Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jumat Menyambut

HUT Kemerdekaan RI Ke-73


Khutbah I

‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن َل‬،‫ريم‬ ِ ‫ي ال َك‬ ّ ِ‫ َوأ َ ْف َه َمنَا بِش َِر ْي َع ِة النَّب‬،‫سالَ ِم‬ ُ ‫اْل َح ْم ُد هللِ اْل َح ْم ُد هللِ الّذي َه َدانَا‬
ّ ‫سبُ َل ال‬
‫س ِيّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا‬ َ ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ّن‬،‫ ذُو اْل َجال ِل َواإل ْكرام‬،‫اِلَهَ ِإ َّل هللا َو ْح َدهُ ل ش َِريك لَه‬
‫صحابِ ِه‬ ْ ‫س ِيّدِنا ُم َح ّم ٍد وعلى اله وأ‬ َ ‫بار ْك َعلَى‬ ِ ‫س ِلّ ْم َو‬
َ ‫ص ِّل و‬ َ ‫ اللّ ُه َّم‬،‫َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬
‫ أوصيكم و نفسي بتقوى‬،‫ فيايها اإلخوان‬:‫ أما بعد‬،‫سان إلَى يَ ْو ِم ال ّدِين‬ ِ ‫إح‬ ْ ِ‫َوالتَّابِعينَ ب‬
‫ أعوذ باهلل من الشيطان‬:‫ قال هللا تعالى في القران الكريم‬،‫هللا وطاعته لعلكم تفلحون‬
،‫سدِيدًا‬ َ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو ًل‬:‫ بسم هللا الرحمان الرحيم‬،‫الرجيم‬
‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬ ُ ‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِطعِ هللا َو َر‬
ْ ُ‫ي‬
َ‫وقال تعالى يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َولَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬.
‫صدق هللا العظيم‬

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Setiap 17 Agustus kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Republik


Indonesia. Kita semua wajib bersyukur kepada Allah SWT atas segala
nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia sehingga
para pejuang kita berhasil meraih kemerdekaan itu dengan segala
pengorbanannya. Berjuang melawan penjajah merupakan keharusan
karena pada dasarnya hanya kepada Allah SWT makhluk-makhluk yang
diciptakan-Nya, terlebih manusia, menghambakan dirinya. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam surah Adz-Dzariat, ayat 56:

ِ ‫نس ِإ َّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اإل‬
Artinya: “Dan aku tidak mencipatakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepa-Ku.”

Ayat di atas menjadi landasan teologis bahwa sebuah bangsa harus


memiliki kemerdekaan. Tanpa kemerdekaan manusia akan terus menerus
ditindas oleh manusia lain untuk mengabdi kepada kepentingan mereka
demi mewujudkan ambisi dan keserakahannya. Hilangnya kemerdekaan
manusia akibat penindasan dan penjajahan sesama manusia
menjadikannya jauh dari melaksanakan perintah-perintah Allah SWT.
Justru karena itulah, maka berjuang dengan berperang melawan penjajah
agar dapat memiliki kebebasan beribadah kepada Allah SWT menjadi
wajib hukumnya. Mereka yang gugur dalam perjuangan itu disebut para
syuhada dan disediakan surga sebagai tempat terkahirnya yang layak.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah
SAW adalah seorang tokoh agung pejuang pembebasan dan
kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala
bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia. Sejarah
membuktikan kepada kita bahwa di saat beliau diutus menjadi nabi dan
rasul, umat manusia telah terlalu jauh dari bimbingan para rasul terdahulu.

Mereka menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam
mencari arah dan tujuan hidup dan berlaku bodoh dalam memenuhi
tuntutan kerohaniahan sehingga menyembah patung dan berhala yang
mereka buat sendiri. Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang
dengan merebut atau merampas hak orang lain yang lemah. Golongan
yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan karena ketidaktahuan
mana yang benar dan mana yang salah terus mencengkeram sehingga
jaman itu dikenal dengan jaman jahiliyah.

Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk memerdekakan


masyarakat dari segala bentuk penjajahan baik secara jasmani maupun
rohani. Perjuangannya bermula di Mekah dan direalisasikan sepenuhnya
dengan membentuk umat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model
masyarakat madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini menjadi
acuan dalam membina sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Peringatan hari kemerdekaan menuntut kita untuk merenung sejenak


apakah yang telah kita kerjakan dalam mengisi kemerdekaan ini. Tuntutan
ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an dalam surah At-Taubah, ayat 105,
yang berbunyi:
ِ ‫ست ُ َر ُّدونَ ِإلَى َعا ِل ِم ْالغَ ْي‬
‫ب‬ َ ‫سولُهُ َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ َو‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
ُ ‫سيَ َرى هللاُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬
َ‫ش َها َدةِ فَيُنَبِّئ ُ ُك ْم بِ َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬
َّ ‫َوال‬

Artinya: “Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka


sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan
melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib dan yang nyata,
kemudian Dia menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu
kerjakan.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan
beramal dan bekerja baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi.
Tidak ada alasan untuk mengabaikan kedua amal tersebut karena Allah
SWT telah memberi kita kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu kita
memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk beribadah kepada Allah SWT
karena memang tujuan Allah menciptakan manusia di dunia ini tak ada lain
adalah agar kita semua senantiasa menyembah atau beribadah kepada-
Nya.

