Reaksi Kimia I - Kinetika Kimia
Reaksi Kimia I - Kinetika Kimia
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia.
1.2 Mampu menentukan laju dan orde reaksi.
1
2.3 Macam-Macam Reaksi Kimia
Berbagai macam reaksi kimia dapat diklasifikasikan menjadi lima
golongan secara garis besar. Reaksi-reaksi lain yang tidak tercantum
dalam lima golongan ini merupakan turunan reaksi yang lebih lanjut.
Secara umum, lima reaksi ini meliputi reaksi kombinasi, reaksi
penguraian, reaksi substitusi tunggal, reaksi substitusi ganda, dan reaksi
pembakaran.
Reaksi kombinasi adalah reaksi penggabungan dua atau lebih
reaktan menjadi sebuah produk. Reaksi ini akan mengikuti pola
A + B → AB
Contoh reaksi ini adalah pembentukan NaCl dari Na dan Cl.
Reaksi penguraian adalah reaksi di mana sebuah zat terurai menjadi
elemen-elemen penyusunnya. Reaksi ini akan mengikuti pola
AB → A + B
Contoh reaksi ini adalah penguraian raksa(II) oksida menjadi logam
raksa dan gas oksigen.
Reaksi susbtitusi tunggal adalah reaksi ketika sebuah unsur
menggantikan unsur serupa dalam suatu senyawa. Pola reaksi ini adalah
A + BC → AC + B
Contoh reaksi ini adalah:
Mg (𝑠) + Cu(NO3 )2(𝑎𝑞) → Mg(NO3 )2(𝑎𝑞) + Cu(𝑠)
Reaksi substitusi ganda adalah reaksi di mana ion positif dan negatif
dua senyawa ionik bertukar temapt dan menghasilkan senyawa baru. Pola
reaksi ini adalah
AB + CD → AD + CB
Contoh reaksi ini adalah:
2KI(𝑎𝑞) + Pb(NO3 )2(𝑎𝑞) → 2KNO3(𝑎𝑞) + PbI2(𝑎𝑞)
Reaksi pembakaran adalah reaksi ketika suatu zat bereaksi dengan
gas oksigen dan melepaskan energi. Contoh reaksi ini adalah pembakaran
propane sesuai persamaan
C3 H8(𝘨) + 5O2(𝘨) → 3CO2(𝘨) + 4H2 O(𝘨)
2
Banyak reaksi pembakaran terjadi pada senyawa hidrokarbon. Pada
pembakaran hidrokarbon sempurna akan terbentuk karbon monoksida
dan uap air (Soult, 2019).
3
pereaksi namun tidak melalui panas melainkan dengan pergerakan
langsung.
Adanya katalisator akan meningkatkan laju reaksi karena katalisator
memberikan jalan alternatif agar reaksi dapat berlangsung dengan energi
aktivasi yang lebih kecil.
Konsentrasi juga meningkatkan laju reaksi sesuai persamaan (2.1).
Semakin besar konsentrasi zat pereaksi, probabilitas terjadinya tumbukan
efektif akan semakin besar sehingga menjadikan reaksi berlangsung lebih
cepat (Sidabutar dkk., 2013).
Tekanan dan volume memiliki hubungan perbandingan terbalik
artinya saat tekanan diperbesar volume akan mengecil begitu pula
sebaliknya. Pada saat tekanan diperbesar, partikel pereaksi akan lebih
mudah bertumbukan karena volumenya mengecil sehingga laju reaksi
akan meningkat relatif kepada zat yang jumlah molekulnya lebih banyak.
Pengaruh volume dan tekanan ini lebih signifikan pada reaksi yang
terjadi pada zat berfase gas (Sodiqovna & Qizi, 2020).
4
2.7 Orde Reaksi
Persamaan (2.4) mengindikasikan bahwa konsentrasi zat yang
bereaksi tidak memiliki pengaruh yang seragam. Zat A dan zat B
memiliki pengaruh terhadap laju reaksi dengan orde yang berbeda. Oleh
karena itu, pengaruh dari zat A akan berbeda dengan pengaruh zat B.
