BPP Teknologi Bioenergi
BPP Teknologi Bioenergi
Dok. 011
2. Indikator Kinerja :
Kemampuan menghasilkan produk briket dari tempurung kelapa
3. Teori :
Arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang terbentuk padat dan
berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh hidrogen, ter, dan senyawa organik lain yang
komponennya terdiri dari abu, air, nitogren, dan sulfur. Arang ini dapat dijadikan sebagai briket
arang yang digunakan sebagai sumber energi alternatif minyak tanah dan kayu bakar yang
harganya semakin naik, sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya bulanan (Triono, 2006)
Briket arang pada pembuatannya membutuhkan arang yang cukup halus. Ukuran serbuk
arang dapat berpengaruh terhadap ketenguhan tekan dan kecepatan pembakaran, selain itu ukuran
partikel arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan, sehingga mengurangi
keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan. Sebaiknya serbuk arang yang akan digunakan
digiling dan disaring untuk memperoleh ukuran 20-40 mesh.
Pencampuran serbuk arang yang lebih halus dari 40 mesh dapat dilakukan asal proporsinya
tidak lebih dari 30% volume. Perbedaan serbuk arang berpengaruh terhadap ketenguhan tekan dan
kerapatan briket arang. Dalam hal penggunaan ukuran serbuk arang diperoleh kecendurangan
bahwa makin tinggi ukuran serbuk makin tinggi pula kerapatan dan keteguhan tekan briket arang
(Nurhayati, 1983).
Arang dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu arang hitam yang dibuat pada suhu
karbonisasi 400-700 derajat celsius, arang putih pada suhu karbonisasi diatas 700 derajat celsius
dan serbuk arang. Arang hitam digunakan dalam pengolahan biji besi, silikon, titanium,
magnesium, karbon aktif, serbuk hitam, dan karbon disulfida. Arang putih digunakan dalam
pembuatan karbon bisulfida, natrium sulfida dan natrium cyanida. (Triono, 2006).
Kualitas briket arang pada umumnya ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya antara
lain ditentukan oleh kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat, kerpatan,
keteguhan tekan, dan nilai kalor.
Triono (2006) menyatakan bahwa briket arang yang bermutu baik harus mempunyai persyaratan
sebagai berikut :
1
No F-JUR-
Dok. 011
1. Warna hitam dengan nyala kebiruan
2. Mengkilat pada pecahannya
3. Bersih tidak berdebu, kalau dipegang tidak memberi noda hitam
4. Mengeluarkan sedikit asap dan tidak berbau
5. Menyala terus tanpa dikipas dan tidak memercikan bara api
6. Abu sisa pembakaran sekecil mungkin
7. Tidak terlalu cepat terbakar
8. Berdenting seperti logam
9. Menghasilkan kalor panas tinggi dan konstan.
5. Organisasi
6. Prosedur Kerja
2
No F-JUR-
Dok. 011
8. Daftar Pustaka
Mahmud, Z., Ferry, Y. (2005). Prospek pengolahan hasil samping buah kelapa.
Perspektif, 4(1), 55–63. Sari, M. K. (2011). Potensi Dan Peluang Kelayakan Ekspor:
Kelayakan Ekspor Arang Tempurung Kelapa (Coconut shell charcoal) di Kabupaten
Banyumas . Mediagro, 7(2), 69–82.
Sudrajat, R., Soleh, S. (1994). Petunjuk Teknis Pembutan Arang Aktif. Bogor: Badan
Peneliti dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Triono, A. (2006). Karakteristik briket arang dari campuran serbuk gergajian kayu afrika
dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Skripsi. Bogor: Departemen Hasil
Hutan Intitut Pertanian Bogor.
3
No F-JUR-
Dok. 011
2. Indikator Kinerja :
3. Teori :
Bahan baku yang umum digunakan dalam fermentasi pembuatan bioetanol antara
lain,
1. Sugar
Bahan – bahan ini mengandung gula atau disebut substansi sakarin yang rasanya
manis. Bahan ini berasal dari gula tebu, gula bit, molase ( tetes ) buah-buahan yang
langsung dapat difermentasikan menjadi alkohol
2. Starches (Pati)
Starches adalah bahan yang mengandung pati, gandum, kentang, akar tumbuh
tumbuhan, jagung, ubi kayu, padi-padian dan lain-lain. Bahan jenis ini terlebih
4
No F-JUR-
Dok. 011
dahulu harus dihidrolisa dengan bantuan enzim atau katalis asam/basa terlebih
dahulu, agar dapat menjadi gula, kemudian difermentasikan menjadi etanol.
