Anda di halaman 1dari 12

Halaman 1

2nd ICIEBP
Konferensi Internasional ke-2 tentang Ekonomi Islam, Bisnis, dan
Tema Filantropi (ICIEBP): “Keberlanjutan dan Pertumbuhan Sosial Ekonomi”
Volume 2019
Kertas konferensi
Dampak Pertumbuhan Ekonomi dan
Penyaluran Dana Zakat pada Kemiskinan
(Survei di Kabupaten Ketiga Jawa Barat
Provinsi Periode 2011-2016)
Fitri Nurjanah, Kusnendi, dan Juliana
Departemen Ekonomi dan Keuangan Islam, Universitas Indonesia, Jl. Dr.Setiabudhi No.229
kota bandung
Abstrak
Indonesia merupakan negara berkembang yang mengukur keberhasilan pembangunannya dari segi:
pertumbuhan ekonominya. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat
pembangunan karena memiliki jumlah penduduk yang besar dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang
baik dan
meningkat setiap tahun dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan. Selain itu, ada banyak
sektor ekonomi strategis yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Sehingga potensi dan
Penghimpunan dana zakat merupakan yang tertinggi dibandingkan provinsi lain. Ini diharapkan
untuk mengentaskan masalah kemiskinan di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Wilayah III Barat
Provinsi Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2011-2016. Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi data panel. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa ekonomi
pertumbuhan dan penyaluran dana zakat secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
jumlah orang miskin. Pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
berdampak pada jumlah penduduk miskin. Sedangkan pembagian zakat secara parsial tidak
berdampak negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Variabel yang
memiliki pengaruh paling dominan terhadap jumlah penduduk miskin adalah pertumbuhan ekonomi
variabel.
Kata Kunci: Pembangunan Ekonomi, Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Distribusi, Zakat
Distribusi Dana
1. Perkenalan
Dalam konteks negara berkembang, masalah kemiskinan masih berkisar
dua aspek utama. Tingkat kemiskinan itu sendiri dan ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan
atau ketimpangan ekonomi (Athoillah, 2014). Diketahui bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia
berfluktuasi dan cenderung menurun setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 . Namun,
perubahannya lambat dan masih menyisakan banyak orang miskin. walaupun
penentuan garis kemiskinan sangat rendah, pada periode Maret 2018 sebesar Rp. 401
220 (atau sekitar USD$29) (BPS, 2018).
Bagaimana mengutip artikel ini : Fitri Nurjanah, Kusnendi, dan Juliana, (2019), “Dampak Pertumbuhan Ekonomi dan Penyaluran Dana Zakat Terhadap
Kemiskinan
(Survei di Daerah Ketiga Provinsi Jawa Barat Periode 2011-2016)” dalam The 2nd International Conference on Islamic Economics, Business, and
Philanthropy (ICIEBP) Tema: “Keberlanjutan dan Pertumbuhan Sosial Ekonomi” , Ilmu Sosial KnE, halaman 55– 70. DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 55
Penulis yang sesuai:
Fitri Nurjanah
fitrinurjanah13@student.upi.edu
Diterima: 10 Februari 2019
Diterima: 14 Maret 2019
Diterbitkan: 28 Maret 2019
Layanan penerbitan disediakan oleh
Pengetahuan E
Fitri Nurjanah dkk. Ini
artikel didistribusikan di bawah
ketentuan Creative Commons
Lisensi Atribusi , yang
mengizinkan penggunaan tak terbatas dan
redistribusi dengan ketentuan bahwa
penulis dan sumber asli adalah
dikreditkan.
Seleksi dan Peer-review di bawah
tanggung jawab ICIEBP
Panitia Konferensi.

Halaman 2
2nd ICIEBP
Gambar 1: Statistik Kemiskinan dan IndonesiaSumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS)
2007-2017 (data diproses).
Pada periode Maret 2018, BPS (2018) menyatakan bahwa Provinsi Jawa Barat menempati urutan ketiga
jumlah penduduk miskin terbesar setelah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada 3.615
juta penduduk miskin dengan persentase penduduk miskin sebesar 7,45% dan per kapita
pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan nasional sebesar Rp. 367.755. Namun, ini
Jumlah tersebut mengalami penurunan yang signifikan menurut BPS Provinsi Jawa Barat (2018).
Provinsi Jawa Barat membagi beberapa daerah berdasarkan koordinasi pemerintah daerah.
ment dan pengembangan. Salah satunya adalah Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat yang
meliputi Wilayah Cirebon dan sekitarnya. Itu memiliki koleksi CIAYUMAJAKUN-
Wilayah ING (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) dengan kategori regional
meliputi pantai, dataran rendah, perbukitan dan pegunungan (BKPP JABAR, 2018). Maka akan menjadi
fokus pembahasan dalam penelitian ini.
BPS Provinsi Jawa Barat (2018) menyatakan bahwa Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat
menyumbang 20% dari jumlah penduduk miskin di Jawa Barat atau sebanyak 852,21 .
ribu orang pada tahun 2016. Kemudian, menurut hasil survei Jawa Barat
Pemerintah Provinsi diterbitkan oleh dawabarat.com (2018) daftar kabupaten termiskin
/ kota di Provinsi Jawa Barat yang menyatakan bahwa Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat
merupakan daerah termiskin dan tertinggal dibandingkan dengan daerah koordinasi lainnya.
Meski penentuan garis kemiskinan berada di atas garis kemiskinan Jawa Barat
Provinsi menurut BPS (2018).
Berkaitan dengan masalah kemiskinan, Syaikh (2016) mengatakan bahwa dunia memiliki
sumber daya yang cukup tetapi tidak didistribusikan secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
struktur atau tatanan kehidupan tidak menguntungkan karena tidak mensejahterakan dan
melanggengkan kemiskinan di masyarakat (BPS, 2017). Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat
dalam
upaya pengurangan kemiskinan struktural.
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 56

