Anda di halaman 1dari 10

Tema : RIS Boneka Belanda

Judul : Indonesia (Selalu) dalam Cengkraman Penjajahan Belanda


Objek : Intelektual
Target :
- Menyadari bahwa Negara Indonesia belum benar-benar merdeka dan
terlepas dari cengkraman penjajahan Asing, terutama Belanda, karena
RIS hasil KMB merupakan pemerintahan boneka Belanda di Indonesia.
- Menyadari bahwa setiap bentuk penjajahan manusia atas manusia
yang lainnya merupakan tindakan menyekutukan Allah, yakni
Musyrik RMU, yang berakibat membatalkan syahadat seorang
Muslim, maka wajib bagi setiap Muslim berjuang untuk kemerdekaan
diri, keluarga, umat, dan bangsanya, dari setiap penjajahan bangsa lain
terhadap bumi Indonesia.
- Menyadari bahwa umat Islam adalah umat yang mayoritas di
Indonesia sehingga merupakan potensi kekuatan besar yang telah
dikaruniakan Allah kepada bangsa Indonesia yang wajib disyukuri
dengan gerakan menggalang persatuan umat Islam untuk
memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
- Menyadari bahwa setiap keterlibatan seorang Muslim dalam
perjuangan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia
merupakan amal sholeh tertinggi yakni amal jihad fisabilillah yang
dilakukan oleh manusia terbaik, diantara umat terbaik, yang akan
menempatkan seorang Muslim ke tempat terbaik disisi Allah, di dunia
dan di akherat.
Metode: Focused Group Discussion
Uraian :
‫بِ ۡس ِم ٱهَّلل ِ ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱل َّر ِح ِيم‬
ُ‫ ّي ِّمنَ ٱل ُّذ ۖ ِّل َو َكب ِّۡره‬ٞ ِ‫ك َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ َول‬
ِ ‫يك فِي ۡٱل ُم ۡل‬ ٞ ‫َوقُ ِل ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ ٱلَّ ِذي لَمۡ يَتَّ ِخ ۡذ َولَ ٗدا َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ َش ِر‬
١١١ ‫يرا‬ َ ۢ ِ‫ت َۡكب‬
“Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam Kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong
(Perwakilan) dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Qs. Al-
Isra’ (17):111]

ٍ ‫ َأنَّهُ قَا َل « َأالَ ُكلُّ ُك ْم َر‬- ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َ - ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َع ِن النَّبِ ِّى‬
‫اع َعلَى َأ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوه َُو َم ْسُئو ٌل‬ ٍ ‫اع َوهُ َو َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫اس َر‬ ِ َّ‫فَاَأل ِمي ُر الَّ ِذى َعلَى الن‬
ِ ‫اع َعلَى َم‬
‫ال َسيِّ ِد ِه َوهُ َو‬ ٍ ‫ت بَ ْعلِهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َى َم ْسُئولَةٌ َع ْنهُ ْم َو ْال َع ْب ُد َر‬ ِ ‫َع ْنهُ ْم َو ْال َمرْ َأةُ َرا ِعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
ٍ ‫َم ْسُئو ٌل َع ْنهُ َأالَ فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
)‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه »( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬
Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan
diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami/Rizal adalah

RIS Boneka Belanda | 1


pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya.
Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya
perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara
barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu
sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim).

Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, organisasi pokok


dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Manusia hidup dalam suasana kerjasama sekaligus suasana antagonis dan
penuh pertentangan ideologis. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu
wilayah dapat memaksakan kekuasaan secara sah terhadap semua golongan
kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan
bersama (Budiardjo, 2015, p. 47). Negara Indonesia adalah negara yang
memiliki sejarah panjang kolonialisme dan imperialisme oleh negara-negara
asing yang datang ke Indonesia, terutama negara Belanda, hal tersebut
menyebabkan kehidupan sosial-ekonomi dan politik di Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari hegemoni global yang terus menerus berusaha menancapkan
kekuasaannya di Indonesia. Secara periodik, rentang peralihan kekuasaan di
Indonesia bisa dibagi ke dalam fase-fase berikut; 1) Masa Demokrasi
Parlementer tahun 1945-1950, 2) Masa Demokrasi Liberal tahun 1950-1959, 3)
Masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1966, 4) Masa Orde Baru tahun 1966-
1998, dan 5) Masa Orde Reformasi tahun 1998 sampai sekarang.

