Anda di halaman 1dari 36

PERCOBAAN 2

REAKSI KIMIA I: KINETIKA KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia.
1.2 Mampu menentukan laju dan orde reaksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari
mekanisme reaksi. Mekanisme reaksi meliputi laju reaksi, orde reaksi,
dan konstanta laju reaksi. Laju reaksi nantinya akan berkaitan dengan
konsentrasi reaktan. Secara lebih luas, kinetika kimia juga mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme reaksi (Musta dkk., 2020).

2.2 Reaksi Kimia


Reaksi kimia adalah proses di mana sebuah atau lebih dari satu zat
berubah menjadi zat lain. Reaksi kimia terjadi melalui proses penyusunan
ulang atom-atom reaktan menjadi sebuah susunan baru yang membentuk
produk. Reaksi kimia tidak lepas dari energi. Hal ini karena ikatan atom
dalam molekul membutuhkan sejumlah energi agar ikatan dapat terlepas.
Reaksi kimia ini disebut eksoterm. Sebaliknya reaksi kimia yang melepas
energi disebut endoterm. Umumnya, reaksi kimia yang bersifat eksoterm
lebih banyak ditemukan di dunia.
Energi diperlukan untuk menjalankan reaksi yang tidak dapat
berjalan dalam keadaan standar. Peristiwa ini sering disebut dengan
reaksi tidak spontan. Energi yang diberikan untuk menginisiasi sebuah
reaksi biasanya dalam wujud panas. Namun ada kalanya energi listrik
lebih efektif untuk menginisiasi sebuah reaksi. Contohnya adalah reaksi
pembentukan oksigen dan hidrogen dari molekul air (Kotz & Treichel,
2020).

1
2.3 Macam-Macam Reaksi Kimia
Berbagai macam reaksi kimia dapat diklasifikasikan menjadi lima
golongan secara garis besar. Reaksi-reaksi lain yang tidak tercantum
dalam lima golongan ini merupakan turunan reaksi yang lebih lanjut.
Secara umum, lima reaksi ini meliputi reaksi kombinasi, reaksi
penguraian, reaksi substitusi tunggal, reaksi substitusi ganda, dan reaksi
pembakaran.
Reaksi kombinasi adalah reaksi penggabungan dua atau lebih
reaktan menjadi sebuah produk. Reaksi ini akan mengikuti pola
A + B → AB
Contoh reaksi ini adalah pembentukan NaCl dari Na dan Cl.
Reaksi penguraian adalah reaksi di mana sebuah zat terurai menjadi
elemen-elemen penyusunnya. Reaksi ini akan mengikuti pola
AB → A + B
Contoh reaksi ini adalah penguraian raksa(II) oksida menjadi logam
raksa dan gas oksigen.
Reaksi susbtitusi tunggal adalah reaksi ketika sebuah unsur
menggantikan unsur serupa dalam suatu senyawa. Pola reaksi ini adalah
A + BC → AC + B
Contoh reaksi ini adalah:
Mg (𝑠) + Cu(NO3 )2(𝑎𝑞) → Mg(NO3 )2(𝑎𝑞) + Cu(𝑠)
Reaksi substitusi ganda adalah reaksi di mana ion positif dan negatif
dua senyawa ionik bertukar temapt dan menghasilkan senyawa baru. Pola
reaksi ini adalah
AB + CD → AD + CB
Contoh reaksi ini adalah:
2KI(𝑎𝑞) + Pb(NO3 )2(𝑎𝑞) → 2KNO3(𝑎𝑞) + PbI2(𝑎𝑞)
Reaksi pembakaran adalah reaksi ketika suatu zat bereaksi dengan
gas oksigen dan melepaskan energi. Contoh reaksi ini adalah pembakaran
propane sesuai persamaan
C3 H8(𝘨) + 5O2(𝘨) → 3CO2(𝘨) + 4H2 O(𝘨)

2
Banyak reaksi pembakaran terjadi pada senyawa hidrokarbon. Pada
pembakaran hidrokarbon sempurna akan terbentuk karbon monoksida
dan uap air (Soult, 2019).

2.4 Laju Reaksi


Suatu reaksi kimia terjadi apabila terjadi perubahan reaktan menjadi
produk. Dalam prosesnya, konsentrasi reaktan semakin lama akan
berkurang sebaliknya konsentrasi produk akan meningkat. Dengan
definisi bahwa laju reaksi adalah laju perubahan konsentrasi terhadap
waktu, maka laju reaksi reaktan akan bernilai negatif sedangkan laju
reaksi produk bernilai positif. Apabila terjadi reaksi kimia seperti berikut:
A → B
Maka laju reaksi zat A dan zat B adalah sebagai berikut:
∆[A] ∆[B]
𝑣A = − dan 𝑣B = , (2.1)
∆𝑡 ∆𝑡
dengan 𝑣 adalah laju reaksi, ∆[A] dan ∆[B] adalah masing-masing
perubahan konsentrasi zat A dan zat B, dan ∆𝑡 adalah interval waktu
(Chang, 2010).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Suatu reaksi spesifik dapat berlangsung pada keadaan yang spesifik
pula. Maka dari itu ada beberapa hal yang memiliki pengaruh terhadap
jalannya reaksi kimia. Besaran-besaran tersebut juga akan
mempengaruhi kecepatan reaksinya. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi laju reaksi yaitu: suhu, pengadukan, konsentrasi zat,
katalis, tekanan, dan volume.
Secara umum suhu akan meningkatkan laju reaksi kimia karena
pemberian panas akan memberikan energi kinetik kepada partikel
reaktan agar mengalami tumbukan efektif. Pengadukan juga memiliki
konsep yang sama yaitu memberikan energi kinetik pada partikel

