Oleh:
Nurul Badriyah (E93216144)
Nur Asfiyah (E03216035)
Dosen Pengampu:
MOH. YARDHO, M.ThI
A. Pendahuluan
Al-Quran sebagai kitab dan pedoman hidup manusia, memiliki sifat multi
tafsir dan memiliki karakter terbuka untuk ditafsirkan. Oleh sebab itulah banyak usaha
yang kemudian menghasilkan berbagai penafsiran. Hal tersebut dilakukan untuk
mencapai makna yang dikehendaki oleh Allah. Sehingga message yang terkandung
dalam al-Quran dapat disampaikan.
Usaha usaha yang dilakukan oleh para mufassir kemudian dapat dilihat dan
dibuktikan dengan adanya berbagai macam metode, manhaj, corak penafsiran serta
pendekatan, guna mengungkap makna yang dikehendaki Allah. Salah satu pendekatan
yang dihasilkan adalah pendekatan maqashid, yakni sebuah pendekatan untuk
mengungkap hikmah atau tujuan dari sebuah ayat.
Pendekatan tersebut kemudian digunakan dalam penelitian ini, untk
mengungkap hikmah disyariatkannya nasionalisme tehadap umat manusia, meski
nasionalisme tidak disebutkan di dala al-Quran secara jelas, namun nilai nilai
nasionalisme dapat di temukan di beberapa ayat dalam al-Quran. Beberapa ayat
tersebut kemudian dijadikan dalil nasionalisme.
B. Tinjauan Umum Nasionalisme
1. Sketsa Historis Nasionalisme
Nasionalisme pada dasarnya adalah satu makna yang terdiri dari dua suku
kata, Nasional dan Isme (paham). Menerut KBBI, nasional adalah bersifat kebangsaan
sedangkan bangsa secara bahasa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berepemerintahan sendiri. Sehingga
secara garis besar nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa
sendiri yang didasarkan pada persamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya.1
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).
2
Mugiyono, Relasi Nasionalisme dan Islam Serta Pengruhnya Terhadap Dunia Islam Global,
(Palembang : IAIN Palembang, TT), 1.
3
Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong, Yogyakarta, Mozaik, Vol.3, No.
3, 2018, h.3.
4
Ibid, h.4.
5
Mugiyono, Relasi Nasionalisme, ………h. 4.
penjajahan kolonial Eropa.6 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa paham
nasionalisme yang berkembang di Indonesia adalah nasionalisme yang sejak awal anti
kolonialisme dan anti imperialisme7
Merujuk pada hasil kajian yang dilakukan oleh Dhont, tentang bagaimana
benih-benih nasionalisme di Indonesia maka akan dihasilkan sebuah pendapat bahwa
benih-benih nasionalisme di Indonesia mulai bergelora ketika era pergerakan nasional
(1920an). yang pada saat itu adalah sebagai wujud dari adanya sebuah sistem politik
yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada akhirnya
menjadi salah satu bukti bahwa nasionalisme telah ada di Indonesia.8
6
Ibid,.
7
suhartono, sejarah pergerakan nasional, (Yogyakarta: pustaka pelajar 1994 ), h.7
8
Mifdan Zusron al-Faqih, Melihat Sejarah Nasionalisme Indonesia untuk Memupuk Sikap Kebangsaan
Generasi Muda, Jurnal Civics, Vol.13, No.2, 2016, h.211.
9
Anggreini Kusuma Wardani, Nasionalisme, Buletin Psikologi, Vol.12, No.2, 2004, h.63.
10
M. Yakub, Respon Islam Terhadap Konsep Nasionalisme Perspektif Sejarah Islam, An-Nadwah,
Vol.22, No.2, 2016, h.185.
