Anda di halaman 1dari 7

1. a.

Apakah benar bahwa Sistem Politik Indonesia itu identik dengan Negara
Indonesia? Terangkanlah persamaan dan perbedaan antara keduanya itu dari
sudut Montevideo Convention tahun 1993!
Sistem politik Indonesia dapat dikatakan identik dengan negara Indonesia karena
sistem politik Indonesia sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
(kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing
untuk mencapai tujuan negara, dimana menggunakan pendekatan masyarakat
sebagai konsep induk sebab sistem politik hanya merupakan salah satu dari
struktur yang membangun masyarakat. Politik sendiri merupakan semua lembaga-
lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara (termasuk fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Hal ini sama dengan ketentuan yang tertulis di
Montevideo Convention 1993, dimana sebuah negara harus memiliki beberapa
kualifikasi jika negara tersebut ingin diakui secara internasional, diantaranya
adalah populasi yang permanen (masyarakat) dan memiliki pemerinntahan yang
sedang berjalan. Negara tersebut juga harus dapat menjalin hubungan dengan
negara lain dalam upaya mencapai tujuan dari negara tersebut. Namun
perbedaannya adalah suatu sistem politik Indonesia tidak bergantung pada
pengakuan dari negara lain, bahkan sebelum adanya pengakuan dari negara lain,
maka negara Indonesia memiliki hak untuk menjalankan sistem politiknya sendiri
tanpa mencampuri sistem politik negara lain. Sedangkan salah satu kualifikasi
negara Indonesia akan diakui keberadaannya secara hukum internasional jika
sudah menjalin hubungan dengan negara-negara lain atau diakui keberadaannya
oleh negara lain secara tersurat ataupun diam-diam.

b. Bisa dikatakan bahwa sistem politik itu merupakan negara plus interaksi unsur-
unsur negara tersebut. Benarkah? Terangkan hingga jelas!
Sistem politik itu bisa dikatakan juga sebagai negara plus interaksi unsur-unsur
negara tersebut karena pada dasarnya sistem politik sama dengan sistem
kehidupan lainnya yang memiliki kekhasan, yaitu adanya integrasi, keteraturan,
ketuhan, organisasi, koherensi, keterhubungan, dan saling kebergantungan antar
bagian-bagiannya. Dengan kata lain sistem politik Indonesia merupakan
seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial melalui
nilai-nilai yang disebarkan kepada masyarakat dan negera Indonesia.
c. Dengan demikian, maka apakah yang dimaksud dengan sistem politik Indonesia
itu? Terangkan dengan sejelas-jelasnya!
Sistem politik Indoesia merupakan seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari
totalitas perilaku sosial melalui nilai-nilai yang disebarkan kepada masyarakat dan
negara Indonesia. Dengan pengertian tersebut, lingkungan masyarakat akan
mampu mempengaruhi sistem politik Indonesia, diantaranya adalah
landasanrohaniah, falsafah negara, doktrin politik, ideologi politik, dan sistem
nilai. Sistem politik Indonesia juga bisa diartikan sebagai kumpulan atau
keseluruhan dari berbagai macam kegiatan dalam negara Indonesia yang
berkaitan dengan kepentingan umum, termasuk proses penentuan tujuan,
pengambilan keputusan, upaya mewujudkan tujuan, seleksi dan penyusunan
skala prioritasnya. Sistem politik Indonesia ini juga merujuk pada sistem yang
pernah berlaku di Indonesia, atau yang berlaku selama berdirinya negara
Indonesia sampai sekarang. Sistem politik Indonesia ini juga berfungsi sebagai
suatu mekanisme yang sesuai dengan dasar negara, ketentuan konstitusional,
dan memperhitungkan lingkungan masyarakatnya secara real.

