Anda di halaman 1dari 5

NAMA: FAIZUL AMRI

NIM : 210602081

ISLAM DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT (Pandangan Atas Agama Wahyu

dan Kebudayaan Daerah)

B.Masuknya Islam ke Nusantara

ada empat teori yang masuknya agama islam ke indonesia, diantaranya: Teori
India, Teori Arab‚Teori Persia dan ‚Teori China. Salah satu pemegang teori India
adalah Pijnapel, seoraang Profesor Bahasa Melayu di Universitas Leiden,
Belanda. Dia mengatakan bahwa, Islam datang ke Indonesia (Nusntara) bukan
berasal dari Arab atau Persia secara langsung, tetapi berasal dari India, terutama
dari pantai Gujarat dan Malabar. Sebelum Islam sampai ke Nusantara banyak
orang Arab yang bermahdzab Syafi’i yang bermigrasi ke India. Dari sana
selanjutnya Islam bergerak menyebar ke Nusantara.

Hasan mu’arif Ambary1, berdasarkan data arkeologisnya membagi fase


Islamisasi kedalam tiga fase:

1). Fase kehadiran para pedagang Muslim.

2). Fase terbentuknya kerajaan Islam.

3). Fase pelembagaan Islam.

Khususnya Islamisasi di Jawa, Denys Lombard secara garis besar membedakan


tiga tahap dalam peresapan Islam di wilayah ini:

1). Berlangsungnya Islamisasi wilayah pantai utara melalui pelabuhan


perdagangan yang sejak abad 15 memainkan peranan yang amat penting.

2). Merembesnya Islam di daerah pedalaman yang secara berangsur-angsur


memunculkan borjuis Islam di pedalaman .

1
3). Terbentuknya ‚jaringan islam pedesaan‛ yang mainkan oleh pesantren dan
tarekat.

C.Terbentuknya Tradisi non Islam di Tubuh Masyarakat Muslim

Pulau Jawa sebagai contoh, merupakan suatu wilayah, dimana banyak


masyarakat muslim pribuminya masih tetap melakukan hal- hal yang bersifat
ritualist, dan salah satu yang masih nyata tersebut yaitu ritual sesajen. Dalam
catatan sejarah bahwa Islam sebagai agama yang baru berkembang
menggunakan metode aksi damai dalam menyebarkan konsep agamanya.

Pada awalnya, Jawa sendiri sudah dimasuki kebudayaan agama Hindu yang
sudah lebih dulu berkembang serta membentuk berbagai macam tradisi dalam
tatanan hidup masyarakat Jawa pada umumnya tatkala itu. Dengan aksi damai
yang dijalankan para wali selaku orang yng menyebarkan Islam ,jelaslah
mempunyai teknik jitu dalam mengambil respon masyarakat pribumi untuk
melirik ajaran Islam. Disinilah berbagai macam sunting dari tradisi yang berasal
dari luar Islam. Kemudian diramu sedemikian rupa, dengan tujuan menarik
simpati masyarakat agar mulai menerima agama baru ttersebut

F. Dulisme Agama

Banyaknya fanatisme kebudayaan yang melekat di tubuh umat Islam Indonesia


tentunya menciptakan keunikan tersendiri bagi agama Islam. Hal ini terlihat dari
beberapa kegiatan keagamaan serta muamalah yang dilakukan oleh masyarakat
kita diberbagai di daerah dan pada tiap-tiap daerah mempunyai beragam
kegiatan lokalistik yang bermuatan ke-Islaman yang berbeda-beda.

1. Agama Wahyu

Sebagaimana dalam pengertian bahwa agama adalah suatu yang empirik dan
dilakukan oleh masyarakat atau pemeluknya untuk dijalankan. Agama wahyu
disini diartikan sebagai agama yang bersumber dari wahyu-wahyu yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat kepada para Rasul-Nya.

Jika agama wahyu adalah ajaran Allah yang disampaikan kepada manusia melalui
rasul-Nya, maka agama budaya tidaklah demikian. Ia tumbuh dan berkembang
seperti halnya kebudayaan manusia. Secara kumulatif dalam masyarakat
penganutnya tanpa ada utusan Allah yang menyampaikan ajaran tersebut.

2. Agama Budaya

Pada dasarnya esensi dari adat merupakan traidisi yang terbuka yang
memungkinkan unuk masuknya tradisi lain kedalam tradisi lokal yang sudah ada.
Dan mayoritas ulama disana memandang bahwa ritual ini tidaklah salah untuk
dilakukan. Adanya penggabungan dari unsur tersebut ternyata menimbulkan
nilai positif di lingkungan masyarakat setempat. Sebagai contoh, termaktub
dalam maksim adat yakni: ‚Adat bersendikan Kitabullah, Kuat adat gadoh hukum,
kuat hukum tak gadoh adat”.

a. Relasi Adat dengan Islam

Pada dasarnya esensi dari adat merupakan traidisi yang terbuka yang
memungkinkan unuk masuknya tradisi lain kedalam tradisi lokal yang sudah ada.
Kemudian dipahami juga bahwa adat suatu norma yang mengikat dan dipelihara
dalam masyarakat. Dan mayoritas ulama disana memandang bahwa ritual ini
tidaklah salah untuk dilakukan. Adanya penggabungan dari unsur tersebut
ternyata menimbulkan nilai positif di lingkungan masyarakat ssetempat

Sebagai contoh, termaktub dalam maksim adat yakni: ‚Adat bersendikan


Kitabullah, Kuat adat gadoh hukum, kuat hukum tak gadoh adat”.b. Budaya Lokal
Suatu Bentuk Solidaritas Sosial

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Selo Soemardjan bahwa kebudayaan


merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat, oleh karena itulah
bentuk kegiatan Yasinan mapun Marhabah yang dilakukan dalam tradisi
masyarakat muslim Sriwijaya tidak terlepas dalam rangka mewujudkan
solidaritas antar warga.

Dalam setiap persiapan kegiatan biasanya warga setempat saling gotong-royong


untuk menyukseskan acara tersebut. Sebagaimana dalam tradisi bangsa kita
bahwa sifat gotong-royong merupakan karakteristik dari masyarakat bangsa ini.
Dengan adanya solidaritas warga yang tinggi, jelaslah akan mewujudkan suatu
masyarakat yang ideal sesuai apa yang diharapkan.

Masyarakat yang dicitakan Islam adalah masyarakat yang digambarkan al-Qur’an


pada surah Saba'-15 yang berbunyi
‫ال ۗە‬ٍ ‫ان لِ َسبَاٍ فِ ْي َم ْس َكنِ ِه ْم ٰايَةٌ ۚ َجنَّ ٰت ِن َع ْن يَّ ِمي ٍْن َّو ِش َم‬
َ ‫قَ ْد َك‬
‫ق َربِّ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوا لَهٗ ۗبَ ْل َدةٌ طَيِّبَةٌ َّو َربٌّ َغفُ ْو ٌر‬ ْ ‫ُكلُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫رِّز‬
Artinya: Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri,
(kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik
(nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Untuk mencapai hal itu haruslah disusun suatu rangkaian pola yang jelas dan
terarah yaitu: Umat yang satu, Umat yang bertaqwa, Pemimpin yang adil dan
bijaksa.

Anda mungkin juga menyukai