Pada rentang tahun 1945 sampai 1950 Indonesia mengalami masa


Revolusi, yakni masa mempertahankan kemerdekaan yang baru
diproklamasikan. Ancaman terbesar waktu itu adalah kedatangan Belanda
untuk kembali menjajah Indonesia. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan, hal itu terlihat pada Pasal 4 Aturan Peralihan UUD
1945 yang menyebut bahwa sebelum dibentuknya MPR, DPR dan DPA,
segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu KNIP (Anggara,
2013, p. 276). Wacana Republikanisme sudah ada sejak bentuk negara
dirumuskan dalam sidang BPUPKI, kesepakatan para tokoh pendiri bangsa
Indonesia menempatkan Indonesia berdiri sebagai Negara berbentuk
Republik. Sistem Politik Parlementer diselenggarakan dengan diangkatnya
seorang Perdana Menteri, beberapa Perdana Menteri waktu itu antara lain;
PM Syahrir yang berperan dalam perundingan Linggar Jati, PM Amir
Syarifudin yang berperan dalam perundingan Renville dimana wilayah
Republik Indonesia hanya tersisa Yogyakarta dan 8 keresiden, PM M. Hatta
yang memimpin delegasi ke Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
sehingga Republik Indonesia menjadi bagian dari RIS (Republik Indonesia
Serikat) yang merupakan negara yang mengakui kedaulatan Ratu Belanda,
dan PM M. Natsir dari Masyumi yang berperan mengembalikan wilayah
Republik Indonesia menjadi satu kesatuan dengan wadah NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) melalui Mosi Integral Natsir.

RIS Boneka Belanda | 2


Persetujuan Renville dapat dianggap sebagai titik balik dalam diplomasi
Indonesia-Belanda yang membawa pada penyerahan kedaulatan tanggal 27
Desember 1949. Dalam perundingan ini, intervensi Dewan Keamanan PBB
lebih kuat dan aktif dalam mencari solusi atas permasalahan Indonesia. Ada
dua peristiwa bersejarah terpenting yang mengubah jalannya sejarah
bernegara bagi bangsa Indonesia dan umat Islam bangsa Indonesia, yaitu
tanggal 7 dan 27 di bulan dan tahun yang sama, Agustus 1949, dan di dua
lokasi berbeda dan jarak yang jauh. Yang pertama adalah Cisayong, sebuah
kota kawedanaan di Tasikmalaya Jawa Barat. Cisayong adalah lokasi
pertemuan politik-militer dengan sebutan konferensi. Di lokasi itu pula
nantinya Proklamasi NII dilakukan, yaitu di Kampung Pangwedusan, Desa
Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanaan Cisayong. Dalam teks
Proklamasi NII ditulisnya Madinah-Indonesia, 12 Syawal 1368 / 7 Agustus
1949. Yang kedua, kota terkenal di Negeri Belanda yaitu Den Haag. Tanggal 6
Agustus 1949 Hatta pergi ke Den Haag untuk mempersiapkan perundingan
KMB. Sebelum berangkat Hatta memberi tugas kepada M. Natsir, yang sejak
tanggal 4 Agustus 1949 sedang berada di Hotel Homan Bandung, untuk
berunding dengan S.M. Kartosoewirjo. Natsir menulis pesannya dalam
secarik kertas berlogo hotel dan meminta gurunya Tuan A. Hassan menemui
S.M. Kartosoewirjo guna membujuknya agar membatalkan rencana
Proklamasi NII (Hamijaya, 2020, p. 251).
Ketika wilayah Republik Indonesia hanya tinggal Yogyakarta dan
beberapa karesidenan di Jawa Tengah sebagai hasil kesepakatan dalam
Perjanjian Renville, S.M. Kartosoewirjo melihat peluang untuk mendirikan
negara Islam yang dicita-citakannya. Maka ia pun memproklamasikan
Negara Islam Indonesia (NII) di Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada
7 Agustus 1949. Jawa Barat waktu itu merupakan wilayah kekuasaan
Kerajaan Belanda, sehingga klaim sejarah yang menyatakan bahwa
Kartosoewirjo merupakan pemberontak Republik Indonesia seharusnya
dipelajari kembali. Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintahan Republik
Indonesia Serikat (RIS) dibentuk sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda. Dalam negara federasi yang diakui
kedaulatannya oleh Kerajaan Belanda itu, Republik Indonesia di Yogyakarta
merupakan salah satu dari 16 negara federal anggota RIS. Soekarno terpilih
sebagai presiden RIS, sedangkan jabatan presiden RI diserahkan kepada Mr.
Asa’at. Terbentuknya RIS secara otomatis membenturkan NII dengan RIS
karena Negara Pasundan bentukan Belanda yang menguasai wilayah Jawa
Barat merupakan anggota federasi RIS. Konfrontasi memperebutkan Jawa
Barat pun meletus. RIS merasa berhak atas Jawa Barat berdasarkan hasil
KMB, sedangkan NII bersikeras mereka lebih berhak karena telah lebih dulu
memproklamasikan diri sebelum dibentuknya Negara Pasundan dan RIS
(Hamijaya, 2019, p. 265).
Dari tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, Konferensi
Meja Bundar diselenggarakan di Den Haag. Hatta mendominasi pihak
Indonesia selama berlangsungnya perundingan, dan semua peserta
mengaguminya. Suatu uni yang longgar antara negeri Belanda dan RIS
disepakati dengan ratu Belanda sebagai pimpinan simbolis. Soekarno menjadi