2. Nasionalisme dalam Islam
Islam adalah agama yang paling terbuka untuk ditafsirkan sesuai dengan
konsep pemikiran yang dianut oleh pemeluknya. Hal yang seperti itu kemudian
menimbulkan multitafsir dalam berbagai bidang baik perihal ibadah, mu’amalah dan
sosial politik. Keragaman tafsir dan variasi pemahaman umat terhadap berbagai
perkara juga terjadi dalam hal Nasionalisme.11
Sebagai paham atau ajaran yang lahir di Barat, nasionaisme dimaknai secara
beragam oleh umat Islam di tanah air. Sebagian berpendapat bahwa Islam dan Negara
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Umat Islam dari golongan lain juga
berpendapat bahwa mencintai tanah air adalah bentuk dari rasa syukur atas penciptaan
makhluk Allah sehingga mencintai tanah air adalah mencintai Allah. Bersebrangan
dengan pendapat tersebut, masyarakat dari golongan Ashobiyyah secara tegas
berpendapat bahwa cinta tanah air hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam, sebab
menurutnya tidak ada satupun dalil dari al-Quran dan hadis yang memerintahkan umat
Islam untuk mencintai negaranya.12
Al-Quran sebagai sumber hukum umat Islam memang tidak secara langsung
menyebutkan konsep nasionalisme, tetapi nilai-nilai nasionalisme yang terkandung di
dalam al-Quran secara tidak langsung menegaskan pentingnya memiliki rasa
nasionalisme. Nilai nilai tersebut diantaranya adalah: persatuan, pluralisme,
patriotisme, dan rasa cinta tanah air.13 Yang kemudian nilai nilai tersebut tekandung
dalam beberapa ayat berikut ini:
a. Nilai persatuan terkandung dalam QS. Al-Imran:103
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْي قُلُوبِ ُك ْم َ َّت اللَّه َعلَْي ُك ْم إِ ْذ ُكْنتُ ْم أ َْع َداءً فَأَل
َ ْ َف ب َ َو ْاعتَص ُموا ِبَْب ِل اللَّه ََج ًيعا َوََل تَ َفَّرقُوا ۚ َواذْ ُك ُروا ن ْع َم
ْي اللَّهُ لَ ُك ْم آيَاتِِه ِ
َ َصبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َوُكْنتُ ْم َعلَ ٰى َش َفا ُح ْفَرةٍ ِم َن النَّا ِر فَأَنْ َق َذ ُك ْم ِمْن َها ۚ َك َٰذل
ُ َ يُبَ ن ْ فَأ
لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدو َن
11
Ibid,.
12
M. Alifudin Ikhsan, Nilai-Nilai Cinta Tanah Air dalam Perspektif Quran, JIPPK, Vol.2, No.2, TT, h.109.
13
Luqman Chakim , Tafsir Ayat-Ayat Nasionalisme, Skripsi, Semarang IAIN Walisongo, 2014.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” QS. Al-Imran:103.14
b. Persaudaraan antar agama terkandung dalam QS. Al-Mumtahanah:8-9
اه ُدوا بِأ َْم َوالِ ُك ْم َوأَنْ ُف ِِ ُك ْم ِِف َسبِ ِيل اللَّ ِه ۚ َٰذلِ ُك ْم َخْي ر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن
ِ انِْفروا ِخ َفافًا وثَِق ًاَل وج
ََ َ ُ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah
kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.” QS. At-Taubah:41.16
d. Pluralisme terkandung dalam QS. Al-Hujurat:13
14
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 63.
15
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 550.
16
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 194.
َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد اللَّ ِه
ُ يَا أَيُّ َها الن
أَتْ َقا ُك ْم ۚ إِ َّن اللَّ َه َعلِيم َخبِي
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” QS. Al-Hujurat:13.17
Selain dalil-dalil dari al-Quran, rasa nasionalisme juga ditunjukkan oleh hadith
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagaimana berikut. 18
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكا َن إِذَا قَد َم م ْن َس َف ٍر فَنَظََر إِ ََل ُج ُد َرات الْ َمدينَِ أ َْو
َُ ََ نَاقَتَه َّ َِن الن
َ َِّب ٍ ََع ْن أَن
َّ س أ
َوإِ ْن َكا َن َعلَى َدابٍَِّ َحَّرَك َها ِم ْن ُحبن َها
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari
bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya.
Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat)
karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany (wafat 852 H) dalam kitabnya Fathul Bari
Syarh Shahih Bukhari (Beirut, Dar Al-Ma’rifah, 1379 H, Juz 3, hal. 621), menegaskan
bahwa dalam hadits tersebut terdapat dalil (petunjuk): pertama, dalil atas keutamaan
kota Madinah; kedua, dalil disyariatkannya cinta tanah air dan rindu padanya.