d. Apakah sistem politik itu pasif atau dinamis? Apakah sistem politik Indonesia itu
suatu sistem terbuka (open system) atau sistem tertutup (close system)? Berikan
alasan atas dasar skema David dalam buku “A systems analysis of political life”?
Terangkan hingga jelas!
Di Indonesia sistem politik bersifat dinamis, karena memang sistme politik
Indonesia yang digunakan saat ini merupakan cerminan dari pengalaman dalam
melaksanakan sistem politik Indonesia yang pernah berlaku di Indonesia pada
masa lalu dengan perbaikan-perbaikan dari kekurangan yang pernah ada agar
nuansa perpolitikan di Indonesia saat ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sistem merupakan suatu sistem politik terbuka, karena mengikuti teori sistem
David Easton. Menurut skema David Easton, sistem politik dapat dipisahkan
dengan masyarakat pada umumnya. Karena bagi Easton sistem politik merupakan
suatu sistem yang berupaya mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat
secara otoritatif. Alokasi nilai hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
memiliki kewenangan yang legitimate (otoritatif) di mata warganegara dan
konstitusi. Suatu sistem politik bekerja untuk menghasilkan suatu keputusan
(decision) dan tindakan (action) yang disebut kebijakan (policy) guna
mengalokasikan nilai. Unit-unit yang berada dalam sistem politik menurut Easton
adalah tindakan-tindakan politik ( political actions) seperti pembuatan UU,
pengawasan legislatif terhadap kinerja eksekutif, dan tututan elemen masyarakat
terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dari sini kinerja pada sistem politik
memperoleh masukan dari input. Input bisa disebut sebagai pemberi makan dari
sistem politik itu sendiri, input terdiri dari dari tuntutan dan dukungan. Tuntutan
dapat muncul baik dalam sistem politik atau lingkungan dimana sistem politik itu
berada, tuntutan itu kemudian digarap oleh aktor-aktor politik yang berada dalam 
sistem politik itu.  Di sisi lain, ada dukungan merupakan tindakan yang bisa
melestarikan atau  menolak sistem politik. Bisa dilihat disini bahwasannya
dukungan ada yang bersifat positif dan negatif terhadap sistem politik tersebut.
Kemudian tuntutan dan dukungan itu masuk dalam sistem politik, setelah diproses
dalam sistem politik kemudian muncul sebuah keluaran yang disebut Output.
Menurut Easton Output terdiri dari keputusan dan tindakan, dari output  ini
muncul yang bernama Feedback (umpan balik) yang dampaknya kembali
dirasakan di Input. Yang dimaksudkan disini adalah apakah keputusan dan
tindakan itu sesuai dengan tuntutan dan dukungan yang berasal dari Input. .
Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan dan dukungan,
dan secara lebih lanjut meneruskan kinerja sistem politik. Demikian proses kerja
ini berlangsung dalam pola siklis.

e. Di dalam apa yang disebut sebagai “extra-societal environment” terdapat apa


yang disebut Easton sebagai “international political systems”. Apakah itu berarti
bahwa sistem politik Indonesia juga terpengaruh oleh praktika baik (best
practices) dari sistem-sistem politik negara-negara besar misalnya? Terangkan
hubungannya dengan studi tentang perbandingan sistem politik (comparative
politics)!
Baik negara Indonesia maupun Amerika Serikat memiliki Presiden sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Presiden merupakan suatu badan eksekutif
yang dapat mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri. Menteri-menteri
bertanggungjawab kepada presiden, bukan kepada DPR/Kongres. Kedua negara
ini juga sama-sama berlandaskan prinsip-prinsip demokrasi, memiliki badan
legislatif yang kuat, dimana presiden tidak dapat membubarkan DPR/Kongres.
Dalam hal membuat undang-undang (UU), Presiden dan DPR/Kongres akan
bekerjasama dalam arti bahwa setiap RUU harus disetujui bersama oleh kedua
belah pihak sebelum menjadi UU. DPR juga memiliki kekuasaan untuk mengawasi
tindakan yang dilakukan oleh Presiden. Ketika Presiden melakukan pelanggaran
konstitusional, maka DPR berhak untuk mengusulkan agar MPR melakukan sidang
untuk meminta pertanggungjawaban Presiden (di Indonesia), atau melakukan
impeachment/dakwaan (di Amerika Serikat). DPR/Kongres tidak berhak meminta
pertanggungjawaban Presiden, karena di Indonesia Presiden bertanggungjawab
kepada MPR, dan di Amerika Serikat Presiden bertanggungjawab kepada rakyat
pemilihnya. Dengan menganut teori pembagian kekuasaan untuk melakukan
“check and balances”, maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia dan Amerika
Serikat tidak menganut sistem presidensial murni, melainkan presidensial
campuran.

2. a. Dimana letak “Indonesia foreign policy” dan dimana pula “domestic policy”
dalam skema diatas? Terangkan hingga jelas hubungannya dengan adanya 2
(dua) konsentrasi pada program studi Ilmu Politik!
Indonesia foreign policy dan domestic policy dalam skema tersebut terdapat pada
output, dalam hal ini adalah pemerintah. Dimana pemerintah akan memproses
masukan serta tuntutan yang masuk untuk selanjutnya menghasilkan kebijakan,
yaitu foreign policy dan domestic policy.

