Anda di halaman 1dari 9

KHUTBAH PERTAMA

‫ُذ‬
‫ َاْلَح ْم ُد ِهّلِل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِع ْي ُنُه َو َن ْس َتْغ ِفُرُه َو َن ُتْو ُب ِإَلْي ِه َو َن ُعْو ِباِهلل ِم ْن ُشُرْو ِر‬، ‫َاْلَح ْم ُد ِهّلِل‬
. ‫ َم ْن َي ْه ِد ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِدَي َلُه‬، ‫َأْنُفِس َن ا َو ِم ْن َس ِّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا‬
‫ َاللُهـَّم‬. ‫َاْش َه ُد َاْن َال ِالَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َاْش َه ُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َص ِّل َو َس ِّلْم َع لَى َس ـِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َم ْن َت ِبَع ُه ِاَلى َي ْو ِم الِّد ْي ِن‬
‫ َقاَل ُهللا‬. ‫ ُاْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ي ِبَت ْق َو ى ِهللا َو َط اَعِتِه َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َن‬: ‫ َفَي ا ِع َب اَد ِهللا‬: ‫َاَّما َب ْع ُد‬
‫ َي اَاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن َاَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِاَّال َو َاْنُتْم‬: ‫َت َع اَلى ِفى اْل ُقْر آِن اْلَك ِر ْي ِم‬
‫ُمْس ِلُمْو َن‬
Hadirin sidang jum’at rahimakumulah

BACA JUGA

Seks Panjang setelah Bekerja jika Anda Minum Ini Setiap Pagi!
Alfaman

Jangan Baca Ini jika Kamu belum Siap Menjadi Kaya dalam 10 Hari!
Money Amulet

Ribuan Orang Antri untuk Beli Replika Rolex Diskon 90%


Rolex Replica

Jika Muncul Papiloma pada Dada, Leher atau Ketiak, Baca Ini!
Wortex

marilah kita senantiasa menanamkan kekuatan iman Islam dalam hati sanubari kita
masing masing dengan tujuan untuk mewujudkan rasa takut kita kepada Allah SWT,
mudah mudah ibadah kita senantiasa diterima oleh alah swt,

Ma’asyiral muslimn rahimakumullah

Saat ini kita berada pada bulan Agustus 2021 yakni bulan di mana Allah memberikan
kenikmatan kepada kita semuanya berupa kemerdekaan RI yang ke 76 tahun. Sekian
lamanya kita merasakan kemerdekaan yang begitu nikmat dari Allah SWT. Kalau kita
cermati pembentukan UUD 1945 ini seiring dengan konsep Islam ini dibuktikan
dengan adanya Dasar Negara Republik Indonsia yakni Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD ’45, adalah hukum
dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan Negara Republik Indonesia saat ini.

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar Negara oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS,
dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5
Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi
oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945
mengalami 4 kali perubahan (amendemen), yang mengubah susunan lembaga-
lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Kemerdekaan sangatlah indah, didambakan dan diharapkan oleh semua manusia.


Hidup dijajah oleh Belanda sangatlah menyakitkan. Pembunuhan, pemerkosaan
terjadi setiap hari di sekitar kita. Tiada kebebasan baik kebebasan hak asasi manusia
maupun kebebasan beragama. Hidup serba sulit, hidup serba diatur oleh penguasa
Belanda. Mengadakan majelis perkumpulan saja masyarakat Indonesia dicurigai
mengadakan pemberontakan terhadap Belanda, apalagi Mengibarkan bendera merah
putih.

Makanya para Ulama’ Indonesia mempunyai terobosan untuk mengadakan


pertemuan pertemuan warga dikemas dengan menggunakan majelis taklim,
pengajian sholawatan ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia) yang
dipelopori oleh KH. Wahab Hasbulloh agar tidak dicurigai oleh penguasa Belanda.

Ulama’ mengajarkan strategi mengibarkan sang saka merah putih dengan aman cara
setiap membangun kuda kuda rumah mereka memasang bendera merah putih
sebagai tanda mereka mensyukuri nikmat Allah sehingga Penguasa tertipu dan
terkelabui dengan strategi ini.