: اخربين محيد انه مسَ انِا رَي اهلل عنه يقول: حدثنا سعيد بن ايب مرمي اخربنا حممد بن جعفر قال
ِكان رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم اذا قدم من سفر فأبصر درجاة املدينِ اوََ ناقته وان كانت داب
جدرات تابعه احلارث بن عمي: زاد احلارث بن عمي عن محيد عن انس قال: حركها قال ابو عبد اهلل
17
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 517.
18
http://www.nu.or.id/post/read/87932/dalil-dalil-cinta-tanah-air-dari-al-quran-dan-hadits, diakses
pada tanggal 18 Mei, 22:36.
: ِ بفتح املهملِ والراء واجليم َجَ درجِ وهي طرقها املرتفعِ وللمِتملي دوحت وهي اشجرة العظيم:
: ولتخرجنه فقال: ولتؤذينه فلم يقل النِب صلى اهلل عليه وسلم شيئا مث قال:اهلل عليه وسلم شيئا مث قال
او خمرجي هم ففى هذا دليل على حب الوطن وشدة مفارقته على النفس
“Al- Suhaily berkata: dan di dalam hadist tentang Waraqah, bahwasannya ia berkata
pada Rasulullah SAW ; sungguh engkau akan didustakan, Nabi tidak berkata sedikitpun. Lalu
ia berkata lagi; dan sungguh engkau akan disakiti, Nabi pun tidak berkata apapun. Lalu ia
berkata; sungguh engkau akan diusir. Kemudian Nabi menjawab: Apa mereka akan
mengusirku ? al-Suhaliy menyatakan bahwa disinlah terdapat dalil atas cinta tanah air dan
beratnya memisahkannya dari hati.”
C. Aplikasi Penafsiran Berbasis Maqa>s}id Terhadap Ayat-Ayat Nasionalisme
1. Identifikasi Ayat Berdasarkan Tart>ib dan Asbab Nuzu>l
Apabila ditinjau dari segi tarti>b nuzu>lnya maka akan diperoleh runtutan ayat
sebagaaimana berikut ini: QS. al-Imran:103, QS. al-mumtahanah:8-9, QS. Al-
Hujurat:13, At-Taubah:41.19 Sedangkan asbab nuzu>l dari keempat ayat tersebut adalah
sebagai berikut20 :
a. QS. al-Imran:103 (Madinah)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa, sebab turunnya QS. al-Imran:103
adalah suatu ketika kaum Aus dan Khazraj sedang berkumpul mereka bercerita
mengenai permusuhan mereka yang terjadi pada zaman jahiliyah, kemudian
bangkitlah amarah diantara keduanya. Sehingga masing-masing diantara mereka
19
Muhammad Izzah Darwazah, al-Tafsi>r al-h}adith trti>b as-Suwa h}asab al-Nuzu>l, jilid 1, (Kairo: Da>r
al-gharab al-Islami>, TT), 16.
20
Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul, Terj, Nurcholis, (Surabaya:TT, 1997).
memegang senjata. Maka turunlah ayat ini sebagai pelerai perselisihan diantara
mereka.
b. QS. al-Mumtahanah:8-9 (Madinah)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Qatilah ibu kandung Asma binti
Abu Bakar datang kepada putrinya itu. Setelah itu Asma bertanya kepada
Rasulullah “bolehkah saya berbuat baik terhadapnya ?” Rasulullah pun menjawab
“Ya” lalu turunlah QS. Al-Mumtahanah:8
Dala riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Qatilah mantan istri Abu
Bakar dating kepada Asma binti Abu Bakar dengan membawa sebuah bingkisan,
namun pada saat itu, Asma menolak kedatangannya bahkan tidak
memperkenankannya masuk ke rumah. Setelah itu, Asma mengutus seseorang
untuk bertanya kepada Rasulullah atas kejadian tersebut. Maka Rasulullah
memerintahkan untuk menyambut edatangannya dengan baik dan menerima
bingkisannya.
Dari dua riwayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, semasa Rasul hidup
beliau tetap hidup berdampingan dengan non muslim dan memperlakukannya
dengan baik.
c. QS. Al-Hujurat:13 (Madinah)
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah
ketika fathu Makkah, Bilal bin Rabbah naik ke atas ka’bah untuh adzan, kemudian
berkatalah sekelompok orang “pantaskah seorang budak hitam menaiki ka’bah?”
kemudian ayat ini turun untuk menegaskan bahwa dalam Islam tidak mengenal
diskriminasi dan bahwa yang membedakan seseorang denga seseorang yang lain
adalah ketakwaan.
