Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Tiga Nilai Kepahlawanan untuk Mengisi Kemerdekaan


Selasa, 10 November 2020 | 17:00 WIB

Khutbah I
‫َو َع َل آ َو َص َو َم ْن َو َل ُه َو َأ ْش ُد َأ ْن َّل َه َّل ُه َو ْح َد ُه َل‬ ‫َن ُم َّم‬ ‫َل َل‬ ‫َل ُة‬ ‫َا ْل ُد‬
‫ا‬ ‫ا ِإ ل ِإ ا الل‬ ‫َه‬ ‫اا‬ ‫َحْم للِه َو الَّص ا َو الَّس اُم َع ى َسِّيِد ا َح ٍد َر ُسْو ِل اللِه ى ِلِه ْحِبِه‬
‫ِص‬ َ‫ا‬ َ ‫َه‬
‫ْي ل هَ ُو أَ َْش ُد أ نَ ّ يَس ِدَّنَ ا ُم حَّم دَ اًَع بُْدُهو رَ َُس ْو ُلُه ل اَ َنبِّي عَب َْدُهـ أ َمّ َب عُْدف إَ ِّن ْ ْي ُكْمو نَ َْف ِسْيب تِ َ َو ىلا لهِ اْل عَِلّي قَِدْيِر َش‬
‫ِر‬ ‫ ِْلا‬ ‫ْق‬ ‫يِ ُأ و‬ َ ‫َك‬
‫َو ْذ َت َأ َّذ َن َر ُّب ْم َل ن َك ْر ُت ْم َل َأ َد َّن ْم َو َل ن ْر ُت ْم َّن َع َذ َش ٌد‬ ‫ْي ُم َك‬
‫اِب ى َل ِد ي‬ ‫ِز ي ُك ۖ ِئ َكَف ِإ‬ ‫ُك ِئ َش‬ ‫ ِإ‬: ‫اْلَقاِئ ِل ِف ْح ِم ِكَتاِب ِه‬
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Sebuah keniscayaan bagi kita selaku hamba Allah yang telah dianugerahi nikmat yang
tidak bisa dihitung, untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah subhanahu
wata’ala. Syukur yang selalu kita ungkapkan ini, insyaallah akan menjadi pemicu untuk
ditambahkannya nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Jangan sampai kita menjadi orang
yang kufur nikmat, karena Allah telah menegaskan bahwa azab Allah sangat pedih bagi
orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya. Allah berfirman:
‫َو ِإ ْذ َت َأ َّذ َن َر ُّب ُكْم َلِئ ن َش َكْر ُت ْم َأَلِزيَد َّنُكْم ۖ َو َلِئ ن َكَف ْر ُت ْم ِإ َّن َع َذ اِب ى َلَش ِد يٌد‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS Ibrahim: 7).
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara banyaknya nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita adalah nikmat
bisa menghirup udara kebebasan dan kemerdekaan. Dengan kondisi merdeka ini kita
dapat beraktivitas dengan tenang dan nyaman. Kita pun dapat beribadah kepada Allah
dengan khusyuk, tanpa terusik oleh kecamuk peperangan yang menyengsarakan. Kita
tidak bisa membayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang hidup dan berada di
wilayah konflik peperangan di berbagai penjuru dunia saat ini. Mereka tentu sangat
susah mencapai kekhusyukan dalam beribadah. Ibadah-ibadah mereka harus diiringi
kecemasan akan keselamatan diri di tengah desingan peluru dan ancaman bom yang
bisa datang sewaktu-waktu.
Kondisi serupa juga pernah dirasakan oleh para pahlawan yang merebut kemerdekaan
dari para penjajah. Situasi perang telah mengganggu ketenangan berbagai aktivitas
mereka, termasuk beribadah. Mereka mengorbankan jiwa dan raga untuk mewujudkan
kemerdekaan agar kehidupan bisa normal dan ibadah pun bisa lebih khusyuk. Oleh
karenanya kita perlu sadar bahwa kenikmatan dan kenyamanan kita dalam beribadah
dan beraktivitas saat ini adalah karunia Allah subhanahu wata'ala melalui wasilah dan
andil para pejuang dan pahlawan bangsa kita. Ini patut kita renungkan dan syukuri.