Pada reaksi orde satu, laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi zat
dipangkatkan satu sehingga akan diperoleh persamaan berikut:
𝑑[A]
− = 𝑘[A]
𝑑𝑡
[A]𝑡 𝑡
𝑑[A]
−∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[A]0 [A] 0
ln[A]0 − ln[A]𝑡 = 𝑘𝑡
ln[A]𝑡 = −𝑘𝑡 + ln[A]0 . (2.5)
5
Pada reaksi orde dua, laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi zat
dipangkatkan dua sehingga akan diperoleh persamaan berikut:
𝑑[A]
− = 𝑘[A]2
𝑑𝑡
[A]𝑡 𝑡
𝑑[A]
−∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[A]0 [A]2 0
1 1
− = 𝑘𝑡
[A]𝑡 [A]0
1 1
= 𝑘𝑡 + . (2.6)
[A]𝑡 [A]0
Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi
zat, sehingga
𝑑[A]
− = 𝑘[A]0
𝑑𝑡
[A]𝑡 𝑡
−∫ 𝑑[A] = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[A]0 0
6
Gambar 2.3 Grafik laju reaksi
orde nol
7
awet. Hal ini dapat terjadi karena untuk melangsungkan suatu reaksi,
secara molekuler molekul-molekul reaktan akan dibenturkan satu sama
lain. Tumbukan yang dapat membuat reaksi terjadi secara efektif yaitu
tumbukan yang memiliki cukup energi agar ikatan molekul pereaksi
dapat terlepas kemudian membentuk ikatan yang baru dan menghasilkan
produk. Secara makroskopis, peningkatan energi ini (energi kinetik
molekul) dapat diciptakan melalui pemberian panas sesuai teori kinetik
gas yang menjelaskan bahwa panas akan membuat partikel bergerak
lebih cepat sehingga energi kinetiknya meningkat. Secara sederhana,
batas energi sebuah reaksi untuk dapat terjadi disebut energi aktivasi.
Reaksi dapat terjadi apabila energi yang diberikan sama atau lebih dari
energi aktivasinya (Chang, 2010).
2.10.2 HCl
Sifat fisika: berwujud cairan tidak berwarna, memiliki aroma
tajam, dan tidak mudah terbakar.
Sifat kimia: bereaksi dengan material organik membentuk
garam hidroklorik, korosif, dan larut dalam air.
(Speight, 2017).
8
2.10.3 KMnO4
Sifat fisika: berwujud cairan berwarna merah muda dalam fase
larutan, mudah terbakar, dan dapat menghantarkan
arus listrik.
Sifat kimia: bersifat sebagai oksidator kuat, larut dalam air, dan
jika menguap menghasilkan kristal ungu kehitaman.
(Feronika & Zainul, 2018).
2.10.4 H2C2O4
Sifat fisika: berwujud padatan putih tidak beraroma, melebur
pada suhu 189,5℃, dan tidak mudah terbakar.
Sifat kimia: larut dalam air, dapat terurai menjadi karbon
monoksida dan asam format, serta memiliki
kelarutan yang besar dalam etanol.
(National Library of Medicine, 2021).
9
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat:
1. Stopwatch
2. Gelas beaker
3. Labu takar
4. Gelas ukur
5. Buret
6. Pipet tetes
7. Corong
8. Statif + klem
3.1.2 Bahan:
1. Pita Mg
2. HCl 2 M
3. KMnO4 0,1 M
4. H2C2O4 0,7 M
10
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kinetika Reaksi logam Magnesium dengan Asam Klorida
HCl 2 M
Gelas Beker
1. Menambahkan pita Mg
2. Mencatat waktu
3. Pengulangan sebanyak dua hingga tiga kali
Hasil
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 1,8 M
Gelas Beker
3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali
Hasil
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 1,6 M
Gelas Beker
3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali
Hasil
11
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 1,4 M
Gelas Beker
3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali
Hasil
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 1,2 M
Gelas Beker
3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali
Hasil
12
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 1,0 M
Gelas Beker
3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali
Hasil
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 0,8 M
Gelas Beker
3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali
Hasil
13
HCl 2 M
Labu Ukur
10 mL HCl 0,6 M
Gelas Beker
6. Memasukkan pita Mg
7. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
8. Pengulangan dua kali
Hasil
Hasil
14
3.2.2.2 Erlenmeyer 2
20 mL H2C2O4 0,7 M + 2 mL Aquades
Erlenmeyer 50 mL
Hasil
3.2.2.3 Erlenmeyer 3
Hasil
15
IV. DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1 Data Pengamatan Reaksi Mg dan HCl
[HCl] Pita Mg Percobaan-1 Percobaan-2
Keterangan
(M) (cm) 𝑡 𝑡
0,6 0,5 355,0 371,0
0,8 0,5 275,0 285,0
1,0 0,5 201,0 200,0
Timbul gelembung
1,2 0,5 141,0 142,0
gas H2 dan terjadi
1,4 0,5 120,0 116,0
peningkatan suhu.