Disebutkan pula dalam riwayat lain bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
Abi Hindin akan dinikahkan oleh Rasulullah dengan wanita Bani Bayadlah,
berkatalah Bani Bayadlah kepada rasulullah “rasululluah, bolehkan putri-putri
kami, kami nikahkan dengan budak-budak kami ?” kemudian ayat ini turun untuk
menegaskan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan antara bekas budak dan orang
merdeka.
Dari dua riwayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial pada saat
turunnya ayat tersebut adalah bahwa Islam adalah sebuah agama yang menjunjung
tinggi perdamaian, persamaan tidak membeda-bedakan antar satu dengan yang
lain.
d. At-Taubah:41 (Madinah)
Turunnya ayat ini, memiliki munasabah dengan ayat sebelumnya yakni 38,
39,40. Yang berkaitan dengan perintah untuk berangkat ke medan perang namun
diantara mereka enggan untuk melaksanakannya. Maka turunlah ayat 38, 39, 40.
Sebagai bentuk ancaman kepada mereka.
Kemudian berkaitan dengan ayat 41 diesbutkan bahwa diantara kaum
muslim tersebut terdapat orang orang lemah karena sakit atau ketuannya, sehingga
mereka merasa berdosa tidak ikut berjihad. Maka turunlah ayat ini sebagai perintah
untuk berjihad meski dengan rasa berat atau ringan.
Dari riwayat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai bela negara sudah
terjadi sejak zaman itu. Bahkan perintah berjihad tersebut bersifat wajib.
2. Identifikasi Makna Mufradat
a. QS. Al-Imran:103
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْي قُلُوبِ ُك ْم َ َّت اللَّه َعلَْي ُك ْم إِ ْذ ُكْنتُ ْم أ َْع َداءً فَأَل
َ ْ َف ب َ َو ْاعتَص ُموا ِبَْب ِل اللَّه ََج ًيعا َوََل تَ َفَّرقُوا ۚ َواذْ ُك ُروا ن ْع َم
ْي اللَّهُ لَ ُك ْم آيَاتِِه ِ
َ َصبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َوُكْنتُ ْم َعلَ ٰى َش َفا ُح ْفَرةٍ ِم َن النَّا ِر فَأَنْ َق َذ ُك ْم ِمْن َها ۚ َك َٰذل
ُ َ يُبَ ن ْ فَأ
لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدو َن
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” QS. Al-Imran:103.21
21
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 63.
Lafadz ِ َْاعت
ص ُموا terambil dari kata عصم yang bermakna menghalangi.
Lafadz حبل berarti tali, sedang tali adalah sesuatu yang digunakan untuk
mengikat sesuatu sebagai alat untuk menaikkan atau menurunkannya agar sesuau
tersebut tidak terjatuh. Sedang tali yang dimaksud dalam ayat ini adalah ajaran
agama atau al-Quran.22
b. QS. Al-Mumtahanah:8-9
lafadz ْي ِِ
َ ُِ الْ ُم ْقadalah bentuk jama’ dari kata aqsat}a, yang berarti berlaku
adil. Sedangkan dalam makna adil atau memberi bagian kepada orang lain secara
adil, maka lafal yang digunakan adalah aqsat}a, sedangkan pelakunya disebut
muqsit}. Jadi al-Muqsit}in adalah orang-orang yang berbuat adil. Dalam al-Quran
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misba>h, Vol.2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 171.
23
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 550.
lafal ْي ِِ
َ ُِ الْ ُم ْقtidak ditemukan dalam bentu tunggal, semuanya merupakan bentuk
jamak dan pelakunya adalah manusia.24
c. QS. Al-Hujurat:13
َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد اللَّ ِه
ُ يَا أَيُّ َها الن
أَتْ َقا ُك ْم ۚ إِ َّن اللَّ َه َعلِيم َخبِي
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” QS. Al-Hujurat:13.25
Lafadz ُشعُوبًا merupakan jamak dari kata شعب. Kata ini dgunakan untuk
Lafadz ارفُوا
َ تَ َعterambil dari kata عرفyang memilik arti mengenal, cuplikan
kata yang digunakan pada ayat ini mengandung makna timbal balik, sehingga
diartikan saling mengenal. Redaksi saling mengenal yang dikehendaki disini adalah
saling mengenal untuk saling memberi manfaat, saling menarik pelajaran dari pihak
lain, guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.26
3. Identifikasi Makna Berdasarkan Kaidah Istinba>t} Hukum Islam
a. QS. Al-Imran:103
24
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 95-96.