halaman 3
2nd ICIEBP
Strategi pengentasan kemiskinan dalam pembangunan ekonomi masih menghadapi masalah klasik
antara pertumbuhan dan distribusi pendapatan (Almizan, 2016) Salah satu pembangunan ekonomi
Teori ekonomi menggunakan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator keberhasilan
pembangunan
untuk mengurangi kemiskinan (Indonesia-Investments, 2018)
Dalam hal ini, yang merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan peran dan
potensi ekonomi suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yaitu Domestik Regional Bruto
Produk (PDRB) (Syahrul, 2009). Berdasarkan publikasi data BPS, Kabupaten Ketiga
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 rata-rata PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp.
26292,2 miliar dan memiliki kontribusi 13% terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Barat
(BPS, 2017) Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kondisi ekonomi dapat dilihat
pada Gambar 2 .
Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Kabupaten/Kota di
Jawa Barat (Persen)Sumber: BPS (2017) periode 2011-2015.
Dalam fenomena kemiskinan yang ditentukan. Islam mengakui bahwa dalam hidup pasti ada
menjadi perbedaan pendapatan ekonomi antar pelaku ekonomi, karena hal ini sunnah
ullah (Indonesia-Investasi, 2018). Namun, fenomena ini tidak pantas hanya
diterima dan ditangisi sebagai qadarullah . Padahal Allah SWT telah memberikan berbagai bentuk
pilihan dalam upaya memecahkan masalah kemiskinan dalam Al-Qur'an dan Sunnah (An-Nabhani,
2010). Menurut Qaradhawi (2005) ada beberapa cara untuk mengurangi kemiskinan, yaitu:
adalah dengan bekerja, menjamin jaminan keluarga dan melalui zakat.
Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia dengan potensi zakat yang sangat besar
juga besar, namun belum didukung oleh realitas penghimpunan zakat. Menurut
kepada Kahf (1989) Firdaus dkk (2012) Firmansyah (2013) dan Canggih (2017). Zakat yang diketahui
koleksi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 diproyeksikan meningkat sebesar
58%. Tetapi
Angka tersebut masih 3,2% dari potensinya (PUSKAS BAZNAS, 2017).
Diketahui penghimpunan dana zakat terbesar di Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan
provinsi lainnya adalah Rp. 68 miliar dengan rasio efektifitas penyerapan dana zakat
(ACR) sebesar 74,82% yang berarti tergolong efektif. Hal ini menunjukkan bahwa ada
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 57

halaman 4
2nd ICIEBP
masih terdapat kesenjangan antara penghimpunan dan penyaluran dana zakat. Padahal dana zakat
tidak boleh ditinggalkan (An-Nabhani, 2010).
Zakat merupakan instrumen distribusi pendapatan yang secara historis dan normatif
diakui yang memiliki hubungan dengan kebijakan ekonomi makro (Ghofur, 2016). Ini
mendorong pemerintah masing-masing daerah untuk memperhatikan peran dana zakat
dikelola oleh BAZNAS di masing-masing daerah sebagai upaya pengentasan kemiskinan (Marginingsih &
Sasana, 2009). Sejalan dengan kewajiban membayar zakat, akan lebih mudah jika didukung
oleh pemerintah sebagai pengumpul dan penyalur (Yussof, 2011). Telah dinyatakan secara tegas
dalam Al-Qur'an surat At-Taubah: 103 sebagai berikut:
103 ‫و‬
‫و‬
‫أ‬
Artinya: “Ambillah sedekah dari harta mereka, sedekah yang kamu bersihkan dan sucikan mereka.
Sesungguhnya doamu adalah ketenangan jiwa mereka. Dan Allah mendengar lagi, mengetahui
semua. ”
Kata “ambil” pada kata di atas merupakan kata perintah untuk mengambil zakat yaitu
ditunjukkan kepada sebagian orang, dalam hal ini pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban mengambil
kepedulian terhadap rakyat (An-Nabhani, 2010). Berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Ra.: “ Berikan
sedekahmu kepada orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusanmu ” (HR Baihaqi). Ini
diperkuat oleh fakta sejarah atau syirah bahwa pengambilan zakat dilakukan oleh
pemerintah. Seperti ketika kepemimpinan dipegang oleh khalifah yang selalu mengirimkan perwira
mengambil zakat (Ghofur, 2016).
Seperti yang direkomendasikan oleh Dornbusch (2004) dalam Athillah MA (2014) bahwa pergeseran
(distribusi
ing) pendapatan keluarga kurang mampu akan meningkatkan konsumsi secara keseluruhan dan
merangsang
ekonomi. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil penelitian Suprayitno
(2013), Azam (2014), Senadjki (2015) dan Syaikh (2016) yang menyatakan bahwa zakat mempengaruhi
tingkat kemiskinan.
Berdasarkan fenomena masalah dan hasil penelitian sebelumnya. NS
Penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pertumbuhan ekonomi dan distribusinya
dana zakat terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat.
2. Tinjauan Pustaka
Sebagian besar konsep kemiskinan sering dikaitkan dengan aspek ekonomi. Itu layak
untuk disematkan dalam konteks negara berkembang. Itu memiliki masalah kemiskinan dan
berkisar pada dua aspek utama, tingkat kemiskinan itu sendiri dan ketimpangan yang besar dalam
distribusi pendapatan (kesenjangan ekonomi) (Athoillah MA, 2014).
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 58