Ibadah itu sangat luas yang memungkinkan seseorang mampu beribadah


selama 24 jam sehari. Hal ini dimungkinkan ketika kita memaknai ibadah
sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa
ucapan, perbuatan maupun sikap, lahir maupun batin. Allah SWT telah
membuka pintu-pintu kebaikan. Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada
kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah.
Bukankah beliau telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Al-Hakim:
ِ َّ‫ش ْي ٌء يُقَ ِ ّربُ ُك ْم الي الن‬
‫ار‬ َ ‫ َولَي‬, ‫َيءٍ يُقَ ِ ّربُ ُك ْم الي ْال َجنَّ ِة ِإ َّل قَ ْد أ َ َم ْرت ُ ُك ْم ِب ِه‬
َ ‫ْس‬ َ ‫ِإنَّهُ لَي‬
ْ ‫ْس ِم ْن ش‬
ُ‫ِإ َّل َق ْد نَ َه ْيت ُ ُك ْم َع ْنه‬

Artinya: “Tidak satu pun amal yang bisa mendekatkan kalian ke surga
melainkan aku memerintahkannya kepada kalian. Dan tidak satupun amal
yang bisa mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah melarang
kalian darinya.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang
telah dianugerahkan kepada kita sebagai rahmat-Nya. Dengan
kemerdekaan itu kita bebas ke mana saja untuk beribadah, bekerja,
belajar, dan menjalani kehidupan yang aman dan damai. Bisa kita
bayangkan betapa mengerikan dan sulitnya hidup di sebuah negara yang
dilanda peperangan. Peperangan dengan latar belakang apapun, seperti
perang melawan penjajah, perang saudara, konflik antar etnis dan
golongan, pasti sangat mengerikan.

Kita bersyukur kepada Allah SWT karena dengan kemerdekaan, maka


keamanan lebih bermakna dalam diri kita. Kita dapat menikmati berbagai
kemakmuran, pembangunan dan kemajuan. Kita berdoa semoga Allah
SWT terus memberikan nikmat ini dan menambahkannya. Semoga pula
kita mampu menunjukkan rasa cinta kita yang terus bertambah kepada
agama dan negara tercinta ini. Allah SWT telah menegaskan di dalam Al-
Qur’an, Surat Ibrahim, ayat 7 sebagai berikut:

َ َ‫ش َك ْرت ُ ْم ََل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َع َذابِي ل‬
‫شدِي ٌد‬ َ ‫لَئِن‬

Artinya: “Sekiranya kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-


Ku, dan sekiranya kamu kufur, sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menganugerahkan


kemerdekaan dan terima kasih kita kepada para pejuang dan pahlawan
kita yang telah berhasil meraihnya, maka tidak sepatutnya kita menyia-
nyiakan nikmat dan kesempatan-kesempatan yang ada dalam rangka
mengisi kemerdekaan. Pemerintah telah menetapkan tema peringatan
HUT Kemerdekaan RI yang ke-73 ini adalah “Disiplin Kerja dan Cinta
Budaya”. Tema ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Insyirah,
ayat 7-8:

ْ َ‫صبْ َو ِإلَى َربِ َّك ف‬


ْ‫ارغَب‬ َ ‫فَإ ِ َذا فَ َر ْغ‬
َ ‫ت فَان‬

Artinya: “Maka apabila kamu telah selesau dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Rabbmulah hendaknya kamu berharap,”

Ayat ini melandasi upaya kita bahwa setelah kemerdekaan kita capai, kita
harus mengisinya dengan disiplin kerja yang tinggi dan tetap mencintai
budaya bangsa sendiri. Kemerdekaan sesungguhnya bukan tujuan tetapi
merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur. Bangsa
Indonesia telah bercita-cita menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya sendiri yang
memungkinkan untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan
Pancasila, UUD 1945, Binneka Tungga Ika dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).

Untuk itu, marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di
masyarakat, kita isi kemerdekaan ini dengan beramal dan bekerja sebaik-
baiknya sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun thayyibatun
warabbul ghafur, yakni sebuah negara yang elok dimana Allah senantiasa
memberikan ampunan dan ridha-Nya para pemimpin dan rakyatnya. Sudah
pasti ampunan dan ridha-Nya akan kita peroleh selama kita bertahuhid,
yakni selama kita menyembah dan tunduk hanya kepada Allah SWT.
Semoga kita semua menjadi orang-orang merdeka yang senantiasa men-
tauhidkankan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

: َ‫ُز ْم َر ِة ِع َبا ِد ِه ال ُمؤْ ِم ِنيْن‬ ‫ َوأ ْد َخ َلنَا و ِإيَّاكم ِفي‬،‫اآلم ِنين‬


ِ ‫َج َع َلنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ ال َفا ِئ ِزين‬
َّ ‫أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ‫َّللا‬ ‫ َيا‬:‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬،‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬
َ ‫َوقُولُوا قَ ْو ًل‬
‫سدِيدًا‬

‫ إنّهُ تَعا َ َلى‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم فِي القُ ْر‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيّا ُك ْم ِباآليا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬
ٌ ‫َج ّوا ٌد َك ِر ْي ٌم َم ِل ٌك َب ٌّر َرؤ ُْو‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬

Anda mungkin juga menyukai