Setiap bangsa berhak merdeka setiap bangsa berhak terbebas dan beraktifitas
sebagaimana mestinya, oleh karena itu dalam pembukaan alenia pertama di
sebutkan bahwa “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Jerih payah Perjuangan bengsa indonesia dalam meraih kemerdekaan sangatlah sulit,
bertumpah darah, peperangan secara langsung berhadapan dengan belanda,

Dengan semangat Resolusi Jihad yang pelopori oleh KH. Hasyim As’ari dan semangat
perjuangan oleh KH. Ahmad Dahlan juga dengan para tokoh pejuang Indonesia
mereka mengumpulkan para santri masyarakat indonesia untuk melawan belanda,
dengan kekuatan yang mereka miliki.

Hasyim Asyari mengajak berdoa dengan kalimat :[1]

‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ُط‬ ‫ُظ‬


‫يَا ُهُّللَا َي ا َح ِفْي يَا ُهُّللَا يَا ُمِحْي فَاْن ُصْر َن ا َع َلى ا َقْو ِم الَك اِفِر ْي َن فَاْن ُصْر َن ا َع َلى ا َقْو ِم‬
‫الَّظ اِلِم ْي َن‬
“Ya Allah wahai dzat yang Maha Menjaga, Ya Allah Wahay Dzat Yang Maha Menguasai,
berilah pertolongan pada kami atas orang-orang kafir, berilah pertolongan pada kami
atas orang-orang yang dzolim”

Kemudian pada alenia kedua menerangkan tentang Proses Perjuangan Meraih


Kemerdekaan yang berbunyi “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Pada alenia ketiga menerangkan Ungkapan Rasa Syukur Kemerdekaan dengan


kalimat “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Bagaimana cara kita mensyukuri nikmat Allah yang begitu besar dan istimewa ini.
Marilah kita isi dengan kegiatan yang bermanfaat, menjadikan para pemuda yang
mempunyai semangat juang tinggi mencetak kader bangsa yang berkualitas menjauhi
narkoba, menjauhi segala tindankan yang mengarah pada pidana mencipotakan
kesejahteraan dan kerukunan dalam hibup bermasyarakat, menciptakan keadilan dll.

Wujud terima kasih kita kepada Allah SWT. kita selenggarakan do’a bersama kepada
para pejuang Syuhada’ yang gugur di medan peran dan yang gugur dalam
memikirkan Nasib bangsa ke depan di malam hari kemerdekaan RI. Dalam tradisi
budaya Jawa do’a malam tirakatan disebut dengan bari’an artinya adalah bebasan
terbebas dari penjajahan belenggu yang menyakitkan. Kita haru ingat siap yang
memberikan kemerdekaan dan kebebasan yakni Allah SWT.,
Dalam al-Qur’an ditegaskan di penghujung surat al-Hasyr ayat 24 :

‫ُه َو ٱُهَّلل ٱْل َٰخ ِلُق ٱْلَب اِر ُئ ٱْلُم َص ِّو ُر ۖ َلُه ٱَأْلْس َم آُء ٱْلُحْس َنٰى ۚ ُيَس ِّبُح َلُهۥ َم ا ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت‬
‫َو ٱَأْلْر ِض ۖ َو ُه َو ٱْلَع ِز يُز ٱْلَح ِكيُم‬
“Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. al-Hasyr : 24) :

Seiring dengan pembukaan UUD 1945 alenia ketiga Dalam Asmaul husna ada sifat
Allah berupa al-Bari’u (Maha Membebaskan) oleh karena itu kita operbanyak
bertasbih mengagungkan Allah kita niatkan mengisi kemerdekaan dengan li’ila’i
kalimatillahi semangat berjuang (untuk memulyakan kalimat kalimat Allah).