halaman 5
2nd ICIEBP
Berdasarkan pengukurannya, kemiskinan dibagi menjadi dua. Mutlak
dan kemiskinan relatif (Subandi, 2012). Kemiskinan absolut mengacu pada standar yang konsisten.
Seseorang termasuk orang miskin absolut jika pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan. itu
dimaksudkan
belum mencukupi kebutuhan hidup minimum (Kuncoro, 2010).
Berbagai upaya pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah yang
diterapkan dalam bentuk kebijakan baik secara langsung maupun tidak langsung (World Bank, 2005). Ini
termasuk dalam proses pembangunan yang berdampak positif atau negatif terhadap
orang-orang negara.
Ada beberapa aspek yang dianalisis dalam kaitannya dengan masalah pembangunan ekonomi.
Inilah yang menjadi fokus upaya para ekonom untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
meningkatkan pendapatan riil. Masalah yang dihadapi negara pembangunan dapat diselesaikan dengan
yang disebut sebagai trickle down effect (Pendi Dewanto, 2014). Tingkat pertumbuhan ekonomi
dapat berdampak positif pada pengentasan kemiskinan jika pertumbuhan ekonomi terjadi berpihak pada
orang miskin (Soleh, 2015).
Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal dari
produksi barang dan jasa yang diterbitkan oleh (BPS, 2018). Namun, untuk mengukur
unit produksi sangat sulit, maka yang dapat kita lihat adalah pendapatan sebagai ukuran
pencapaian suatu pembangunan ekonomi (Sukirno, 2010).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi berupa ukuran dasar
kinerja ekonomi di tingkat daerah menggunakan produk domestik bruto daerah
(PDRB) (Rahman, 2013). Menurut Bank Indonesia (2016) perhitungan PDRB menggunakan dua
macam harga, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDB di
harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi daerah (Susanti, 2013).
Di sisi lain, konsep ekonomi Islam yang mengakui kemiskinan dan
Masalah distribusi pendapatan merupakan fenomena yang tidak dapat dipisahkan (Huda dkk,
2015). Terjadinya suatu hal yang wajar dan sunnatullah ((Mubarokah, Beik, & Irawan,
2017). Tidak akan disebut miskin jika tidak ada yang kaya. Karena Allah menciptakan segala sesuatu di
berpasangan seperti yang dijelaskan pada Qs. Yasin: 36:
36 ‫ضر ٱ‬
‫جوز ٱ‬
‫يٱ‬
Artinya: “Yang Maha Suci (Allah) telah menciptakan semua berpasang-pasangan, baik dari apa yang
ditumbuhkan”.
oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui .”
Oleh karena itu para ekonom Islam berpendapat bahwa masalah tersebut dapat diatasi dengan menerapkan
Prinsip-prinsip Islam dalam operasi dasar seperti penerapan instrumen zakat
(Senadjki, 2015). Secara normatif, zakat merupakan sistem jaminan sosial terpenting dalam
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 59

halaman 6
2nd ICIEBP
Islam (Athoillah AR, 2015). Teori tersebut mengatakan bahwa zakat akan mengurangi tingkat kemiskinan
dan mengurangi kesenjangan pendapatan (Anriani, 2010).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Suprayitno, Kader, & Harun (2013)
yang menemukan bahwa distribusi zakat memiliki dampak positif tetapi kecil terhadap agregat
konsumsi. Selain itu, studi empiris di Pakistan oleh Azam, Iqbal, & Tayyab (2014)
menyatakan bahwa zakat secara signifikan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan mengentaskan
kemiskinan. NS
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara kemiskinan dan
penyaluran zakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Studi lain yang dilakukan oleh Senadjki (2015) menunjukkan bahwa zakat tidak memiliki
berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan dilihat dari koefisien ini, namun zakat signifikan
mengurangi insiden kemiskinan dan kemiskinan garis keras . Kemudian Syaikh (2016) menyatakan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga zakat memiliki potensi yang cukup untuk berkontribusi
terhadap pengentasan kemiskinan. Potensi pengumpulan zakat dari sumber daya agregat di 17
Negara-negara OKI jika dikumpulkan bersama akan cukup untuk mengentaskan kemiskinan di seluruh
OKI
negara digabungkan.
Paradigma pembangunan ekonomi selama ini bergantung pada konsep
pertumbuhan ekonomi dalam waktu yang lama (Huda dkk, 2015). Melalui proses peningkatan
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pendapatan nasional
(Soleh, 2015). Hal ini dimungkinkan karena melihat pengalaman ekonomi yang sukses
pembangunan di negara maju yang selalu mengacu pada operasi pasar
mekanisme (An-Nabhani, 2010). Padahal, seperti yang telah dijelaskan, peningkatan per kapita
pendapatan juga tidak mencerminkan pendapatan riil di masyarakat (Juliana, 2018).
Oleh karena itu, perlu ditawarkan konsep-konsep yang berasal dari luar sistem
yang telah digunakan, dan mampu diterapkan secara nyata (Ghofur, 2016). Agaknya
instrumen distribusi dalam ekonomi Islam dapat ditawarkan untuk terciptanya kesejahteraan
di dalam komunitas. Salah satunya melalui operasi dasar pelaksanaan
instrumen zakat (Senadjki, 2015).
3. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kausalitas. Jenis pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive
pengambilan sampel . Sampel dalam penelitian ini merupakan indikator dari variabel-variabel yang diteliti
dampak pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan dengan PDRB atas dasar harga konstan dan distribusi
zakat
tion dana untuk tingkat kemiskinan di Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat pada periode tersebut
2011-2016. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dari data sekunder
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 60