3
pereaksi namun tidak melalui panas melainkan dengan pergerakan
langsung.
Adanya katalisator akan meningkatkan laju reaksi karena katalisator
memberikan jalan alternatif agar reaksi dapat berlangsung dengan energi
aktivasi yang lebih kecil.
Konsentrasi juga meningkatkan laju reaksi sesuai persamaan (2.1).
Semakin besar konsentrasi zat pereaksi, probabilitas terjadinya tumbukan
efektif akan semakin besar sehingga menjadikan reaksi berlangsung lebih
cepat (Sidabutar dkk., 2013).
Tekanan dan volume memiliki hubungan perbandingan terbalik
artinya saat tekanan diperbesar volume akan mengecil begitu pula
sebaliknya. Pada saat tekanan diperbesar, partikel pereaksi akan lebih
mudah bertumbukan karena volumenya mengecil sehingga laju reaksi
akan meningkat relatif kepada zat yang jumlah molekulnya lebih banyak.
Pengaruh volume dan tekanan ini lebih signifikan pada reaksi yang
terjadi pada zat berfase gas (Sodiqovna & Qizi, 2020).

2.6 Persamaan Laju Reaksi


Laju reaksi memiliki hubungan kesebandingan kesetaraan dengan
konsentrasi zat yang bereaksi dengan orde tertentu seperti persamaan
berikut:
𝑣 ∝ [A]𝑥 . (2.2)
Agar kesebandingan tersebut menjadi sebuah persamaan, dibutuhkan
sebuah konstanta kesebandingan sehingga terbentuk persamaan:
𝑣 = 𝑘[A]𝑥 . (2.3)
Apabila terdapat reaksi dengan persamaan reaksi
𝑎A + 𝑏B → 𝑐C + 𝑑D
Maka persamaan laju reaksinya adalah
𝑣 = 𝑘[A]𝑥 [B]𝑦 , (2.4)
dengan 𝑥 dan 𝑦 adalah orde reaksi zat A dan B (Chang, 2010).

4
2.7 Orde Reaksi
Persamaan (2.4) mengindikasikan bahwa konsentrasi zat yang
bereaksi tidak memiliki pengaruh yang seragam. Zat A dan zat B
memiliki pengaruh terhadap laju reaksi dengan orde yang berbeda. Oleh
karena itu, pengaruh dari zat A akan berbeda dengan pengaruh zat B.
Pada reaksi orde satu, laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi zat
dipangkatkan satu sehingga akan diperoleh persamaan berikut:
𝑑[A]
− = 𝑘[A]
𝑑𝑡
[A]𝑡 𝑡
𝑑[A]
−∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[A]0 [A] 0

ln[A]0 − ln[A]𝑡 = 𝑘𝑡
ln[A]𝑡 = −𝑘𝑡 + ln[A]0 . (2.5)

Gambar 2.1 Grafik laju reaksi


orde satu

5
Pada reaksi orde dua, laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi zat
dipangkatkan dua sehingga akan diperoleh persamaan berikut:
𝑑[A]
− = 𝑘[A]2
𝑑𝑡
[A]𝑡 𝑡
𝑑[A]
−∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[A]0 [A]2 0

1 1
− = 𝑘𝑡
[A]𝑡 [A]0
1 1
= 𝑘𝑡 + . (2.6)
[A]𝑡 [A]0

Gambar 2.2 Grafik laju reaksi


orde dua

Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi
zat, sehingga
𝑑[A]
− = 𝑘[A]0
𝑑𝑡
[A]𝑡 𝑡
−∫ 𝑑[A] = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[A]0 0

[A]𝑡 = −𝑘𝑡 + [A]0 . (2.7)

6
Gambar 2.3 Grafik laju reaksi
orde nol

Namun reaksi berorde satu sangat jarang dijumpai (Chang, 2010).

2.8 Hukum Laju dan Konstanta Laju Reaksi


Hukum laju reaksi menjelaskan hubungan antara laju reaksi,
konstanta laju reaksi, dan konsentrasi reaktan dalam orde tertentu.
Persamaan yang mendeskripsikan hukum laju reaksi adalah persamaan
(2.4). Dari persamaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa konstanta
laju reaksi merupakan konstanta pembanding agar persamaan laju reaksi
dapat terbentuk. Oleh karena itu, konstanta laju reaksi tidak memiliki
satuan yang tetap melainkan selalu mengondisikan orde reaksi reaktan
yang bereaksi. Contohnya adalah ketika orde reaksi adalah satu, satuan
konstantanya adalah s−1 sedangkan pada orde dua satuan konstantanya
adalah M −1 · s −1 (Chang, 2010).

