Anda di halaman 1dari 11

POLEMIK IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG KEISTIMEWAAN DI PROVINSI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA INDONESIA

Iskandar Iskandar a
a
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik UNPAD, Bandung, Indonesia

E-mail: iskandargwijaya@gmail.com

ABSTRAK
Penerapan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta Nomor 13 yang disahkan pada Tahun 2012 telah
berdampak kepada terjadinya polemik kepemilikan tanah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
sengketa yang terjadi adalah antara Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan
Hamengku Buwono X sebagai pihak pemerintah daerah berhadapan dengan Warga Negara Indonesia
keturunan Tionghoa dan warga desa di wilayah dalam klaim Sultanaat Grond dan Pakualamanaat Grond
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Yogyakarta, Kasultanan dan Pakualaman ditetapkan sebagai Badan Hukum Kebudayaan, sehingga
Kasultanan mempunyai hak milik atas Sultanaat Grond atau dikenal sebagai Sultan Ground dan
Pakualaman mempunyai hak milik atas Pakualamanaat Grond atau dikenal sebagai Pakualam Ground.
Pengelolaan Sultanaat Grond dan Pakualamanaat Grond serta penataan ruang Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Istimewa. Warga Negara Indonesia Keturunan
Tionghoa dan warga desa di wilayah dalam klaim Sultanaat Grond dan Pakualamanaat Grond
kehilangan pengakuan sebagai anggota masyarakat yang memiliki hak-hak kewargaan dalam pemilikan
dan penggunaan tanah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, hal ini memicu serangkaian aksi
penolakan publik terhadap pemberlakuan UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta.
Dalam polemik kepemilikan tanah di Yogyakarta terjadi politics of recognition. Tanah yang berpolemik
tersebut kemudian diklaim menjadi Tanah Milik Negara yang segera akan diubah menjadi Tanah Milik
Kesultanan atau Kadipaten dengan Hak Anggaduh yang muncul dari ketentuan kolonial Rijksblad
Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 dan Rijksblad Pakualaman Nomor 18 Tahun 1918 yang dihidupkan
kembali dengan diberlakukannya UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta.

Kata Kunci: Keistimewaan Yogyakarta, Kebijakan Publik, Politik Rekognisi, WNI


KeturunanTionghoa, Hak-hak Sipil

PENDAHULUAN mendapatkan perlakuan diskriminatif dan


rasial, Ombudsman RI perwakilan Provinsi
Zealous Siput1, seorang Warga Negara
Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat ada
Indonesia kelahiran Yogyakarta yang sudah
enam kejadian serupa di Kulonprogo,
tinggal 64 Tahun lebih di Yogyakarta tidak
Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
dapat memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM)
Dalam video tersebut disebutkan bahwa
atas tanah miliknya sendiri dengan alasan
dasar hukum yang menjadi alasan pihak
keturunan Tionghoa. Zealous Siput bukan
Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak
satu-satunya WNI keturunan Tionghoa yang
menerbitkan Sertifikat Hak Milik (SHM) atas
1
Dalam Link Video: NET YOGYA - Polemik Hak tanah milik WNI Keturunan Tionghoa adalah
* Corresponding Author.
Kepemilikan Tel: 081221571278
Tanah di Yogyakarta
E-mail: iskandargwijaya@gmail.com sebagai berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=8vkep-UBEI0.
2 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

1. Instruksi Wakil Gubernur Provinsi dikenal sebagai Pakualam Ground.


Daerah Istimewa Yogyakarta No. K898 Pengelolaan Sultanaat Grond dan
Tahun 1975 yang melarang penerbitan Pakualamanaat Grond serta penataan ruang
Sertifikat Hak Milik (SHM) atas tanah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diatur
bagi warga non pribumi. lebih lanjut dengan Perdais.
2. Ketentuan Undang-undang Pokok Berikut dibawah ini adalah Rancangan
Agraria (UUPA) Pasal 56 yang UU Keistimewaan Daerah Istimewa
menyebutkan bahwa untuk Undang- Yogyakarta Tahun 2008 Pasal 11, yang
undang Hak Milik akan diatur lebih disahkan menjadi UU Keistimewaan Daerah
lanjut, dikarenakan belum diatur lebih Istimewa Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2012:
lanjut dalam UUPA Pasal 56, maka “Pasal 11
masih mengacu kepada Hukum Adat. (1) Dalam rangka penyelenggaraan
3. UU No. 13 Tahun 2012 tentang kewenangan di bidang pertanahan dan
Keistimewaan Yogyakarta. penataan ruang sebagaimana dimaksud
Instruksi Wakil Gubernur Provinsi Daerah dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d,
Istimewa Yogyakarta No. K898 Tahun 1975 Kasultanan dan Pakualaman ditetapkan
yang melarang penerbitan SHM bagi warga sebagai Badan Hukum Kebudayaan.
non pribumi di Propinsi Daerah Istimewa (2) Sebagai Badan Hukum Kebudayaan,
Yogyakarta merupakan bentuk tindakan Kasultanan mempunyai hak milik atas
Misrekognisi yang ditujukan kepada WNI Sultanaat Grond.
Keturunan Tionghoa di Yogyakarta yang (3) Sebagai Badan Hukum Kebudayaan,
dituduh sebagai ras yang pernah berkhianat Pakualaman mempunyai hak milik atas
kepada bangsa Indonesia dan bekerjasama Pakualamanaat Grond.
dengan penjajah Belanda pada masa (4) Sebagai Badan Hukum Kebudayaan,
pendudukan Belanda di Indonesia. Dengan Kasultanan dan Pakualaman
terbitnya Instruksi Wakil Gubernur tersebut berwenang mengelola dan
maka WNI Keturunan Tionghoa tidak diakui memanfaatkan Sultanaat Grond dan
sebagai bagian dari warga Yogyakarta yang Pakualamanaat Grond dengan sebesar-
memiliki hak-hak kewargaan yang sama besarnya ditujukan untuk
dengan warga yang lain. pengembangan Kebudayaan,
Selain yang terjadi dengan WNI kepentingan sosial, dan kesejahteraan
Keturunan Tionghoa seperti dalam liputan masyarakat.
NET YOGYA diatas, polemik kepemilikan (5) Tata guna, pemanfaatan, dan
tanah juga terjadi kepada status hukum tanah pengelolaan Sultanaat Grond dan
kas desa di desa-desa di Provinsi Daerah Pakualamanaat Grond serta penataan
Istimewa Yogyakarta yang mengalami ruang Provinsi Daerah Istimewa
halangan dalam proses sertifikasi bagi tanah Yogyakarta diatur lebih lanjut dengan
kas desa tersebut oleh Badan Pertanahan Perdais.” (Lay et al., 2008, p. 93)
Nasional (BPN). Sejak tahun 2017 tanah kas
desa tidak dapat disertifikasi kepemilikannya Kebijakan penerapan UU No. 13 Tahun
oleh pihak Desa, bahkan sertifikat yang telah 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta
terbit sebelum tahun 2017 ditarik kembali berdampak polemik kepemilikan tanah antara
oleh BPN. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa
Dalam UU No. 13 Tahun 2012 tentang Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X
Keistimewaan Yogyakarta Pasal 11 sebagai pihak pemerintah daerah berhadapan
disebutkan bahwa Kasultanan dan dengan WNI keturunan Tionghoa dan warga
Pakualaman ditetapkan sebagai Badan desa di wilayah dalam klaim Sultanaat
Hukum Kebudayaan yang menjadikan Grond dan Pakualamanaat Grond yang telah
Kasultanan mempunyai hak milik atas kehilangan pengakuan sebagai anggota
Sultanaat Grond atau dikenal sebagai Sultan masyarakat yang memiliki hak-hak
Ground dan Pakualaman mempunyai hak kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan
milik atas Pakualamanaat Grond atau tanah di Provinsi Daerah Istimewa
3 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