halaman 7
2nd ICIEBP
jenis dari sumber publikasi BPS dan laporan tahunan dari lembaga BAZNAS di The
Ketiga Kabupaten Provinsi Jawa Barat, sehingga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh peneliti.
Data dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data time series dengan data cross section . Kita
disebut sebagai data panel, sehingga analisis yang digunakan adalah regresi data panel (Rohmana,
2013). Dengan menggunakan Eviews 9 sebagai aplikasi untuk menganalisanya. Namun untuk memenuhi
asumsi yang mendasari analisis varians, data ditransformasikan terlebih dahulu. NS
tujuan utamanya adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain.
Salah satunya dengan menggunakan transformasi Log X. Transformasi logaritma digunakan jika
data tersebut tidak memenuhi asumsi pengaruh aditif. Jika X adalah data asli, maka
X' (aksen X) merupakan hasil transformasi data dimana X' = Log X. Jadi X = X' (Hidayat
A., 2013). Dalam penelitian setiap data yang ditransformasi menggunakan transformasi lognatural (Ln),
sehingga persamaannya diubah:
= 0 + 1 1 + 2 2 +
Tahapan analisis data jaringan menggunakan regresi data panel diawali dengan pemilihan
model terbaik yang digunakan untuk estimasi. Ada pooling least square
( Efek umum ), pendekatan efek tetap (efek tetap), pendekatan efek acak
(Efek Acak) (Widarjono, 2009). Dengan menggunakan beberapa pengujian tiga model estimasi
teknik (Ekananda, 2015) Kemudian serangkaian pengujian asumsi klasik terkait dengan
dilakukan regresi data (Basuki, 2016)
Setelah itu pengujian hipotesis dapat diukur dari goodness of fit pada
fungsi regresi. Secara statistik, analisis ini dapat diukur dengan nilai statistik
t, nilai statistik F, dan koefisien determinasi (Widarjono, 2009). Ini
analisis regresi bertujuan untuk mengetahui secara parsial dan simultan pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menentukan proporsi
variabel bebas dalam menjelaskan perubahan variabel terikat (Ekananda,
2015).
4. Hasil
4.1. Hasil uji hipotesis
4.1.1. Uji parsial (uji t)
Salah satu pengujian hipotesis dengan uji t. Nilai t tabel dalam penelitian ini diperoleh dari
tabel t dan dan distribusi derajat kebebasan (df), dimana df = nk = 24 - 3
= 21, maka dengan df 21 dan = 5% (0,05) t tabel adalah 1,721. Selanjutnya dihitung t
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 61

halaman 8
2nd ICIEBP
nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai t tabel untuk menentukan keputusan menerima
H 0 atau tolak H 0 . Serta probabilitas akan dibandingkan dengan tingkat kesalahan atau alpha
ditentukan oleh peneliti (Rohmana, 2013). Berdasarkan hasil pengujian menggunakan
program E melihat 9, uji t akan disajikan dalam pembahasan berikut:
Tabel 1 Hasil Uji T Data Penelitian.
Variabel
Koefisien
Nilai t-hitung
Nilai t-tabel
Nilai Prob. T
X1
-0,325349
-2.99205
1.721
0,0077
X2
-0.001631
-0.088463
1.721
0,9305
Sumber: Temuan Penelitian
Berdasarkan uji t regresi untuk variabel pertumbuhan ekonomi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
nilai t-hitung adalah (-2999) untuk analisis t (±) dianggap mutlak, maka t hitung
adalah (2,999) dan angka tersebut lebih besar dari t tabel (1,721) yang berarti menolak H 0 atau
menerima H 1 . Maka tingkat probabilitasnya adalah 0,0077 yang artinya lebih kecil dari =
(0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan
ke arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan
mempengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,325%.
Adapun regresi uji t untuk variabel dan distribusi zakat pada Tabel 1, it
diketahui bahwa nilai t hitung (0,088) lebih kecil dari t tabel (1,721) yang berarti
menerima H 0 atau menolak H 1 . Maka tingkat probabilitas 0,93 lebih besar dari = (0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran zakat tidak signifikan terhadap kemiskinan di a
arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan dana penyaluran zakat sebesar 1% memiliki
tidak berpengaruh terhadap penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,001631%.
4.1.2. Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil uji regresi data panel. Nilai F dihitung ( F-statistik )
adalah 2297.985 dan nilai probabilitas F ( Prob. F ) adalah 0,000000. Jadi F . yang dihitung
nilai > nilai F tabel dan nilai probabilitas F < tingkat signifikansi 0,05. Sehingga
hasil uji F menyimpulkan bahwa dua variabel bebas yaitu ekonomi
pertumbuhan dan penyaluran dana zakat secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat,
yaitu kemiskinan.
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 62