25
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005), 517.
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misba>h, Vol.13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 262.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْي قُلُوبِ ُكم َ َّت اللَّه َعلَْي ُك ْم إِ ْذ ُكْنتُ ْم أ َْع َداءً فَأَل
َ ْ َف ب َ َو ْاعتَص ُموا ِبَْب ِل اللَّه ََج ًيعا َوََل تَ َفَّرقُوا ۚ َواذْ ُك ُروا ن ْع َم
ِ
ْي اللَّهُ لَ ُك ْم َ َصبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َوُكْنتُ ْم َعلَ ٰى َش َفا ُح ْفَرةٍ ِم َن النَّا ِر فَأَنْ َق َذ ُك ْم ِمْن َها ۚ َك َٰذل
ُ َ يُبَ ن ْ فَأ
آيَاتِِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدو َن
Ditinjau dari makna cakupannya, QS. Al-Imran:103 maka bersifaat am atau
umum, hal ini dapat diketahui dari penggunaan lafadz jama’ seperti ُكْنتُم, قُلُوبِ ُك ْم
Ditinjau dari kaidah amr dan nahi maka pada ayat ini sangat jelas
ِ َ و ْاعتdan َو ْاذ ُكرُوا
mengandung lafadz amr yang ditunjukkan dengan sighat amr ص ُموا َ
berdasarkan kaidah amr yakni al-As}lu fi> al-amr lil Wuju>b maka bersatu dan
mengingat nikmat Allah dalam ayat ini bersifat wajib. Selain mengandung amr
pada ayat ini juga mengandung lafadz nahi yang ditunjukkan dengan fi’il mudhari’
yang disertai denga la> nahy yakni pada lafadz ََل تَ َفَّرقُوا.yang apabila dikaitkan
dengan kaidah al-As}lu fi> al-nahi> li tahri>m maka deikenai hukum haram dalam
perilaku bercerai berai.
b. QS. Al-Mumtahanah:8-9
atau umum, hal ini dapat diketahui dari penggunaan lafadz jama’ seperti ِ
ديَا ِرُك ْم,
mengandung lafadz amr yang ditunjukkan dengan sighat amr َوتُ ْق ُُِِواberdasarkan
kaidah amr yakni al-As}lu fi> al-amr lil Wuju>b maka berbuat adil dalam konteks ayat
ini adalah wajib.
c. QS. At-Taubah:41
اه ُدوا بِأ َْم َوالِ ُك ْم َوأَنْ ُف ِِ ُك ْم ِِف َسبِ ِيل اللَّ ِه ۚ َٰذلِ ُك ْم َخْي ر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن
ِ انِْفروا ِخ َفافًا وثَِق ًاَل وج
ََ َ ُ
Ditinjau dari kaidah amr dan nahi maka pada ayat ini sangat jelas
mengandung lafadz amr yang ditunjukkan dengan sighat amr انِْف ُرواdan اه ُدوا
ِج
َ
berdasarkan kaidah amr yakni al-As}lu fi> al-amr lil Wuju>b maka berangkat yang
mana dalam ayat ini adalah berangkat untuk berperang adalah wajib.
d. QS. Al-Hujurat:13
َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد اللَّ ِه
ُ يَا أَيُّ َها الن
أَتْ َقا ُك ْم ۚ إِ َّن اللَّ َه َعلِيم َخبِي
Ditinjau dari makna cakupannya, maka QS. Al-Hujurat:13 bersifaat am atau
umum, hal ini dapat diketahui dari penggunaan lafadz jama’ seperti َّاس
ُ الن yang
secara bermacam-macam yakni لِتَ َع َارفُوا yakni umtuk saling mengenal, kemudian
setelah saling mengenal maka diharapkan untuk saling memberi manfaat satu sama
lain, saling mengambil pelajaran satu sama lain. Sehingga dapat meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah.
4. Eksplorasi dan Aplikasi Kandungan Maqa>sid dari ayat Nasionalisme
berdasarkan teori al-Juwaini
4. Ijtihad yang bebas, dan tidak terikat dengan suatu madzhab tertentu dan
membebaskan diri dari pengaruh pemikiran-pemikiran ulama sebelumnya.