Yogyakarta. Warga Negara Indonesia maupun media cetak, seperti gambar, foto,
keturunan Tionghoa di Provinsi Daerah peta, grafik, berita, atau melalui orang,
Istimewa Yogyakarta tidak dapat memiliki kelompok, keluarga, dan perorangan,
Sertifikat Hak Milik atas tanah miliknya mengenai aktifitas aksi penolakan publik
sendiri. Sedangkan status hukum tanah kas terhadap kebijakan penerapan UU No. 13
desa di desa-desa di Provinsi Daerah Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Istimewa Yogyakarta mengalami halangan Yogyakarta. Karena sifatnya library riset,
dalam proses sertifikasi oleh Badan maka data yang dikumpulkan hanya berupa
Pertanahan Nasional (BPN) sejak tahun data-data sekunder saja, belum memasukan
2017, bahkan sertifikat yang telah terbit informasi yang bersumber dari data primer.
sebelum tahun 2017 ditarik kembali oleh
BPN. WNI Keturunan Tionghoa dan warga HASIL DAN PEMBAHASAN
desa di wilayah dalam klaim Sultanaat Pemberlakuan kebijakan UU No. 13
Grond dan Pakualamanaat Grond Tahun 2012 tentang Keistimewaan
kehilangan pengakuan sebagai anggota Yogyakarta merupakan salah satu implikasi
masyarakat yang memiliki hak-hak dari kebijakan desentralisasi di Indonesia
kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan paska reformasi 1998. Desentralisasi yang
tanah di Provinsi Daerah Istimewa dimaksud ada dua kategori, Desentralisasi
Yogyakarta, hal ini memicu serangkaian aksi Simetris dan Desentralisasi Asimetris.
penolakan publik terhadap pemberlakuan UU Desentralisasi Asimetris (Asymmetric
No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Decentralization) bukanlah pelimpahan
Yogyakarta. kewenangan biasa, ia berbentuk pelimpahan
kewenangan khusus yang hanya diberikan
METODE PENELITIAN kepada daerah-daerah tertentu, secara
Metode penelitian kualitatif (Creswell, empirik ia merupakan starategi komprehensif
1998, pp. 49–55) dibagi menjadi dua hal, pemerintah pusat guna merangkul kembali
yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian daerah yang hendak memisahkan diri dari
lapangan. Penelitian ini menggunakan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
penelitian kepustakaan yang dilakukan melalui kebijakan desentralisasi asimetris
dengan mencari data-data dari perpustakaan diakomodasi tuntutan dan identitas lokal ke
yang sifatnya teoretis, observasi tidak dalam suatu sistem pemerintahan lokal yang
langsung, serta analisa dokumen-dokumen khas. Contoh pemerintahan lokal yang khas
terkait. Penelitian kepustakaan dilakukan yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta,
dengan mengumpulkan data-data yang pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
berkaitan dengan kebijakan penerapan UU Yogyakarta menerbitkan Peraturan Daerah
No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Yogyakarta yang telah berdampak kepada Pembentukan Peraturan Daerah Istimewa,
terjadinya polemik kepemilikan tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, keistimewaan dalam kedudukan hukum
seperti buku, jurnal, surat kabar, berbagai berdasarkan sejarah dan hak asal-usul
hasil studi, dan dapat juga disertakan sumber menurut UUD 1945 untuk mengatur dan
seperti websites, kutipan-kutipan, serta mengurus kewenangan istimewa (Dewi &
sumber-sumber informasi lainnya, data yang Nuriyatman, 2018).
diperoleh peneliti berupa teks maupun Katherine A. Daniell, salah seorang
gambar, tabel, dan bagan. Observasi tidak anggota HC Coombs Policy Forum dari
langsung dilakukan agar peneliti memperoleh Crawford School of Public Policy The
fakta-fakta yang berkaitan dengan kebijakan Australian National University, menekankan
penerapan UU No. 13 Tahun 2012 tentang pentingnya identitas budaya lokal untuk
Keistimewaan Yogyakarta. Observasi yang diakomodasi dalam sebuah perumusan
telah dilakukan adalah berupa pengamatan kebijakan publik. Faktor budaya
tidak langsung melalui media-media, seperti mempengaruhi corak ekonomi, partisipasi
melalui media elektronik, TV dan video, politik, solidaritas sosial, dan perkembangan
4 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