halaman 9
2nd ICIEBP
4.1.3. Koefisien Determinasi (R2)
Analisis regresi data panel dengan model fixed effect menunjukkan nilai R2 sebesar 0.998436
dan nilai Adjusted R2 ( Adjusted R-squared ) adalah 0.998001. Ini berarti bahwa 99,8
persen kemiskinan dapat dijelaskan oleh kedua variabel bebas (pertumbuhan ekonomi
diproyeksikan dengan PDB per kapita dan dana penyaluran zakat. Adapun 0,2 persen adalah
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Nilai R2 dalam regresi
model tersebut koefisien determinasinya sangat tinggi karena di atas 50 persen.
4.2. Diskusi
4.2.1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan
Perkembangan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan dengan Harga Pasar Konstan PDB di
Ketiga Kabupaten Jawa Barat mengalami peningkatan setiap tahunnya (BPS, 2017). Ini berarti ada
merupakan peningkatan pendapatan asli daerah di Daerah/Kota di Ketiga Kabupaten Barat
Provinsi Jawa dari berbagai sektor produksi barang dan jasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis, dimana pertumbuhan ekonomi dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang didasarkan pada
teori trickle-down effect yang pertama kali dikembangkan oleh Arthur Lewis (1954) (Subandi,
2012). Teori tersebut menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari
penduduk kaya ke penduduk miskin itu akan terjadi secara otomatis (Kuncoro, 2010). NS
manfaatnya akan dirasakan oleh orang kaya terlebih dahulu, kemudian pada tahap selanjutnya orang
miskin mulai merasakan manfaatnya
ketika penduduk kaya mulai membelanjakan hasil pertumbuhan ekonomi yang mereka miliki
diterima (Todaro, 2006). Jadi, pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengurangan kemiskinan
merupakan efek tidak langsung dari aliran vertikal penduduk kaya ke penduduk miskin (Soleh, 2015).
Hal ini sesuai dengan teori U terbalik yang dikemukakan oleh Kuznet, dikatakan dalam
jangka panjang akan ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan
(Hartini, 2017) Artinya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan mengurangi kemiskinan
(Todaro, 2006). Dengan begitu, jika pertumbuhan PDRB tinggi berarti akan ada lebih banyak pekerjaan
yang lebih baik
dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi, serta basis pajak yang lebih besar yang memungkinkan
pemerintah
berbuat lebih untuk orang miskin, hal ini menurut Norton (2002) dalam Wirawan dan Arka (2015).
Oleh karena itu hubungan ini menunjukkan pentingnya percepatan pertumbuhan ekonomi untuk
mengurangi kemiskinan.
Salah satu penelitian terdahulu yang sejalan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh
Azami (2009), Momongan (2013) dan Arka (2015). Di sisi lain tidak sejalan dengan ini
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 63

halaman 10
2nd ICIEBP
penelitian Pendi Dewanto (2014) yang didukung oleh konsep pertumbuhan dengan
ekuitas. Dalam strategi pertumbuhan dengan pemerataan , yang diprioritaskan adalah pertumbuhan
ekonomi dan bukan pemerataan. Di dalam
kontras dengan konsep keseimbangan sebagai strategi pertumbuhan dan pemerataan. Dikatakan bahwa
Strategi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia adalah strategi pertumbuhan dengan pemerataan
dan bukan strategi pertumbuhan dan pemerataan . (Yan, 2014). Itu mirip dengan konsep
pertumbuhan ekonomi dalam Islam yang tidak hanya menuntut pertumbuhan ekonomi yang seimbang,
tetapi juga
bahkan menjaga dan memelihara distribusi kekayaan yang seimbang. Sehingga katup pengaman
dibutuhkan dalam pendistribusian (Hidayat A., 2015)
4.2.2. Pengaruh Penyaluran Zakat Terhadap Kemiskinan
Pengumpulan zakat di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Ketiga Jawa Barat
Provinsi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini juga terjadi dalam distribusinya. Tapi kon-
kontribusi terhadap kemiskinan masih sangat kecil secara agregat. Hal ini dikarenakan dana untuk
penyaluran zakat masih jauh dari potensi penghimpunan zakat yang sebenarnya (Firmansyah,
2013). Fenomena ini terjadi merata di pemerintahan daerah di Indonesia, khususnya
di Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian ini tidak sejalan atau menolak hipotesis yang telah dijelaskan
sebelum. Namun bukan berarti menolak konsep zakat menurut Pramanik (1993).
dalam Beik (2009) bahwa zakat memiliki peran yang sangat signifikan dalam redistribusi pendapatan dan
kekayaan
dalam masyarakat Muslim. Namun, ada dua alasan mengapa hipotesis yang diajukan
tidak didukung secara statistik. Pertama, data yang terkumpul tidak berhasil membuktikan
hipotesa. Kedua, ada kesalahan dari peneliti. Dalam kasus yang pertama
kesalahan, terkadang diperlukan sampel yang besar untuk membuktikan hubungan dua variabel,
apalagi jika hubungannya kecil sebagai sampel dalam penelitian ini. Oleh karena itu, sebuah penelitian
review yang sejalan dan tidak sejalan dengan hasil penelitian ini diperlukan untuk
menjelaskan bahwa hasil penelitian ini relevan dengan penelitian lain.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kahf (1989), Firdaus et al (2012)
dan Canggih (2017) yang menunjukkan fakta di lapangan tentang potensi dan
optimalisasi peran zakat di Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal
karena peran zakat belum dilaksanakan secara efektif dan efisien (Amalia,
2012).
Dana penyaluran zakat ke tiga BAZNAS Wilayah III Jawa Barat
Provinsi dianalisis secara deskriptif. Ditemukan distribusi zakat per wilayah program yang
memiliki porsi paling banyak adalah dakwah yang merupakan kegiatan non-ekonomi. Sedangkan distribusi
di sektor ekonomi saja hanya memiliki porsi 1%-42% dari distribusi
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 64