b. Apa yang dimaksud oleh Easton dengan “structure or function is omnipresent”


itu? Terangkan hingga jelas! Kemudian terapkanlah dalam menganalisis Sistem
Politik Indonesia!
Easton menyatakan bahwa sistem politik sebagai sistem khusus
interaksiantarsemua elemen masyarakat dengan melakukan fungsi-fungsi
tertentu. Untuk menganalisis sistem politik, maka perlu untuk memahami tidak
hanya institusi (atau struktur), tetapi juga fungsi masing-masing. Mereka juga
berpendapat bahwa lembaga-lembaga tersebut, dipahami dengan baik, harus
ditempatkan dalam konteks evolusi sejarah yang bermakna tertentu dan dinamis.
Menurut mereka, karakteristik utama dari sistem politik yang komprehensif,
adalah adanya saling ketergantungan dan adanya batas. Bentuk negara Indonesia
adalah negara kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik.
Kekuasaan eksekutif berada ditangan Presiden. Presden merupakan kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan di Negara Indonesia. Presiden beserta
wakilnya dipilih dalam satu paker secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan
5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.
Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR, namun bertanggungjawab kepada
MPR. Presiden tidak dapat membubarkan DPR, namun DPR berhak mengusulkan
MPR untuk melakukan sidang jika Presiden melakukan pelanggaran konstitusional.
Tidak ada lembaga tertinggi dan lembga tinggi negara yang ada hanya lembaga-
lembaga negara seperti MPR, DPD, DPR, BPK, Presiden, KY, MK, dan MA.
Kekuasaan pembentuk UU ada di tangan DPR, DPR pula yang mentapkan
anggaran belanja negara dan mengawasi jalannya pemerintahan, presiden.

3. a. Apa yang dimaksud dengan istilah “individual political system” menurut Easton
itu? Terangkan dengan jelas!
Easton menghendaki analisis yang dilakukan atas suatu struktur tidak dilepaskan
dari fungsi yang dijalankan struktur lain. Easton menghendaki kajian sistem politik
bersifat menyeluruh, bukan parsial. Easton juga memandang sistem politik tidak
dapat lepas dari konteksnya. Sebab itu pengamatan atas suatu sistem politik
harus mempertimbangkan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini
disistematisasi ke dalam dua jenis data, psikologis dansituasional. Kendati masih
abstrak, Easton sudah mengantisipas i pentingnya data di level individu. Namun,
level ini lebih dimaksudkan pada tingkatan unit-unit sosial dalam masyarakat
ketimbang perilaku warganegara (seperti umum dalam pendekatan
behavioralisme). Easton menekankan pada motif politik saat suatu entitas
masyarakat melakukan kegiatan di dalam sistem politik. Menarik pula dari Easton
ini yaitu antisipasinya atas pengaruh lingkungan anorganik seperti lokasi geografis
ataupun topografi wilayah yang ia anggap punya pengaruh tersendiri atas sistem
politik, selain tentunya lingkungan sistem sosial (masyarakat) yang terdapat di
dalam ataupun di luar sistem politik. Easton juga menghendaki dilihatnya
penempatan nilai dalam kondisi disequilibriun (tidak seimbang).
Ketidakseimbangan inilah yang merupakan bahan bakarsehingga sistem politik
dapat selalu bekerja. Easton memisahkan sistem politik dengan masyarakat
secara keseluruhan oleh sebab bagi Easton sistem politik adalah suatu sistem
yang berupaya mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara otoritatif.
Alokasi nilai hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan
yang legitimate (otoritatif) di mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem
politik bekerja untuk menghasilkan suatu keputusan (decision) dan tindakan
(action) yang disebut kebijakan (policy) guna mengalokasikan nilai. Unit-unit yang
berada dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan-tindakan politik
(political actions) seperti pembuatan UU, pengawasan legislatif terhadap kinerja
eksekutif, dan tututan elemen masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya.
Dari sini kinerja pada sistem politik memperoleh masukan dari input. Input bisa
disebut sebagai pemberi makan dari sistem politik itu sendiri, input terdiri dari dari
tuntutan dan dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik atau
lingkungan dimana sistem politik itu berada, tuntutan itu kemudian digarap oleh
aktor-aktor politik yang berada dalam sistem politik itu. Di sisi lain, ada dukungan
merupakan tindakan yang bisa melestarikan atau menolak sistem politik. Bisa
dilihat disini bahwasannya dukungan ada yang bersifat positif dan negatif
terhadap sistem politik tersebut. Unit-unit yang berada dalam sistem politik
menurut Easton adalah tindakan-tindakan politik (political actions) seperti
pembuatan UU, pengawasan legislatif terhadap kinerja eksekutif, dan tututan
elemen masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dari sini kinerja pada
sistem politik memperoleh masukan dari input. Input bisa disebut sebagai
pemberi makan dari sistem politik itu sendiri, input terdiri dari dari tuntutan dan
dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik atau lingkungan
dimana sistem politik itu berada, tuntutan itu kemudian digarap oleh aktor-aktor
politik yang berada dalam sistem politik itu. Di sisi lain, ada dukungan merupakan
tindakan yang bisa melestarikan atau menolak sistem politik. Bisa dilihat disini
bahwasannya dukungan ada yang bersifat positif dan negatif terhadap sistem
politik tersebut.

b. Apa hubungannya dengan “comparative politics” terurai diatas? Terangkan!