27
Ghofar Shidiq, Teori Maqashid al-Syari’ah dalam Hukum Islam, Sultan Agung, Vol.25, No. 118,
2009, h. 122
28
Ghilman Nursidin, Kontruksi Pemikiran Maqashid Syari’ah Imam al-Haramain al-Juwaini (Kajian
Sosio Historis), Tesis, Semarang, IAN Walisongo, 2012
6. Memelihara ushul dan qawa’id secara terperinci, dan menghindari juz’iyat yang
tidak penting.
diinginkan
1. Dharuriyat, yaitu hal yang amat menentukan kesinambungan agama dan hidup
manusia di dunia maupun di akhirat, yang jika hal ini hilang, maka berakibat
kesengsaraan dunia, dan hilangnya nikmat serta datangnya azab di akhirat.
Menurut para ulama, ada 5 macam dharuriyat : Memelihara agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta.
3. Makramat (Tahsiniyat), yaitu hal yang menjadikan manusia berada dalam adab
yang mulia dan akhlaq yang lurus, dan jika tidak terwujud, kehidupan manusia
akan bertentangan dengan nilai-nilai kepantasan, akhlaq, dan fitrah yang sehat.
29
Anisa Intan Permata Sari, Tinjauan Terhadap Konsep Maslahah Imam al-Juwaini, Makalah Program
Magister, Universitas Islam Indonesia.
Berikut bagan yang menjelaskan klasifikasi maqashid menerut al-Juwaini
Maqashid
30
M. Alifudin Ikhsan, Nilai-Nilai Cinta Tanah Air dalam Perspektif Quran, JIPPK, Vol.2, No.2, TT, 112-
113.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2005
Mugiyono. TT. Relasi Nasionalisme dan Islam Serta Pengruhnya Terhadap Dunia
Islam Global. Palembang : IAIN Palembang.
Dewi, Ita Mutiara Dewi. 2018 Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong.
Yogyakarta, Mozaik, Vol.3, No. 3.
Suhartono. 1994. sejarah pergerakan nasional. Yogyakarta: pustaka pelajar.
al-Faqih, Mifdan Zusron. 2016. Melihat Sejarah Nasionalisme Indonesia untuk
Memupuk Sikap Kebangsaan Generasi Muda, Jurnal Civics, Vol.13, No.2,
2016, h.211.
Wardani, Anggreini Kusuma. 2004. Nasionalisme, Buletin Psikologi. Vol.12, No.2.
Yakub, Muhammad. 2016. Respon Islam Terhadap Konsep Nasionalisme Perspektif
Sejarah Islam, An-Nadwah, Vol.22, No.2.
Departemen Agama RI. 2005. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Syamil Cipta
Media.
Ikhsan, Muhammad Alifudin. TT. Nilai-Nilai Cinta Tanah Air dalam Perspektif
Quran, JIPPK, Vol.2, No.2.
Chakim, Luqman. 2014. Tafsir Ayat-Ayat Nasionalisme, Skripsi, Semarang IAIN
Walisongo.
Izzah Darwazah, Muhammad. TT. al-Tafsi>r al-h}adith tarti>b as-Suwa h}asab al-Nuzu>l.
jilid 1. Kairo: Da>r al-gharab al-Islami.
Asy-Syuyuthi, Jalaluddin. 1997. Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul. Terj, Nurcholis.
Surabaya.
Quraish Shihab, Muhammad. 2002. Tafsir al-Misba>h, Vol.2. Jakarta: Lentera Hati.
Quraish Shihab, Muhammad. 2002. Tafsir al-Misba>h, Vol.13. Jakarta: Lentera Hati.
Kementrian Agama RI. 2011. al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya.
Shidiq, Ghofar. 2009. Teori Maqashid al-Syari’ah dalam Hukum Islam, Sultan Agung,
Vol.25, No. 118.
Nursidin, Ghilman . 2012. Kontruksi Pemikiran Maqashid Syari’ah Imam al-
Haramain al-Juwaini (Kajian Sosio Historis). Tesis. Semarang. IAN
Walisongo.
Intan Permata Sari, Anisa. TT. Tinjauan Terhadap Konsep Maslahah Imam al-Juwaini,
Makalah Program Magister. Universitas Islam Indonesia.