halaman 11
2nd ICIEBP
program. Sedangkan dalam penyaluran total dana zakat, porsinya 1%-17%. Ini adalah
dilihat dari rangkuman laporan zakat pada masing-masing BAZNAS di Kabupaten III Barat
Provinsi Jawa. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dana zakat ditujukan
untuk kegiatan non-ekonomi tetapi secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian meskipun
peran belum dirasakan secara agregat. Ini karena skalanya masih sangat kecil. Tetapi
kebaikan sekecil apapun yang dijanjikan Allah akan mendapat balasan. Sesuai dengan surah Al Quran
An-Nisa ayat 40. Sedangkan sedekah jenis apapun akan tumbuh dan memberi berkah pada harta.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al Baqarah ayat 261.
Sedangkan sebaran per asnaf tertinggi pada ketiga BAZNAS yang dianalisis adalah faqir-
miskin yang memiliki porsi distribusi 43%-86% dari distribusi per asnaf dan
penyaluran total dana zakat adalah 43%-77%. Dimana menurut Imam Al Ghazali
adalah sekelompok orang yang kebutuhan minimumnya belum terpenuhi (Huda dkk,
2015). Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dana penyaluran zakat adalah untuk
konsumsi.
Penyaluran zakat terendah per wilayah program berbeda untuk setiap BAZNAS
karena program yang direncanakan dan kondisi di setiap daerah berbeda-beda. Tapi distribusi
untuk Asnaf gharimin dan riqab terendah pada tiga BAZNAS yang telah dijelaskan. Ini
adalah karena status Gharimin adalah privasi pribadi dan sulit untuk diidentifikasi, sedangkan riqab
adalah diperkirakan tidak lagi dalam status sosial saat ini masyarakat.
Berdasarkan analisis deskriptif yang dilihat dari gambar sebaran
dana zakat. Diketahui masih banyak potensi zakat di Kabupaten Ketiga
Provinsi Jawa Barat yang belum disusun. Hal ini karena distribusi
tarifnya masih kecil untuk ukuran otoritas daerah. Berdasarkan pernyataan Firdaus & al.
(2012) bahwa penghimpunan zakat di Indonesia masih 1% dari potensinya. ACR di Jawa Barat
masih tergolong Efektif , artinya penyaluran zakat masih ada
75% dari total koleksi (PUSKAS BAZNAS, 2017). Dan mengingat dalam penelitian ini
objek penelitian yang diteliti hanya instansi BAZNAS yang cakupannya tidak mencerminkan
penyaluran dana zakat secara agregat, khususnya yang dibahas dalam penelitian ini,
yaitu di Wilayah III Provinsi Jawa Barat. Ini karena masih banyak zakat lainnya
Instansi di Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat yang tidak diketahui jumlah penduduknya
secara pasti dan perannya tidak diteliti dalam penelitian ini mengenai distribusi
dana zakat untuk kemiskinan.
Peran zakat sebagai solusi pengentasan kemiskinan secara agregat masih kurang dipahami.
dibatasi karena cakupannya yang kecil. Sedangkan Indonesia yang mayoritas memiliki
Penduduk muslim, memiliki potensi zakat yang sangat besar (Firmansyah, 2013). Karena itu
dalam melaksanakan komitmen pengelolaan dana zakat dan dukungan pemerintah adalah
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 65

halaman 12
2nd ICIEBP
dibutuhkan sebagai variabel yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pengembangan zakat
(Yusof, 2011). Khususnya yang membahas tentang Kabupaten Ketiga Jawa Barat
Propinsi. Sebagai contoh, negara yang berhasil menerapkan kebijakan zakat adalah
Malaysia (Firmansyah, 2013). Seperti hasil penelitian dari jurnal internasional
ditulis oleh Suprayitno, Kader, & Harun (2013) yang menemukan bahwa penyaluran zakat memiliki
berdampak positif pada konsumsi agregat, namun dampaknya kecil dan berjangka pendek.
Senadjki (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa zakat tidak memiliki pengaruh yang signifikan
pada ketimpangan pendapatan dilihat dari koefisien ini, tetapi zakat secara signifikan mengurangi
keduanya
insiden kemiskinan dan kemiskinan garis keras . Penelitian Beik (2009) secara empiris membuktikan
bahwa
zakat dapat mengurangi jumlah keluarga miskin, ketimpangan pendapatan dan parahnya
kemiskinan pada keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa zakat memiliki potensi yang besar sebagai
instrumen untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran (Beik IS, 2010).
Secara umum, semua literatur tentang zakat menyatakan bahwa zakat adalah instrumen yang
sesuai syariah dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
komunitas Muslim. Sebagai program pengentasan kemiskinan wajib (mandatory expendi-
masa depan) dalam ekonomi Islam. Dampaknya signifikan dan zakat harus dijalankan
otomatis (built-in) dalam sistem Islam (Darna & Fatimah, 2016).
5. Kesimpulan
Kedua variabel pembangunan independen, yaitu pertumbuhan ekonomi diproyeksikan dengan
PDRB atas dasar harga konstan dan besaran penyaluran zakat memiliki interpretasi yang berbeda.
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap kemiskinan sebagai variabel terikat yang diproyeksikan oleh
jumlah orang miskin. Ada pengaruh negatif antara pertumbuhan ekonomi
dan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan riil daerah diserap untuk kemiskinan
upaya pengurangan. Sedangkan penyaluran dana zakat dikatakan tidak berpengaruh signifikan
pada arah negatif kemiskinan. Artinya, penyaluran dana zakat
tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan. Selain itu, rekomendasi yang dapat diberikan sebagai
berikut: Penentuan garis kemiskinan menurut maqashid syariah. Implementasi dari
strategi pertumbuhan dan pemerataan yang menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi diharapkan
untuk menggambarkan realitas penyebaran yang sebenarnya. Tetap optimis dengan peran zakat sebagai
instrumen distribusi pendapatan dan sinergi berbagai pihak dalam meningkatkan
kualitas pengelolaan zakat khususnya di Kabupaten Ketiga Provinsi Jawa Barat dan
umumnya di seluruh wilayah di Indonesia. Penambahan ukuran sampel dari penelitian
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 66

