Budaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ketika manusia
lahir, sudah barang tentu Ia akan dibesarkan dalam lingkungan berbudaya sehingga aspek-aspek
dalam budaya itu sendiri sudah melekat erat dalam dirinya sejak kecil. Ketika manusia beranjak
dewasa, nilai-nilai budaya pun turut terbawa seturut dengan pembelajaran informalnya dalam
lingkungan atau daerahnya. Nilai-nilai itu kemudian terpola sedemikian rupa dalam diri tiap
orang dalam interaksinya dengan lingkungan. Secara leksikal budaya memiliki pengertian yaitu
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Dari pengertian ini dapat
dikemukakan bahwa budaya menjadi sesuatu yang konsisten dan statis. Ia tidak akan bisa diubah
walau pun dalam tuntutan waktu yang terus bergerak. Gereja sendiri turut menganggap budaya
sebagai bagian yang paling interen dengan manusia. Setelah Konsili Vatikan II, dimana setelah
gereja membuka diri, gereja menganggap bahwa gereja dan budaya sebetulnya memliki suatu
relasi. Relasi antara Gereja dan budaya ini mau mewujudkan suatu keserasian berbagai nilai
pola-pola kebudayaan1.
Dalam kehidupan sekarang ini, ada banyak sekali objek-objek budaya yang di jadikan
sebagai tempat pariwisata, bahkan eksistensinya mendominasi objek-objek wisata lain. objek-
objek budaya ini berhasil menarik banyak orang, bahkan pendatang asing pun turut menyaksikan
keindahan dari objek budaya tersebut. Badan Pusat Statistik mencatat secara kumulatif dari
Januari hingga November 2019, jumlah wisatawan mancanegara atau wisman yang masuk ke
Indonesia mencapai 14,92 juta kunjungan. Angka itu naik 3,55 persen dibanding jumlah
kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 14,40 juta
1
Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini (Gaudium Et Spes), bab I;
artikel 59. Hal 601.
Melihat kesempatan emas yang muncul dalam sektor budaya sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, salah satu trobosan yang dapat dielaborasikan adalah dengan adanya
managemen budaya dari setiap daerah. Setiap daerah harus bisa mengolah tempat-tempat budaya
yang memiliki potensi menarik pengunjung. Salah satunya adalah dengan mengadakan gerakan
bersama untuk menata kembali bahkan merenovasi tempat-tempat budaya yang memiliki
kapasitas menarik pengunjung. Tempat-tempat budaya ini pun menjadi aset yang dapat memberi
pemasukan finansial bagi daerah. Bukan itu saja, aset-aset budaya ini pun bisa membuat daerah
yang bersangkutan semakin dikenal publik bahkan menjadi bagian dari agenda tempat yang
ingin dikunjungi. Dewasa ini, ada banyak sekali media yang bisa digunakan untuk
mempublikasikan tempat-tempat budaya yang ada di suatu daerah, misalnya melalui youtube,
facebook, instagram, dan sebagainya. Dengan media-media ini semakin banyak orang yang
mengenal lokasi tempat wisata budaya tersebut sehingga menarik pengunjung untuk berkunjung
ke sana. Pembangunan kembali dan perenovasian objek-objek budaya ini, selain sebagai sumber
pemasukan finansial dan untuk dikenal publik, tetapi suga sebagai revitalisasi jati diri lokal yang
sebelumnya mulai dilupakan. Objek-objek budaya menjadi simbol yang mengingatkan kita pada
geliat asa para leluhur yang sudah menjaga dan melestarikan alam, sehingga kita masih bisa
2
Muhammad Hendartyo, “Per November, 14,92 Juta Wisatawan Mancanegara Kunjungi Indonesia ”,
(https://bisnis.tempo.co/read/1290366/per-november-1492-juta-wisatawan-mancanegara-kunjungi-
indonesia, diakses pada 1 Desember 2020, pukul 18.46 WITA).
3
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja, “Alasan Utama Turis Asing Berwisata ke Indonesia”,
(https://travel.kompas.com/read/2019/03/26/171100327/alasan-utama-turis-asing-berwisata-ke-indonesia,
diakses pada 1 Desember 2020, pukul 18.52 WITA).
Situs-situs budaya adalah harta yang harus dijaga bersama. Eksistensinya bukan hanya
sebagai pemenuhan pemasukan finansial bagi setiap daerah, akan tetapi lebih dari pada itu
merupakan jati diri bangsa yang selalu mengedepankan tiap-tiap unsur kehidupan. Bertolak dari
gagasan ini, maka langkah konkret yang dapat dilakukan oleh setiap masyarakat adalah dengan
menjaga aset-aset budaya agar terus bertahan, sehingga bisa dirasakan pula oleh anak cucu
sebagai penerus generasi.