Anda di halaman 1dari 22

No F-JUR-

Dok. 011

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke- : 1-2


Topik Praktek : Briket tempurung Kelapa
Capaian : Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan briket dari
Pembelajaran tempurung kelapa dan mengetahui klasifikasi kualitas briket dari
tempurung kelapa
Waktu : 2 x 120 menit
Tempat : Laboratorium Agroindustri dan TRKI

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mengetahui dan memahami tentang:
a. Prosedur pirolisis briket tempurung kelapa
b. Perhitungan kadar air dan kadar abu, kadar zat mudah menguap pada briket
tempurung kelapa

2. Indikator Kinerja :
Kemampuan menghasilkan produk briket dari tempurung kelapa

3. Teori :

Arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang terbentuk padat dan
berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh hidrogen, ter, dan senyawa organik lain yang
komponennya terdiri dari abu, air, nitogren, dan sulfur. Arang ini dapat dijadikan sebagai briket
arang yang digunakan sebagai sumber energi alternatif minyak tanah dan kayu bakar yang
harganya semakin naik, sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya bulanan (Triono, 2006)
Briket arang pada pembuatannya membutuhkan arang yang cukup halus. Ukuran serbuk
arang dapat berpengaruh terhadap ketenguhan tekan dan kecepatan pembakaran, selain itu ukuran
partikel arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan, sehingga mengurangi
keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan. Sebaiknya serbuk arang yang akan digunakan
digiling dan disaring untuk memperoleh ukuran 20-40 mesh.
Pencampuran serbuk arang yang lebih halus dari 40 mesh dapat dilakukan asal proporsinya
tidak lebih dari 30% volume. Perbedaan serbuk arang berpengaruh terhadap ketenguhan tekan dan
kerapatan briket arang. Dalam hal penggunaan ukuran serbuk arang diperoleh kecendurangan
bahwa makin tinggi ukuran serbuk makin tinggi pula kerapatan dan keteguhan tekan briket arang
(Nurhayati, 1983).
Arang dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu arang hitam yang dibuat pada suhu
karbonisasi 400-700 derajat celsius, arang putih pada suhu karbonisasi diatas 700 derajat celsius
dan serbuk arang. Arang hitam digunakan dalam pengolahan biji besi, silikon, titanium,
magnesium, karbon aktif, serbuk hitam, dan karbon disulfida. Arang putih digunakan dalam
pembuatan karbon bisulfida, natrium sulfida dan natrium cyanida. (Triono, 2006).
Kualitas briket arang pada umumnya ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya antara
lain ditentukan oleh kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat, kerpatan,
keteguhan tekan, dan nilai kalor.
Triono (2006) menyatakan bahwa briket arang yang bermutu baik harus mempunyai persyaratan
sebagai berikut :

1
No F-JUR-
Dok. 011
1. Warna hitam dengan nyala kebiruan
2. Mengkilat pada pecahannya
3. Bersih tidak berdebu, kalau dipegang tidak memberi noda hitam
4. Mengeluarkan sedikit asap dan tidak berbau
5. Menyala terus tanpa dikipas dan tidak memercikan bara api
6. Abu sisa pembakaran sekecil mungkin
7. Tidak terlalu cepat terbakar
8. Berdenting seperti logam
9. Menghasilkan kalor panas tinggi dan konstan.

4. Alat dan bahan


Alat
 Alat pembakar, oven, nampan, alat pengaduk, sendok
Bahan
 Tempurung kelapa, tepung tapioca/ kanji

5. Organisasi

a. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri


dari 4—6 orang.
b. Setiap kelompok dibimbing dan diawasi oleh seorang dosen
pembimbing/teknisi.
c. Setiap kelompok melaksanakan kegiatan praktik sesuai petunjuk praktikum.

