Teknik Lab - Pengenalan Alat Spektrometer Ultraviolet Tampak (UV-Vis) Dan Corong Pemisah
Teknik Lab - Pengenalan Alat Spektrometer Ultraviolet Tampak (UV-Vis) Dan Corong Pemisah
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengetahui prinsip dasar penggunaan alat spektrometer ultraviolet-
tampak untuk mengukur konsentrasi larutan.
1.2 Mengetahui prinsip dasar metode ekstraksi pelarut sebagai metode
pemisahan dan dapat menggunakan corong pemisah dengan benar.
2.2 Spektrofotometer
Spektrofotometer UV-Vis adalah instrumen yang digunakan dalam
spektrofotometri. Alat ini berfungsi mengukur absorbansi dan
transmitansi bahan uji oleh sinar elektromagnetik yang dapat
disesuaikan panjang gelombangnya. Keluaran dari spektrofotometer
UV-Vis adalah spektrum yang merupakan absorbansi dari suatu bahan
yang diuji (Sistesya & Sutanto, 2013).
1
2.3 Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer didapatkan melalui penggabungan hukum
Lambert dan hukum Beer. Hukum Lambert menyatakan bahwa saat
sebuah sinar monokromatik ditembakkan melalui medium transparan,
laju penurunan intensitasnya terhadap tebal medium akan sebanding
dengan intensitas cahaya memenuhi persamaan
𝑑𝐼
− = 𝑘𝐼
𝑑𝑙
𝐼 𝑙
𝑑𝐼
−∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑙
𝐼0 𝐼 0
𝐼
ln = −𝑘𝑙
𝐼0
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝑘𝑙 . (2.1)
2
𝐼0
log = 𝜀𝑏𝐶
𝐼
𝐴 = 𝜀𝑏𝐶. (2.5)
Persamaan (2.5) adalah persamaan fundamental dari spektrofotometri
yang dikenal dengan nama hukum Lambert-Beer (Vogel dkk., 1989).
Dari persamaan (2.5), dapat diketahui bahwa
𝐼0
𝐴 = log , (2.6)
𝐼
dengan 𝐴 adalah absorbansi atau serapan, 𝜀 adalah koefisien absorpsi
molar larutan ( M −1 cm−1 ), 𝑏 adalah tebal kuvet (cm), dan 𝐶 adalah
konsentrasi larutan (M) (Sistesya & Sutanto, 2013).
3
𝐶2
𝐾d = , (2.7)
𝐶1
dengan 𝐾d adalah koefisien distribusi, 𝐶1 dan 𝐶2 adalah masing-masing
kelarutan pada pelarut 1 dan pelarut 2. Persamaan (2.7) tersebut dikenal
dengan hukum Nernst (Purwani & Prayitno, 2014).
2.6 Pengenceran
Pengenceran adalah prosedur yang digunakan untuk memperoleh
sampel dengan konsentrasi yang lebih rendah. Pengenceran dilakukan
dengan menambahkan pelarut ke dalam larutan pekat. Hasil yang
didapatkan adalah larutan encer dengan volume yang lebih besar.
Adapun secara matematis, persamaan untuk pengenceran pengenceran
larutan adalah sebagai berikut:
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2 , (2.8)
dengan 𝑀1 adalah konsentrasi larutan sebelum diencerkan, 𝑀2 adalah
konsentrasi larutan setelah diencerkan, 𝑉1 adalah volume larutan
sebelum diencerkan, dan 𝑉2 adalah volume larutan setelah diencerkan
(Widyaningsih dkk., 2017).
2.7.2 Eter
Sifat fisika: titik didih rendah dan bersifat pelarut.
4
Sifat kimia: dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air dan
tidak larut dalam air.
(Sukmanawati, 2009).
2.7.3 Sabun
Sifat fisika: bersifat membersihkan dan kelarutannya dalam air
tinggi.
Sifat kimia: larut dalam air, terdiri dari asam lemak dan basa,
dan membentuk ion saat dilarutkan.
(Basri, 1996).
2.7.4 Akuades
Sifat fisika: berwujud cair, tidak bewarna, dan tidak berbau.
Sifat kimia: rumus kimia H2O, bersifat netral (pH 7), dan dapat
digunakan sebagai pelarut polar.
(Khotimah dkk., 2017).