1,6 0,5 80,0 100,4
1,8 0,5 65,0 75,0
2,0 0,5 50,5 48,5
16
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Reaksi Kimia I: Kinetika
Kimia. Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
dan menentukan laju serta orde reaksi. Prinsip dasar yang digunakan dalam
percobaan ini mekanisme reaksi kimia. Metode yang digunakan dalam
percobaan adalah pengenceran, pencampuran, dan titrasi.
0 +1 +2 0
Oksidasi
Reduksi
17
Mg mengalami perubahan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2
(oksidasi) sedangkan H mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +1
menjadi 0 (reduksi) (Birk & Walters, 1993).
Data percobaan menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
HCl, reaksi yang terjadi semakin cepat. Hal ini dapat terjadi karena saat
konsentrasi HCl besar, maka probabilitas terjadinya tumbukan efektif
antara HCl dengan Mg akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan
penambahan konsentrasi akan diikuti dengan peningkatan laju reaksinya.
Setelah dilakukannya perhitungan, diperoleh nilai orde laju reaksi
HCl dalam reaksinya dengan Mg sebesar 2. Namun nilai ini adalah nilai
pembulatan dari 1,628. Nilai yang dihasilkan perhitungan memiliki
deviasi yang signifikan dapat terjadi karena laju reaksi HCl dipengaruhi –
salah satunya – oleh konsentrasi HCl dipangkatkan 2 sehingga secara
matematis, jika pengambilan data sudah diindikasikan terjadi
penyimpangan, maka deviasi nilai kuadratnya akan semakin besar. Selain
melalui perhitungan, penentuan orde reaksi berdasarkan bentuk grafik
menunjukkan bahwa orde laju reaksi HCl adalah 2. Persamaan linear laju
1
reaksi HCl dengan Mg yang diperoleh yaitu log ( 𝑡 ) = 1,628 log[HCl] −
18
3H2 C2 O4(𝑎𝑞) + 2KMnO4(𝑎𝑞) → 2KOH(𝑎𝑞) + 6CO2(𝘨) + 2MnO2(𝑎𝑞) + 2H2(𝘨)
+3 +7 +4 +4
Oksidasi
Reduksi
C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4
(oksidasi) sedangkan Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +7
menjadi +4 (reduksi). Oleh karena itu, diketahui bahwa asam oksalat
berperan sebagai reduktor sedangkan kalium permanganat berperan
sebagai oksidator (Launer & Yost, 1934).
Ketika KMnO4 yang berwarna ungu gelap dimasukkan ke dalam
H2C2O2 yang tidak berwarna, warna campuran keduanya akan menjadi
ungu gelap. Tetapi setelah beberapa saat warna campuran akan berubah
menjadi cokelat terang disertai timbulnya gelembung gas. Sesuai
persamaan reaksi, warna cokelat timbul akibat diprosuksinya larutan
MnO2 yang memiliki warna cokelat dan gelembung yang dihasilkan
adalah gas hidrogen.
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai orde laju reaksi
H2C2O2 dan KMnO4 masing-masing sebesar 1. Pada perhitungan orde
reaksi H2C2O2, nilai orde yang didapatkan adalah melalui pembulatan dari
0,672. Ketidakselarasan ini dapat terjadi karena proses pengenceran yang
kurang teliti atau larutan sumbernya tidak digojog dahulu sebelum
diencerkan. Penggojogan awal diperlukan untuk membuat larutan
homogen (mencegah adanya endapan akibat didiamkan terlalu lama).
Penentuan orde KMnO4 dilakukan dengan grafik yang menunjukkan
korelasi linearitas pada orde reaksi 1. Persamaan linear laju reaksi asam
1
oksalat adalah log ( 𝑡 ) = 0,672 log[H2 C2 O4 ] − 2,050.