3. Cellulose Material
Bahan-bahan ini mengandung sellulosa, misalnya ampas kelapa, kayu, ampas tebu,
tongkol jagung, ‘waste sulft liquor’ yang merupakan residu dari pabrik pulp dan
kertas. Untuk menghasilkan etanol sellulosa harus dihidrolisa dengan mineral atau
larutan asam sebelum difermentasikan.
Daya tarik penggunaan biomassa Cellulose Material sebagai bahan baku dalam
produksi biofuel terletak pada kelimpahannya. Meskipun selulosa masih dilapisi oleh
lignin atau sering disebut dengan lignoselulosa, dimana konsentrasi rata-rata bahan
baku tersebut sekitar 40% - 50 % selulosa, 20%-40% hemiselulosa dan 20%
- 30% lignin. Tantangan utamanya adalah keberadaan lignin yang perlu dihancurkan
secara efektif sehingga selulosa secara efektif dapat dikonversi menjadi bahan bakar
minyak.
Pemanfaatan bioetanol selain sebagai bahan bakar diantaranya adalah sebagai bahan
baku industri, minuman, farmasi, dan kosmetika. Beberapa jenis etanol berdasarkan
kandungan alkohol dan penggunaannya adalah (1) Industrial crude (90-94,9% v/v),
rectified (95-96,5% v/v), (2) jenis etanol yang netral, aman untuk bahan minuman
dan farmasi (96-99,5% v/v), dan (3) etanol untuk bahan bakar, fuel grade etanol
(99,5-100% v/v).
5
No F-JUR-
Dok. 011
5. Organisasi
6. Prosedur Kerja
6
No F-JUR-
Dok. 011
16. Timbang dan Simpan hasil (destilat) yang di dapat dalam botol yang ditutup
rapat.
17. Analisis kadar etanol
7
No F-JUR-
Dok. 011
8
No F-JUR-
Dok. 011
Daftar Pustaka
Fachry, A. R., Astuti, P., Puspita, T. G. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Tongkol
Jagung dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu Fermentasi.Jurnal Teknik
Kimia No. 1, Vol. 19
Iranmahboob, J., Nadim, F., Monemi, S., 2002. Optimizing Acid-hydrolysis : A Crictical
Step for Production of Ethanol from Mixed Wood Chips. Biomass and Bioenergy, 22 :
401 – 404.
Shofiyanto, M. Edy. 2008. Hidrolisa Tongkol Jagung oleh Bakteri Selulolitik Untuk
Produksi Bioetanol Dalam Kultur Campuran. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor
Subekti, Hendra. 2006. Produksi Etanol Dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol Jagung
oleh Saccharomyces cerevisiae. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor
Zahara, T dan Meyka Hartika. 2014. Pengaruh Molaritas Asam, Waktu Fermentasi dan
Jenis Ragi (Ragi Roti dan Ragi Tape) terhadap Pembuatan Bioetanol berbahan dasar Pati
Limbah Biji Nangka. Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya : Palembang.
9
No F-JUR-
Dok. 011
3. Teori :
Biogas dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk energi alternatif yang dapat
diterapkan kepada masyarakat sebagai bentuk efisiensi penggunaan bahan bakar
minyak ataupun gas dalam keperluan rumah tangga. Bahan bakunya diambil dari
bahan yang mudah didapat dan sudah tidak dapat dipakai lagi, tetapi dapat di
recycle menjadi biogas yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Biogas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa,
kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui
proses anaerobik digestion. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi
bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan
gas yang sebagian besar berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar),
gas inilah yang disebut biogas.
Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu
proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam
limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan
sampah organik rumah tangga.
10
No F-JUR-
Dok. 011
Tabel 1. Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob
11
No F-JUR-
Dok. 011
a) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana, perubahan bentuk
strukutur polimer menjadi monomer;
b) Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang
terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri asam.
Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat,
propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogendanamonia.
c) Metanogenik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk mereduksi sulfat dan
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida.
5. Organisasi
6. Prosedur Kerja
12
No F-JUR-
Dok. 011
13
No F-JUR-
Dok. 011
Daftar Pustaka
Abubakar, B., Ismail, N. 2012. Anaerobic digestion of cow dung for biogas production.