6. Prosedur Kerja

1. Menyambungkan tungku pengarangan dengan kompresor


2. Mengisi kompresor dengan udara hingga penuh
3. Memasukkan 200 gram tempurung kelapa secara terpisah ke dalam tungku pengarangan
4. Membakar bahan baku arang hingga menyala
5. Dalam keadaan tungku yang menyala, menutup tungku pengarangan dan membuka kran
keluaran kompresor
6. Arang terbentuk setelah kira-kira 1 jam
7. Mencampur arang dengan perekat (tapioca ) dengan komposisi tertentu

7. Tabel Hasil Pengamatan

No. Komposisi bahan baku Konsentrasi Perkekat (%)


(gr)
1
2
3
4
5

2
No F-JUR-
Dok. 011

8. Daftar Pustaka

Gandhi, A. (2009). Pengaruh Variasi Jumlah Campuran Perekat Terhadap Karakteristik


Briket Arang Tongkol Jagung. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Gusmailina. (2010). Pengaruh Arang Kompos Bioaktif Terhadap Pertumbuhan Anakan


Bulian. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 28(2), 1–26. Jamilatun, S. (2008). Sifat-Sifat
Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa. Jurnal Rekayasa Proses, 2(2), 37–40.

Mahmud, Z., Ferry, Y. (2005). Prospek pengolahan hasil samping buah kelapa.
Perspektif, 4(1), 55–63. Sari, M. K. (2011). Potensi Dan Peluang Kelayakan Ekspor:
Kelayakan Ekspor Arang Tempurung Kelapa (Coconut shell charcoal) di Kabupaten
Banyumas . Mediagro, 7(2), 69–82.

Sarjono. (2013). Studi Eksperimental Perbandingan Nilai Kalor Briket Campuran


Bioarang Sekam Padi dan Tempurung Kelapa. Majalah Ilmiah STTR Cepu, 11(17)11–
18.

Sudrajat, R., Soleh, S. (1994). Petunjuk Teknis Pembutan Arang Aktif. Bogor: Badan
Peneliti dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.

Triono, A. (2006). Karakteristik briket arang dari campuran serbuk gergajian kayu afrika
dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Skripsi. Bogor: Departemen Hasil
Hutan Intitut Pertanian Bogor.

3
No F-JUR-
Dok. 011

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke- : 3-4


Topik Praktek : Produksi Bioetanol dengan Bahan Baku Biomassa
Capaian : Mahasiswa mampu memproduksi bioetanol dengan bahan baku
Pembelajaran Biomassa

Waktu : 2 x 120 menit


Tempat : Laboratorium Agroindustri dan TRKI

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mengetahui dan memahami tentang:
a. Sumber bahan baku pembuatan bioetanol
b. Proses produksi bioetanol
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan bioetanol

2. Indikator Kinerja :

Kemampuan memproduksi bioetanol dengan menggunakan bahan baku biomassa.

3. Teori :

Bioetanol merupakan bahan kimia yang ramah lingkungan (green chemicals,


biodegradables, emisi ramah lingkungan) karena dibuat dari bahan-bahan alam yang
edible maupun non-edible. Hasil pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang
dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga bioetanol sangat menjanjikan sebagai
bahan bakar masa depan.

Gambar 1. Sumber Bahan Baku Bioetanol.

Bahan baku yang umum digunakan dalam fermentasi pembuatan bioetanol antara
lain,

1. Sugar
Bahan – bahan ini mengandung gula atau disebut substansi sakarin yang rasanya
manis. Bahan ini berasal dari gula tebu, gula bit, molase ( tetes ) buah-buahan yang
langsung dapat difermentasikan menjadi alkohol

2. Starches (Pati)
Starches adalah bahan yang mengandung pati, gandum, kentang, akar tumbuh
tumbuhan, jagung, ubi kayu, padi-padian dan lain-lain. Bahan jenis ini terlebih

4
No F-JUR-
Dok. 011

dahulu harus dihidrolisa dengan bantuan enzim atau katalis asam/basa terlebih
dahulu, agar dapat menjadi gula, kemudian difermentasikan menjadi etanol.