RIS Boneka Belanda | 3


presiden RIS dan Hatta sebagai perdana menteri (1949-1950) merangkap
wakil presiden. Berbagai jaminan diberikan kepada investasi-investasi
Belanda di Indonesia dan disepakati bahwa akan diadakan konsultasi-
konsultasi mengenai beberapa masalah keuangan. Banyak orang Indonesia
menganggap rencana-rencana tersebut sebagai pembatasan-pembatasan yang
tidak adil terhadap kedaulatan mereka. Pihak Indonesia harus memberikan
konsesi-konsesi pula dalam dua masalah yang paling sulit. Belanda tetap
mempertahankan kedaulatan atas Papua sampai ada perundingan lebih
lanjut mengenai status wilayah tersebut. Dan RIS harus memikul tanggung
jawab atas hutang Hindia Timur Belanda, yang setelah terjadi banyak tawar-
menawar, jumlahnya ditetapkan sebesar 4,3 milyar gulden; sebagian besar
dari jumlah ini sebenarnya merupakan biaya yang dipakai oleh pihak
Belanda dalam usahanya menumpas Revolusi (Ricklefs, 2008, p. 466).

Pada rentang tahun 1950 sampai 1959 Republik Indonesia memasuki


masa demokrasi liberal. Demokrasi liberal di Indonesia dipengaruhi oleh tiga
negara yang tergabung dalam KTN (Komisi Tiga Negara), yakni Amerika
Serikat, Belgia, dan Australia. KTN adalah penyelenggara Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Belanda yang menjadikan Republik Indonesia sebagai
bagian dari RIS (Republik Indonesia Serikat) bersama 16 negara boneka
buatan Belanda lainnya, KTN menjadi ‘penjajah baru’ bagi Republik
Indonesia Serikat dan memaksakan sistem demokrasi liberal. Pada masa ini
peranan parlemen dan akuntabilitas politik sangat tinggi serta
berkembangnya partai-partai politik, akan tetapi, praktek demokrasi pada
masa ini dinilai gagal disebabkan; dominannya partai politik, landasan sosial
ekonomi yang masih lemah, dan tidak mampunyai kestabilan politik, waktu
itu konstituante bersidang untuk mengganti UUD 1950 (Anggara, 2013, p.
276). Pada tahun 1955 Republik Indonesia berhasil menyelenggarakan Pemilu
pertama yang di klaim paling demokratis, Urutan pemenang pemilu tahun
1955: PNI 22,32%, Partai Masyumi 20,92%, Partai NU 18,41%, PKI 16,36%,
PSII 2,89%.
Pada rentang tahun 1959 sampai 1966 Republik Indonesia memasuki
masa Demokrasi Terpimpin setelah diberlakukannya Dekrit Presiden tahun
1959. Pengertian Demokrasi Terpimpin menurut Tap MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan NASAKOM. Ciri-
cirinya adalah: tingginya dominasi Presiden, terbatasnya peran partai politik,
dan berkembangnya pengaruh PKI (Anggara, 2013, p. 277). Pada saat itu,
Presiden Soekarno diangkat sebagai presiden seumur hidup dan berhasil
menggalang dukungan dari negara-negara Komunis, Republik Rakyat China
(RRC) dan Uni Soviet, dan secara ekonomi-politik dikenal istilah ‘poros
Jakarta-Peking’. Kondisi tersebut merugikan Komisi Tiga Negara (KTN);
Amerika Serikat, Belgia, dan Australia, maka dimunculkanlah Soeharto
sebagai pemimpin Republik Indonesia alternatif selanjutnya, salah satu