Sebagai hamba yang tahu diri, sudah selayaknya kita mensyukuri kondisi ini dengan
senantiasa menjaga agar kemerdekaan ini bisa terus dirasakan oleh anak cucu kita
selanjutnya. Jangan sampai kita sendiri yang menjadi pemicu permusuhan antarsesama
sehingga dapat mengakibatkan peperangan, baik antarbangsa Indonesia maupun
dengan negara lain. Para pahlawan sudah memberikan contoh bagaimana berjuang
untuk kemerdekaan. Saatnya juga kita harus berjuang untuk mempertahankan
kemerdekaan.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para
pahlawan ini, kita bisa mencontoh nilai-nilai dan semangat yang mereka miliki dan kita
aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Nilai-nilai itu di antaranya adalah pertama,
keteguhan dalam memegang prinsip. Para pahlawan kita oleh Allah dikaruniai
keteguhan dan kekuatan hati untuk senantiasa istiqamah berjuang dan tidak mudah
terpengaruh oleh propaganda dan iming-iming dari para penjajah. Nilai ini selaras
dengan firman Allah:
‫َف اْس َت ِق ْم َكَم ا ُأ ِم ْر َت َو َم ن َت اَب َم َع َك َو اَل َت ْط َغ ْو اۚ ِإ َّن ُه ِب َم ا َت ْع َم ُلوَن َبِص يٌر‬
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ (QS Hud: 112).
Sikap ini harus kita tiru di era modern saat ini dengan tidak mudah terombang-ambing
oleh banjirnya informasi yang ada di berbagai media, khususnya media sosial. Jangan
kita mudah terprovokasi oleh informasi-informasi yang bisa memunculkan perselisihan
dan selanjutnya mengakibatkan tidak stabilnya kondisi lingkungan dan masyarakat kita.
Bukan hanya terkait dengan informasi-informasi umum saja, berbagai informasi terkait
ilmu agama juga harus kita waspadai jika bersumber dari tempat yang tidak jelas. Kita
harus benar-benar memegang ilmu yang telah diberikan oleh para ulama-ulama dan
guru-guru kita yang sudah jelas silsilah keilmuannya. Jangan sampai kita terprovokasi
oleh segelintir kelompok yang gemar menyebarkan paham, yang jika kita tidak teguh
dalam berpegang maka akan dapat terperosok kepada lembah kejahiliahan.
Sebagai sebuah ikhtiar batin, marilah kita banyak membaca doa yang sangat masyhur
dan termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 8:
‫َر َّبَنا اَل ُت ِز ْغ ُق ُلوَبَنا َبْع َد ِإ ْذ َهَد ْي َت َنا َو َه ْب َلَنا ِم ن َّلُد نَك َرْح َم ًة ۚ ِإ َّن َك َأ نَت ٱْلَو َّه اُب‬

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Nilai kedua yang harus kita contoh dari para pahlawan kita adalah keberanian. Pada
masa dulu, yang membuat gentar para penjajah adalah keberanian para pejuang kita
dalam memperjuangkan kemerdekaan. Walau bermodal hanya bambu runcing,
sementara para penjajah menggunakan peralatan senapan sampai dengan meriam dan
tank baja, namun para pejuang kita tidak mundur setapak pun.
Sikap berani ini harus kita warisi juga dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
ini dengan optimis dan berani menghadapi masa depan dengan menjadi jiwa yang kuat.
Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 139:
‫َو اَل َت ِه ُنوا َو اَل َت ْح َز ُن وا َو َأ نُت ُم اَأْلْع َلْو َن ِإ ن ُكنُت م ُّم ْؤ ِم ِن يَن‬
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.”
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Nilai ketiga adalah kesabaran dalam meraih tujuan. Kita perlu menyadari bahwa para
pahlawan menghabiskan waktu mereka berjuang meraih kemerdekaan bukan hanya
dalam hitungan satu atau dua tahun saja. Mereka membutuhkan ratusan tahun, dari satu
generasi ke generasi berikutnya, dengan tidak ada rasa putus asa dan lelah untuk meraih
kemerdekaan ini.