5
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat:
1. Tabung reaksi dan rak
2. Pipet tetes
3. Statif + klem
4. Spektrofotometer
5. Labu takar
6. Corong
7. Corong pisah
8. Erlenmeyer
9. Gelas ukur
10. Gelas beaker
3.1.2 Bahan:
1. Metilen Blue
2. Eter
3. Sabun
4. Akuades
6
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Skema Kerja Spektrofotometri UV-Vis
Tabung reaksi
Hasil
7
3.2.2 Skema Kerja Ekstraksi Pelarut
10 mL sabun + 10 mL eter
Corong pemisah
- Penggojogan.
- Pembukaan keran untuk membebaskan
gas berlebih.
- Penggojogan ke arah badan.
- Penungguan hingga terbentuk dua
lapisan cairan.
- Pengambilan lapisan organik.
- Penampungan dalam erlenmeyer.
- Pemurnian dengan cara kristalisasi.
Hasil
8
IV. DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1 Data percobaan spektrofotometri UV-Vis metilen blue
No. Konsentrasi (M) Absorbansi
1. 0,0002 0,579
2. 0,0004 0,923
3. 0,0006 1,507
4. 0,0008 1,992
5. X 1,643
9
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Tenik Lab: Pengenalan Alat
Spektrofotometer Ultraviolet-Tampak (UV-Vis) dan Corong Pemisah”.
Prinsip dasar yang digunakan dalam percobaan ini adalah hukum Lambert-
Beer, hukum distribusi, dan like dissolves like. Metode yang digunakan dalam
percobaan adalah spektrofotometri UV-Vis dan ekstraksi cair-cair.
10
menempel pada dinding kuvet. Setelah spektrofotometer dikalibrasi,
sampel diuji dengan memasukkan sampel ke kuvet. Langkah
memasukkan kuvet ke dalam sample chamber sama dengan langkah
memasukkan larutan blanko ke dalam sample chamber. Setelah
dimasukkan, nilai absorbansi dan transmitansi zat dapat dicari dengan
panjang gelombang yang dapat diatur. Pada tahap ini, nilai
absorbansinya dicari dengan variasi panjang gelombang cahaya. Panjang
gelombang dengan nilai absorbansi paling besar disebut panjang
gelombang maksimum.
Setelah panjang gelombang maksimum ditemukan, keempat
larutan standar metilen blue dicari absorbansinya dengan
spektrofotometer. Kemudian data konsentrasi dan absorbansinya diplot
ke dalam grafik seperti pada gambar 1. Grafik menunjukkan hubungan
linearitas antara konsentrasi dengan absorbansi. Apabila konsentrasi
sampel yang diuji besar, absorbansinya akan besar begitu pula
sebaliknya.
Dalam percobaan, zat yang digunakan sebagai sampel adalah
metilen blue. Metilen blue digunakan karena zat ini dapat dilarutkan di
dalam air dan diencerkan sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi rendah serta memiliki panjang gelombang maksimum 668
nm (Whang dkk., 2009).
Selain itu, metilen blue adalah zat yang memiliki warna. Warna
biru pada metilen blue ini diperoleh dari gugus kromofor yang ada di
dalam stuktur molekulernya seperti gambar berikut:
11
Dari gambar 5.1 diketahui bahwa pada metilen blue terdapat gugus
kromofor – C = C – di dalam rantai karbon sikliknya (Patel & Vashi,
2015).
12
Pada gambar 5.2, kepala sabun adalah Na+ dan COO− (bagian ionik
atau polar sehingga dapat terurai di air) sedangkan bagian ekornya
adalah rantai karbonnya yaitu asam lemak.
Pada percobaan, zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air dan
eter. Air digunakan sebagai pelarut polar sedangkan eter sebagai pelarut
nonpolar. Pertama-lama larutan dibuat dengan melarutkan sabun ke
dalam air. Larutan ini kemudian ditambahkan eter pada corong pemisah.
Bagian kepala sabun bersifat polar sehingga terdistribusi di air
sedangkan bagian ekor sabun bersifat nonpolar sehingga terdistribusi di
eter. Kemudian campuran digojog beberapa kali. Penggojogan dilakukan
untuk meningkatkan luasan kontak antara dua pelarut sehingga zat
terlarut dapat terdistribusi lebih cepat. Pada saat penggojogan,
diproduksi gas yang berasal dari uap eter. Peningkatan jumlah gas akan
meningatkan tekanan udara di dalam corog pemisah sehingga perlu
dikeluarkan dengan cara membuka-tutup keran corong pemisah. Setelah
itu campuran digojog beberpa kali diikuti dengan pelepasan tekanan
berlebih.