nilai-nilai dalam suatu masyarakat, demikian berasal dari interaksi pemerintah dengan para
juga dengan budaya tradisi Yogyakarta yang aktor non-pemerintah, termasuk didalamnya
memiliki keistimewaan. “Cultural factors pihak-pihak yang mewakili WNI
influence economic behaviour, political berketurunan Tionghoa dan desa-desa yang
participation, social solidarity and value mengelola tanah desa di Provinsi Daerah
formation and evolution, which are closely Istimewa Yogyakarta. Hal ini penting
linked to how and why public policies are dilakukan karena dalam implementasi sebuah
developed in different ways in different kebijakan publik akan melibatkan semua
countries. It is for this reason that there are pihak, baik yang pro maupun yang kontra,
many authors who emphasise the importance dengan asumsi bahwa sebuah kebijakan
of taking a ‘cultural turn’ in the publik merupakan apa yang harus dilakukan
understanding of governance and public pemerintah dalam penyelenggaraan
policy, in other words to use cultural pemerintahannya, diselenggarakan oleh
analysis to enrich knowledge of politics, pemerintahan pusat dan pemerintahan
policies and practices” (Daniell, 2014, p. daerah.
25). Dalam perspektif kajian tentang Politik
Thomas A Birkland dari North Carolina Kewargaan, Kewargaan didefinisikan dalam
State University, mendefinisikan kebijakan empat dimensi kewargaan; Keanggotaan
publik dalam enam atribut kunci. “No single dalam masyarakat (membership), status di
definition may ever be developed, but we can hadapan hukum (legal status), hak-hak
discern key attributes of public policy: sebagai warga negara (Rights), dan
partisipasi (Participation). Keempat dimensi
 Policy is made in response to some sort
tersebut merupakan komponen inti dari
of problem that requires attention.
konsep Kewargaan. Relasi antara ke-4
 Policy is made on the “public’s” behalf. dimensi kewargaan tersebut adalah sebagai
 Policy is oriented toward a goal or berikut; Keanggotaan dalam masyarakat
desired state, such as the solution of a (membership) merupakan dasar dari status
problem. hukum (legal status) kewargaan sebagai
 Policy is ultimately made by warga negara, sehingga secara posisi
governments, even if the ideas come struktural di hadapan negara berlaku
from outside government or through the hubungan kewajiban terpenuhinya hak-hak
interaction of government and warga negara (rights) serta kewajiban
nongovernmental actors. berpartisipasi (participation) dalam
 Policy is interpreted and implemented penyelenggaraan pemerintahan sebuah
by public and private actors who have negara (Stokke, 2017, pp. 25–33).
different interpretations of problems, Polemik kepemilikan tanah di Yogyakarta
solutions, and their own motivations. menyertai terjadinya politics of recognition
 Policy is what the government chooses dimana WNI Keturunan Tionghoa dan warga
to do or not to do” (Birkland, 2016, p. desa di wilayah dalam klaim Sultanaat
8). Grond dan Pakualamanaat Grond
Menurut Birkland, kebijakan publik kehilangan pengakuan sebagai anggota
dibuat berdasarkan respon dari publik masyarakat yang memiliki hak-hak
berkenaan dengan sebuah permasalahan yang kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan
menyangkut kepentingan publik dan tanah di Provinsi Daerah Istimewa
berorientasi untuk menemukan solusi Yogyakarta, hal ini memicu serangkaian aksi
permasalahan publik tersebut. Dalam kajian penolakan publik terhadap pemberlakuan UU
ini permasalahan publiknya adalah status No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
keistimewaan Yogyakarta yang dirumuskan Yogyakarta. Bahkan hukum pada jaman
dalam sebuah UU No. 13 Tahun 2012 Kolonial yang membeda-bedakan hak-hak
tentang Keistimewaan Yogyakarta. kewargaan berdasar ras masih digunakan
Walaupun kebijakan publik berasal dari sebagai alat penekan WNI Keturunan
pemerintah, ide dan gagasannya, seharusnya Tionghoa di Yogyakarta untuk tidak dapat
5 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