3. Cellulose Material
Bahan-bahan ini mengandung sellulosa, misalnya ampas kelapa, kayu, ampas tebu,
tongkol jagung, ‘waste sulft liquor’ yang merupakan residu dari pabrik pulp dan
kertas. Untuk menghasilkan etanol sellulosa harus dihidrolisa dengan mineral atau
larutan asam sebelum difermentasikan.

Daya tarik penggunaan biomassa Cellulose Material sebagai bahan baku dalam
produksi biofuel terletak pada kelimpahannya. Meskipun selulosa masih dilapisi oleh
lignin atau sering disebut dengan lignoselulosa, dimana konsentrasi rata-rata bahan
baku tersebut sekitar 40% - 50 % selulosa, 20%-40% hemiselulosa dan 20%
- 30% lignin. Tantangan utamanya adalah keberadaan lignin yang perlu dihancurkan
secara efektif sehingga selulosa secara efektif dapat dikonversi menjadi bahan bakar
minyak.

Pemanfaatan bioetanol selain sebagai bahan bakar diantaranya adalah sebagai bahan
baku industri, minuman, farmasi, dan kosmetika. Beberapa jenis etanol berdasarkan
kandungan alkohol dan penggunaannya adalah (1) Industrial crude (90-94,9% v/v),
rectified (95-96,5% v/v), (2) jenis etanol yang netral, aman untuk bahan minuman
dan farmasi (96-99,5% v/v), dan (3) etanol untuk bahan bakar, fuel grade etanol
(99,5-100% v/v).

Tabel 2. Sifat Fisik dan Kimia Etanol

Sumber: Kirk-Orthmer, Enyclopedia of


Chemical Technolgy, vol 9, 1967) *American
Petroleum Institute

4. Alat dan bahan


Alat
 Erlenmeyer 500 ml, Gelas ukur, Beker gelas, Pengaduk, Pipet tetes,
Kertas Ph (Indicator Universal), Aluminium foil, Corong gelas, Neraca
analitik, Hotplate, Kertas saring, Blender/ Grider, Ayakan, Seperangkat
Alat destilasi, Autoklaf, Piknometer.
Bahan
 Jagung kering, Tongkol jagung, Ragi roti (Saccharomyces cereviceae),

5
No F-JUR-
Dok. 011

Larutan H2SO4 konsentrasi 6%, Aquadest, Larutan NaOH (40%), HCl


0,5 M, (NH4)2HPO4 (Ammonium fosfat), NaOH 0,1 M.

5. Organisasi

a. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri


dari 4—5 orang.
b. Setiap kelompok dibimbing dan diawasi oleh seorang dosen
pembimbing/teknisi.
c. Setiap kelompok melaksanakan kegiatan praktik sesuai petunjuk praktikum.

6. Prosedur Kerja

Produksi Bioetanol dari Biji Jagung


1. Biji Jagung yang telah kering dihaluskan hingga menjadi tepung biji jagung.
2. Tepung biji jagung yang telah halus itu lalu diayak sampai berbentuk powder
3. Siapkan 2 Erlenmeyer 500 mL untuk 2 sampel yang akan dihidrolisis.
4. Membuat larutan 6% dari asam sulfat 96% dengan volume 300 ml.
5. Tepung biji jagung yang telah halus ditimbang 30 gram dan masukkan ke dalam
masing-masing Erlenmeyer.
6. Masukkan larutan asam sulfat sesuai konsentrasinya dan segera tutup dengan
gabus yang sudah dilapisi Aluminium foil.
7. Selanjutnya sampel tadi dimasukkan kedalam autoclave pada temperatur 121℃
selama 60 menit.
8. Setelah itu hidrolisat didinginkan terlebih dahulu dan dilakukan uji kandungan
kadar glukosa.
9. Hidrolisat kemudian diatur pHnya 5, Jika pH asam maka diperlukan penetralan
dengan penambahan NaOH.
10. Masukkan ragi Saccaromyces Cerevisiae ke dalam bubur hidrolisat yang sudah
di hidrolisis masing-masing sebanyak 3 gram dan 6 gram.
11. Tambahkan 0,3 gram nutrient (NH4)2HPO4 (Ammonium fosfat), bisa diganti
Urea/NPK.
12. Diaduk 5 menit sampai campuran homogen
13. Erlenmeyer ditutup dengan penutup yang dilengkapi dengan selang karet yang
ujung selang dimasukkan ke dalam air agar tidak terjadi kontak dengan udara.
14. Fermentasi dilanjutkan selama 6 hari.
15. Distilasi dilakukan pada suhu 80°C, karena titik didih alkohol 78°C.