halaman 13
2nd ICIEBP
objek dan karakteristik sampel variabel Zakat harus diperluas, sehingga
tidak hanya lembaga BAZNAS.
[1] Almizan. (2016). Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi
Islam. Maqdis (Jurnal Kajian Ekonomi Islam)-Volume 1, No.1, .
[2] Amalia, KM (2012). Potensi dan Peranan Zakat dalam Megentaskan Kemiskinan di
Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012 .
[3] An-Nabhani, T. (2010). Sistem Ekonomi Islam. Bogor: Pers Al Azhar.
[4] Anriani. (2010). BAZ Kota Bogor dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Iqtishoda
Ekonomi Islam Republika .
[5] Athollah, AR (2015). Distribusi Zakat di Indonesia: Antara Sentralisasi dan
Desentralisasi. Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 15, Tidak.
2 .
[6] Athollah, MA (2014). Zakat untuk Kesejahteraan Bangsa. Media Syariah, Vol. XVI
1 .
[7] Azam, M., Iqbal, N., & Tayyab, M. (2014). Zakat dan Pembangunan Ekonomi: Mikro
dan Bukti Tingkat Makro dari Pakistan. Buletin Bisnis dan Ekonomi, 3(2),
hal.85-95 .
[8] Azami, PA (2009). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja dan
Pendidikan terhadap Kemiskinan: Studi Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-
2007. Jurnal Riset Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya .
[9] Bank Indonesia. (2016). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Metadata -
Informasi Dasar Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter .
[10] Basuki, AT (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi. Depok: PT
Rajagrafindo Persada.
[11] Beik, IS (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus
Dompet Dhuafa Republika. Zakat & Pemberdayaan Jurnal Pemikiran dan Perkembangan –
Jilid II 2009 .
[12] Beik, IS (2010). Pera Zakat Mengentaskan Kemiskinan dan Kesenjangan. Iqtishoda
Jurnal Ekonomi Islam Republika .
[13] BKPP JABAR. (2018, 9 Mei). Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan
Wilayah III . Dipetik 9 Mei 2018, dari http://www.jabarprov.go.id:http://bakorembang-
wilcrb.jabarprov.go.id
[14] BPS. (2017). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia 2012–
2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS).
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 67

halaman 14
2nd ICIEBP
[15] BPS. (2018). Berita Resmi Statistik Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2018 No.
57/07/Th. XXI, 16 Juli 2018. Jakarta: BPS.
[16] BPS. (2018). Berita Resmi Statistik Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan di Jawa
Barat Maret 2018 No.38/07/32/Th. XX, 16 Juli 2018. Bandung: BPS.
[17] BPS. (2018). Statistik Indonesia 2017. Jakarta: BPS SSN: 0126-2912.
[18] Canggih, CF (2017). Potensi dan Realisas Dana Zakat di Indonesia. al-Uqud: Jurnal
Ekonomi Islam, 20 .
[19] Darna, & Fatimah. (2016). Peran Organisasi Pengelola Zakat Nasional Dalam
Memutus Rantai Kemiskinan di Indonesia. Konferensi Nasional Ilmu Terapan,
Rekayasa, Bisnis dan Teknologi Informasi. Politeknik Negeri Padang, 15 –
16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x .
[20] dijawabarat.com. (2018, 3 April). Kabupaten/Kota Termiskin di Jawa Barat . Dipetik
6 Agustus 2018, dari https://dijawabarat.com/:https://dijawabarat.com/kabupaten-
termiskin-di-jawa-barat-terbaru/
[21] Dornbusch, F. d. (2004). Pergeseran pendapatan ke keluarga kurang kaya akan meningkat secara
keseluruhan
konsumsi dan mendorong perekonomian.
[22] Ekananda, M. (2015). Ekonometrika Dasar Untuk Penelitian Ekonomi, Sosial dan
Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.
[23] Firdaus, & al., e. (2012). Estimasi Ekonomi dan Penentuan Potensi Zakat
di Indonesia. Seri Kertas Kerja IRTI .
[24] Firmansyah. (2013). Zakat Sebagai Instrumen Pengentasan Kemiskinan dan
Kesenjangan Pendapatan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 2,
Desember 2013 .
[25] Ghofur, RA (2016). Peran Instrumen Distribusi Ekonomomi Islam Dalam Menciptakan
Kesejahteraan di Masyarakat. IKONOMIKA Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (Journal
Ekonomi dan Bisnis Ekonomi Islam) Volume 1, Nomor 1 .
[26] Hartini, NT (2017). Pengaruh PDRB Per Kapita, InvestasiI dan IPM Terhadap
Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah dI Provinsi DIY Tahun 2011-2015. Jurnal
Pendidikan dan Ekonomi, Volume 6, Nomor 6 .
[27] Hidayat, A. (2013, 01). Transformasi Data . Dipetik 09 03, 2018, dari statistikian.com:
https://www.statistikian.com/2013/01/transformasi data.html
[28] Hidayat, A. (2015). Manajemen Zakat Dan Prilaku Konsumsi Mustahik. Perbankan dan
Tinjauan Manajemen Vol 4 No 2 2015 ISSN 2252- 8520 .
[29] Huda dkk, N. (2015). Ekonomi Pembangunan Islam. Jakarta: Grup Prenadaedia.
[30] Indonesia-Investasi. (2018, 02 11). https://www.indonesia-investments.com/id/
keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301? Diambil kembali dari https:
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 68