memiliki SHM atas tanah miliknya sendiri. Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam
Tanah tersebut kemudian diklaim menjadi VIII telah menyatakan untuk bergabung
Tanah Milik Negara yang segera akan diubah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
menjadi Tanah Milik Kesultanan atau kesepakatan yang jelas antara Yogyakarta
Kadipaten dengan Hak Anggaduh yang dan Pemerintah Pusat itu juga mendorong Sri
muncul dari ketentuan kolonial Rijksblad Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku
Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 dan Alam VIII bertindak tegas dan nyata untuk
Rijksblad Pakualaman Nomor 18 Tahun 1918 mendukung kemerdekaan Republik
yang dihidupkan kembali dengan Indonesia, mereka benar-benar melakukan
diberlakukannya UU No. 13 Tahun 2012 apa yang ditugaskan oleh Presiden Republik
tentang Keistimewaan Yogyakarta. Indonesia sebagaimana tertulis dalam
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Piagam Kedudukan 19 Agustus 1945, yaitu
memiliki keistimewaan dalam kedudukan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa dan
hukum berdasarkan sejarah dan hak asal-usul raga untuk keselamatan daerah Yogyakarta
menurut UUD 1945 untuk mengatur dan sebagai bagian dari Republik Indonesia
mengurus kewenangan istimewa, hal ini (Pratama, 2013). Dengan peranan yang
merupakan warisan budaya Yogyakarta yang strategis selama perjuangan kemerdekaan
telah mengakar kuat sejak Jaman Kolonial Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Belanda. Sejak tahun 1918, Belanda telah Yogyakarta kemudian ditetapkan sebagai
mengakui hak penguasaan lahan istimewa sebuah daerah Istimewa setingkat Provinsi,
yang dimiliki Sultan dan Paku Alam melalui jadi berbeda dengan Provinsi-provinsi
penerbitan The Sultanate’s Rijksblad lainnya di Indonesia.
(Sultanate Decree) No. 16/1918 dan Setelah pengakuan kedaulatan Negara
Pakualaman’s Rijksblad No. 18/1918. “Thus, Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai
on 8 August 1918, Sultan Hamengku Buwono hasil perundingan Indonesia-Belanda dalam
VII issued a regulation abolishing the Konferensi Meja Bundar (KMB) yang
apanage system in Yogyakarta, following dilaksanakan di Den Haag Belanda pada
similar developments in other parts of Java. tanggal 23 Agustus 1949 sampai dengan
The policy changed the apanage system into tanggal 2 November 1949, Negara Republik
a system of land tenure and land rent. The Indonesia yang sejak tahun 1946 beribukota
Sultanate’s Rijksblad (Sultanate Decree) No. di kota Yogyakarta hanyalah menjadi sebuah
16/1918 and Pakualaman’s Rijksblad No. negara bagian dari RIS. Keistimewaan
18/1918 ruled the following: First, the Sultan Yogyakarta secara formal baru diberlakukan
declared that all land without proof of Dutch mulai tanggal 15 Agustus 1950 dengan
ownership was his private property. Second, diterbitkannya Undang-undang Nomor 3
Kelurahan (later called Desa/villages) were Tahun 1950 yang kemudian diubah menjadi
formed as administrative units that had Undang-undang Nomor 19 Tahun 1950.
autonomy in their land management. The Kedua Undang-undang tersebut diberlakukan
Sultan owned all land, but its distribution dengan PP Nomor 31 Tahun 1950 tentang
and management were handled by the Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta
village. Third, it abolished the position of yang hanya mengatur wilayah dan ibu kota,
bekel. However, where geographical jumlah anggota DPRD, macam kewenangan,
boundaries were based on the previous serta aturan-aturan yang bersifat peralihan.
Kebekelan (jurisdiction of a bekel), some Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun
bekel became village heads (lurah), a 1950 ditambahkan beberapa kewenangan
position that was similarly hereditary” bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Status
(Kurniadi, 2019, p. 49). Keistimewaan sendiri sudah diatur
Sejarah status istimewa yang melekat sebelumnya dalam Undang-undang Nomor
pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 22 Tahun 1948. Undang-undang Nomor 3
merupakan bagian dari sejarah pendirian Tahun 1950 menyebutkan secara tegas
bangsa Indonesia, terutama pada masa awal bahwa, “Yogyakarta adalah sebuah Daerah
kemerdekaan. Secara sadar Sri Sultan Istimewa setingkat Provinsi”.
6 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

