lain makan akan timbul suara ngorok. Pada aspergillosis bentuk
kronis akan muncul gejala kehilangan nafsu makan, lesu, bernapas melalui mulut,
kebiruan, kekurusan, dan dapat berlanjut pada kematian.
Perubahan patologi yang terjadi pada bentuk akut yaitu airsacculitis
granulomatosa dan pleuritis. Membran air sac mengalami penebalan dan terdapat
tonjolan kekuningan bersifat multifokal tersebar merata. Pulmo mengalami
pembesaran dilapisi lapisan tebal dan muncul lesi berupa nodul caseous (Retno dkk,
2015).
B C
Gambar 4. Nodul putih bersifat multifokal. (A) intestine, (B) cavum thorax dan
(C) pulmo ayam
4.2. Pengobatan
Beberapa obat yang digunakan sebagai antifungal antara lain nystatin,
amphotericin B, crystal violet, dan brilliant green. Dapat juga dilakukan pemberiam
cupri sulfat 1 gram/5 liter air minum selama 3 hari. Selain itu dilakukan pemberian
suplementasi vitamin dosis tinggi Fortevit dan memberikan antibiotik untuk
mengantisipasi adanya infeksi sekunder.
5. Collibacilosis
Colibacillosis adalah penyakit yang rentan menyerang ayam petelur muda (3-5
minggu). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri E. coli. Serotipe-serotipe yang biasa
menyerang ayam antara lain OI, KI, 02, K1, KI, HS dan 078, K8. Infeksi dari bakteri ini
dapat menyebabkan Omphalitis, air sacculitis, peritonitis, dan salphingitis. Factor-faktor
predisposisi untuk timbulnya colibacillosis antara lain infeksi CRD, IB dan ND (Ditjen
PKH, 2014). Penyakit dapat berkembang cepat dengan derajat kematian yang tinggi.
Dampak dari infeksi E. coli adalah gangguan pertumbuhan, penurunan produksi,
peningkatan jumlah ayam afkir, penurunan kualitas karkas dan telur (Ditjen PKH, 2014).
Penularan dapat terjadi secara oral melalui pakan, minuman, debu atau feses yang
tercemar oleh E.coli. Sumber penularan lainnya adalah infeksi indung telur, kantong
kuning telur merupakan titik pusat infeksi pada unggas. Ayam umur muda lebih sensitif
dibandingkan ayam dewasa, faktor pendukung timbulnya Colibacillosis antara lain
adalah sanitasi atau desinfeksi yang kurang, air minum tercemar bakteri, sistem
perkandangan yang kurang memadai, dan adanya penyakit yang bersifat imunosupresif
seperti Gumboro (Ditjen PKH, 2014).
5.1. Gejala Klinis dan Patologi Anatomi
Gejala klinis tergantung dari umur ayam yang terserang, lamanya infeksi, dan
organ yang terserang. Biasanya ayam muda akan mati secara akut setelah timbul
gejala anoreksia dan lesu. Pada embrio sering ditemukan mati pada periode akhir
pengeraman. Pada anak ayam terjadi omphalitis, adanya oedema dan jaringan sekitar
pusar menjadi lembek seperti bubur. Pada unggas kelainan yang dapat ditemukan
ketika nekropsi adalah pericarditis berfibrin, penebalan dan penumpukan cairan
fibrin pada air sac, salphingitis, opthalmia, dan pada anak ayam ditemukan
omphalitis, enteritis serta synovitis (Ditjen PKH, 2014).
Pengamatan nekropsi dikandang ditemukan gejala yang mengindikasikan
adanya Colibacillosis pada ayam berumur 5 minggu deskripsi lesi: adanya air
sacculitis, terjadi bengkak pada bagian kepala ayam tersebut, dan dalam air sac juga
terdapat cairan fibrin. Akan tetapi lesi-lesi tersebut masih belum bias menegakkan
diagnosa dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti, koleksi sample untuk
ditumbuhkan pada media.
Diagnosa pada kejadian colibacillosis tidak mudah, mengingat manifestasi
penyakitnya mirip dengan penyakit sepsis lain. Oleh karena itu, isolasi dan
identifikasi agen penyebab mutlak diperlukan. Colibacillosis dapat dikelirukan
dengan sepsis akut antara lain salmonellosis, pasteurellosis dan staphylococcosis
(Ditjen PKH, 2014).
Gambar 5. Gejala colibacillosis yang ditunjukan pada ayam
5.2. Pengobatan
Pengobatan colibacillosis dengan pemberian antiobiotik. Beberapa contoh
yang digunakan adalah kelompok aminoglikosida (neomisin, gentamisin), kelompok
aminosiklitol (spektinomisin), kelompok polipetida (kolistin, polimiksin), kelompok
tetrasiklin dan kelompok kuinolon. Pencegahan dapat dilakukan dengan
memperhatikan kualitas air dan pakan serta pencegahan penyakit yang bersifat
imonusupresif diprioritaskan. Pengedalian dan pemberantasan dengan cara
memperhatikan sertifikat bebas CRD dan IB sebelum membeli DOC dan desinfeksi
secara teratur serta meminimalkan stress pada ayam (Ditjen PKH, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Saepulloh, M., dan Darminto. 1999. Epidemologi, Diagnosis, dan Kontrol Penyakit
Infectious Laryngotracheitis (ILT) Pada Ayam. Balai Penelitian Veteriner.
Wartazoa (8):1.
Tabbu C. R., 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Van T.T.H., Elshagmani, E., Gor, M.C., Anwar, A., Scott, P.C., Moore, R.J. 2017. Induction
of spotty liver disease in layer hens by infection with Campylobacter hepaticus.
Veterinary Microbiology 199: 85-90.
Van TTH, Lacey JA, Vezina B, Phung C, Anwar A, Scott PC. 2019. Survival mechanisms
of Campylobacter hepaticus identified by genomic analysis and comparative
transcriptomic analysis of in vivo and in vitro derived bacteria. Front Microbiol.
10:107.
Lampiran 1. Form Penilaian PKL Individu