Setelah didiamkan beberapa saat, terbentuk dua lapisan cairan
yaitu larutan air dan basa sabun yang berada di bawah dan larutan eter
dan asam lemak yang berada di atas. Secara fisis, pembentukan lapisan
diakibatkan oleh perbedaan massa jenis. Larutan air dan basa sabun
memiliki massa jenis 0,89 gram/cm3 sedangkan larutan eter dan asam
lemak memiliki massa jenis 0,713 gram/cm3 . Hal ini yang
menyebabkan air berada di bawah. Setelah itu, keran dibuka untuk
memisahkan dua larutan tersebut. Akhirnya diperoleh dua larutan,
larutan pertama terdiri dari air dan kepala sabun, larutan kedua terdiri
dari eter dan ekor sabun (Clayden dkk., 2012).
13
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Spektrofotometri UV-Vis
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui
bahwa spektrofotometri adalah metode yang digunakan untuk
mengetahui absorbansi dan transmitansi sampel terhadap cahaya
dengan panjang gelombang tertentu. Kemudian, konsentrasi
larutan yang tidak diketahui dapat diketahui melalui kurva
kalibrasi yang telah dibuat dengan data percobaan. Dari
percobaan, didapatkan konsentrasi larutan metilen blue X adalah
0,00066 M.
6.2 Saran
Pada percobaan spektrofotometri UV-Vis, sebaiknya variasi
konsentrasi larutan metilen blue diperbanyak untuk meminimalisasi
faktor kesalahan yang dapat terjadi dalam pengujian karena secara
statistik, penambahan jumlah sampel akan memperkecil nilai ralatnya.
Pada percobaan ekstraksi pelarut, sebaiknya ekstraksi dilakukan
secara berulang untuk meminimalisasi jumlah zat pengotor dan
meminimalisasi produk yang terbuang.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Widyaningsih, I., Inawati & Tjandra, L. (2017). Kandungan Xanton dalam Ekstak
Kulit Manggis dengan Pelarut Etanol Absolut. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Eksakta, 3, 225-234.
16
LAMPIRAN
18
Perhitungan Pengenceran
1. Pembuatan 50 mL larutan metilen blue 0,0002 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀1 𝑉1
0,1 M × 𝑉𝑖 = 0,0002 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 0,1 mL
Sehingga dibutuhkan 0,1 mL metilen blue 0,1 M
2. Pembuatan 50 mL larutan metilen blue 0,0004 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀2 𝑉2
0,1 M × 𝑉𝑖 = 0,0004 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 0,2 mL
Sehingga dibutuhkan 0,2 mL metilen blue 0,1 M
3. Pembuatan 50 mL larutan metilen blue 0,0006 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀3 𝑉3
0,1 M × 𝑉𝑖 = 0,0006 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 0,3 mL
Sehingga dibutuhkan 0,3 mL metilen blue 0,1 M
4. Pembuatan 50 mL larutan metilen blue 0,0008 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀4 𝑉4
0,1 M × 𝑉𝑖 = 0,0008 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 0,4 mL
Sehingga dibutuhkan 0,4 mL metilen blue 0,1 M
19
Persamaan Kurva Kalibrasi
Tabel 1 Data Kurva Kalibrasi
No. Konsentrasi (M) - 𝑥 Absorbansi - 𝑦 𝑥𝑦 𝑥2
1. 0,0002 0,579 0,0001158 0,00000004
2. 0,0004 0,923 0,0003692 0,00000016
3. 0,0006 1,507 0,0009042 0,00000036
4. 0,0008 1,992 0,0015936 0,00000064
∑ 0,0020 5,001 0,0029828 0,00000120
Rerata 0,0005 1,25025
Menghitung gradien 𝑚
𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑚=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
4(0,0029828) − (0,0020)(5,001)
𝑚=
4(0,00000120) − (0,0020)2
𝑚 = 2411,5
Menghitung intersep 𝑐
𝑦̅ = 𝑚𝑥̅ + 𝑐
1,25025 = (2411,5)(0,0005) + 𝑐
𝑐 = 0,0445
𝑦 = 2411,5𝑥 + 0,0445
20
Grafik Kurva Kalibrasi
2 y = 2411,5x + 0,0445
R² = 0,9909
Absorbansi
1,5
0,5
0
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008 0,0009
Konsentrasi (M)
Analisis Grafik:
Gambar 1 menggambarkan hubungan linearitas antara konsentrasi dan
absorbansi larutan metilen blue. Grafik tersebut memiliki gradien positif
sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi berimplikasi pada
peningkatan absorbansinya. Koefisien determinasi R2 yang mendekati satu
menandakan bahwa deviasi perolehan data dalam percobaan kecil.
21