Nilai-nilai kesabaran ini bisa kita aplikasikan dalam perjuangan kita mengisi kemerdekaan
melalui kesabaran belajar bagi para generasi muda, kesabaran dalam bekerja bagi para
orang tua, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman oleh
seluruh elemen masyarakat.
Kesabaran bisa diibaratkan seperti obat atau jamu. Pahit rasanya saat baru mencicipi,
namun, lama kelamaan akan berbuah manis. Pahitnya obat hanya terasa di mulut, namun
manis dan khasiatnya akan menjalar ke seluruh tubuh. Begitu juga dengan sifat sabar, ia
akan terasa sangat pahit di permulaannya, namun akan manis di akhirnya. Sungguh
beruntung orang-orang yang bisa menahan gejolak jiwanya dan bersabar dalam setiap
usaha yang dilakukannya dan takdir yang menimpa.
Jika kita bisa menjadi sosok yang sabar, Allah subhanahu wata’ala sudah menegaskan
bahwa kita akan menjadi hamba yang dicintainya. Firman Allah subhanahu wata’ala
dalam QS Ali Imran: 146
‫َو ُهّٰللا ُي ِح ُّب الّٰص ِب ِر ْي ن‬
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Keteguhan, keberanian, dan kesabaran inilah yang bisa kita contoh dari nilai-nilai
perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa kita. Tentu, masih banyak nilai-
nilai positif lainnya yang bisa kita contoh dan menjadi modal kita dalam mempertahankan
dan mengisi kemerdekaan ini. Semoga kita bisa mengamalkannya. amin
‫ْل‬ ‫ُل‬ ‫اَّل َّل‬ ‫َل‬ ‫ْل‬
‫ِإ ٱ ِذ يَن َء اَم ُنوا َو َع ِم وا ٱلَّٰص ِل َٰح ِت َو َت َو اَص ْو ا ِب ٱ َح ِّق َو َت َو اَص ْو ا ِب ٱلَّص ْب ِر‬ ‫َو ٱ َع ْص ِر ِإ َّن ٱِإْل نَٰس َن ِف ي ُخ ْس ٍر‬
.
‫اْلَع ِظ ْي ِم َو َنَف َع ِن ي َو ِإ َّي اُكْم ِب َم ا ِف ْي ِه ِم َن اآلَي اِت َو الِّذ ْكِر اْلَح ِك ْي ِم َأُق ْو ُل َق ْو ِل ي هَذ ا‬ ‫ْل‬ ‫َل‬
‫َباَرَك اُهلل ِل ي َو ُكْم ِف ي ا ُق ْر آِن‬
‫َو َأ ْس َت ْغ ِف ُر اَهلل ِل ي َو َلُكْم َو ِل َس اِئ ِر اْلُم ْس ِلِم ْي َن ِم ْن ُكِّل َذ ْن ٍب َف اْس َت ْغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو اْلَغ ُف ْو ُر الَّر ِح ْي ُم‬
Khutbah II
‫َد َل‬ ‫َو َف َأ ْش ُد َأ ْن َّل َّل‬ ‫َف َل آ َأ ْص َأ‬ ‫َن ُم َّم‬ ‫َل‬ ‫ُأ‬ ‫َف ُأ‬ ‫َا ْل ُد‬
‫ا ِإ لَه ِإ ا اللُه َو ْح ُه ا‬ ‫ َه‬.‫َحْم للِه َوَك ى َو َص ِّلْي َو َس ِّل ُم َع ى َسِّيِد ا َح ٍد اْلُمْصَط ى َو َع ى ِلِه َو َح اِب ِه ْهِل اْل ا‬
‫َش ْي َك َل ُه َو َأ ْش َهُد َأ َّن َسِّيَد َن ا ُم َحَّمًد ا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُل ُه‬