Perjuangan yang kita lakukan sesuai profesi dan kemampuan kita masing masing :

‫َم ْن كَاَن َع َلْي ِه اْلَم اُل َفْلُيَج اِه ْد ِبَماِلِه َو َم ْن كَاَن َع َلْي ِه الِع ْلُم َفْلُيَج اِه ْد ِبِع ْلِمِه َو َم ْن كَاَن‬
‫َع َلْي ِه الَع َم ُل َفْلُيَج اِه ْد ِبَع َمِلِه‬
“Barang siapa yang memiliki harta, maka berjuanglah dengan hartanya, dan barang
siapa yang memiliki Ilmu, maka berjuanglah dengan ilmunya, dan barang siapa yang
memiliki tenaga, maka berjuanglah dengan tenaganya”

Pada alenia keempat menerangkan Tujuan kemerdekaan dengan kalimat “Kemudian


daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”

Tujuan kemerdekaan RI pada alenia ke empat Seiring tujuan hukum islam “Maqashid
as-syar’i”:
Hifdzul ad-Din : memlihara agama dalam undang undang ada melarang adanya
penistaan agama, penyelewangan agama dan masyarkat diberikan kebebasan
beragama menurut keyakianan masing masing sesuai pasal 29 ayat 2.

Hifdzul an-Nafs : memelihara jiwa adanya undang undang ada melarang pembunuhan
dan segala perbuatan yang mengarah pada kerusakan kematian

Hifdzul al-Aql : memelihara akal dalam undang undang ada larangan meminum
Khamr dan mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan menghilangkan kesadaran
akal.

Hifdzul an-Nasli / an-Nasbi : memelihara keturunan dalam undang undang ada


larangan berbuat Zina, pemerkosaan pelecehan seksual dll.

Hifdzu al-Maal ; menjaga harta adanya undang undang ada larangan mencuri,
merampok mengambil hak orang lain dengan cara pemaksaan.

Hifdzu al-Irdli : memelihara kehormatan adanya Undang-undang yang melarang


membuat berita hoaks, memfitnah, mengadu domba, menghina melecehkan sesama
warga baik pejabat atau juga rakyat,

Kalau semua masyarakat Indonesia mampu menjalankan Pembukaan Undang-


undang Dasar RI 1945 secara otomatis mereka juga telah menjalankan perintah dan
ajaran Agama Islam juga mengamalkan tujuan beragama akan tercipta kesehateraan
kebahagiaan kehidupan yang lebih bermartabat menjadikan Baldatun Thayyibatun
wa Rabbun Ghafur. Aman sentosa bahagia sejahtera.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga
bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