2.9 Energi Aktivasi


Secara umum laju reaksi akan meningkat seiring terjadinya
peningkatan suhu. Hanya sedikit reaksi yang mengalami hal sebaliknya.
Contohnya adalah reaksi pematangan akan berlangsung lebih cepat pada
suhu panas daripada suhu dingin. Sebaliknya saat terjadi pembekuan,
reaksi kimia cenderung terhambat maka objek yang dibekukan akan lebih

7
awet. Hal ini dapat terjadi karena untuk melangsungkan suatu reaksi,
secara molekuler molekul-molekul reaktan akan dibenturkan satu sama
lain. Tumbukan yang dapat membuat reaksi terjadi secara efektif yaitu
tumbukan yang memiliki cukup energi agar ikatan molekul pereaksi
dapat terlepas kemudian membentuk ikatan yang baru dan menghasilkan
produk. Secara makroskopis, peningkatan energi ini (energi kinetik
molekul) dapat diciptakan melalui pemberian panas sesuai teori kinetik
gas yang menjelaskan bahwa panas akan membuat partikel bergerak
lebih cepat sehingga energi kinetiknya meningkat. Secara sederhana,
batas energi sebuah reaksi untuk dapat terjadi disebut energi aktivasi.
Reaksi dapat terjadi apabila energi yang diberikan sama atau lebih dari
energi aktivasinya (Chang, 2010).

2.10 Analisis Bahan


2.10.1 Pita Mg
Sifat fisika: berwujud logam berwarna perak, memiliki kristal
berbentuk heksagonal, tidak berbau, dan melebur
pada suhu 651℃.
Sifat kimia: tidak larut dalam air dingin, reaktif dengan air
menghasilkan gas hidrogen, dan mudah teroksidasi
oleh udara lembap.
(National Library of Medicine, 2021).

2.10.2 HCl
Sifat fisika: berwujud cairan tidak berwarna, memiliki aroma
tajam, dan tidak mudah terbakar.
Sifat kimia: bereaksi dengan material organik membentuk
garam hidroklorik, korosif, dan larut dalam air.
(Speight, 2017).

8
2.10.3 KMnO4
Sifat fisika: berwujud cairan berwarna merah muda dalam fase
larutan, mudah terbakar, dan dapat menghantarkan
arus listrik.
Sifat kimia: bersifat sebagai oksidator kuat, larut dalam air, dan
jika menguap menghasilkan kristal ungu kehitaman.
(Feronika & Zainul, 2018).

2.10.4 H2C2O4
Sifat fisika: berwujud padatan putih tidak beraroma, melebur
pada suhu 189,5℃, dan tidak mudah terbakar.
Sifat kimia: larut dalam air, dapat terurai menjadi karbon
monoksida dan asam format, serta memiliki
kelarutan yang besar dalam etanol.
(National Library of Medicine, 2021).

9
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat:
1. Stopwatch
2. Gelas beaker
3. Labu takar
4. Gelas ukur
5. Buret
6. Pipet tetes
7. Corong
8. Statif + klem

3.1.2 Bahan:
1. Pita Mg
2. HCl 2 M
3. KMnO4 0,1 M
4. H2C2O4 0,7 M

10
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kinetika Reaksi logam Magnesium dengan Asam Klorida

HCl 2 M
Gelas Beker

1. Menambahkan pita Mg
2. Mencatat waktu
3. Pengulangan sebanyak dua hingga tiga kali

Hasil

HCl 2 M
Labu Ukur

1. Mengencerkan menjadi 1,8 M


2. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 1,8 M
Gelas Beker

3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali

Hasil

HCl 2 M
Labu Ukur

1. Mengencerkan menjadi 1,6 M


2. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 1,6 M
Gelas Beker

3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali

Hasil
11
HCl 2 M
Labu Ukur

1. Mengencerkan menjadi 1,4 M


2. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 1,4 M
Gelas Beker

3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali

Hasil

HCl 2 M
Labu Ukur

1. Mengencerkan menjadi 1,2 M


2. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 1,2 M
Gelas Beker

3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali

Hasil

12
HCl 2 M
Labu Ukur

1. Mengencerkan menjadi 1,0 M


2. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 1,0 M
Gelas Beker

3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali

Hasil

HCl 2 M
Labu Ukur

1. Mengencerkan menjadi 0,8 M


2. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 0,8 M
Gelas Beker

3. Memasukkan pita Mg
4. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
5. Pengulangan dua kali

Hasil

13
HCl 2 M
Labu Ukur

3. Mengencerkan menjadi 0,6 M


4. Menuangkan 10 mL HCl

10 mL HCl 0,6 M
Gelas Beker

6. Memasukkan pita Mg
7. Mencatat waktu sampai Mg habis bereaksi
8. Pengulangan dua kali

Hasil

3.2.2 Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat


3.2.2.1 Erlenmeyer 1
10 mL H2C2O4 0,7 M + 12 mL Aquades
Erlenmeyer 50 mL

1. Menyiapkan buret yang telah diisi dengan KMnO4


0,1 M
2. Menggoyangkan campuran larutan dalam erlenmeyer
hingga menjadi homogen
3. Menambahkan 2 mL KMnO4 0,1 M
4. Mencatat waktu sampai terjadi perubahan warna
5. Mengamati proses reaksi

Hasil

14
3.2.2.2 Erlenmeyer 2
20 mL H2C2O4 0,7 M + 2 mL Aquades
Erlenmeyer 50 mL

1. Menyiapkan buret yang telah diisi dengan KMnO4


0,1 M
2. Menggoyangkan campuran larutan dalam
erlenmeyer hingga menjadi homogen
3. Menambahkan 2 mL KMnO4 0,1 M
4. Mencatat waktu sampai terjadi perubahan warna
5. Mengamati proses reaksi