RIS Boneka Belanda | 4


‘konpensasinya’ adalah hak pengelolaan tambang emas di Papua Irian Jaya
oleh PT. Freeport dari Amerika Serikat.
Pada rentang tahun 1966 sampai 1998 Republik Indonesia memasuki
masa Orde Baru. Masa ini ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret
1966, bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Awal Orde Baru memberi harapan baru pada rakyat dengan
pembangunan di segala bidang melalui Pelita I-V, dan berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997. Perjalanan demokrasi pada masa Orde Baru dianggap gagal dengan
alasan: tidak adanya rotasi kekuasaan eksekutif, rekruitmen politik yang
tertutup, pemilu yang jauh dari semangat demokratis, pengakuan HAM yang
terbatas, serta merajalelanya kolusi, korupsi, dan nepotisme (Anggara, 2013,
p. 278). Pada masa Orde Baru ini kekuasaan Komisi Tiga Negara (KTN);
Amerika Serikat, Belgia, dan Australia, yang juga disertai oleh Belanda,
mendominasi Republik Indonesia dengan Presiden Soeharto sebagai alat
kekuasaan ekonomi-politik mereka.
Kekuasaan Politik Orde Baru di Republik Indonesia merupakan
kekuasaan politik dalam rentang waktu sejak tahun 1966 sampai tahun 1998,
sekitar 32 tahun rezim otoritarian Soeharto berkuasa. Di mulai dengan
terbitnya Surat Perintah Presiden tanggal 11 Maret 1996, yang dikenal sebagai
Supersemar, yang konon katanya ditandatangi oleh Presiden Soekarno, yang
kemudian di klaim oleh Soeharto sebagai legitimasi kontrol kekuasaan atas
Republik Indonesia, dengan kuasa penuh atas keamanan dan pertahanan,
dalam hal kuasa atas kekuatan militer Republik Indonesia. Atas nama
Ideologi Pancasila, Soeharto bertekad mengamankan Republik Indonesia dari
segala ancaman terhadap Ideologi Pancasila dan UUD 1945, dan
menjalankannya secara murni dan konsekuen. Langkah pertama sejak
Supersemar tahun 1966, Soeharto membubarkan Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang disebut sebagai bahaya yang mengancam persatuan dan kesatuan
berbangsa dan bernegara, karena telah melancarkan upaya kudeta terhadap
pemerintahan Republik Indonesia yang sah, dengan Gerakan 30 September
1965 atau dikenal dengan G30S/PKI yang membantai para perwira tinggi
Angkatan Darat. Langkah Soeharto ini berhasil membuat salah satu ideologi
besar di Republik Indonesia waktu itu menjadi terlarang dan merupakan
faham yang berbahaya, yakni bahaya laten komunis. Keberhasilan Soeharto
mematikan kekuatan politik komunis di Republik Indonesia tidak terlepas
dari kekuatan ekonomi-politik negara adikuasa Amerika Serikat waktu itu
yang sedang berperang dingin dengan Uni Soviet yang berideologi komunis.
Kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat China (RRC),
terutama sejak Dekrit Presiden tahun 1959, dianggap sebagai tindakan yang
merugikan kepentingan Amerika Serikat di Republik Indonesia. Kekuatan
politik Soekarno dan komunis berhasil diungguli oleh Amerika Serikat
dengan kekuatan politik Soeharto yang disokong sepenuhnya oleh ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Setelah menguasai pemerintahan Republik Indonesia, langkah
selanjutnya dari Soeharto adalah mengeluarkan kebijakan “Azas Tunggal
Pancasila” dan “Dwi Fungsi ABRI”, serta mendirikan Partai Golongan Karya
RIS Boneka Belanda | 5
(Partai Golkar) sebagai Partai politik baru yang memiliki kekuatan politik
determinan karena anggota ABRI dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib
menjadi anggotanya. Sejak saat itu, partai di Republik Indonesia hanya ada 3
partai, yaitu: Partai Golkar sebagai partai penguasa, Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) sebagai partai yang mewadahi kepentingan ideologi
Nasionalis, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai yang
mewadahi kepentingan ideologi Islam. Mobilisasi ideologi yang dilakukan
kekuasaan politik Orde Baru juga menerapkan pola indoktrinasi tertentu
berupa Penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) di
semua institusi publik, dari mulai lembaga pendidikan sampai ke lembaga
pemerintahan pusat dan daerah. Proses indoktrinasi ini merupakan
manipulasi ideologis yang paling jelas dalam rezim totalitarian yang
meyebarkan sebuah ‘ideologi resmi’ dan secara kejam menekan semua kredo,
doktrin, dan keyakinan yang berbeda. Pendidikan direduksi menjadi proses
indoktrinasi ideologis, media massa berubah menjadi mesin propaganda
ideologi, keyakinan ‘yang tidak bisa diandalkan’ akan disensor ketat, oposisi
politik disingkirkan secara brutal, sehingga Pancasila sebagai ‘ideologi resmi’
negara menjadi ideologi tunggal.
Kebijakan “Azas Tunggal Pancasila” mewajibkan seluruh organisasi
massa mencantumkan Pancasila dalam Anggaran Dasar organisasinya
sebagai satu-satunya azas organisasi, atau dasar dari organisasi. Reaksi paling
besar waktu itu adalah dari kalangan Islam yang menolak azas Islam dalam
organisasinya diganti menjadi azas Pancasila. Pendekatan coersi atau paksaan
diberlakukan dengan tindakan pembubaran organisasi dan ancaman sanksi
hukuman penjara bagi yang menolak azas tunggal Pancasila, bahkan
disinyalir terjadi banyak pembunuhan tokoh-tokoh ulama Islam dengan
skema Petrus (Penembakan misterius). Beredar isu paham Radikalisme Islam
yang menolak Pancasila dan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Situasi ini juga yang membuat PPP tidak berhasil menjadi partai besar yang
memenangkan pemilu padahal massa Islam adalah massa yang mayoritas
waktu itu.
Ada dua arah tekanan yang menyebabkan terjadinya keruntuhan rezim
Soeharto, pertama dari arah luar yang merupakan tekanan dari luar negeri,
yakni dari negara-negara pemodal besar yang merasa keran investasinya
terhambat karena eksklusifitas Soeharto dalam kebijakan ekonomi pasar luar
negerinya. Kedua dari dalam negeri yang merupakan tekanan dari akumulasi
kekecewaan ideologis yang terpendam selama mobilisasi ideologi Pancasila
dalam kekuasaan politik Orde Baru. Arah dari dalam negeri ini berasal dari 3
ideologi besar di Indonesia yaitu; Nasionalis, Islam, dan Komunisme, yang
seiring dengan melemahnya reputasi dan popularitas rezim dihadapan
masyarakat, semakin tumbuh dan berkembang kembali kristalisasi ideologi
Islam, Nasionalis, dan Komunis di kalangan kelas menegah dan terpelajar
Indonesia.
Pada rentang tahun 1998 sampai sekarang Republik Indonesia
memasuki masa Orde Reformasi, setelah kembali ke UUD 1945 yang
mengalami 4 kali amandemen dari tahun 1999 hingga 2002, Republik
Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial yaitu Presiden dipilih
RIS Boneka Belanda | 6
secara langsung oleh rakyat untuk masa lima tahun. Demokrasi pada masa
reformasi mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan
penyempurnaan pelaksanaannya serta perbaikan peraturan sebelumnya yang
tidak demokratis. Meningkatkan peran lembaga tinggi dan tertinggi negara
dengan menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang mengacu
pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara
lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif (Anggara, 2013, p. 278). Reformasi
hukum dan konstitusi Indonesia masih menyisakan hal terpenting yang
seharusnya di reformasi juga, yakni budaya feodalisme yang berpotensi
menciptakan Oligarki Politik dan Oligarki Ekonomi.
Proses peralihan kekuasaan di Republik Indonesia sejak masa
Demokrasi Parlementer tahun 1945-1950, masa Demokrasi Liberal tahun
1950-1959, masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1966, masa Orde Baru
tahun 1966-1998, hingga masa Orde Reformasi tahun 1998 sampai sekarang,
merupakan masa peralihan kekuasaan yang tidak bisa dilepaskan dari
hegemoni global yang terus menerus berusaha menancapkan kekuasaannya
di Indonesia. Negara Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah panjang
kolonialisme dan imperialisme oleh Belanda yang sejak tahun 1603 telah
membangun pusat perdagangan pertama VOC yang permanen di Ambon
(Ricklefs, 2008, p. 74), hal tersebut menyebabkan kehidupan sosial-ekonomi
dan politik di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari hegemoni global, termasuk
pada hari ini dimana dua kekuatan ekonomi-politik besar dunia, Amerika
Serikat (AS) dan Republik Rakyat China (RRC), sedang bertarung
memperebutkan hak penguasaan ekonomi-politik atas Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Kalau memperhatikan situasi global sejak abad ke-17 sampai dengan
abad ke-21, faktor-faktor obyektif yang berkaitan hubungan Indonesia-
Belanda secara garis besar dapat dilihat dari perkembangan yang terjadi di
dunia selama lima abad. Antara abad ke-17 sampai dengan abad ke-20,
keadaan dunia dipengaruhi oleh persaingan antara negara-negara besar di
Eropa, termasuk Belanda, untuk mendapatkan dan memperebutkan wilayah
baru yang dijadikan koloni. Belanda berhasil menjajah Nusantara yang
kemudian dinamai Hindia Belanda. Pada abad ke-20 perkembangan dunia
dilanjutkan dengan terjadinya persaingan kekuasaan antara negara-negara
besar di Eropa; Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, yang menghasilkan Perang
Dunia pertama dan menyeret Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia
kedua. Kemudian terus berlanjut dengan terjadinya persaingan global antara
paham demokrasi liberal dengan paham komunisme. Berakhirnya Perang
Dunia kedua, yang ditandai dengan menyerahnya Jepang kepada pasukan
sekutu tanggal 15 Agustus 1945, telah memberi inspirasi para pemimpin
Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal
17 Agustus 1945. Meskipun panglima tentara sekutu Letnan Jenderal Ter
Poorten dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjaarda van Starkenborg
menyerahkan kekuasaannya kepada Jepang melalui perundingan di Kalijati
tanggal 8 Mei 1942, namun Belanda masih merasa wilayah Hindia Belanda
tetap sebagai miliknya dan berusaha untuk menduduki kembali setelah
kekalahan Jepang dari sekutu. Sampai sekarang Belanda tidak mau mengakui

RIS Boneka Belanda | 7


proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 (Irsan, 2003, p.
164).
Belanda juga melakukan kampanye melalui berbagai media bahwa
sebenarnya mereka sudah mempersiapkan proses dekolonisasi untuk
Indonesia sejak dicanangkannya “politik etis”, yang kemudian diperkuat lagi
dengan pidato Ratu Wilhelmina sesaat setelah selesainya Perang Dunia
kedua. Apa yang dikatakannya sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia
tentunya berdasarkan pemikiran politik Belanda sendiri untuk membentuk
suatu negara yang sesuai dengan keinginan Belanda, termasuk memilih
pemimpin boneka Indonesia yang mau bekerjasama dengan Belanda.
Kampanye lain yang secara terus-menerus dan sering dihembuskan oleh
Belanda berkaitan dengan Indonesia antara lain; bahwa terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1950 merupakan
pelanggaran secara sepihak oleh Indonesia atas hasil KMB 1949, bahwa
selama terjadinya clash bersenjata antara tentara Belanda dengan tentara
Indonesia tahun 1945-1950 yang lebih banyak membunuh tentara Indonesia
adalah orang-orang Indonesia sendiri yang menjadi anggota KNIL,
mempersoalkan kembali “act of free choice” Papua Irian Jaya, serta upaya
menginternasionalisasikan permasalahan di Maluku dan Papua Irian Jaya
(Irsan, 2003, p. 182).
Ikatan sejarah Belanda dengan Maluku memang cukup panjang, bahkan
sejak kedatangan kapal Belanda pada tahun 1597 di Maluku untuk mencari
sumber rempah-rempah. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, ketika
Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda, wilayah Maluku dijadikan
bagian dari Negara Indonesia Timur. Pergolakan politik di seluruh Indonesia
antara tahun 1949-1950 menghasilkan kesepakatan semua negara bagian dari
RIS yang dibentuk melalui KMB tahun 1949, menyatakan bergabung dalam
NKRI yang beribukota di Jakarta pada 17 Agustus 1950. Belanda tidak bisa
menerima kehadiran NKRI karena dianggap sebagai aksi pembatalan sepihak
dari hasil KMB 1949 oleh Indonesia. terbentuknya NKRI memang
bertentangan dengan kepentingan politik Belanda yang cenderung ingin
melihat Indonesia sebagai negara federal sesuai dengan KMB 1949 (Irsan,
2003, p. 183). Terdapat tulisan menarik yang ditulis oleh seorang pelajar SMU
di Belanda bernama Annemarie van Bodegom yang berjudul “De Minnemoer
van het Moederland” yang terjemahan bebasnya adalah “Sapi Perahan dari Ibu
Negeri”. Karena tulisan tersebut, Annemarie van Bodegom tidak diluluskan
sekolah oleh gurunya. Dalam tulisan tersebut diungkapkan fakta mengenai
cultuurstelsel atau kebijakan tanam paksa oleh Belanda di Indonesia,
Annemarie van Bodegom berpendapat bahwa modal yang didapat oleh
Belanda dari hasil perbudakan di Indonesia seharusnya dikembalikan kepada
rakyat Indonesia (Irsan, 2003, p. 203). Selama berlangsung cultuurstelsel
tersebut, antara tahun 1830-1870, pemerintah Belanda memperoleh
keuntungan sebesar 850 juta gulden, setara dengan 15,4 milyar gulden di
tahun 1992 (Irsan, 2003, p. 204). Belanda merupakan salah satu negara di
dunia yang memiliki data base terlengkap mengenai hampir seluruh
kehidupan alam dan semua disiplin ilmu yang ada di Indonesia, maupun hal-

RIS Boneka Belanda | 8


hal yang berkaitan dengan hubungan bilateral Indonesia-Belanda di berbagai
bidang kehidupan kenegaraan (Irsan, 2003, p. 206).
Keadaan dunia pada permulaan abad ke-21 cenderung didominasi oleh
kekuatan barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang berusaha
memberlakukan Tatanan Dunia Baru dalam pergaulan internasional,
termasuk nilai-nilai hak azasi manusia, demokratisasi, lingkungan hidup,
good governance, liberalisasi ekonomi dan perdagangan, penanganan
terorisme, dan lain-lain. Sejak peristiwa 11 September 2001, AS semakin
mendominasi opini dunia melalui sistem public relations berbasis teknologi
komunikasi. Belanda sebagai bagian dari dunia barat tentunya memiliki
kecenderungan yang sama. Karena itu tidak mengherankan kalau
kepentingan kelompok agama, politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain
di Belanda secara terus-menerus berusaha mempengaruhi pressure groups
yang ada, atau menciptakan pressure groups sendiri untuk mempengaruhi
hubungan politik luar negeri Belanda di Indonesia (Irsan, 2003, p. 165).
Belanda tentunya tidak akan melepaskan cengkraman penjajahan mereka
terhadap Indonesia karena kesejahteraan dan kemakmuran yang diperoleh
negeri Belanda merupakan hasil penghisapan kekayaan Indonesia.

Ayat dan Hadits Pokok :


ُ‫ ّي ِّمنَ ٱل ُّذ ۖ ِّل َو َكب ِّۡره‬ٞ ِ‫ك َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ َول‬
ِ ‫يك فِي ۡٱل ُم ۡل‬
ٞ ‫َوقُ ِل ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ ٱلَّ ِذي لَمۡ يَتَّ ِخ ۡذ َولَ ٗدا َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ َش ِر‬
١١١ ‫يرا‬ َ ۢ ِ‫ت َۡكب‬
“Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam Kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong
(Perwakilan) dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Qs. Al-
Isra’ (17):111]

ٍ ‫ َأنَّهُ قَا َل « َأالَ ُكلُّ ُك ْم َر‬- ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َ - ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َع ِن النَّبِ ِّى‬
‫اع َعلَى َأ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوه َُو َم ْسُئو ٌل‬ ٍ ‫اع َوهُ َو َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫اس َر‬ ِ َّ‫فَاَأل ِمي ُر الَّ ِذى َعلَى الن‬
ِ ‫اع َعلَى َم‬
‫ال َسيِّ ِد ِه َوهُ َو‬ ٍ ‫ت بَ ْعلِهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َى َم ْسُئولَةٌ َع ْنهُ ْم َو ْال َع ْب ُد َر‬ ِ ‫َع ْنهُ ْم َو ْال َمرْ َأةُ َرا ِعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
ٍ ‫َم ْسُئو ٌل َع ْنهُ َأالَ فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
)‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه »( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan
diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami/Rizal adalah
pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya.
Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya
perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara
barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu
sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya” (HR. Muslim).
Kesimpulan:
Setelah peristiwa KMB 1949, Republik Indonesia 1945 sudah mati, dan
lahirlah RIS sebagai boneka Belanda sekaligus menunjukan cengkraman
penjajahan kembali Belanda di Indonesia. RIS ibarat musang berbulu ayam.

RIS Boneka Belanda | 9


Ketika wilayah Republik Indonesia hanya tinggal Yogyakarta dan beberapa
karesidenan di Jawa Tengah sebagai hasil kesepakatan dalam Perjanjian
Renville, S.M. Kartosoewirjo memproklamasikan Negara Islam Indonesia
(NII) di Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 7 Agustus 1949.
Terbentuknya RIS secara otomatis membenturkan NII dengan RIS karena
Negara Pasundan bentukan Belanda yang menguasai wilayah Jawa Barat
merupakan anggota federasi RIS. Konfrontasi memperebutkan Jawa Barat
pun meletus. RIS merasa berhak atas Jawa Barat berdasarkan hasil KMB,
sedangkan NII bersikeras mereka lebih berhak karena telah lebih dulu
memproklamasikan diri sebelum dibentuknya Negara Pasundan dan RIS.
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah panjang
kolonialisme dan imperialisme oleh Belanda yang sejak tahun 1603 telah
membangun pusat perdagangan pertama VOC yang permanen di Indonesia,
hal tersebut menyebabkan kehidupan sosial-ekonomi dan politik di Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari hegemoni global, termasuk pada hari ini dimana
dua kekuatan ekonomi-politik besar dunia, Amerika Serikat (AS) dan
Republik Rakyat China (RRC), sedang bertarung memperebutkan hak
penguasaan ekonomi-politik atas Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Lampiran :
Daftar Pustaka
Anggara, S. (2013). Pengantar Sistem Politik Indonesia. Pustaka Setia.
Budiardjo, M. (2015). Dasar-dasar Ilmu Politik (11th ed.). CV Prima Grafika.
Hamijaya, N. A. (2019). Toedjoeh Kata: Sebuah Ijtihad Konstitusi Siyasah
Kebangsaan Zelfbestuur 1916-1959 (1st ed.). Penerbit Pusbangter.
Hamijaya, N. A. (2020). Antara Tjisayong dan Bangka: Revolusi Islam Bernegara
di Indonesia (1945-1949) (1st ed.). Penerbit Pusbangter.
Irsan, A. (2003). Hubungan Indonesia-Belanda: Antara Benci dan Rindu (Suradi
(ed.); 1st ed.). Yayasan Pancur Siwah.
Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (H. Syawie (ed.); 1st
ed.). PT Serambi Ilmu Semesta.

RIS Boneka Belanda | 10

Anda mungkin juga menyukai