6
No F-JUR-
Dok. 011

16. Timbang dan Simpan hasil (destilat) yang di dapat dalam botol yang ditutup
rapat.
17. Analisis kadar etanol

Produksi Bioetanol dari Limbah Tongkol Jagung


1. Tongkol jagung yang telah kering dihaluskan hingga menjadi tepung
2. Tepung yang telah halus itu lalu diayak sampai berbentuk powder
3. Siapkan 2 Erlenmeyer 500 mL untuk 2 sampel yang akan uji.
4. Tepung tongkol jagung yang telah halus ditimbang 30 gram dan masukkan ke
dalam masing-masing Erlenmeyer.
5. Tambahkan 300 ml NaOH 0,1 M dan menutup rapat erlenmeyer dengan gabus.
6. Panaskan dengan suhu 121℃ dengan waktu 30 menit, kemudian bilas fase solidnya
dengan air beberapa kali.
7. Hasil pretreatmen awal di hidrolisis menggunakan 300 ml larutan HCL 0,5 M. Cek
pH 2-3, kemudian dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121℃ selama 60menit.
8. Setelah itu hidrolisat didinginkan terlebih dahulu dan dilakukan uji kandungan
kadar glukosa.
9. Hidrolisat kemudian diatur pHnya 5, Jika pH asam maka diperlukan penetralan
dengan penambahan NaOH.
10. Tambahkan Saccaromyces Cerevisiae sebanyak 3 gram dan 6 gram
11. Tambahkan 0,3 gram nutrient (NH4)2HPO4 (Ammonium fosfat), bisa diganti
Urea/NPK.
12. Waktu fermentasi dimulai dengan adanya penambahan yeast dan nutrient.
13. Erlenmeyer ditutup dengan penutup yang dilengkapi dengan selang karet yang
ujung selang dimasukkan ke dalam air agar tidak terjadi kontak dengan udara.
14. Sakarifikasi dan fermentasi dilanjutkan selama 6 hari.
15. Distilasi dilakukan pada suhu 80°C, karena titik didih alkohol 78°C.
26. Timbang dan simpan hasil (destilat) yang di dapat dalam botol yang ditutup
rapat.
16. Analisis kadar etanol

7
No F-JUR-
Dok. 011

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Bioetanol dari Tongkol Jagung

7. Tabel Hasil Pengamatan

No Nama Sampel Perlakuan Kadar Glukosa Kadar Glukosa Kadar


Awal Hasil Bioetanol
Hidrolisis

8. Tugas dan Pertanyaan

1. Apakah fungsi pretreatment awal pada proses pembuatan bioetanol dengan


bahan baku tongkol jagung?

8
No F-JUR-
Dok. 011

2. Apakah fungsi hidrolisis dalam pembuatan bioetanol?, dan Jelaskan berbagai


macam jenis-jenis hidrolisis yang dapat dilakukan dalam produksi bioetanol!
3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat proses fermentasi?

Daftar Pustaka

Fachry, A. R., Astuti, P., Puspita, T. G. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Tongkol
Jagung dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu Fermentasi.Jurnal Teknik
Kimia No. 1, Vol. 19

Iranmahboob, J., Nadim, F., Monemi, S., 2002. Optimizing Acid-hydrolysis : A Crictical
Step for Production of Ethanol from Mixed Wood Chips. Biomass and Bioenergy, 22 :
401 – 404.

Orthmer, Kirk. 1967. Enyclopedia of Chemical Technolgy vol.9. American Petroleum


Institute

Shofiyanto, M. Edy. 2008. Hidrolisa Tongkol Jagung oleh Bakteri Selulolitik Untuk
Produksi Bioetanol Dalam Kultur Campuran. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor

Subekti, Hendra. 2006. Produksi Etanol Dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol Jagung
oleh Saccharomyces cerevisiae. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor

Zahara, T dan Meyka Hartika. 2014. Pengaruh Molaritas Asam, Waktu Fermentasi dan
Jenis Ragi (Ragi Roti dan Ragi Tape) terhadap Pembuatan Bioetanol berbahan dasar Pati
Limbah Biji Nangka. Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya : Palembang.

9
No F-JUR-
Dok. 011

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke- : 5-6


Topik Praktek : Pembuatan Biogas
Capaian : Mahasiswa mampu membuat biogas dari kotoran ternak
Pembelajaran

Waktu : 2 x 120 menit


Tempat : Laboratorium Agroindustri dan kimia TRKI

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mengetahui dan memahami tentang:
d) Design digester
e) Proses pembuatan biogas
f) Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan biogas
2. Indikator Kinerja :

Kemampuan membuat biogas dari kotoran ternak

3. Teori :

Biogas dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk energi alternatif yang dapat
diterapkan kepada masyarakat sebagai bentuk efisiensi penggunaan bahan bakar
minyak ataupun gas dalam keperluan rumah tangga. Bahan bakunya diambil dari
bahan yang mudah didapat dan sudah tidak dapat dipakai lagi, tetapi dapat di
recycle menjadi biogas yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Pemanfaatan Biogas ini sangat penting karena untuk mengurangi ketergantungan


terhadap bahan bakar minyak. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk
mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui
sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak.

Biogas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa,
kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui
proses anaerobik digestion. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi
bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan
gas yang sebagian besar berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar),
gas inilah yang disebut biogas.

Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu
proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam
limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan
sampah organik rumah tangga.

10
No F-JUR-
Dok. 011
Tabel 1. Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob

11
No F-JUR-
Dok. 011

Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu :

a) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana, perubahan bentuk
strukutur polimer menjadi monomer;
b) Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang
terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri asam.
Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat,
propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogendanamonia.
c) Metanogenik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk mereduksi sulfat dan
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida.

4. Alat dan bahan


Alat
 Drum / Jerigen / Galon, Pipa, Tutup pipa, Selang, Sarung tangan, Lem
tembak / Lem superglue, solder listrik, gergaji besi, corong, Ember, Kran
besi, Sambungan Y, Ban dalam (penampung gas), pengaduk, Manometer
Bahan
 Kotoran sapi, starter biogas, air.

5. Organisasi

d. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri


dari 4—5 orang.
e. Setiap kelompok dibimbing dan diawasi oleh seorang dosen
pembimbing/teknisi.
f. Setiap kelompok melaksanakan kegiatan praktik sesuai petunjuk
praktikum.

6. Prosedur Kerja

1. Persiapkan seperangkat alat digester sederhana.

12
No F-JUR-
Dok. 011

2. Campurkan kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan


perbandingan 1 : 1 pada wadah penampungan sementara. Bentuk lumpur akan
mempengaruhi pemasukkan kedalam digester (ukur pH).
3. Mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui lubang pemasukkan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan
lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar.
4. Pada pengisian pertama dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang
banyak sampai digester penuh.
5. Melakukan penambahan starter sebanyak 1 liter untuk ukuran digester 3,5 - 5 m2.
6. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
7. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
8. Pada hari ke 14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya.
9. Digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinyu sehingga dihasilkan
biogas yang optimal.

Gambar 1. Rangkaian Digester sederhana

7. Tabel Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hari 14 Hari 28

8. Tugas dan Pertanyaan

1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biogas!


2. Buatlah reaksi kimia yang terjadi selama proses pembuatan biogas
sehingga didapatkannya gas metana (CH4) pada produk !

13
No F-JUR-
Dok. 011

Daftar Pustaka

Abubakar, B., Ismail, N. 2012. Anaerobic digestion of cow dung for biogas production.
ARPN journal of engineering and applied sciences, 7(2), 169-172.

Ilaboya, I.R., Asekhame, F.F., Ezugwu, M.O., Erameh, A.A. Omofuma, F.E. 2010.
Studies on Biogas Generation from Agricultural waste; Analysis of the Effect of Alkaline
on Gas Generation. World Applied Sciences journal 9 (5): 537-545.

Sulistiyanto, Y. 2016, Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Sumber Biogas Rumah


Tangga di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah, fakultas pertanian,
universitas Palangkaraya.

Usman., Hasan., Hanafi, M., Elihami, A. K.2020. Pemanfaatan Kotoran Ternak sebagai
Bahan Pembuatan Biogas. Maspul Journal of Community Empowerment, Vol 1 No 1.

14
No F-JUR-
Dok. 011

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke- : 7-8


Topik Praktek : Produksi Biodiesel
Capaian : Mahasiswa mampu memahami Proses Pembuatan biodiesel dan
Pembelajaran analisis

Waktu : 2 x 120 menit


Tempat : Laboratorium kimia TRKI

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mengetahui dan memahami tentang:
a. Reaksi transesterifikasi dan proses pembuatan biodisel

2. Indikator Kinerja :

Kemampuan dapat mengidentifikasi reaksi transesterifikasi, sehingga mampu


memanfaatkan reaksi transesterifikasi dalam proses pembuatan biodiesel.

3. Teori :

REAKSI TRANSESTERIFIKASI DALAM PEMBUATAN BIODISEL

Dalam kimia organik, transesterifikasi adalah proses pertukaran gugus organik R″


pada suatu ester dengan gugus organik R′ dari alkohol. Reaksi ini terkadang
dikatalisis oleh penambahan katalis asam atau basa. Asam kuat mengkatalisis reaksi
dengan menyumbangkan proton pada gugus karbonil, sehingga membuatnya
menjadi elektrofil lebih kuat, sedangkan basa mengkatalisis reaksi dengan melepas
proton dari alkohol, sehingga membuatnya lebih nukleofilik. Ester dengan gugus
alkoksi yang lebih besar dapat dibuat dari metil atau etil ester dalam kemurnian
tinggi dengan memanaskan campuran ester, asam/basa, dan alkohol yang besar serta
menguapkan alkohol yang kecil untuk mendorong kesetimbangan(Schuchardt dkk.,
1998)

Dalam mekanisme transesterifikasi, karbon karbonil pada ester pemula (RCOOR1)


mengalami serangan nukleofilik oleh alkoksida yang datang (R2O−) menghasilkan
zat antara tetrahedral, yang baik dapat kembali ke bahan awal, atau menuju pada
produk transesterifikasi (RCOOR2). Berbagai

spesi yang ada dalam kesetimbangan, serta distribusi produk tergantung pada energi
relatif dari reaktan dan produk. Weissermel, K.; Arpe, H. J. (1993). Industrial
Organic Chemistry (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Lindley, Charlet R.
(edisi ke-2).

15
No F-JUR-
Dok. 011

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono – alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif. bagi bahan bakar mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nabati misalnya: minyak
sawit, minyak kelapa, minyak kemiri, minyak jarak pagar, dan minyak berbagai
tumbuhan yang mengandung trigliserida. Sebuah proses transesterifikasi digunakan
untuk mengubah minyak dasar (minyak nabati) menjadi ester yang diinginkan dan
membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) minyak bumi.

4. Alat dan bahan


1. Alat
 Piknometer, viskometer ostwald, seperangkat alat titrasi, oven, penangas
listrik, pH meter, kondensor, termometer, neraca analitik, blender, bejana
ukur, labu erlenmeyer berbagai ukuran, wadah plastik, pipet berbagai
ukuran dan batang pengaduk.
2. Bahan
 Minyak nabati, aquades, NaOH, metanol, isopropil alkohol, asam cuka,
asam periodat, alkohol 95%, KOH 0,1 N, indikator PP, kloroform,
pereaksi Wijs, KI 15%, indikator pati dan Na2S2O3 0,1 N.

5. Organisasi

a) Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4—6
orang.
b) Setiap kelompok dibimbing dan diawasi oleh seorang dosen pembimbing/teknisi.
c) Setiap kelompok melaksanakan kegiatan praktik sesuai petunjuk praktikum.

6. Prosedur Kerja
1. Pemurnian Minyak Goreng Bekas/Minyak Jelantah
a) Menyaring minyak terlebih dahulu (filtering), kemudian mengendapkannya
dengan cara mendiamkannya.
b) Memisahkan kotoran yang disebabkan oleh bumbu agar unsur seperti protein,
karbohidrat, garam dan lainnya dapat terurai.
c) Mencampurkan minyak goreng bekas dan air dengan rasio/komposisi
minyak:air adalah 1:1, lalu memasukkan ke dalam wadah untuk direbus

16
No F-JUR-
Dok. 011

(steam). Disarankan agar bentuk wadah yang digunakan tersebut tidak


melebar (diameter kecil) agar proses steaming bisa optimal.
d) Memanaskan/masak campuran tersebut hingga air dalam wadah tersisa
setengahnya.
e) Membiarkan kotoran mengendap.
f) Memisahkan minyak dari kotoran yang mengendap.
g) Diambil minyak jernih yang telah terpisah dari kotorannya.

2. Pembuatan Biodiesel
2.1Pencampuran dan Pemanasan
a) Pencampuran Pertama antara 200 ml metanol dengan 2,5 gr NaOH sampai
keduanya larut (larutan metoksid).
b) Dilakukan pemanasan minyak sebanyak 2 L sambil diaduk sampai suhu minyak
mencapai 50oC.
c) Pencampuran kedua dengan mereaksikan larutan metoksid dengan minyak yang
telah dipanaskan hingga bersuhu 50oC.

2.2 Pengendapan dan Pemisahan


a. Menuangkan hasil pencampuran larutan metoksid dengan minyak kedalam wadah
plastik.
b. Mendiamkan larutan di atas selama 24 jam. Maka akan diperoleh biodiesel yang
terpisah dari gliserin yang mengendap didasar wadah.
c. Dilakukan proses pemisahan antara biodiesel dengan gliserin.

2.3.Netralisasi
Tujuan netralisasi untuk meminimalkan sabun. Terhadap biodiesel yang bersifat basa
tersebut, untuk menetralkannya maka ditambahkan larutan asam sebelum dilakukan
proses pencucian. Air yang digunakan untuk mencuci terlebih dahulu dicampur dengan
asam cuka agar biodiesel mencapai pH 7 dengan perbandingan 2:1.

2.4 Pencucian dan Pengeringan


1. Mencampur biodiesel dengan air untuk melarutkan sisa katalis (alkil), sabun,
gliseril dan metanol yang terperangkap dalam biodiesel dan kemudian diaduk.

17
No F-JUR-
Dok. 011

2. Mendiamkan selama setengah sampai satu jam sehingga biodiesel terpisah dari
air hasil cucian. Biodiesel akan berada dilapisan atas sementara larutan air
menempati bagian bawah.
3. Pisahkan biodiesel dari air dengan hati-hati.
4. Menuangkan biodiesel ke wadah yang kering dan mengusahakan air tidak
tercampur kembali sewaktu menuangkannya.

2.5 Penghilangan Air


Langkah yang terakhir adalah penghilangan kadar air dari dalam biodiesel
(dehidration) sehingga biodiesel benar-benar terpisah dari air. Caranya, dengan
memanaskannya pada suhu 50oC dalam panci/wadah lain. Air akan menguap karena
proses pemanasan

3.Pengujian Kualitas Biodiesel Dari Minyak Jelantah


3.1Penentuan Berat Jenis
1) Membersihkan piknometer.
2) Menimbang piknometer untuk diketahui berat kosongnya.
3)Mengisi dengan aquadest bersuhu 20oC.
4) Menutup piknometer dan menempatkan dalam bak air bersuhu 25oC selama 30
menit.
5) Mengambil piknometer dari bak air.
6)Mengeringkan piknometer dengan kertas penghisap.
7)Menimbang berat piknometer dengan isinya
8)Menggunakan cara yang sama penentuan berat jenis untuk sampel biodiesel

3.2. Penentuan Viskositas


1)Membersihkan viskometer ostwald dengan aseton hingga bersih dan kering.
2)Memasukkan 5 ml sampel biodiesel dengan menggunakan pipet volume.
3)Menghisap cairan hingga berada di atas tanda atas viskometer.
4)Membiarkan cairan turun.
5)Mencatat waktu yang diperlukan untuk melewati 2 tanda bataspada viskometer.

3.3. Penentuan Kadar Air


1) Menimbang sampel biodiesel yang aan ditentukan kadar airnya

18
No F-JUR-
Dok. 011

2) Memanaskan sampel sampai pada suhu 100oC


3)Menimbang sampel setelah diperkirakan airnya menguap
4)Perlakuan ini diulangi sampai dicapai berat konstan.
5)Pengurangan merupakan banyaknya air dalam bahan.

3.4. Penentuan Angka Asam


1)Menimbang 20 gr sampel minyak dalam erlenmeyer 250 ml.
2)Menambahkan 50 ml alkohol 95%
3) Memanaskan larutan hingga mendidih kurang lebih 10 menit dalam penangas air
sambil di aduk.
4) Menitrasi larutan ini dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein
sampai terbentuk warna merah jambu yang persisten selama 10 detik.

3.5 Penentuan angka Iod


1) Menimbang sampel biodiesel sebanyak 0,25 gr dalam erlenmeyer bertutup dan
dipanaskan
2) Menambahkan 7,5 ml kloroform untuk melarutkan sampel minyak
3)Menambahkan 12,5 ml pereaksi wijs
4)Menempatkan larutan pada ruang gelap selama 30 menit sambil sekali-kali dikocok
5)Menambahkan 10 ml larutan KI 15% dan dikocok merata
6) Mencuci erlenmeyer dengan tutupnya dengan 100 ml aquades yang baru dan dingin
(Cucian dimasukkan dalam larutan)
7) Menambahkan indikator pati 1%
8) Menitrasi larutan dengan Na2S2O3 0,1 N dengan pengocokan konstan.
9) Blanko dibuat seperti pada penetapan sampel dimana minyak diganti dengan
kloroformTepung biji jagung yang telah halus itu lalu diayak sampai berbentuk powder

19
No F-JUR-
Dok. 011
7. Tabel Hasil Pengamatan

No Variabel Pengamatan Hasil Pengamatan satuan


1 Jumlah Sampel mL
2 Jumlah biodisel (sebelum pencucian) mL
3 Jumlah gliserin mL
4 Jumlah biodisel (setelah pencucian)
5 Berat jenis biodisel
6 Viskositas biodisel
7 Kadar air
8 Angka Asam
9 Angka Iod

20
No F-JUR-
Dok. 011

8. Tugas dan Pertanyaan

1)Tuliskan reaksi yang terjadi pada pencampuran dua senyawa pada percobaan diatas?
2)Mengapa pada pencampuran senyawa tersebut memiliki aroma yang berbeda
sebelum dan sesudah reaksi?

Daftar Pustaka

Nurfadillah. 2011. Pemanfaatan Dan Uji Kualitas Biodiesel Dari Minyak Jelantah.
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

Schuchardt, U., Sercheli, R., Vargas, R. 1998. Transesterification of vegetable oils: a


review.

21
No F-JUR-
Dok. 011

22

Anda mungkin juga menyukai