Hasil

3.2.2.3 Erlenmeyer 3

10 mL H2C2O4 0,7 M + 10 mL Aquades


Erlenmeyer 50 mL

1. Menyiapkan buret yang telah diisi dengan KMnO4


0,1 M
2. Menggoyangkan campuran larutan dalam
erlenmeyer hingga menjadi homogen
3. Menambahkan 4 mL KMnO4 0,1 M
4. Mencatat waktu sampai terjadi perubahan warna
5. Mengamati proses reaksi

Hasil

15
IV. DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1 Data Pengamatan Reaksi Mg dan HCl
[HCl] Pita Mg Percobaan-1 Percobaan-2
Keterangan
(M) (cm) 𝑡 𝑡
0,6 0,5 355,0 371,0
0,8 0,5 275,0 285,0
1,0 0,5 201,0 200,0
Timbul gelembung
1,2 0,5 141,0 142,0
gas H2 dan terjadi
1,4 0,5 120,0 116,0
peningkatan suhu.
1,6 0,5 80,0 100,4
1,8 0,5 65,0 75,0
2,0 0,5 50,5 48,5

Tabel 4.2 Data pengamatan reaksi KMnO4 dan H2C2O4


Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 𝑡 (s) 𝑡̅ (s)
ke- 𝑉 (mL) M 𝑉 (mL) M
239,0
I 10 0,7 2 0,1 241,05
243,1
165,9
II 20 0,7 2 0,1 151,50
137,1
224,3
III 10 0,7 4 0,1 227,65
231,0

16
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Reaksi Kimia I: Kinetika
Kimia. Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
dan menentukan laju serta orde reaksi. Prinsip dasar yang digunakan dalam
percobaan ini mekanisme reaksi kimia. Metode yang digunakan dalam
percobaan adalah pengenceran, pencampuran, dan titrasi.

5.1 Kinetika Reaksi Mg dan HCl


Subpercobaan pertama dengan judul Kinetika Reaksi Mg dan HCl
bertujuan untuk mengetahui mekanisme reaksi kimia tersebut. Sebelum
dilakukan reaksi, disiapkan larutan HCl yang sudah diencerkan menjadi
delapan larutan standar HCl dengan konsentrasi: 0,6 M; 0,8 M; 1,0 M; 1,2
M; 1,4 M; 1,6 M; 1,8 M; dan 2,0 M. Tujuan variasi konsentrasi HCl adalah
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Kedelapan
larutan HCl direaksikan dengan pita Mg 0,5 cm. Secara teoritis, akan
terjadi reaksi berikut:
Mg (𝑠) + 2HCl(𝑎𝑞) → MgCl2(𝑎𝑞) + H2(𝘨) .
Setelah dilakukannya pencampuran, timbul gelembung-gelembung
dan terjadi peningkatan suhu pada gelas beaker. Gelembung yang
terbentuk adalah gas hidrogen yang dihasilkan reaksi sesuai persamaan
reaksi sedangkan peningkatan suhu terjadi karena reaksi yang terjadi
bersifat eksoterm, yaitu melepaskan panas. Reaksi selesai apabila
gelembung gas sudah tidak dihasilkan. Reaksi yang terjadi juga
merupakan reaksi redoks, dengan Mg sebagai reduktor dan HCl sebagai
oksidator. Perubahan bilangan oksidasinya adalah sebagai berikut:
Mg (𝑠) + 2HCl(𝑎𝑞) → MgCl2(𝑎𝑞) + H2(𝘨)

0 +1 +2 0
Oksidasi
Reduksi

17
Mg mengalami perubahan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2
(oksidasi) sedangkan H mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +1
menjadi 0 (reduksi) (Birk & Walters, 1993).
Data percobaan menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
HCl, reaksi yang terjadi semakin cepat. Hal ini dapat terjadi karena saat
konsentrasi HCl besar, maka probabilitas terjadinya tumbukan efektif
antara HCl dengan Mg akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan
penambahan konsentrasi akan diikuti dengan peningkatan laju reaksinya.
Setelah dilakukannya perhitungan, diperoleh nilai orde laju reaksi
HCl dalam reaksinya dengan Mg sebesar 2. Namun nilai ini adalah nilai
pembulatan dari 1,628. Nilai yang dihasilkan perhitungan memiliki
deviasi yang signifikan dapat terjadi karena laju reaksi HCl dipengaruhi –
salah satunya – oleh konsentrasi HCl dipangkatkan 2 sehingga secara
matematis, jika pengambilan data sudah diindikasikan terjadi
penyimpangan, maka deviasi nilai kuadratnya akan semakin besar. Selain
melalui perhitungan, penentuan orde reaksi berdasarkan bentuk grafik
menunjukkan bahwa orde laju reaksi HCl adalah 2. Persamaan linear laju
1
reaksi HCl dengan Mg yang diperoleh yaitu log ( 𝑡 ) = 1,628 log[HCl] −

2,264 dengan persamaan laju reaksi


𝑣 = 0,0016M −1 s−1 [HCl]2.