halaman 15
2nd ICIEBP
//www.indonesia-investments.com/id/ : https://www.indonesia-investments.com/id/
keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301?
[31] Juliana, RM (2018). Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Perspektif Politik
Ekonomi Islam. AMWALUNA Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syari'ah Vol 2, No 2, .
[32] Kahfi, M. (1989). Zakat: Masalah yang Belum Terselesaikan dalam Fiqh Kontemporer. Jurnal dari
Ekonomi Islam, 2 (1), hlm. 1-22 .
[33] Kuncoro, M. (2010). Dasar-dasar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
[34] Marginingsih, R., & Sasana, H. (2009). Pengaruh Pendayagunaan Dana ZIS dan
PDRB Per Kapita Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2009). UNIVERSITAS DIPONEGORO .
[35] Momongan, JE (2013). Investasi PMA dan PMDN Pengaruhnya Terhadap Perkem-
bangan PDRB dan Peyerapan Tenaga Kerja Serta Penanggulangan Kemiskinan di
Sulawesi Utara. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 530-539 ISSN 2303-
1174 .
[36] Mubarokah, I., Beik, IS, & Irawan, T. (2017). Dampak Zakat terhadap Kemiskinan
dan Kesejahteraan Mustahik (Kasus: BAZNAS Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Al-
Muzara'ah Vol.5, No.1, .
[37] Pendi Dewanto, R. d. (2014). Analisis Pengaruh Pertumbbuhan Ekonomi dan Ketim-
pangan Penndapatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kawasan Mebidangro.
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, .
[38] Pramanik, AH (1993). Pengembangan dan Distribusi dalam Islam. Petaling Jaya:
Publikasi Pelanduk.
[39] PUSKAS BAZNAS. (2017). Outlook Zakat Indonesia 2018. Jakarta: Pusat Kajian
Strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
[40] Qaradhawi, Y. (2005). Zakat spektrum. Jakarta: Zikrul Hakim.
[41] Rahman, MS (2013). Hubungan antara PDB, PDB Per Kapita, Tingkat Melek Huruf dan
Tingkat pengangguran. Jurnal Seni dan Ilmu Sosial Inggris ISSN: 2046-9578,
Vol.14 NoII .
[42] Rohmana, Y. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung:
Laboratorium Penndidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.
[43] Senadjki, A. (2015). Dampak Zakat terhadap Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan di
Malaysia: Analisis Data Panel. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Angkatan Pasar .
[44] Seth, N. (2002). Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan: Mencari Trickle Down. Cato
Jurnal, 22(2): hlm: 263-275 .
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 69

halaman 16
2nd ICIEBP
[45] Syaikh, SA (2016). Pengumpulan Zakat di Negara-negara OKI untuk Pengentasan Kemiskinan: A
Primer pada Estimasi Empiris. Jurnal Zakat Internasional 1 (1) 2016 halaman 17-35 .
[46] Soleh, A. (2015). pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Ekombis
Tinjau .
[47] Subandi. (2012). Ekonomi Pembangunan. Bandung: ALFABETA.
[48] Sukirno, S. (2010). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafinndo.
[49] Suprayitno, E., Kader, R., & Harun, A. (2013). Dampak Zakat Terhadap Agregat
Konsumsi di Malaysia. Jurnal Ekonomi Islam, Perbankan dan Keuangan, 9(1),
hal.39-62 .
[50] Susanti, S. (2013). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pengangguran
dan Indeks Pembangunan Manusiaterhadap Kemiskinan di Jawa Barat dengan
Menggunakan Analisis Data Panel. Jurnal Matematika IntegratifVol. 9 Nomor 1, .
[51] Syahrul, U. (2009). Pengaruh Anggaran Pengeluaran Pemerintah, Dana ZIS dan
PDRB per Kapita Terhadap Kemiskinan (Studi Kasus DKI Jakarta). Jakarta: Tesis
Universitas Indonesia.
[52] Todaro, M. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
[53] Widarjono, A. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya.Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Ekonesia.
[54] Wirawan, IM, & Arka, S. (2015). Analisis Pengaruh Pendidikan, PDRB per Kapita dan
Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Povinsi Bali. E-Jurnal EP
Unud, 4 [5]:546-560 ISSN: 2303-0178 .
[55] Bank Dunia. (2005). Mengurangi Kemiskinan. Ringkasan Kebijakan Indonesia - Ide-ide
Program 100 Hari .
[56] Yana. (2014). Strategi Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Melalui Sinergi
Antara Bank Syariah dan BAZNAS. Jurnal Ekonomi ISSN: 2302-7169 Vol. 2 Tidak.
3 Mei-Agustu 2014 .
[57] Yussof, MB (2011). Pengeluaran Zakat, Partisipasi Sekolah, dan Pertumbuhan Ekonomi di
Malaysia. Jurnal Internasional Bisnis dan Ilmu Sosial, 2 (6). 175-181 .
DOI 10.18502/kss.v3i13.4195
halaman 70

Anda mungkin juga menyukai

  • Surah Annas Dan Albayyinah
    Surah Annas Dan Albayyinah
    Dokumen2 halaman
    Surah Annas Dan Albayyinah
    Syarif Hidayatullah Poetra Tanjunk
    Belum ada peringkat
  • Halaman 2
    Halaman 2
    Dokumen65 halaman
    Halaman 2
    Syarif Hidayatullah Poetra Tanjunk
    Belum ada peringkat
  • Gambar 1
    Gambar 1
    Dokumen1 halaman
    Gambar 1
    Syarif Hidayatullah Poetra Tanjunk
    Belum ada peringkat
  • Halaman 1
    Halaman 1
    Dokumen93 halaman
    Halaman 1
    Syarif Hidayatullah Poetra Tanjunk
    Belum ada peringkat
  • Halaman 1
    Halaman 1
    Dokumen33 halaman
    Halaman 1
    Syarif Hidayatullah Poetra Tanjunk
    Belum ada peringkat
  • Surat Alfatihah Beserta Artinya
    Surat Alfatihah Beserta Artinya
    Dokumen2 halaman
    Surat Alfatihah Beserta Artinya
    Syarif Hidayatullah Poetra Tanjunk
    Belum ada peringkat