‫ ِإَّن ُه ُه َو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِحْي ُم‬،‫ َفاْس َتْغ ِفُرْو ُه‬، ‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰه َذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬
KHUTBAH KEDUA
‫ َاْلَح ْم ُد ِهّلِل َح ْمدًا ُشْك رًا َع َلى َم ا َاْن َع ْم َاْش َه ُد َاْن َال ِالَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال‬، ‫َاْلَح ْم ُد ِهّلِل‬
‫َش ِر ْي َك َلُه َو َاْش َه ُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َال َن ِبَّي َب ْع َد ُه َاللُهـَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع لَى‬
‫ َاَّما َب ْع ُد‬. ‫َس ـِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َءاِلِه َو َاْص َح اِبِه َأْج َمِع ْي َن‬
‫َفَي ا ِع َب اَد ِهللا ُاْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ي ِبَت ْق َو ِهللا َو َط اَعِتِه َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َن ‪َ .‬و َقاَل ُهللا َت َع اَلى َو َلْم‬
‫َي َز ْل قَائًاِل َع ِلْيمًا ِفى اْل ُقْر آِن اْلَك ِر ْي ِم ‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَت ُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّن ِبِّي ‪َ ،‬ي ا َأُّي َه ا‬
‫ّٰل‬
‫اَّلِذيَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْي ِه َو َس ِّلُموا َت ْس ِليًما‪َ ،‬ال ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل‬
‫َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َك َم ا َص َّلْي َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا ِإْب َر اِه ْي َم َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ِإْب َر اِه ْي َم َو َب اِر ْك َع َلى‬
‫َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا ِإْب َر اِه ْي َم َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا‬
‫ِإْب َر اِه ْي َم ‪ِ ،‬فْي اْلَع اَلِم ْي َن ِإَّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِجْي ٌد‬
‫َالّٰل ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِم ْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت واْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت اَأْلْح َي اِء ِم ْن ُهْم َو اَأْلْم َو اِت‪،‬‬
‫اللهم اْد َفْع َع َّن ا اْلَب اَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َب اَء َو اْل َفْح َش اَء َو اْل ُم ْن َك َر َو اْلَب ْغ َي َو الُّسُيْو َف‬
‫اْلُم ْخ َت ِلَفَة َو الَّش َداِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪ِ ،‬م ْن َب َلِد َن ا َه َذ ا َخ اَّص ًة َو ِم ْن‬
‫ُبْلَداِن اْلُمْس ِلِم ْي َن َع اَّم ًة ‪ِ ،‬إَّن َك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َب اَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َي ْأُمُر ِباْلَع ْد ِل‬
‫َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْي َت اِء ِذي اْل ُقْر َب ى وَي ْن َه ى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْل ُم ْن َك ِر َو الَب ْغ ِي‪َ ،‬يِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َت َذ َّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َب‬
‫الَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذْي َخ َلَق الّز َم اَن َو َفَّضَل َب ْع َض ُه َع َلى َب ْع ٍض َفَخ َّص َب ْع ُض الُّش ُهْو ِر َو اَألَّياِم َو اَللَي اِلي ِبَم َز اَي ا َو َفَض اِئَل ُيَع َّظ ُم ِفْي َه ا اَألْج ُر‬
‫ الّلُهَّم َص ّل‬. ‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد نا ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ى ِبَق ْو ِلِه َو ِفْع ِلِه ِإَلى الَّر َش اِد‬. ‫والَح َس َن اُت‬
‫ فَي ا َأُّيَه ا الَّن اُس اَّتُقوا َهللا َت َع اَلى ِبِفْع ِل الَّط اَع اِت‬، ‫ أَّما بْع ُد‬. ‫وّس ِّلْم عَلى َع ْب ِدَك َو َر ُسْو ِلَك ُم َح ّمٍد ِو َع َلى آِله وأْص َح اِبِه ُهَد اِة اَألَن اِم في َأْن َح اِء الِبَالِد‬
‫ َو َم ا َأْر َس ْلَن اَك ِإاَّل َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِميَن‬: ‫َفَقْد َقاَل ُهللا َت َع الَى ِفي ِك َت اِبِه اْلَك ِر ْي ِم‬. Waktu mengalir terus. Dan “tanpa terasa” kita
sampai kepada pergantian tahun hijriah untuk kesekian kalinya. Detik menuju menit, jam, hari,
bulan, hingga tahun senantiasa bergerak maju yang berarti semakin bertambah pula usia manusia.
Yang perlu menjadi catatan adalah: apakah bertambah pula keberkahan usia kita? Ini pertanyaan
singkat dan hanya bisa dijawab dengan merefleksikan secara panjang-lebar jejak perjalan hidup kita