Substansi istimewa bagi Daerah Istimewa adat istiadat Kasultanan Ngayogyakarta


Yogyakarta dapat dilihat dalam kontrak Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
politik antara Sri Sultan Hamengku Buwono Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
IX dan Sri Paku Alam VIII yang telah Kadipaten Pakualaman sudah memiliki
menyatakan untuk bergabung dengan Negara pemerintahan sendiri, Zelfbestuur
Kesatuan Republik Indonesia dengan Landschappen, berlaku sebagai sebuah
Presiden Soekarno, sebagaimana tertulis wilayah kedaulatan yang sudah diakui
dalam Piagam Kedudukan 19 Agustus otonom sejak Jaman Kolonial Belanda.
1945, yakni Istimewa dalam 3 hal: 1) Perkembangan sistem ketatanegaraan
Istimewa dalam hal Sejarah Pembentukan Indonesia berpengaruh pada kedudukan
Daerah Istimewa sebagaimana diatur dalam daerah yang bersifat istimewa yang
UUD 1945 pasal 18 berikut penjelasannya perumusannya menyesuaikan dengan nilai-
mengenai hak asal-usul suatu daerah dalam nilai dalam konstitusi, proses amandemen
wilayah yuridis Negara Kesatuan Republik UUD 1945 yang terjadi sejak tahun 1999
Indonesia serta bukti-bukti authentik atau sampai dengan tahun 2002 menandai
fakta sejarah dalam proses perjuangan perubahan pada sistem ketatanegaraan
kemerdekaan, baik sebelum maupun sesudah Indonesia, hasil amandemen ke-2 UUD 1945
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus secara khusus menambahkan rumusan pasal
1945, hingga sekarang dalam rangka mengisi tentang daerah istimewa, pengaturan tersebut
kemerdekaan dengan memajukan Pendidikan terdapat dalam Pasal 18B ayat (1) UUD 1945
Nasional dan Kebudayaan bangsa Indonesia, yang menyatakan bahwa, “Negara mengakui
2) Istimewa dalam hal Bentuk dan menghormati satuan-satuan
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta pemerintahan daerah yang bersifat khusus
yang terdiri dari penggabungan dua wilayah, atau istimewa yang diatur dalam undang-
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan undang” (Pratama, 2013).
Kadipaten Pakualaman, menjadi satu Daerah Menurut Jawahir Thontowi dari
Istimewa setingkat provinsi yang bersifat Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,
kerajaan atau monarki konstitusional dalam pengesahan UU No. 13 Tahun 2012 tentang
naungan Negara Kesatuan Republik Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Indonesia, 3) Istimewa dalam hal Kepala telah lejitimit, tahapan yang dilaluinya
Pemerintahan yang dijabat oleh Sri Sultan mencakup: 1) Pengusulan dari pemerintah
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan daerah, Kementerian Dalam Negeri, dan
Sri Paku Alam Kadipaten Pakualaman, yang DPR/DPD, 2) Prolegnas DPR dan DPD RI,
bertahta tetap dalam kedudukannya dengan 3) Tim Kajian Naskah Akademik serta
ditulis secara lengkap nama gelar sesuai Perumusan RUU dan Uji Publik, 4)
angka urutan bertahtanya. Pembentukan Pansus di tingkat Komisi DPR-
Walaupun pada tahun 1951 Provinsi RI setelah NA dan RUU diserahkan oleh
Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti halnya pemerintah dan/atau DPD-RI, dan 5)
provinsi-provinsi lainnya di Indonesia, Pengesahan dalam Sidang Paripurna setelah
berhasil menyelenggarakan pemilihan umum semua fraksi menyampaikan pandangannya.
pertama di Indonesia, akan tetapi bukan Karena itu, bilamana memperhatikan muatan
dalam rangka memilih Kepala Daerah dan materi Undang-undang Keistimewaan
Wakil Kepala Daerah, melainkan hanya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
memilih sejumlah anggota legislatif daerah Nomor 13 Tahun 2012, maka secara umum
provinsi, kota dan kabupaten. Ada kemiripan Undang-undang tersebut tergolong sudah
dengan sistem politik monarki konstitusional memenuhi persyaratan legal drafting dan
dimana Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta kebutuhan aspirasi masyarakat Provinsi
diangkat langsung oleh Presiden dari Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tujuan
keturunan keluarga yang berkuasa, yakni dibentuknya peraturan perundang-undangan
keluarga Sultan dan Paku Alam, dengan tersebut (Thontowi, 2019).
syarat memenuhi kecakapan, kejujuran, Keistimewaan Yogyakarta yang diatur
kesetiaan, dan sesuai dengan budaya serta dalam UU No. 13 Tahun 2012 tentang
7 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

Keistimewaan Yogyakarta meliputi: 1) Tata merupakan Peraturan Daerah Istimewa


cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, Yogyakarta yang disusun oleh DPRD
dan wewenang Gubernur dan Wakil Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Gubernur, 2) Kelembagaan Pemerintahan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 3) Yogyakarta, untuk mengatur
Kebudayaan, 4) Pertanahan, dan 5) Tata penyelenggaraan kewenangan istimewa.
ruang. Kewenangan Istimewa ini berada di Pemerintah Pusat menyediakan pendanaan
tingkat Pemerintahan Provinsi. Dalam tata dalam rangka penyelengaraan urusan
cara pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa
Gubernur, salah satu syarat yang harus Yogyakarta dalam APBN sesuai dengan
dipenuhinya adalah bertahta sebagai Sri kebutuhan yang ajukan oleh Pemerintahan
Sultan Kasultanan Ngayogyakarta Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Hadiningrat untuk calon Gubernur, dan Yogyakarta serta kapasitas kemampuan
bertahta sebagai Sri Paku Alam Kadipaten keuangan Negara.
Pakualaman untuk calon Wakil Gubernur. Berdasarkan data dari Dinas Pertanahan
Kewenangan Kelembagaan Pemerintahan dan Tata Ruang Provinsi Daerah Istimewa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta; sejak tahun 2020 sudah ada 150
diselenggarakan untuk mencapai efektivitas sertifikat tanah desa yang telah disesuaikan
dan efisiensi penyelengaraan pemerintahan, statusnya menjadi tanah desa diatas Hak
serta pelayanan masyarakat berdasarkan Milik Kasultanan dan Hak Milik Kadipaten.
prinsip responsibilitas, akuntabilitas, Target tahun 2021 bertambah menjadi 2.090
transparansi, dan partisipasi dengan sertifikat, dan pada tahun 2022 bertambah
memperhatikan bentuk dan susunan menjadi 7.727 sertifikat. Tanah desa yang
pemerintahan asli yang selanjutnya diatur berada di wilayah klaim Tanah Milik
dalam Peraturan Daerah Keistimewaan Kasultanan dan Tanah Milik Kadipaten per
(Perdais). Sedangkan kewenangan Juli 2020 tersebar di Kabupaten Bantul
kebudayaan diselenggarakan untuk sebanyak 15.743 bidang tanah, di Kabupaten
memelihara dan mengembangkan hasil cipta, Kulon Progo sebanyak 4.156 bidang tanah, di
rasa, karsa, dan karya yang berupa nilai-nilai, Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 10.882
pengetahuan, norma, adat istiadat, benda, bidang tanah, dan di Kabupaten Sleman
seni, dan tradisi luhur yang mengakar dalam 19.498 bidang tanah (DPTR-DIY, 2019).
masyarakat Yogyakarta, selanjutnya diatur Tanah kas desa yang berasal dari wilayah
dalam Perdais. dalam klaim Sultanaat Grond dan
Dalam penyelenggaraan kewenangan Pakualamanaat Grond menjadi Tanah Milik
pertanahan, Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan atau Kadipaten dengan Hak
Kadipaten Pakualaman dinyatakan sebagai Anggaduh yang muncul dari ketentuan
Badan Hukum Kebudayaan. Kasultanan kolonial The Sultanate’s Rijksblad (Sultanate
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Decree) Nomor 16 Tahun 1918 dan
Pakualaman berwenang mengelola dan Pakualaman’s Rijksblad Nomor 18 Tahun
memanfaatkan tanah Kasultanan atau 1918. Status Hak Guna Pakai tanah kas desa
Sultanaat Grond dan tanah Kadipaten atau diatas tanah milik Negara berubah statusnya
Pakualamanaat Grond, ditujukan untuk menjadi diatas tanah Milik Kasultanan atau
sebesar-besarnya pengembangan Tanah Milik Kadipaten dengan dasar
kebudayaan, kepentingan sosial, dan Petunjuk Teknis Nomor 4/Juknis-
kesejahteraan masyarakat. Sedangkan HK.02.01/X/2019 tentang Penatausahaan
kewenangan Kasultanan Yogyakarta dan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten di
Kadipaten Pakualaman dalam tata ruang wilayah Provinsi Daerah Istimewa
terbatas pada pengelolaan dan pemanfaatan Yogyakarta dari Menteri Agraria dan Tata
tanah Kasultanan atau Sultanaat Grond dan Ruang merangkap Kepala Badan Pertanahan
tanah Kadipaten atau Pakualamanaat Grond, Nasional (ATR/BPN) tanggal 29 Oktober
yang selanjutnya diatur dalam Perdais. 2019. Padahal kalau mengacu kepada
Perdais atau Peraturan Daerah Keistimewaan Undang-undang Desa, bahwa tanah kas desa
8 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