ARPN journal of engineering and applied sciences, 7(2), 169-172.
Ilaboya, I.R., Asekhame, F.F., Ezugwu, M.O., Erameh, A.A. Omofuma, F.E. 2010.
Studies on Biogas Generation from Agricultural waste; Analysis of the Effect of Alkaline
on Gas Generation. World Applied Sciences journal 9 (5): 537-545.
Usman., Hasan., Hanafi, M., Elihami, A. K.2020. Pemanfaatan Kotoran Ternak sebagai
Bahan Pembuatan Biogas. Maspul Journal of Community Empowerment, Vol 1 No 1.
14
No F-JUR-
Dok. 011
2. Indikator Kinerja :
3. Teori :
spesi yang ada dalam kesetimbangan, serta distribusi produk tergantung pada energi
relatif dari reaktan dan produk. Weissermel, K.; Arpe, H. J. (1993). Industrial
Organic Chemistry (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Lindley, Charlet R.
(edisi ke-2).
15
No F-JUR-
Dok. 011
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono – alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif. bagi bahan bakar mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nabati misalnya: minyak
sawit, minyak kelapa, minyak kemiri, minyak jarak pagar, dan minyak berbagai
tumbuhan yang mengandung trigliserida. Sebuah proses transesterifikasi digunakan
untuk mengubah minyak dasar (minyak nabati) menjadi ester yang diinginkan dan
membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) minyak bumi.
5. Organisasi
a) Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4—6
orang.
b) Setiap kelompok dibimbing dan diawasi oleh seorang dosen pembimbing/teknisi.
c) Setiap kelompok melaksanakan kegiatan praktik sesuai petunjuk praktikum.
6. Prosedur Kerja
1. Pemurnian Minyak Goreng Bekas/Minyak Jelantah
a) Menyaring minyak terlebih dahulu (filtering), kemudian mengendapkannya
dengan cara mendiamkannya.
b) Memisahkan kotoran yang disebabkan oleh bumbu agar unsur seperti protein,
karbohidrat, garam dan lainnya dapat terurai.
c) Mencampurkan minyak goreng bekas dan air dengan rasio/komposisi
minyak:air adalah 1:1, lalu memasukkan ke dalam wadah untuk direbus
16
No F-JUR-
Dok. 011
2. Pembuatan Biodiesel
2.1Pencampuran dan Pemanasan
a) Pencampuran Pertama antara 200 ml metanol dengan 2,5 gr NaOH sampai
keduanya larut (larutan metoksid).
b) Dilakukan pemanasan minyak sebanyak 2 L sambil diaduk sampai suhu minyak
mencapai 50oC.
c) Pencampuran kedua dengan mereaksikan larutan metoksid dengan minyak yang
telah dipanaskan hingga bersuhu 50oC.
2.3.Netralisasi
Tujuan netralisasi untuk meminimalkan sabun. Terhadap biodiesel yang bersifat basa
tersebut, untuk menetralkannya maka ditambahkan larutan asam sebelum dilakukan
proses pencucian. Air yang digunakan untuk mencuci terlebih dahulu dicampur dengan
asam cuka agar biodiesel mencapai pH 7 dengan perbandingan 2:1.
17
No F-JUR-
Dok. 011
2. Mendiamkan selama setengah sampai satu jam sehingga biodiesel terpisah dari
air hasil cucian. Biodiesel akan berada dilapisan atas sementara larutan air
menempati bagian bawah.
3. Pisahkan biodiesel dari air dengan hati-hati.
4. Menuangkan biodiesel ke wadah yang kering dan mengusahakan air tidak
tercampur kembali sewaktu menuangkannya.
18
No F-JUR-
Dok. 011
19
No F-JUR-
Dok. 011
7. Tabel Hasil Pengamatan
20
No F-JUR-
Dok. 011
1)Tuliskan reaksi yang terjadi pada pencampuran dua senyawa pada percobaan diatas?
2)Mengapa pada pencampuran senyawa tersebut memiliki aroma yang berbeda
sebelum dan sesudah reaksi?
Daftar Pustaka
Nurfadillah. 2011. Pemanfaatan Dan Uji Kualitas Biodiesel Dari Minyak Jelantah.
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
21
No F-JUR-
Dok. 011
22