19
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
reaksi Mg dengan HCl ditandai dengan dihasilkannya gas dan terjadi
peningkatan suhu di sekitar reaksi sedangkan reaksi antara H2C2O2
dengan KMnO4 ditandai dengan perubahan warna dari ungu ke cokelat
disertai dengan munculnya sejumlah gas.
Melalui perhitungan, diperoleh orde laju reaksi HCl dalam reaksi
HCl dengan Mg sebesar 2 sehingga laju reaksinya adalah 𝑣 =
−0,0016M −1 s −1 [HCl]2 . Selain itu diperoleh orde laju reaksi H2C2O2
dalam reaksi H2C2O2 dengan KMnO4 sebesar 1 dan orde laju reaksi
KMnO4 dalam reaksi H2C2O2 dengan KMnO4 sebesar 1.
6.2 Saran
Pada subpercobaan kinetika reaksi KMnO4 dan H2C2O2, sebaiknya
diberikan variasi lebih banyak karena secara statistik, regresi linear hanya
dari tiga titik koordinat data tidak cukup untuk menunjukkan korelasi
besaran yang akan dicari hubungannya dalam bidang kartesius.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
Perhitungan pengenceran HCl
1. Pembuatan 50 mL HCl 0,6 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀1 𝑉1
2,0 M × 𝑉𝑖 = 0,6 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 15 mL, ∴ dibutuhkan 15 mL HCl 2,0 M
2. Pembuatan 50 mL HCl 0,8 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀2 𝑉2
2,0 M × 𝑉𝑖 = 0,8 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 20 mL, ∴ dibutuhkan 20 mL HCl 2,0 M
3. Pembuatan 50 mL HCl 1,0 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀3 𝑉3
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,0 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 25 mL, ∴ dibutuhkan 25 mL HCl 2,0 M
4. Pembuatan 50 mL HCl 1,2 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀4 𝑉4
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,2 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 30 mL, ∴ dibutuhkan 30 mL HCl 2,0 M
5. Pembuatan 50 mL HCl 1,4 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀5 𝑉5
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,4 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 35 mL, ∴ dibutuhkan 35 mL HCl 2,0 M
6. Pembuatan 50 mL HCl 1,6 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀6 𝑉6
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,6 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 40 mL, ∴ dibutuhkan 40 mL HCl 2,0 M
7. Pembuatan 50 mL HCl 1,8 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀7 𝑉7
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,8 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 45 mL, ∴ dibutuhkan 45 mL HCl 2,0 M
24
8. Pembuatan 50 mL HCl 2,0 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀8 𝑉8
2,0 M × 𝑉𝑖 = 2,0 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 50 mL, ∴ dibutuhkan 50 mL HCl 2,0 M
25
Perhitungan persamaan kinetika reaksi Mg dan HCl
Tabel 1 Data Kinetika Reaksi HCl
Menghitung gradien 𝑚
𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑚=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
8(−1,048) − (0,667)(−17,027)
𝑚=
8(0,284) − (0,667)2
𝑚 = 1,628
Menghitung intersep 𝑐
∑𝑦∑𝑥 2 − ∑𝑥∑𝑥𝑦
𝑐=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
(−17,027)(0,284) − (0,667)(−1,048)
𝑐=
8(0,284) − (0,667)2
𝑐 = −2,264
Persamaan linear
𝑦 = 1,628𝑥 − 2,264
1
log ( ) = 1,628 log[HCl] − 2,264
𝑡
26
Perhitungan orde reaksi HCl
1
∝ [HCl]𝑥
𝑡
1
= 𝑏[HCl]𝑥
𝑡
1
log = 𝑥 log[HCl] + log 𝑏
𝑡
Bentuk persamaan tersebut analog dengan persamaan linear reaksi HCl
sehingga diperoleh orde reaksi HCl = 𝑚 = 𝑥 = 1,628 ≅ 2
1 1
= 𝑘𝑡 +
[HCl]𝑡 [HCl]0
Grafik 1/[HCl] vs t
0,4