5.2 Kinetika Reaksi KMnO4 dan H2C2O4


Subpercobaan kedua dengan judul Kinetika Reaksi KMnO4 dan
H2C2O4 bertujuan untuk mengetahui mekanisme reaksi kimia tersebut.
Sebelum dilakukan reaksi, disiapkan larutan H2C2O4 yang sudah
diencerkan menjadi tiga larutan standar H2C2O4 dengan konsentrasi: 0,32
M; 0,64 M; dan 0,35 M. Tujuan variasi konsentrasi adalah untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Ketiga larutan
H2C2O4 direaksikan dengan KMnO4 dengan volume: 2 mL, 2 mL, dan 4
mL. Secara teoritis, akan terjadi reaksi berikut:

18
3H2 C2 O4(𝑎𝑞) + 2KMnO4(𝑎𝑞) → 2KOH(𝑎𝑞) + 6CO2(𝘨) + 2MnO2(𝑎𝑞) + 2H2(𝘨)

+3 +7 +4 +4
Oksidasi
Reduksi
C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4
(oksidasi) sedangkan Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +7
menjadi +4 (reduksi). Oleh karena itu, diketahui bahwa asam oksalat
berperan sebagai reduktor sedangkan kalium permanganat berperan
sebagai oksidator (Launer & Yost, 1934).
Ketika KMnO4 yang berwarna ungu gelap dimasukkan ke dalam
H2C2O2 yang tidak berwarna, warna campuran keduanya akan menjadi
ungu gelap. Tetapi setelah beberapa saat warna campuran akan berubah
menjadi cokelat terang disertai timbulnya gelembung gas. Sesuai
persamaan reaksi, warna cokelat timbul akibat diprosuksinya larutan
MnO2 yang memiliki warna cokelat dan gelembung yang dihasilkan
adalah gas hidrogen.
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai orde laju reaksi
H2C2O2 dan KMnO4 masing-masing sebesar 1. Pada perhitungan orde
reaksi H2C2O2, nilai orde yang didapatkan adalah melalui pembulatan dari
0,672. Ketidakselarasan ini dapat terjadi karena proses pengenceran yang
kurang teliti atau larutan sumbernya tidak digojog dahulu sebelum
diencerkan. Penggojogan awal diperlukan untuk membuat larutan
homogen (mencegah adanya endapan akibat didiamkan terlalu lama).
Penentuan orde KMnO4 dilakukan dengan grafik yang menunjukkan
korelasi linearitas pada orde reaksi 1. Persamaan linear laju reaksi asam
1
oksalat adalah log ( 𝑡 ) = 0,672 log[H2 C2 O4 ] − 2,050.

19
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
reaksi Mg dengan HCl ditandai dengan dihasilkannya gas dan terjadi
peningkatan suhu di sekitar reaksi sedangkan reaksi antara H2C2O2
dengan KMnO4 ditandai dengan perubahan warna dari ungu ke cokelat
disertai dengan munculnya sejumlah gas.
Melalui perhitungan, diperoleh orde laju reaksi HCl dalam reaksi
HCl dengan Mg sebesar 2 sehingga laju reaksinya adalah 𝑣 =
−0,0016M −1 s −1 [HCl]2 . Selain itu diperoleh orde laju reaksi H2C2O2
dalam reaksi H2C2O2 dengan KMnO4 sebesar 1 dan orde laju reaksi
KMnO4 dalam reaksi H2C2O2 dengan KMnO4 sebesar 1.

6.2 Saran
Pada subpercobaan kinetika reaksi KMnO4 dan H2C2O2, sebaiknya
diberikan variasi lebih banyak karena secara statistik, regresi linear hanya
dari tiga titik koordinat data tidak cukup untuk menunjukkan korelasi
besaran yang akan dicari hubungannya dalam bidang kartesius.

20
DAFTAR PUSTAKA

Birk, J. P. & Walters, D. L. (1993). Pressure Meassurements to Determine the Rate


Law of the Magnesium-Hydrochloric Acid Reaction. Journal of Chemical
Education, 70(7), 587.
Chang, R. (2010). Chemistry 10th Edition. New York: McGraw-Hill.
Feronika, N. I. & Zainul, R. (2018). Kalium Permanganat: Termodinamika
Mengenai Transport Ionik dalam Air. Physical Chemistry Education
Universitas Negeri Padang.
Kotz, J. C. & Treichel, P. M. (2020). Chemical Reaction. Encyclopedia Britannica.
Launer, H. F. & Yost, D. M. (1934). The Kinetics of Reaction Between Potassium
Permanganate and Oxalic Acid II. Journal of the American Chemical
Society, 56(12), 2571-2577.
Musta, R., Nurliana, L. & Andraysno. (2020). Kinetika Kimia Antibakteri Fraksi
Alkana Alifatik Hasil Pirolisis Cangkang Biji Jambu Mete (CNS).
Indonesian Journal of Chemistry, 7(2), 170-176.
PubChem. (2021). National Library of Chemistry.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/, diakses pada 26 April 2021.
Sidabutar, E. D. C., Faniudin, M. N. & Said, M. (2013). Pengaruh Rasio Reaktan
dan Jumlah Katalis terhadap Konversi Minyak Jagung menjadi Metil Ester.
Jurnal Teknik Kimia No. 1, 19, 40-49.
Sodiqovna, O. M. & Qizi, I. G. O. (2020). The Rate of Chemical Reaction and
Factors Affecting It. EPRA International Journal of Research and
Developtment, 5, 261-263.
Soult, A. (2019). Types of Chemical Reactions. Chemistry LibreTexts.
Speight, J. G. (2017). Environmental Inorganic Chemistry for Engineers.
Amsterdam: Elsevier, Inc.

21
LAMPIRAN

23
Perhitungan pengenceran HCl
1. Pembuatan 50 mL HCl 0,6 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀1 𝑉1
2,0 M × 𝑉𝑖 = 0,6 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 15 mL, ∴ dibutuhkan 15 mL HCl 2,0 M
2. Pembuatan 50 mL HCl 0,8 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀2 𝑉2
2,0 M × 𝑉𝑖 = 0,8 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 20 mL, ∴ dibutuhkan 20 mL HCl 2,0 M
3. Pembuatan 50 mL HCl 1,0 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀3 𝑉3
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,0 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 25 mL, ∴ dibutuhkan 25 mL HCl 2,0 M
4. Pembuatan 50 mL HCl 1,2 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀4 𝑉4
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,2 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 30 mL, ∴ dibutuhkan 30 mL HCl 2,0 M
5. Pembuatan 50 mL HCl 1,4 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀5 𝑉5
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,4 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 35 mL, ∴ dibutuhkan 35 mL HCl 2,0 M
6. Pembuatan 50 mL HCl 1,6 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀6 𝑉6
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,6 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 40 mL, ∴ dibutuhkan 40 mL HCl 2,0 M
7. Pembuatan 50 mL HCl 1,8 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀7 𝑉7
2,0 M × 𝑉𝑖 = 1,8 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 45 mL, ∴ dibutuhkan 45 mL HCl 2,0 M

24
8. Pembuatan 50 mL HCl 2,0 M
𝑀𝑖 𝑉𝑖 = 𝑀8 𝑉8
2,0 M × 𝑉𝑖 = 2,0 M × 50 mL
𝑉𝑖 = 50 mL, ∴ dibutuhkan 50 mL HCl 2,0 M

25
Perhitungan persamaan kinetika reaksi Mg dan HCl
Tabel 1 Data Kinetika Reaksi HCl

[HCL] (M) 1⁄ (1⁄ ) log[HCl] − 𝑥 log (1⁄𝑡)̅ − 𝑦 𝑥𝑦 𝑥2


𝑡̅ 𝑠
0,6 0,002755 -0,222 -2,560 0,568 0,049
0,8 0,003571 -0,097 -2,447 0,237 0,009
1,0 0,004988 0,000 -2,302 0,000 0,000
1,2 0,007067 0,079 -2,151 -0,170 0,006
1,4 0,008475 0,146 -2,072 -0,303 0,021
1,6 0,011086 0,204 -1,955 -0,399 0,041
1,8 0,014286 0,255 -1.845 -0,471 0,065
2,0 0,020202 0,301 -1,695 -0,510 0,091

∑ 0,667 -17,027 -1,048 0,284

Menghitung gradien 𝑚
𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑚=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
8(−1,048) − (0,667)(−17,027)
𝑚=
8(0,284) − (0,667)2
𝑚 = 1,628
Menghitung intersep 𝑐
∑𝑦∑𝑥 2 − ∑𝑥∑𝑥𝑦
𝑐=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
(−17,027)(0,284) − (0,667)(−1,048)
𝑐=
8(0,284) − (0,667)2
𝑐 = −2,264
Persamaan linear
𝑦 = 1,628𝑥 − 2,264
1
log ( ) = 1,628 log[HCl] − 2,264
𝑡

26
Perhitungan orde reaksi HCl
1
∝ [HCl]𝑥
𝑡
1
= 𝑏[HCl]𝑥
𝑡
1
log = 𝑥 log[HCl] + log 𝑏
𝑡
Bentuk persamaan tersebut analog dengan persamaan linear reaksi HCl
sehingga diperoleh orde reaksi HCl = 𝑚 = 𝑥 = 1,628 ≅ 2

Perhitungan konstanta reaksi


𝑑[HCl]
− = 𝑘[HCl]2
𝑑𝑡
[HCl]𝑡 𝑡
𝑑[HCl]
−∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
[HCl]0 [HCl]2 0

1 1
= 𝑘𝑡 +
[HCl]𝑡 [HCl]0

Grafik 1/[HCl] vs t
0,4
0,3 y = -0.0016x + 0.3506
R² = 0.9818
1/[HCl]

0,2
0,1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
-0,1
-0,2
-0,3
Waktu (s)

Grafik 1 Kinetika Reaksi HCl


Dari grafik diketahui bahwa konstanta reaksi 𝑘 = gradien =
−0,0016 M −1 s −1

27
Persamaan laju reaksi HCl
𝑣 = 𝑘[HCl]𝑥
𝑣 = −0,0016M −1 s −1 [HCl]2

28
Grafik dan analisis kinetika reaksi Mg dan HCl

Grafik [HCl] vs 1/t


2,5

y = 0.7134ln(x) + 4.7964
2
R² = 0.9961

1,5
[HCl]

0,5

0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
1/t

Grafik 2 Kinetika reaksi HCl orde 1

Grafik [HCl]^2 vs 1/t


5
4,5
4 y = 214.79x - 0.0446
3,5 R² = 0.9775
3
[HCl]^2

2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
1/t

Grafik 3 Kinetika reaksi HCl orde 2

Apabila dibandingkan antara grafik 2 dan grafik 3, korelasi linearitas lebih


tampak pada grafik 3 yang merupakan grafik untuk laju reaksi orde 2, sehingga
dari kedua grafik tersebut diketahui bahwa orde laju reaksi HCl adalah 2 sesuai
dengan perhitungan.

29
Perhitungan pengenceran H2C2O4 0,7 M
1. Pengenceran asam oksalat Erlenmeyer I
𝑀1 𝑉1 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀1 × 22 mL = 0,7 M × 10 mL
𝑀1 = 0,32 M, ∴ terbentuk 22 mL H2 C2 O4 0,32 M
2. Pengenceran asam oksalat Erlenmeyer II
𝑀2 𝑉2 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀2 × 22 mL = 0,7 M × 20 mL
𝑀2 = 0,64 M, ∴ terbentuk 22 mL H2 C2 O4 0,64 M
3. Pengenceran asam oksalat Erlenmeyer III
𝑀3 𝑉3 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀3 × 20 mL = 0,7 M × 10 mL
𝑀3 = 0,35 M, ∴ terbentuk 20 mL H2 C2 O4 0,35 M

Perhitungan pengenceran KMnO4 0,1 M


1. Pengenceran kalium permanganat Erlenmeyer I
𝑀1 𝑉1 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀1 × 14 mL = 0,1 M × 2 mL
𝑀1 = 0,014 M, ∴ terbentuk 14 mL KMnO4 0,014 M
2. Pengenceran kalium permanganat Erlenmeyer II
𝑀2 𝑉2 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀2 × 4 mL = 0,1 M × 2 mL
𝑀2 = 0,050 mL, ∴ terbentuk 4 mL KMnO4 0,050 M
3. Pengenceran kalium permanganat Erlenmeyer III
𝑀3 𝑉3 = 𝑀𝑖 𝑉𝑖
𝑀3 × 14 mL = 0,1 M × 4 mL
𝑀3 = 0,028 mL, ∴ terbentuk 14 mL KMnO4 0,028 M

30
Perhitungan persamaan kinetika reaksi H2C2O4 dan KMnO4
Tabel 2 Data Kinetika Reaksi H2C2O4

[H2 C2 O4 ] log[H2 C2 O4 ] log (1⁄𝑡)̅


1⁄ (1⁄ ) 𝑥𝑦 𝑥2
𝑡̅ 𝑠
(M) 𝑥 𝑦
0,32 0,004149 -0,495 -2,382 1,179 0,245
0,64 0,006601 -0,194 -2,180 0,423 0,038
0,35 0,004393 -0,456 -2,357 1,075 0,208

∑ -1,145 -6,920 2,676 0,490


Menghitung gradien 𝑚
3∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑚=
3∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
3(2,676) − (−1,145)(−6,920)
𝑚=
3(0,490) − (−1,145)2
𝑚 = 0,672
Menghitung intersep 𝑐
∑𝑦∑𝑥 2 − ∑𝑥∑𝑥𝑦
𝑐=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
(−6,920)(0,490) − (−1,145)(2,676)
𝑐=
3(0,490) − (−1,145)2
𝑐 = −2,050
Persamaan linear
𝑦 = 0,672 − 2,050
1
log ( ) = 0,672 log[H2 C2 O4 ] − 2,050
𝑡

Perhitungan orde reaksi H2C2O4


1
∝ [H2 C2 O4 ]𝑥
𝑡
1
= 𝑏[H2 C2 O4 ]𝑥
𝑡
1
log = 𝑥 log[H2 C2 O4 ] + log 𝑏
𝑡

31
Bentuk persamaan tersebut analog dengan persamaan linear reaksi H2C2O4
sehingga diperoleh orde reaksi H2C2O4 = 𝑚 = 𝑥 = 0,672 ≅ 1

Penentuan orde reaksi KMnO4

Grafik [KMnO4] vs t
0,06

0,05
[KMnO4] (M)

0,04

0,03 y = -0.0004x + 0.1058


R² = 0.9355
0,02

0,01

0
0 50 100 150 200 250 300
waktu (s)

Grafik 4 Perubahan konsentrasi KMnO4

Grafik 1/t vs [KMnO4]


0,007

0,006

0,005

0,004 y = 0.071x + 0.0029


1/t

R² = 0.9095
0,003

0,002

0,001

0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
[KMnO4] (M)

Grafik 5 1/𝑡 vs perubahan konsentrasi KMnO4

Dari bentuk kedua grafik di atas diketahui bahwa orde reaksi KMnO4 = 1

32
Grafik dan analisis kinetika reaksi H2C2O4 dan KMnO4

Grafik [H2C2O2] vs 1/t


0,7

0,6
y = 130.84x - 0.2238
0,5 R² = 1
[H2C2O4]

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t

Grafik 6 Kinetika reaksi H2C2O4 orde 1

Grafik [H2C2O2]^2 vs 1/t


0,45
0,4
0,35
y = 0.0103e557.97x
0,3
[H2C2O4]^2

R² = 0.9992
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t

Grafik 7 Kinetika reaksi H2C2O4 orde 2

Apabila dibandingkan antara grafik 6 dan grafik 7, korelasi linearitas lebih


tampak pada grafik 6 yang merupakan grafik untuk laju reaksi orde 1, sehingga
dari kedua grafik tersebut diketahui bahwa orde laju reaksi H2C2O4 adalah 1
sesuai dengan perhitungan.

33
Grafik [KMnO4] vs 1/t
0,06

0,05 y = 12.813x - 0.034


R² = 0.9095
0,04
[KMnO4]

0,03

0,02

0,01

0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t

Grafik 8 Kinetika reaksi KMnO4 orde 1

Grafik [KMnO4]^2 vs 1/t


0,003
y = 0.0047ln(x) + 0.026
0,0025
R² = 0.9819
0,002
[KMnO4]^2

0,0015

0,001

0,0005

0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
1/t

Grafik 9 Kinetika reaksi KMnO4 orde 2

Apabila dibandingkan antara grafik 8 dan grafik 9, korelasi linearitas lebih


tampak pada grafik 8 yang merupakan grafik untuk laju reaksi orde 1, sehingga
dari kedua grafik tersebut diketahui bahwa orde laju reaksi KMnO4 adalah 1
sesuai dengan analisis grafik.

34
Resume video 1 (Magnesium and Hydrochloric Acid Lab)
Percobaan dimulai dengan membersihkan permukaan pita magnesium dari
lapisan magnesium oksidanya sehingga dapat bereaksi secara optimal dengan
HCl. Setelah itu timbang massa pita magnesium. Lalu lilit pita magnesium dengan
awat tembaga dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya saat dicelupkan ke
dalam tabung reaksi. Isi tabung reaksi dengan air hingga penuh kemudian ditutup
dengan parafilm.
Masukkan HCl ke dalam gelas beaker lalu masukkan tabung reaksi
sebelumnya dengan posisi terbalik. Lepaskan parafilm sehingga HCl bereaksi
dengan pita magnesium. Gas yang dihasilkan reaksi diukur volumenya dengan
cara memberikan garis batas lalu diisi air sesuai garis batas tersebut. Volume air
yang dimasukkan tersebut akan sama dengan volume gas yang dihasilkan.

Resume video 2 (Magnesium in Hydrochloric Acid)

Percobaan yang dilakukan melibatkan magnesium yaitu logam dengan


warna keperakan. Siapkan 0,1 Molar HCl di dalam tabung reaksi. Kemudian
masukkan magnesium ke dalam HCl. Setelah tu, reaksi yang terjadi akan
menghasilkan gas dan menyebabkan tabung reaksi sedikit lebih hangat. Ketika
tabung digojog, magnesium tampak lebih kecil daripada sebelumnya. Apabila
reaksi dibiarkan semalaman, logam magnesium akan menghilang.

35
Resume video 3 (Hydrochloric Acid in Magnesium. What do you see when you
react HCl and Mg?)

Percobaan dilakukan dengan mereaksikan pita magnesium dengan HCl 0,5


Molar dan 2 Molar. Pada saat pita Mg dimasukkan ke dalam HCl 0,5 M, timbul
gelembung dan permukaan Erlenmeyer menjadi hangat. Ketika pita Mg
dimasukkan ke dalam HCl 2 M, reaksi yang berlangsung lebih cepat, yang
ditandai dengan timbulnya lebih banyak gas disertai suara desisnya dan pita Mg
yang dimasukkan lebih cepat habis.

Resume video 4 (Measuring the Rate of a Reaction HCl and Mg by Continuous


Monitoring. A-Level Chemistry)

Pertama-tama, disiapkan 0,2 gram pita magnesium dan 50 cm3 HCl 1 Molar
yang diletakkan di dalam erlenmeyer. Ertenmeyer tesebut dihubungkan dengan
gas range yang berfungsi untuk mengukur volume gas yang diprosuksi. Lalu
logam magnesium dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dilakukan pencatatan
volume gas yang diproduksi setiap interval 15 detik. Reaksi dianggap selesai
ketika reaksi sudah tidak memproduksi gas lagi. Data yang didapatkan tersebut
digunakan untuk membuat grafik reaksi. Laju reaksi awal dapat dihitung dengan
mencari gradien garis yang bermula dari titik awal dan menyinggung grafik
reaksi.

36
Resume video 5 (Reaction Rates: Magnesium + Hydrochloric Acid)

Percobaan diawali dengan mengukur massa HCl dan magnesium yang


menunjukkan angka 15,68 gram.HCl dimasukkan ke dalam gelas beaker.
Kemudian logam magnesium dimasukkan ke dalam HCl dan diukur massanya
dalam waktu tertentu. Terjadi perubahan massa karena sejumlah gas diproduksi
dalam sistem terbuka sehingga ada pelepasan massa. Gas yang dihasilkan adalah
gas hidrogen. Reaksi juga menyebabkan gelas beaker lebih hangat. Pencatatan
massa dilakukan setiap 10 detik. Ketika data massa akhir diplot dalam grafik akan
terbentuk grafik dengan kemonotonan turun dimulai dengan kemiringan yang
terjal lalu lama-lama melandai.

Resume video 6 (Reaction Kinetics – KmnO4 and (COOH)2 Potassium


Permanganate and Oxalic Acid)

Percobaan diawali dengan membersihkan buret. Buret dibersihkan dengan


cara pengaliran air. Setelah dibersihkan, masukkan asam oksalat ke dalam buret.
Setelah itu disiapkan 5 mL asam oksalat, 6 mL aquades, dan 1 mL kalium
permanganate. Campurkan asam oksalat dengan air kemudian aduk agar larutan
homogen. Kemudian masukka kalium permanganate ke dalam larutan. Pada
awalnya, kalium permanganate memiliki warna ungu. Namun setelah
pencampuran, diproduksi sejumlah gas dan warna campuran berubah menjadi
cokelat kekuningan.

37

Anda mungkin juga menyukai