Comparative politics yang terurai diatas menunjukkan bahwa lingkungan, dalam
hal ini merupakan extrasocietal memiliki pengaruh terhadap sistem politik yang
terjadi dalam suatu negara. Extrasocietal mencakup semua sistem di luar suatu
sistem politik dan merupakan komponen fungsional dari masyarakat internasional
atau sebuah suprasistem. Lingkungan terhadap sistem politik kadangkala dapat
berupa tekanan (disturbances), misalnya krisis ekonomi. Sebuah sistem politik
harus menjalankan variabel-variabel esensialnya untuk mengatasi tekanan dan
gangguan yang ada. Variabel-variabel esensial tersebut adalah alokasi nilai bagi
anggota sistem dan mengatur bagaimana agar alokasi tersebut diterima oleh
sebagian besar anggota. Lingkungan extrasocietal akan memberikan input
berupa dukugan atau tuntutan yang selanjutnya akan pengaruh terhadap
kebijakan yang selanjutnya dikeluarkan oleh sistem politik.

c. Terangkan dengan jelas dan apa relevansi “comparative politics” tersebut


dengan studi hubungan internasional? Terangkan dengan logis!
Seperti yang diketahui bahwa program studi Hubungan Internasional (HI)
merupakan ilmu interdisiplin yang mempelajari tentang hubungan antar aktor
internasional dari segala aspek yang menitiberatkan pada politik dan diplomasi
antar bangsa atau ekonomi politik internasional. Comparative Politics yang terurai
diatas bisa dikatakan cukup relevan dengan studi hubungan internasional karena
membahas hubungan antar negara yang mencakup aspek politiknya.

4. Bunyikan skema “Hubungan sistemik-Sirkular SPI” sebagaimana terlampir dalam


halaman 1-2 halaman!
Berdasarkan skema hubungan sistemik-sirkular SPI tersebut, sistem politik dapat
dikatakan juga sebagai serangkaian aktivitas politik yang saling berhubungan, mulai
dari input yang berupa tuntutan dan dukungan, proses, uotput sebagai hasil dari
proses hingga feedback dari output untuk selanjutnya dapat berupa input kembali.
Selain itu, hal yang juga harus diperhatikan adalah sistem politik dapat
mempengaruhi lingkungan dan lingkungan juga dapat mempengaruhi sistem politik.
Dalam lingkungan ini terdapat sejumlah tantangan serta tekanan, karena itu
diharapkan suatu sistem politik dapat berhasil untuk menjawab dan menyelesaikan
masalahnya. Menurut Eastone, Proses konversi (convertion process) dalam sistem
politik yang terdiri dari suprastruktur politik dan infrastruktur politik semuanya
berinteraksi dalam suatu kegiatan mengubah masukan menjadi keluaran. Pada awal
kerjanya, sistem politik memperoleh masukan dari input. Input terdiri dari dua jenis,
diantaranya yaitu tuntutan dan dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dari dalam
sistem politik maupun dari lingkungan (intra dan extra societal). Sedangkan input
support (dukungan) dalam sistem politik meliputi sikap dan tingkah laku yang
ditunjukkan untuk mendukung sistem politik dalam tiap-tiap tingkatan seperti
masyarakat, politik, struktur pemerintahan, dan administrasi yang sedang
melaksanakan kekuasaan pemerintah dan kebijaksanaan khusus pemerintah.
Namun demikian, di sisi lain, dukungan (support) merupakan tindakan atau
orientasi untuk melestarikan ataupun menolak sistem politik. Dengan kata lain,
input support tak hanya bercorak positif melainkan juga negatif. Akibat input
tersebut maka sistem politik mulai bekerja hingga pada tahap proses. Pada tahap
ini, tuntutan dan dukungan diolah sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan
suatu keputusan atau kebijakan. Keputusan-keputusan inilah yang selanjutnya
disebut sebagai output dari sistem politik. Pada kondisi lebih lanjut, output akan
memunculkan suatu feedback sebagai rerpon terhadap output itu sendiri maupun
dari lingkungan. Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan
dan dukungan, dan secara lanjut meneruskan kinerja sistem politik.

Anda mungkin juga menyukai