‫ِر‬
‫َل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ْع َل َّن‬ ‫ُأ‬ ‫َن‬ ‫َأ‬ ‫َف‬ ‫َأ ُد‬
‫َّم ا َبْع َيا ُّي َها اْلُم ْس ِل ُمْو ْو ِصْيُكْم َو َنْفِس ْي ِب َتْقَو ى اللِه اْلَعِل اْلَعِظْي َو ا ُمْو ا اللَه َم َرُكْم ِب ْم ٍر َعِظْي َم َرُكْم ِب الَّص اِة‬
‫ٍم‬ ‫َأ‬ ‫ِم‬ ‫ِّي‬
‫ َّن الَّلَه َو َم َلاِئ َك َتُه ُيَص ُّلوَن َع ى الَّن َي ا ُّي َها ا ِذ َن َم ُنوا َص ُّلوا َع ْيِه َو َس ِّل ُموا ْس ِل يًم ا لّٰلُهَّم‬: ‫َو الَّس َلا َع َلى َن ِّيِه اْلَك ْي َفَقاَل‬
‫َا‬ ‫َت‬ ‫َل‬ ‫آ‬ ‫َّل‬ ‫َل‬
‫ي‬ ‫ِب ِّي‬ ‫ِإ‬ ‫ِر ِم‬ ‫ِم ِب‬
‫َن ُم َّم‬ ‫ْك َع َل‬ ‫َن‬ ‫َع َل آ‬ ‫َن‬ ‫َن ُم َّم َك َّل َت َع َل‬ ‫َن ُم َّم َع َل آ‬ ‫َع َل‬
‫َص ِّل ى َسِّيِد ا َح ٍد َو ى ِل َسِّيِد ا َح ٍد َم ا َص ْي ى َسِّيِد ا ِإ ْبَر اِهْي َم َو ى ِل َسِّيِد ا ِإ ْبَر اِهْي َم َو َب اِر ى َسِّيِد ا َح ٍد‬
‫َن ْبَر ْي َم ْي َلْي َن َّن َك َح ٌد َم ٌد‬ ‫َن ْب ْي َو َع َل آ‬ ‫َن ُم َحَّم َك َم َب َرْكَت َع َل‬ ‫َل آ‬
‫ِمْي ِجْي‬ ‫ى َسِّيِد ا ِإ َر اِه َم ى ِل َسِّيِد ا ِإ اِه ِف اْلَعا ِم ِإ‬ ‫‪َ.‬و َع ى ِل َسِّيِد ا ٍد ا ا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َا لّٰلُهَّم اْغِفْر ِلْل ُمْس ِل ِم ْي َن َو اْلُم ْس ِل َم اِت واْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َناِت اْل ْح َياِء ِم ْن ُهْم َو اْل ْمَو اِت اللهم اْد َفْع َعَّنا اْل َبَلاَء َو اْلَغَلاَء‬
‫َو َو َب َء َو َش َء َو ُم َك َر َو ْل ْغ َي َو ْو َف ُم َة َو َّش َد َد َو ْل َن َم َظ َر ْن َو َم َن ْن َب َل َن َذ َخ َّص ًة‬
‫اْل ا اْلَفْح ا اْل ْن ا َب الُّسُي اْل ْخَتِلَف ال اِئ ا ِمَح ا َه ِم َها ا َبَط ِم ِد ا َه ا ا‬
‫َه‬ ‫َي‬ ‫اْلُقْر َب‬ ‫ْي‬ ‫َو‬ ‫َس‬ ‫ْح‬ ‫َّن َه َي ْأ ُم ُر ْد َو ْل‬ ‫َو ْن ُب ْل َد ا اْلُم ْس ْي َن َع اَّم ًة َّن َك َع َل ُك َش ْي َق ْيٌر ِعَباَد‬
‫ى‬ ‫ْن‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫َت‬
‫ِب ِل إ ِن ِإ ِء ِذ ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ْلَع‬ ‫ا‬ ‫الل‬ ‫ِه إ‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى ِّل ٍء ِد‬ ‫ِإ‬ ‫ِل ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِم‬
‫َأ‬
‫َع الَفْحَش اِء َو اْلُم ْنَك َو الَبْغ َيِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم َت َذ َّك ُر ْو َن ‪َ .‬ف اذ ُك ُر وا اللَه اْلَعِظْي َم َي ْذ ُك ْرُكْم َو َل ِذ ْك ُر اللِه ْكَب ُر‬
‫ِي‬ ‫ِر‬ ‫ِن‬

‫‪Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung‬‬


‫‪Tags‬‬
‫‪Khutbah Jumat‬‬ ‫‪Khutbah‬‬ ‫‪Hari Pahlawan‬‬

Anda mungkin juga menyukai