yang sudah lewat. Tahun baru hijriah yang kita peringati setiap tahun terkandung sejarah dan nilai-
nilai yang terus relevan hingga kini. Nabi sendiri tak pernah menetapkan kapan tahun baru Islam
dimulai. Begitu pula tidak dilakukan oleh khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq. Awal
penanggalan itu resmi diputuskan pada era khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khathab, sahabat
Nabi yang terkenal membuat banyak gebrakan selama memimpin umat Islam. ADVERTISEMENT
Keputusan itu diambil melalui jalan musyawarah. Semula muncul beberapa usulan, di antaranya
bahwa tahun Islam dihitung mulai dari masa kelahiran Nabi Muhammad. Ini adalah usulan yang
cukup rasional. Rasulullah adalah manusia luar biasa yang melakukan revolusi ke arah peradaban
yang lebih baik masyarakat Arab waktu itu. Karena itu kelahiran beliau adalah monumen bagi
kelahiran perdaban itu sendiri. Tahun baru Masehi pun dimulai dari masa kelahiran figur yang
diyakini membawa perubahan besar, yakni Isa al-Masih. Yang menarik, Umar bin Khatab menolak
usulan ini. Singkat cerita, forum musyawarah menyepakati momen hijrah Nabi dari Makkah menuju
Madinah sebagai awal penghitungan kalender Islam atau kalender qamariyah yang merujuk pada
perputaran bulan (bukan matahari). Karenanya kelak dikenal dengan tahun hijriah yang berasal dari
kata hijrah (migrasi, pindah). Jamaah shalat Jum’at hafidhakumullah, ADVERTISEMENT Memilih
momen hijrah daripada momen kelahiran Nabi yang dilakukan Umar dan para sahabat lainnya
mengandung makna yang sangat dalam. Kelahiran yang dialami manusia adalah peristiwa alamiah
yang tak bisa ditolaknya. Nabi Muhammad pun saat lahir tak serta merta diangkat menjadi nabi
kecuali setelah berusia 40 tahun. Beliau kala itu hanyalah bayi putra Abdullah bin Abdul Muthalib.
Hal ini berbeda dari hijrah yang mengandung tekad, semangat perjuangan, perencanaan, dan kerja
keras ke arah tujuan yang jelas: terealisasinya nilai-nilai kemanusiaan universal yang berlandaskan
asas ketuhanan dalam Islam (rahmatan lil ‘alamin). Nabi memutuskan hijrah setelah melalui proses
panjang selama 13 tahun di Makkah dengan berbagai tantangan dan jerih payahnya. Mula-mula
beliau berdakwah secara tersembunyi, dimulai dari keluarga, orang-orang terdekat, dan pelan-
pelan lalu kepada masyarakat luas secara terbuka. Selama itu, Rasulullah mendapat cukup banyak
rintangan, mulai dari dicaci-maki, dilempar kotoran unta, kekerasan fisik, hingga percobaan
pembunuhan. Semua dilalui dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. Modal utama hingga
hingga beliau berhasil menyadarkan sejumlah orang adalah akhlak mulia. ADVERTISEMENT
Rasulullah tampil sebagai agen perubahan di tengah masyarakat Arab yang begitu bejat. Asas tauhid
melenceng jauh karena menganggap berhala sebagai Tuhan. Nilai-nilai kemanusiaan juga nyaris tak
ada lantaran masih maraknya perbudakan, fanatisme suku, harta riba, penguburan hidup-hidup
bayi perempuan, dan lain-lain. Rasulullah yang hendak mengubah cara pandang dan perilaku
masyarakat jahiliyah mesti berhadapan para pembesar suku yang iri dan tamak kekuasaan,
termasuk dari paman beliau sendiri, Abu Jahal dan Abu Lahab. Pengikut Islam bertambah, dan
secara bersamaan bertambah pula tekanan dari musyrikin Quraisy. Hingga akhirnya atas perintah
Allah, Nabi Muhammad bersama para sahabatnya berhijrah dari Makkah ke kota Yatsrib yang kelak
dikenal dengan sebutan Madinah. Perjalanan hijrah dilakukan di malam hari dengan cara sembunyi-
sembunyi dan penuh kecemasan, menghindari kejaran kaum musyrikin Quraisy. Beruntung kala di
kota Yatsrib, Rasulllah bersama sahabat-sahabatnya disambut positif penduduk setempat. Sebagian
dari mereka mengenal Islam dan bahkan sudah berbaiat kepada Nabi saat di Makkah. Di sinilah
Nabi membangun peradaban Islam yang kokoh. Jumlah penganut semakin banyak, semangat
persaudaraan antara Muhajirin dan Ansor dipupuk, dan kesepakatan-kesepakatan dengan
kelompok di luar Islam diciptakan, demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang damai. Mula-