berstatus diatas tanah Milik Negara menjadi carut marut penguasaan tanah-tanah desa
milik desa dan bersertifikat hak milik desa. oleh keraton melalui liputan mereka.
Hal ini menjadi berubah dengan status tanah Kristian Stokke (Stokke, 2017, pp. 25–33)
milik Kasultanan dan Kadipaten yang merangkum 4 hal yang mendefinisikan
memiliki kuasa kepemilikan dan pengelolaan keutuhan seseorang sebagai warga negara;
yang dikuatkan UU No. 13 Tahun 2012 Keanggotaan dalam masyarakat
tentang Keistimewaan Yogyakarta. Dengan (membership), status di hadapan hukum
demikian desa-desa di Provinsi Daerah (legal status), hak-hak sebagai warga negara
Istimewa Yogyakarta tidak lagi memiliki (Rights), dan partisipasi (Participation).
pengakuan atau rekognisi sebagai pihak yang Keempat dimensi tersebut merupakan
memiliki otoritas atas tanah tersebut. komponen inti dari konsep Kewargaan.
Hak Anggaduh yang muncul dari Relasi antara ke-4 dimensi kewargaan
ketentuan Kolonial The Sultanate’s Rijksblad tersebut adalah sebagai berikut; Keanggotaan
(Sultanate Decree) No. 16/1918 dan dalam masyarakat (membership) merupakan
Pakualaman’s Rijksblad No. 18/1918 dasar dari status hukum (legal status)
sebenarnya sudah dihapuskan dengan Perda kewargaan sebagai warga negara, sehingga
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 secara posisi struktural di hadapan negara
Tahun 1984 tentang pelaksanaan berlaku berlaku hubungan kewajiban terpenuhinya
sepenuhnya Undang-undang Pokok Agraria hak-hak warga negara (rights) serta
(UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 di Provinsi kewajiban berpartisipasi (participation)
Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi dengan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebuah
diberlakukannya UU No. 13 Tahun 2012 negara. Kebijakan penerapan UU No. 13
tentang Keistimewaan Yogyakarta seolah- Tahun 2012 tentang Keistimewaan
olah Hak Anggaduh dimunculkan kembali. Yogyakarta berdampak kepada misrekognisi
Perubahan status kepemilikan atas tanah WNI Keturunan Tionghoa dan warga desa di
dikhawatirkan akan diikuti dengan wilayah dalam klaim Sultanaat Grond dan
pemindahan aset-aset tanah menjadi milik Pakualamanaat Grond sehingga mereka
Kasultanan dan Kadipaten. WNI Keturunan kehilangan pengakuan sebagai anggota
Tionghoa dan warga desa di wilayah dalam masyarakat yang memiliki hak-hak
klaim Sultanaat Grond dan Pakualamanaat kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan
Grond kehilangan pengakuan sebagai tanah di Provinsi Daerah Istimewa
anggota masyarakat yang memiliki hak-hak Yogyakarta.
kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan Kebijakan publik dibuat berdasarkan
tanah di Provinsi Daerah Istimewa respon dari publik berkenaan dengan sebuah
Yogyakarta. permasalahan yang menyangkut kepentingan
Pernah ada upaya Somasi kepada publik dan berorientasi untuk menemukan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta oleh solusi permasalahan publik tersebut
Zealous Siput, seorang WNI kelahiran (Birkland, 2016, p. 8). Dalam kajian ini
Yogyakarta yang sudah tinggal 64 Tahun permasalahan publiknya adalah status
lebih di Yogyakarta yang tidak dapat keistimewaan Yogyakarta yang dirumuskan
memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) atas dalam sebuah UU No. 13 Tahun 2012
tanah miliknya sendiri dengan alasan tentang Keistimewaan Yogyakarta.
keturunan Tionghoa, akan tetapi belum ada Walaupun kebijakan publik berasal dari
tanggapan berarti dari pihak Pemerintah pemerintah, ide dan gagasannya, seharusnya
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlu berasal dari interaksi pemerintah dengan para
ada peran media nasional untuk aktor non-pemerintah, termasuk didalamnya
mempublikasikan kasus-kasus misrekognisi pihak-pihak yang mewakili WNI
tersebut seperti yang telah dilakukan oleh berketurunan Tionghoa dan desa-desa yang
Tim Kolaborasi Liputan Agraria tentang mengelola tanah desa di Provinsi Daerah
tanah desa yang melibatkan jurnalis-jurnalis Istimewa Yogyakarta. Hal ini penting
Jaring.id, Tirto.id, Kompas.com, Suara.com, dilakukan karena dalam implementasi sebuah
dan Projectmultatuli.org yang telah mengulik kebijakan publik akan melibatkan semua
9 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

pihak, baik yang pro maupun yang kontra, Yogyakarta. Analisa kebijakan yang baik
dengan asumsi bahwa sebuah kebijakan seharusnya mampu menyelesaikan konflik
publik merupakan apa yang harus dilakukan dan membangun komunitas. “Political life
pemerintah dalam penyelenggaraan has two sides: channeling conflict and
pemerintahannya, diselenggarakan oleh building community. Policy analysis serves
pemerintahan pusat dan pemerintahan both sides. It channels conflict by showing
daerah. that some arguments, and their proponents,
Kebijakan penerapan UU No. 13 Tahun are in some sense superior to other and
2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta deserve to win out. But it helps to build
menjadi polemik dikarenakan hanya berpihak community by marking off potential common
kepada ‘penguasa’ Yogyakarta, belum ground as well. This common ground is
melibatkan semua pihak secara egaliter. Pola defined by the rules and conventions of
perumusan kebijakan seperti ini merupakan rational discourse – where opponents may
hal yang umum di Indonesia berdasarkan employ analytical procedures to resolve
hasil Study dari The Policy Lab (The disagreements, or where they may discover
University of Melbourne) dan the Indonesian that at least some seemingly irreducible
Centre for Law and Policy Studies (PSHK) values conflict can be recast as dry-as-dust
berikut: ”By considering policymaking in technical disagreements over how much
Indonesia through the lenses of the policy higher a probability Policy A has than Policy
cycle and political traditions, we have B for mitigating Problem P” (Bardach &
identified key actors, activities and patterns Patashnik, 2015, p. xix).
in the processes of policy development. Penerapan kebijakan UU No. 13 Tahun
Specific examples of policymaking illustrate 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta
the irregular and inconsistent ways in which memang tidak bisa serta merta ideal dan
policies are developed by the different memuaskan semua pihak karena situasi
branches of goverment in Indonesia. By ekonomi politik di Indonesia masih
combining this analysis of examples with a uncertain. “Policy choice in an uncertain
review of relevant literature on Indonesian world is subtle even when a society agrees
government and development, this study has on what it wants and what it believes. I want
highlighted important trends in to drive home the point that, even in such a
policymaking, such as the discussions and cohesive society, there is no optimal
negotiations between the executive and the decision, at most various reasonable ones. A
legislature, the significant role of non- planner personifies a cohesive society that
governmental organisations in agenda forthrightly acknowledges and copes with
setting and some policy analysis and uncertainty” (Manski, 2013, p. 117).
formulation, and the limited formal
opportunities for public participation and KESIMPULAN
engagement in the policymaking process Kebijakan penerapan UU No. 13 Tahun
when led by government” (Blomkamp et al., 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta telah
2018, pp. 28–29). berdampak kepada terjadinya polemik
Polemik kepemilikan tanah di Yogyakarta kepemilikan tanah di Provinsi Daerah
menyertai terjadinya politics of recognition Istimewa Yogyakarta. Undang-undang yang
dimana WNI Keturunan Tionghoa dan warga sedianya dimaksudkan untuk menegaskan
desa di wilayah dalam klaim Sultanaat status keistimewaan Yogyakarta yang
Grond dan Pakualamanaat Grond sebelumnya dianggap memiliki dasar
kehilangan pengakuan sebagai anggota legalitas yang sangat rapuh dan kabur
masyarakat yang memiliki hak-hak sehingga mudah berkembang menjadi
kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan polemik politik berkepanjangan, rupanya
tanah di Provinsi Daerah Istimewa malah menciptakan polemik baru, yakni
Yogyakarta, hal ini memicu serangkaian aksi polemik kepemilikan tanah di Provinsi
penolakan publik terhadap pemberlakuan UU Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam UU No.
No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
10 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

Yogyakarta Kasultanan dan Pakualaman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk


ditetapkan sebagai Badan Hukum memberlakukan Perda Daerah Istimewa
Kebudayaan, sehingga Kasultanan Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1984 tentang
mempunyai hak milik atas Sultanaat Grond pelaksanaan berlaku sepenuhnya Undang-
atau dikenal sebagai Sultan Ground dan undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5
Pakualaman mempunyai hak milik atas Tahun 1960 di Daerah Istimewa Yogyakarta
Pakualamanaat Grond atau dikenal sebagai serta menanggapi keluhan dari WNI
Pakualam Ground. Pengelolaan Sultanaat keturunan Tionghoa yang belum
Grond dan Pakualamanaat Grond serta mendapatkan SHM atas tanah miliknya
penataan ruang Provinsi Daerah Istimewa sendiri dan mengembalikan kuasa
Yogyakarta diatur lebih lanjut dengan penggunaan tanah kas desa kepada desa-
Perdais. Warga Negara Indonesia Keturunan desa, terutama desa di wilayah dalam klaim
Tionghoa dan warga desa di wilayah dalam Sultanaat Grond dan Pakualamanaat Grond.
klaim Sultanaat Grond dan Pakualamanaat
Grond kehilangan pengakuan sebagai DAFTAR PUSTAKA
anggota masyarakat yang memiliki hak-hak
kewargaan dalam pemilikan dan penggunaan Bardach, E., & Patashnik, E. M. (2015). A
tanah di Provinsi Daerah Istimewa PRACTICAL GUIDE for POLICY
Yogyakarta. Dalam polemik kepemilikan ANALYSIS FIFTH EDITION.
tanah di Yogyakarta terjadi politics of Birkland, T. A. (2016). Thomas A Birkland -
recognition. Tanah yang berpolemik tersebut An introduction to the policy process _
kemudian diklaim menjadi Tanah Milik theories, concepts, and models of public
Negara yang kemudian akan menjadi Tanah policy making-Routledge (2016).pdf (p.
Milik Kesultanan atau Kadipaten dengan 299).
Hak Anggaduh yang muncul dari ketentuan Blomkamp, E., Sholikin, M. N., Nursyamsi,
kolonial Rijksblad Kasultanan Nomor 16 F., Lewis, J. M., & Toumbourou, T.
Tahun 1918 dan Rijksblad Pakualaman (2018). Understanding Policymaking in
Nomor 18 Tahun 1918 yang dihidupkan Indonesia: In Search of a Policy Cycle.
kembali dengan pemberlakuan UU No. 13 Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry
Tahun 2012 tentang Keistimewaan and Research Design: Choosing among.
Yogyakarta, hal ini memicu serangkaian aksi Five Tradition. Sage Publications.
penolakan publik terhadap pemberlakuan Daniell, C. (2014). The role of national
Undang-undang tersebut. culture in shaping public policy: A
Misrekognisi yang dialami warga Provinsi Review of The Literature. June, 42.
Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut Dewi, R., & Nuriyatman, E. (2018).
merupakan tantangan bagi Politik Kewargaan Efektifitas Undang-Undang
dan memerlukan strategi perlawanan Politik Keistimewaan Daerah Istimewa
Rekognisi secara transformatif melalui upaya Yogyakarta (DIY). Jurnal Hukum
dekonstruksi pemberlakuan hukum dan Respublica, 16(2), 333–349.
perundang-undangan yang selama ini https://doi.org/10.31849/respublica.v16i
diberlakukan di Provinsi Daerah Istimewa 2.1444
Yogyakarta. Diperlukan adanya intervensi Kurniadi, B. D. (2019). Defending the
dari Pemerintahan Pusat Republik Indonesia Sultan’s Land: Yogyakarta, Control
untuk mencabut pemberlakuan hukum dan over Land and Aristocratic Power in
perundang-undangan yang diskriminatif serta Post-Autocratic Indonesia. A Thesis].
Yudicial Review oleh Mahkamah Agung Doctor of Philosophy of the Australian
terhadap UU No. 13 Tahun 2012 tentang National University, September.
Keistimewaan Yogyakarta. Pada tingkat Lay, C., Pratikno, Dwipayana, A. A.,
provinsi, Komnas HAM dan Ombudsman RI Santoso, P., Haryanto, Mas’udi, W.,
perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Purwoko, B., Kaho, J. R., Erawan, I. K.
Yogyakarta diharapkan bisa memberi P., Gunanto, M. P., & Sandi, A. (2008).
rekomendasi mengikat kepada Gubernur Keistimewaan Yogyakarta: Naskah
11 Iskandar / Polemik Implementasi Undang-undang Keistimewaan di Provinsi DIY Indonesia XX (2022) XX-XX

Akademik dan Rancangan Undang- https://regional.kompas.com/read/


Undang Keistimewaan Yogyakarta. 2021/09/20/144700378/wajah-
Monograph on Politics and keraton-dalam-pemanfaatan-tanah-di-
Government, Jurusan Ilmu yogyakarta-2-?page=all#page2
Pemerintahan Fisipol UGM Dan https://regional.kompas.com/read/
Program S2 Politik Yogyakarta, 2(1). 2021/09/20/154700278/wajah-
Manski, C. F. (2013). Public Policy in an keraton-dalam-pemanfaatan-tanah-di-
Uncertain World. Public Policy in an yogyakarta-3-
Uncertain World.
https://doi.org/10.4159/harvard.9780674
067547
Pratama, D. P. (2013). Kajian Tentang
Politik Hukum Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diponegoro Law Review, 2(2), 1–10.
Stokke, K. (2017). Politics of citizenship:
Towards an analytical framework.
Norsk Geografisk Tidsskrift, 71(4), 193–
207.
https://doi.org/10.1080/00291951.2017.
1369454
Thontowi, J. (2019). Pengaruh Undang-
Undang Keistimewaan Jogyakarta
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Daerah Istimewa Yogyakarta. UIR Law
Review, 3(01), 1.
https://doi.org/10.25299/uirlrev.2019.vo
l3(01).3413

Liputan-liputan dari portal berita:


https://www.youtube.com/watch?v=8vkep-
UBEI0
https://tirto.id/silang-sengkarut-sewa-
tanah-desa-di-yogyakarta-gjDV
https://projectmultatuli.org/tanah-
desa-dalam-pusaran-bisnis-dan-
kuasa-keraton-yogyakarta/
https://jogja.suara.com/read/
2021/09/20/131500/penguasaan-
tanah-desa-di-yogyakarta-dari-
keraton-hingga-investor?
utm_source=whatsapp&utm_medium
=share
https://jaring.id/sisa-masalah-
penyewaan-tanah-desa/
https://regional.kompas.com/read/
2021/09/20/134726478/wajah-
keraton-dalam-pemanfaatan-tanah-di-
yogyakarta-1

Anda mungkin juga menyukai