0,3 y = -0.0016x + 0.3506
R² = 0.9818
1/[HCl]
0,2
0,1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
-0,1
-0,2
-0,3
Waktu (s)
27
Persamaan laju reaksi HCl
𝑣 = 𝑘[HCl]𝑥
𝑣 = −0,0016M −1 s −1 [HCl]2
28
Grafik dan analisis kinetika reaksi Mg dan HCl
y = 0.7134ln(x) + 4.7964
2
R² = 0.9961
1,5
[HCl]
0,5
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
1/t
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
1/t
29
Perhitungan pengenceran H2C2O4 0,7 M
1. Pengenceran asam oksalat Erlenmeyer I
𝑀1 𝑉1 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀1 × 22 mL = 0,7 M × 10 mL
𝑀1 = 0,32 M, ∴ terbentuk 22 mL H2 C2 O4 0,32 M
2. Pengenceran asam oksalat Erlenmeyer II
𝑀2 𝑉2 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀2 × 22 mL = 0,7 M × 20 mL
𝑀2 = 0,64 M, ∴ terbentuk 22 mL H2 C2 O4 0,64 M
3. Pengenceran asam oksalat Erlenmeyer III
𝑀3 𝑉3 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀3 × 20 mL = 0,7 M × 10 mL
𝑀3 = 0,35 M, ∴ terbentuk 20 mL H2 C2 O4 0,35 M
30
Perhitungan persamaan kinetika reaksi H2C2O4 dan KMnO4
Tabel 2 Data Kinetika Reaksi H2C2O4
31
Bentuk persamaan tersebut analog dengan persamaan linear reaksi H2C2O4
sehingga diperoleh orde reaksi H2C2O4 = 𝑚 = 𝑥 = 0,672 ≅ 1
Grafik [KMnO4] vs t
0,06
0,05
[KMnO4] (M)
0,04
0,01
0
0 50 100 150 200 250 300
waktu (s)
0,006
0,005
R² = 0.9095
0,003
0,002
0,001
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
[KMnO4] (M)
Dari bentuk kedua grafik di atas diketahui bahwa orde reaksi KMnO4 = 1
32
Grafik dan analisis kinetika reaksi H2C2O4 dan KMnO4
0,6
y = 130.84x - 0.2238
0,5 R² = 1
[H2C2O4]
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t
R² = 0.9992
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t
33
Grafik [KMnO4] vs 1/t
0,06
0,03
0,02
0,01
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t
0,0015
0,001
0,0005
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t
34
Resume video 1 (Magnesium and Hydrochloric Acid Lab)
Percobaan dimulai dengan membersihkan permukaan pita magnesium dari
lapisan magnesium oksidanya sehingga dapat bereaksi secara optimal dengan
HCl. Setelah itu timbang massa pita magnesium. Lalu lilit pita magnesium dengan
awat tembaga dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya saat dicelupkan ke
dalam tabung reaksi. Isi tabung reaksi dengan air hingga penuh kemudian ditutup
dengan parafilm.
Masukkan HCl ke dalam gelas beaker lalu masukkan tabung reaksi
sebelumnya dengan posisi terbalik. Lepaskan parafilm sehingga HCl bereaksi
dengan pita magnesium. Gas yang dihasilkan reaksi diukur volumenya dengan
cara memberikan garis batas lalu diisi air sesuai garis batas tersebut. Volume air
yang dimasukkan tersebut akan sama dengan volume gas yang dihasilkan.
35
Resume video 3 (Hydrochloric Acid in Magnesium. What do you see when you
react HCl and Mg?)
Pertama-tama, disiapkan 0,2 gram pita magnesium dan 50 cm3 HCl 1 Molar
yang diletakkan di dalam erlenmeyer. Ertenmeyer tesebut dihubungkan dengan
gas range yang berfungsi untuk mengukur volume gas yang diprosuksi. Lalu
logam magnesium dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dilakukan pencatatan
volume gas yang diproduksi setiap interval 15 detik. Reaksi dianggap selesai
ketika reaksi sudah tidak memproduksi gas lagi. Data yang didapatkan tersebut
digunakan untuk membuat grafik reaksi. Laju reaksi awal dapat dihitung dengan
mencari gradien garis yang bermula dari titik awal dan menyinggung grafik
reaksi.
36
Resume video 5 (Reaction Rates: Magnesium + Hydrochloric Acid)
37