mula yang dilakukan Nabi setelah hijrah adalah mengubah nama dari Yatsrib menjadi Madinah.
Mengapa Madinah (yang sekarang dimaknai sebagai “kota”)? Secara bahasa madînah berarti
tempat peradaban. Perubahan nama ini memberi pesan tentang pergeseran pola perjuangan Nabi
yang semula di Makkah banyak dipusatkan pada penyadaran pribadi-pribadi, menuju dakwah dalam
konteks sosial yang terorganisisasi dalam negara Madinah. Di sini konstitusi (mitsaq al-madinah
atau Piagam Madinah) dibangun, struktur pemerintahan disusun, dan aturan-aturan Islam seputar
muamalah (hubungan antarsesama) banyak dikeluarkan di sana. Tentang Piagam Madinah, Nabi
menjadikannya sebagai titik temu dari masyarakat Madinah yang plural saat itu, yang meliputi
orang Muslim, orang Yahudi, suku-suku di Madinah, dan lain-lain. Demikianlah hijrah Nabi yang
monumental itu seperti mendapatkan momentum puncaknya, yakni terwujudnya masyarakat yang
beradab. Jamaah shalat Jum’at hafidhakumullah, Setidaknya ada dua poin yang perlu digarisbawahi
dari ulasan tersebut. Pertama, tahun baru hijriah harus dimaknai dalam kerangka perjuangan Nabi
dalam merealisasikan nilai-nilai kemanusiaan universal yang berlandaskan asas ketuhanan dalam
Islam (rahmatan lil ‘alamin). Nabi sebagai sosok—termasuk momen kelahirannya—memang layak
dihormati, tapi ada yang lebih penting lagi yakni spirit dan prestasi beliau sepanjang periode risalah.
Dalam perjuangan itu ada ikhtiar, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan
keikhlasan. Yang terakhir ini menjadi sangat penting karena Rasulullah bersabda: ‫ِإَّن َم ا ْاَألْع َم اُل ِبالِّن َّياِت‬
‫ َو َم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْن َي ا ُيِص ْيُبَه ا َأْو اْم َر َأٍة‬،‫ َفَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه‬.‫َو ِإَّن َم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َن َو ى‬
‫ َي ْن ِكُح َه ا َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َه اَج َر ِإَلْيِه‬Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya
karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia
atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia
niatkan.” Nabi dan para sahabatnya menunjukkan ketulusan yang luar biasa semata hanya untuk
jalan Allah. Namun justru karena niat seperti inilah mereka mendapatkan banyak hal, termasuk
persaudaraan, keluarga baru, hingga kekayaan dan kesejahteraan selama di Madinah. Keikhlasan
dan kerja kerasa dalam membangun masyarakat berketuhanan sekaligus berkeadaban berbuah
manis meskipun tantangan akan selalu ada. Inilah teladan yang berikan Nabi dari hasil berhijrah.
Poin kedua adalah kenyataan bahwa Nabi tidak membangun negara berdasarkan fanatisme
kelompok atau suku. Rasulullah menginisasi terciptanya kesepakatan bersama kepada seluruh
penduduk Yatsrib untuk kepentingan jaminan kebasan beragama, keamanan, penegakan akhlak
mulia, dan persaudaraan antaranggota masyarakat. Tujuan dari kesepakatan tersebut masih
relevan kita terapkan hingga sekarang. Inilah hijrah yang tak hanya bermakna secara harfiah
“pindah tempat”, melainkan juga pindah orientasi: dari yang buruk menjadi yang baik, dari yang
baik menjadi lebih baik. Dan Rasulullah meneladankan, perubahan tersebut tak hanya untuk dirinya
sendiri tapi juga untuk masyarakat secara kolektif. Semoga pergantian tahun hijriah membawa
keberkahan bagi umur kita dengan belajar dari peristiwa hijrah Rasulullah yang monumental
lengkap dengan nilai-nilai positif di dalamnya. Wallahu a’lam. ‫ َو َنَفَع ِنْي َو ِإّياُك ْم‬، ‫بَاَر َك ُهللا ِلْي َو لكْم ِفي الُقْر آِن الَع ِظ ْي ِم‬
‫ إّنُه َت عَاَلى َج ّو اٌد َك ِر ْي ٌم َمِلٌك َبٌّر َر ُؤ ْو ٌف َر ِحْي ٌم‬. ‫ِباآلياِت والِّذ ْك ِر الَح ِكْي ِم‬

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/71566/khutbah-jumat-menyerap-pelajaran-penting-
tahun-baru-hijriah
===
Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios).
Akses dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah,
Ensiklopedia NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai